Anda di halaman 1dari 26

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BIDANG

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MENGGUNAKAN KEGIATAN


PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS PADA SISWA KELAS VII MTS
ARRRAHMAH JADDUNG, PRAGAAN, SUMEMEP

Diajukan Dalam Rangka Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

OLEH
TAUFIQ R

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan rangkaian dari keseluruhan proses pembelajaran yang


didalamnya terdapat suatu aktivitas belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
dan guru yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan adanya
pendidikan yang terjadi disekolah diharapkan dapat membawa sebuah perubahan dari
ketidaktahuan menjadi mengetahui hal-ha lyang belum dipelajari oleh siswa sebelumnya.
Seorang guru, didalam melaksanakan kompetesi pedagogik di tuntut untuk memiliki
kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran.
Termasuk didalamnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan media pembelajaran
yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran disadari akan sangat membantu aktifitas
pembelajaran,baik didalam maupun diluar kelas. Namun, tidak bisa dipungkiri, bahwa
didalam implementasinya, tidak banyak guru yang mampu merancang, mencipta atau
mempergunakan media pembelajaran secara optimal. Disisi lain, keterbatasan alat-alat
teknologi juga menjadi penyebab kurang maksimal nya usaha guru dalam memanfaatkan
keberadaan media pembelajaran.1

Proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik dan bermakna bagi


siswa dipengaruhi oleh berbagai unsur yang salah satunya adalah metode mengajar yang
digunakan guru serta tersedianya berbagai sumber belajar dan media yang menarik dan
mendorong siswa untuk belajar. Sehingga dapat tercipta kondisi belajar yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa. Salah satu metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru
dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah dengan metode kegiatan
pembelajaran berbasis aktivitas.2

Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak siswa kelas VII MTs Arrahmah
bersikap pasip ketika berlangsung pembelajaran dikelas. Selama pembelajaran
berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru mejelaskan materi
pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan,

1
Djamarah, S. B.. Psikologi Belajar, (PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002). 12

2
Ibid. 16
sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Apalagi ketika guru meminta agar siswa
bertanya, merekapun diam. Fakta ini dilatar belakangi karena siswa kurang diberikan
strategi pembelajaran yang memadai. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di
sekolah dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi
belajar mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa
khususnya materi sejarah kebudayaan islam.

Sehagaimana dijelaskan diatas bahwa proses belajar yang menarik dan aktif
adalah keinginan setiap praktisi pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar
mengajar dituntut untuk menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan
proses belajar yang kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar
mengajar adalah metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih
mengedepankan atau berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
(Student Center). Dengan pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa
(Student Activity) diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya
juga diikuti dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menekankan


pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan
apabila pola interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang
juga sangat penting dalam melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi
belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam
merencanakan suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan
pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian


tindakan kelas dengan berfokus pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam bidang
Sejarah Kebudayaan Islam melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

dengan menggunakan pembelajaran berbasis aktivitas pada siswa Kelas VII MTs
Arrahmah?

2. Bagaimana dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan kegiatan

berbasis aktivitas pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa Kelas

VII MTs Arrahmah ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mendeskripsikan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

SKI di kelas Kelas VII MTs Arrahmah dengan menggunakan kegiatan berbasis

aktivitas.

2. Untuk mengetahui dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan kegiatan


berbasis aktivitas pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa Kelas
VII MTs Arrahmah ?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian tersebut di harapkan dapat memberikan masukan dalam

pengembangan keilmuan khususnya yang berkaitan langsung dengan

peningkatan hasil belajar SKI di Madrasah Tsanawiyah

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam perbaikan proses

pembelajaran, sehingga pendidik dapat meningkatkan partisipasinya dalam

proses pembelajaran untuk mendorong siswa lebih aktif dan berpartisipasi

lebih baik.

c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai penyambung literatur ilmiah dengan

peneliti lain, (termasuk perguruan tinggi dan institusi pendidikan lainnya) yang
ingin mendalami masalah pendidikan dan penyelesaiannya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Madrasah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

sumbangan pemikiran yakni sebagai bahan masukan dalam menentukan

langkah untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa MTs Arrahmah.

b. Bagi Guru, dapat menjadi pertimbangan guru untuk memilih media

pembelajaran yang tepat dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah

pembelajaran. Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan,memperbaiki

dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil belajar. Sebagai

pengetahuan bagi semua tenaga pendidik dengan menggunakan kegiatan

berbasis aktivitas saat proses pembelajaran yang terkesan menyenangkan dan

tidak membosankan bagi siswa.

c. Bagi Siswa, pengembangan praktik ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahanbelajar dan sarana untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap

materi yang sudah dipelajari di sekolah.


