Anda di halaman 1dari 3

Peristiwa pembantaian 90 serdadu Kaigun (Angkatan Laut

Jepang) di tepi sungai dekat Stasiun Bekasi, pada 19 Oktober


1945 atau tepat 75 tahun silam, menjadi catatan kelam masa
revolusi.
Pada masa itu, Bekasi dikenal sebagai “tempat
berkumpulnya” para jago dan kombatan revolusioner yang
ingin unjuk diri, serta ingin balas dendam kepada penjajah.
Melansir buku ‘KH Noerali: Kemandirian Ulama Pejuang’,
Okezone kembali mengulas kisah kelam pembantaian serdadu
Kaigun di Bekasi. Kala itu, puluhan serdadu Kaigun itu akan
dipulangkan melalui jalur udara dari Kalijati, Subang
menggunakan kereta api (KA) dari arah Stasiun Jatinegara.
Saat melintas Stasiun Bekasi, rangkaian KA tersebut dicegat.
Meski sudah menunjukkan surat jalan yang bertanda tangan
presiden pertama RI, Soekarno, sekelompok personel Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) pimpinan Letnan Dua (Letda)
Zakaria tetap melakukan sweeping (penggeledahan).
Sebelumnya, Mayor Sambas Atmadinata sudah
menginstruksikan kepada Letda Zakaria bahwa akan ada
rombongan KA pemulangan tentara Jepang. Namun, Letda
Zakaria keukeuh akan tugas pokoknya untuk tetap melakukan
pemeriksaan pada setiap KA yang lewat Stasiun Bekasi.
Namun saat dilakukan penggeledahan, sebuah tembakan
meletus dari pihak Jepang. Sontak masyarakat sekitar turut
mengepung rangkaian KA. Puluhan tentara Jepang itu
langsung ditahan di sebuah tempat di seberang Kali Bekasi.
Beberapa saat kemudian, entah atas perintah siapa, satu per
satu mereka disembelih. Leher mereka digorok di tepi Kali
Bekasi dan tubuhnya pun dilemparkan ke Kali Bekasi.
Mendengar kabar pembantaian ini, perwira Kaigun yakni
Laksamana Tadashi Maeda berang dan minta penjelasan
pemerintah republik. Tokoh militer Negeri Sakura yang
“menyediakan” tempat bagi lahirnya teks proklamasi itu, tak
terima atas insiden tersebut.
Setelah peristiwa tersebut, kapolri pertama, Kombes Raden
Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, bersama seorang staf
Departemen Luar Negeri RI langsung Laksamana Maeda.
Kapolri meminta maaf dan memberi penjelasan bahwa
insiden itu berada di luar kemampuan pemerintah republik.
Diuraikan pula bahwa memang di kawasan Bekasi, belum
semua masyarakatnya tunduk pada arahan pemerintah dan
mereka sudah berusaha menolong, walau akhirnya gagal.
Singkatnya, Maeda bisa memaafkan walau berat dan
berharap, kejadian serupa tak terulang.
Peristiwa berdarah itu kemudian diabadikan ke dalam
Monumen Kali Bekasi yang terletak di Jalan Ir. H Juanda,
Bekasi Selatan, dekat jembatan rel Kali Bekasi. Pada prasasti
di monumen tersebut, tertuang sepenggal sejarah aksi para
pejuang Bekasi melawan tentara penjajah.
Konsep Ruang : Konsep ruang pada sejarah ini
berlangsung di Bekasi

Konsep Waktu : Konsep Waktu dalam sejarah ini


berlangsung pada 19 Oktober 1945
Artikel:https://nasional.okezone.com/read/
2020/10/19/337/2295833/saat-tanda-tangan-bung-karno-
tak-bisa-hentikan-pembantaian-90-serdadu-kaigun-di-
bekasi

Anda mungkin juga menyukai