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata latin "movere" yang artinya bergerak (Stresser,
144). Adapun pengertian mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain : menurut
Teaven dan Smith (146) konstruksi yang mengaktifkcan dan mengarahkan prilaku
dengan memberi dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu aktivitas.
Menurut Chauhan (148) motivasi adalah suatu proses yang menimbulkan aktivitas pada
organisme sehingga terjadi suatu prilaku. Wordworth (Petri, 1481; Franken, 1982) r -
nengggunakan istiiah Drive rtau mativasi adalah suatu kanstruksi dengan tiga
karakteristik yaitu intensitas, arah dan persisten. Artinya motivasi dengan intensitas
yang cukup akan memberikan arah kepada individu untuk melakukan sesuatu secara
tekun dan secara terus menerus. Motivasi digolongkan menjadi tiga bagian, pertama,
Orgcrraik needs (kebutuhan vital, seperti : makan, minum, dan lain lain). Kedua,
Emergency motives, ditirnbulkan karena suatu kebutuhan yang harus terpenuhi dan
tergantung pula pada keadaan lingkungan. Ketiga, Objectives motives dan interest.3

Menurut Eysenk dan kazvankatuan motivasi dirumuskan sebagai suatu proses


yang menentukan suatu tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari
tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-
konsep seperti minat, bakat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Menurut Maslow (1943,
1970) motivasi suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan
oleh kebutuhan tertentu seperti harga diri diantaranya (Slameto, 2003). David
McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown seperti dikutip oleh Wahjosumidjo

3
Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi _Motivasi Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja, Wineka
Media, Malang
7

(1983), bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi
antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kepuasan yang terjadi pada diri seseorang
(Kosasih, 2004). Sedangkan menurut McDonald motivasi ialah suatu perubahan energi
di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afek-tif dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Dilihat dari komponennya motivasi memiliki dua komponen, yaitu :
komponen dalam (Inner Component) dan komponen luar (Outer Component).
Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas,
ketegangan atau kecemasan psikologis (Anxiety Of Psychology). Komponen luar adalah
apa yag di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah perbuatannya.4

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli diatas penulis menyimpulkan


bahwa motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah suatu kekuatan (Power),
tenaga (Forces), serta daya (Energy), atau suatu keadaan yang sangat kompleks (A
Complex State) dan kesiapsedian (Preparatory Set), dalam diri ir.dividu untuk bergerak
(To A-love, Alotion, Motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari dan
dalam hal ini mengenai semua aspek dalam bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut
timbul dan tumbuh dari dalam diri individu (Instrinsik) dan dari luar diri individu
(Ekstrin,sik)

2. Jenis - Jenis Motivasi

Salah satu fungsi pengajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa agar
mereka bisa melaksanakan tugas - tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan
produktif. Adapun mengenai motivasi terbagai menjadi dua macam, yaitu : motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a) Motivasi Instrinsik (Instrinsic Motivation)

Motivasi Instrinsik adalah motif - motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motivasi atau
dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk

4
Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta PT. Bumi Aksara, 2002). 45
8

mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan untuk


menguasai nilai - nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan karena
keinginan lain seperti mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

b) Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)

Motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivsi instrinsik. Motivsi


ekstrinsik adalah dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang
dari luar, misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.

Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara
sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivsi dari luar dirinya.
Dalam ak-tivitas belajar, motivasi instrinsik sangat dibutuhkan. Seseorang yang tidak
memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan ak-tivits belajar secara terus
menerus. Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi instrinsik
cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki keahlian
tertentu dan gemar belajar.

c) Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)

Motivasi ekstrinsik meraapakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivsi


ekstrinsik adalah dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang
dari luar, misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivsi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam
pendidikan. Motivsi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai
macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang
berhasil adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa. Karena itu, guru harus
bisa dan pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam
menunjang proses interaksi edukatif di kelas.5

5
Djamarah, psikologi belajar, ( Jakarta: PT . Rineka Cipta), 23
9

3. Prinsip- Prinsip Motivasi

Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar
mengajar, antara lain :

a. Prinsip Kompetisi

Prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar
pribadi. Kompetisi inter pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri
pribadi masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan
waktu. Sedangkan kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang
satu dengan yang lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan
motivasi untuk bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misainya perlombaan
karya tulis, lomba menjadi sisura teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya.
Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan
berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik.

b. Prinsip Pemacu

Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada


pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan,
dan lain-lain. Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong agar selalu melakukan
berbagai tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat
dalam upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.

c. Prinsip ganjaran dan hukuman

Ganjaran yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk


melakukan sesuatu yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik
apabila diherikan sebuah reward yang memadai cenderung akan menimbulkan
motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Selain prinsip
ganjaran, prinsip hukuman juga dapat menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi
melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu. Hal yang harus diterapkan
secara proporsional dan benar-benar dapat memberikan motivasi.
10

d. Prinsip Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan

Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap
siswa memahami tujuan belajarnya secara jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara lain adalah
dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan yang
khusus dan lebih dekat.

e. Pemahaman Hasil

Dalam uraian diatas, teiah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang
merupakan balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat
memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang
ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan
meningkatkan kerja agar terus menjadi lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan,
memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut,
para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang
telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah
dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti ini
akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan
untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya
selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa
gagal.

f. Pengernbangan Minat

Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam
menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung
akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam
melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan
menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada
akhimya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
11

g. Lingkungan Yang Kondusif

Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun


psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan
baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik
mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya.
Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis seperti hubugan antar pribadi, kehidupan
kelompok, kepimimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju,
kekeluargaan dan sebagainya.

h. Keteladanan

Prilaku guru secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh


terhadap prilaku murid yang sifatnya positif maupun negatif. Prilaku guru dapat
meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan
agar prilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan
contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan
produktivitas belajar mereka.6

Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi


peserta didik dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar
yang optimal, diantaranya: 1) Kebermaknaan. Suatu bidang studi akan lebih
bermakna bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman
yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan
bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya
berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara
memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2) Modelling. Siswa
akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan
lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan mengajarkan
dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan atau
menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati

6
Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2002). 79
12

dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih
suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap
pengawasan siswa. 4) Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya
mungkin merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat-
prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang
bersyarat akan mudah mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang
telah mereka miliki dengan pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari. 5)
Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-
penyajian yang baru (Novelty) atau masih asing. 6) Latihan atau Praktik yang Aktif
dan Bermanfaat. Praktik secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan
mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa
lebih senang belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek.
Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang
panjang. 8) Kurangi secara sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang
sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi
dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang menyenangkan. Siswa akan
lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajarannya menyenangkan.

B. Sejarah Kebudayaan Islam

Kata sejarah dari bahasa Arab syajarah, berarti pohon, sesuatu yang

mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga dan buah.Pemahaman

etimologi ini akan mempengaruhi masyarakat untuk secara visual menganggapnya

sebagai pohon dengan fungsi akar, yang berfungsi untuk menguatkan batang,

sekaligus menyerap air dan makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pohon

yang berkelanjutan.7

Sejarah kebudayaan Islam dipahami sebagai berita atau cerita peristiwa masa

7
Syifa Agestrisna Nur „Amanah, Cecep Daril Iwan, Selamet, Pengaruh Penggunaan Aplikasi Quizizz
terhadap EfektivitasPembelajaran PAI, Jurnal Bestari Vol. 17 No. 1 Tahun 2020. 120-121.
13

lalu yang memiliki asal usul tertentu.Peristiwa menjelang sebelum

Muhammad SAW lahir dan diutus sebagai Rasul adalah cikal bakal sejarah

kebudayaan Islam.Semua peristiwa baik yang berkaitan dengan

pemikiran,politik, ekonomi, teknologi dan seni dalam sejarah Islam disebut

sebagai kebudayaan.Kebudayaan ini adalah hasil karya, rasa dan cipta orang-

orang Muslim.Seperti halnya sejarah kebudayaan lain pada umumnya, bersifat

dinamis. Perbedaannya terletak pada sumber nilainya.

Komponen Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah: kejadian,

manusia, latar belakang (konteks), dan isi yang bermakna. Dari sini dapat

dipahami bahwa, kajian sejarah berisi catatan suatu masa yang ditemukan

oleh generasi berikutnya dan dianggap berguna. Masa kini bisa dipahami dari

peristiwa masa lampau bahkan masa yang akan datang bisa diprediksi dengan

bekal kemampuan mengetahui hukum sejarah masa lampau. Sejarah bukanlah

sekedar cerita besar masa lalu yang tidak punya arti untuk masa kini dan

mendatang.Pengetahuan sejarah telah menjadi modal untuk membangun

peradaban yang lebih baik dari sebelumnya.

Pelajaran SKI mendorong untuk memahami, dan menghayati

kebudayaan Islam, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

penggunaan pengalaman dan pembiasaan.44Dalam konteks pembelajaran, SKI

memiliki beberapa fungsi, antara lain: Fungsi edukatif, Fungsi keilmuan,

Fungsi transformasi.Untuk merealisasikan fungsi-fungsi itu pembelajaran SKI

membutuhkan pendekatan yang dapat dilakukan dengan melibatkan beberapa

komponen seperti berikut: keimanan, pengalaman, pembiasaan, rasional,

emosional, fungsional, dan keteladanan.


14

C. Pendekatan Berbasis Aktivitas

Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa


dapat melakukan proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang
sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi proses belajar mengajar saat ini asas
aktivitas (Student activity) lebih di tonjolkan melalui suatu program unit activity,
sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar
yang lebih memadai.

Dari beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar


mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran.
Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan
materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.

Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, antara lain : (1)
Kegiatan-kegiatan visual. (2) Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5)
Menggambar. (6) Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat
Adapun penjelasannya sebagai berikut.8 :

1. Kegiatan Visual. Yang termasuk kegiatan ini adalah membaca, meiihat gambar-
gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain
bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan. Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari
kegiatan lisan.
3. Kegiatan Mendengarkan. Dalam proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal
yang dilakukan, karena melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan
pelajaran yang diajarkan.
4. Kegiatan Menulis, misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang, membuat
rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain sebagainya.

8
Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta PT. Bumi Aksara, 2002). 54
15

6. Kegiatan Metrik. Kegiatan dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan, menari dan berkebun.

7. Kegiatan mental, meliputi memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat


hubungan - hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan Emosional. Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua
jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa
menimbulkan minat, berani, tcnang, dan lain- lain.

9. Berpikir. Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh


penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.

10. Mengingat. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai
tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu
berhubungan dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya.

Dari beberapa macam aktivitas diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar
mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga
dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi
pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul


"Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Sejarah Kebudayaan Islam" yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika strategi pembelajaran yang selama ini digunakan
oleh guru Madrasah Tsanawiyah dalam kegiatan belajar mengajar siswa kelas VII MTs
Arrahmah, diganti dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas, maka dimungkinkan
akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan diikuti dengan prestasi
belajar Sejarah Kebudayaan Islam.
16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Lokasi penelitian tindakan ini adalah Madrasah Tsanawiyah Arrahmah Desa


jaddung, Pragaan, Sumenep. kelas VII smester 2 terdiri dari 12 siswa dan 8 siswi. Kondisi
kelas ukuran ruangan 7m x 8m, dengan fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard.
Lama penelitian kurang lebih satu bulan dimulai dari bulan desember samapai bulan
Januari 2022, sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor
perbedaan kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.

B. Prosedur Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Arrahmah pada tahun pelajaran
2020/2021. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap
seberapa tinggi Tingkat efektifitas Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan
motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam pokok bahasan Misi dakwah nabi muhammad
periode mekkah pada siswa kelas VII. Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing
siklus terdiri dari tiga tatap muka (pertemuan).

Proses Penelitian Tindakan

Refleksi awal, kelas VII smester I materi Sejarah


Kebudayaan Islam sangat pasip, siswa hanya
mendengar dan menyimak, bagaimana guru dapat
meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktif?

1. Perencanaan

Meliputi penyampaian materi Sejarah Kebudayaan Islam khususnya Misi


dakwah nabi muhammad periode mekkah, latihan dengan mengerjakan beberapa
soal, pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan
motivasi siswa.
17

2. Tindakan (action) kegiatan mencakup

a. Siklus I dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan,


tindakan, observasi dan refleksi akhir.

b. Siklus II (sama dengan siklus I)

3. Observasi (pengamatan)

Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari
keaktifan siswa yaitu :

1). Keaktifan siswa dalam diskusi

2). Banyaknya siswa yang bertanya

3). Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan guru/siswa lain

4). Memberikan pendapat

4. Refleksi

Pada kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus
tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa prosedur


pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Observasi

Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik


terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan
dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa.
18

Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan
ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan
dimana observer berada bersama dengan objek yang selidiki. Artinya peneliti ikut
berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung,
adalah observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan
objek yang selidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek (Check List) dalam
menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk


mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang
diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk
memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan
wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas VIII
dan guru - guru kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang.

3. Dokumentasi

Zuriah (2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu


cara untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau
hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
19

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Singkat Setting Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MTs Arrahmah

MTs Arrahmah adalah institusi pendidikan yang tergolong muda,

yang berdiri sejak tahun 1940. Tahun 1940 dirintis dan di pelopori oleh para

sesepuh desa jaddung dan di ketuai oleh K. Ach Basyir Khabiron. Mendirikan

sebuah Madrasah dengan nama “MTs Arrahmah.”

Prakarsa pendirian pendidikan formal yang bercorak islam di tingkat

MTs yaitu MTs Arrahmah adalah dari semangat dakwah seluruh jamaah Al

Hikmah. Dengan semangat amar ma‟ruf nahi munkar. MTs Arrahmah lahir

sebagai jawaban dan solusi degradasi moral serta pembentuk karakter islami

kader ummat.

B. Penjelasan Data Per-Siklus

Dalam kegiatan belajar mengajar di setiap siklus, alur atau tahapan ada

empat kegiatan belajar mengajar yang berbasis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yaitu: (a) planning (perencanaan), (b) action (tindakan), (c) observation

(pengamatan), (d) reflection (refkleksi). Adapun gambaran singkat empat kegiatan

pembelajaan dalam siklus I dan II yaitu antara lain:

1. Siklus I

a. Planning (Perencanaan)

1) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis

PTK, yang akan digunakan untuk melaksanakan pembelajaran

menggunakan pembelajaran berbasis aktivitas

2) Peneliti menyiapkan buku LKS Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII


20

MTs Semester Ganjil sebagai panduan yang digunakan dalam

pembelajaran.

3) Peneliti menyiapkan power point untuk siswa sekaligus membuat video

pembelajaran sebagai bahan belajar siswa.

4) Peneliti menyiapkan tes sebagai latihan untuk dikerj akan siswa

5) Menyiapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pencapaian

kompetensi serta menyiapkan instrument tolak ukur keberhasilan tindakan

siklus I.55

b. Action (Tindakan)

Sesuai dengan perencanaan yang telah dirancang oleh peneliti untuk

melaksanakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

menggunakan aplikasi Quizizz, maka peneliti dapat memulai kegiatan

penelitian sesuai dengan perencanaan yang telah dirancang oleh peneliti.

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2022,

pada jam pelajaran ke-1 (07.40-08.20) di kelas VII MTS dan pada jam

pelajaran ke-4 (09.50- 10.30) di kelas IX MTS maka pemeliti akan

melakukan sebuah pengamatan mengenai penerapan pembelajaran berbasis

aktivitas dan mengamati apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa

setelah penerapan pembelajaran berbasis aktivitas, pada saat penelitian

berlangsung peneliti menggunakan lembar fiel note (catatan lapangan) dan

jurnal kegiatan mingguan guru.

Adapun penjelasan mengenai pelaksanaan tindakan pembelajaran

SKI pada siklus I yaitu sebagai berikut:

1) Persiapan Pembelajaran

Sebelum pembelajaran berlangsung terlebih dahulu peneliti


21

mempersiapkan lembar RPP dan dibuka pada saat mengajar. Sebelum jam

pembelajaran mulai, peneliti terlebih dahulu mengisi dan melengkapi berkas

persiapan mengajar yang telah dibuat, lalu mengisi KKM (Kriteria

Ketuntaaan Minimal) dan Kompetensi Dasar. Setelah itu mengucapkan

salam serta menyapa siswa. Selanjutnya siswa membuka buku materi SKI di

LKS. Di awal pembelajaran disampaikan mengenai kompetensi dasar, tujuan

pembelajaran dan pokok pembahasan pada Bab yang akan dipelajari.

2) Menyampaikan Informasi

Guru memulai pembelajaran dengan langkah-langkah serta model

pembelajaran yang akan digunakan dalam beberapa siklus ke depan yaitu

dengan memanfaatkan pembelajaran berbasis aktivitas. Sebelum memulai

pembelajaran peneliti sudah terlebih dahulu menyampaikan petunjuk

pembelajarannya kepada siswa. Peneliti meminta setiap siswa untuk aktif

dan tanggap dengan proses pembelajaran yang dilakukan dan tidak

sungkan mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang belum dipahami,

serta menjadikan suasana pembelajaran sefleksibel mungkin namun harus

serius.

Pada pembelajaran siklus I ini, peneliti diharapkan untuk lebih

aktif membimbing siswa dan lebih telaten dalam mendampingi mereka

agar kegiatan pembelajaran bisa maksimal. Diharapkan semua hadir

dalam kelas dan siap mengikuti pembelajaran hingga selesai. Sehingga

selanjutnya bisa lebih efektif lagi dan terkondisikan semuanya dalam

satu petunjuk pembelajaran. Pada siklus I ini peneliti menyampaikan

materi kepada siswa mengenai Misi dakwah nabi Muhammad SAW

Periode mekkah. Materi disampaikan dalam bentuk motedologi ceramah


22

dan tanya jawab.

3) Penerapan Pembelajaran Berbasis Aktivitas

Kegiatan pembelajaran siklus I, peneliti memberikan tes atau

latihan dalam bentuk tanya jawab atau diskusi untuk siswa yang

dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Dalam tes tersebut terdiri dari 10

butir soal. Untuk selanjutnya dikerjakan secara bersama-sama

Dalam siklus I siswa terlihat sangat tertarik dengan penggunaan

pembelajaran berbasis aktivitas ini, kini mereka tergugah semangatnya

untuk belajar lebuh maksimal. Mengenai hasil belajar yang diperoleh

siswa masih beragam ada benar semua dari 10 soal ada juga yang benar 8,

9 dan bahkan ada yang benar 4 soal saja.57

4) Evaluasi

Apabila siswa sudah menyelesaikan pengerjaan tes atau latihan

kemudian peneliti memaparkan hasil kerjaan mereka, disitu terlihat

perolehan skor sekaligus peringkat mereka.

5) Memberi Penghargaan (Reward)

Setelah selesai pembelajaran, peneliti tidak lupa memberikan

apresiasi kepada siswa yang mendapat peringkat pertama. Hal ini

bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif, semangat dan antusias

lagi dalam belajar. Sebelum pembelajaran diakhiri peneliti tidak lupa

memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai bagaimana

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaan berbasis aktivitas,

apakah merasa kesulitan? Kemudian salah satu anak menjawab “tidak

Pak”. Dan satu siswa dari kelas VII MTS bernama sirojuddin

memberikan tanggapannya “hem, wow Pak. Baguss..”.menurutnya sangat


23

menarik dan tidak membosankan. Peneliti memberikan motivasi siswa

agar pertemuan selanjutnya semuanya bisa lebih aktif dan antusias, juga

menambah semangatnya lagi dalam belajar. Selanjutnya peneliti

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam dan tidak lupa

mengingatkan siswa untuk mempelajari dan membaca LKS nya untuk

bekal pembelajaran pertemuan minggu depan.

c. Pengamatan (Observasi)

Kegiatan pengamatan atau observation digunakan untuk

mengamati proses pembelajaran di kelas dan mengetahui permasalahan-

permasalahan yang terjadi serta solusi yang diberikan guru.

Adapun aktivitas yang dilakukan guru dalam pembelajaran Siklus

I ini adalah menyampaikan materi misi dakwah nabi muhammad saw

periode mekkah. Selama pembelajaran berlangsung guru mendapati

beberapa permasalahan di lapangan seperti: dari kelas VII MTS hanya

separuh siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sampai akhir. Yang

lainnya masih pasif, sebatas mengikuti pembelajaran dan menyimak saja

belum berpartisipasi penuh dan aktif. Kemudian banyak siswa yang belum

mampu menjawab dengan sempurna.

Solusi yang diberikan guru adalah dengan memberikan

pendampingan kepada mereka ikut mengatasi kesulitan-kesulitan yang

dihadapi siswa, lalu menyapa dan mengajak untuk bisa mengikuti tes atau

tanya jawab di akhir pembelajaran nanti dan dicarikan waktu lain untuk

mereka agar bisa mengikuti tes susulan bagi yang kemarin belum mengikuti.

Dari pemaparan observasi ini diketahui bahwa meski siswa belum secara

penuh mengikuti tes dan tanya jawab di kelas, namun mereka bersedia
24

menggantinya dilain waktu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dari 20 siswa

yang mengikuti siklus I hampir semuanya mengikuti.58

d. Refleksi

Setelah selesai pembelajaran atau pertemuan pada siklus I,

peneliti melakukan tahap yang selanjutnya yaitu refleksi tentang

pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I. Refleksi tersebut bertujuan untuk

mengetahui dan mengamati apakah ada kekurangan ataupun hambatan yang

terjadi pada pelaksanaan tindakan siklus I dan dapat dijadikan acuan

pelaksanaan perbaikan pada tahap selanjutnya yaitu siklus II. Adapun

refleksi yang terdapat pada siklus I dapat diketahui pada tabel sebagai

berikut:

Pertama, pada siklus I ada tujuh siswa yang memperoleh skor hasil

belajar di atas rata-rata. Dengan perolehan skor 100 dua anak, skor 90

tiga anak, dan skor 80 dua anak. Dari hasil refleksi ini rekomendasi untuk

peneliti adalah peneliti terus mendampingi 4 siswa yang memperoleh skor

hasil belajar di atas KKM agar siswa bisa mempertahankan semangatnya

dalam belajar.

Kedua, pada saat kegiatan pembelajaran dengan metode

pembelajaran berbasis aktivitas ada beberapa siswa yang belum aktif dan

belum bergabung bersama teman-teman yang lain. Masih sekedar menyimak

belum mengikuti proses dan alur pembelajaran. Dari hasil refleksi ini

rekomendasi untuk peneliti adalah peneliti harus fokus kepada siswa yang

kurang aktif dan cenderung pasif tanpa respon pada saat pembelajaran, dan

peneliti harus lebih membimbing, intensif selalu mengingatkan, tidak bosan

menyapa dan terus mengajak agar siswa merasa diperhatikan dan memiliki
25

tanggung jawab yang lebih sehingga bisa mengikuti pembeajaran dengan

disiplindan baik serta hasil belajaranya meningkat.

C. Proses Analisis Data Per-Siklus

1. Siklus I

Dalam setiap siklus kegiatan belajar berbasis Penelitian Tindaksn

Kelas (PTK) terdiri atas 4 tahapan yaitu: perencanaan (planning), tindakan

(action), pengamatan (observation), refleksi (reflection). Adapun hasil belajar

yang telah diperoleh siswa dari penelitian siklus I dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.5
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Kriteria Nilai Banyak Siswa
Baik Sekali 7 siswa
Baik 2 siswa
Cukup 6 siswa
Kurang 5 siswa
Jumlah Siswa pada Siklus I 20 siswa
26

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan, R., & Biklen, S. 1982. qualitative research in education, Allyn & Bacon, Boston

Dakir, 1993. Dasar-Dasar Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi _Motivasi Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi
Kerja, Wineka Media, Malang

Djamarah, S. B. 2002. Psik.ologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. 1981. Effective Evaluation, Jossey-Bass Publishers,
Sanfransisco

Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan Dan Sosial, edisi pertama, 13ayu
Media Publishing, Malang

Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi


Aksara, Jakarta

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru Algensindo,
Bandung

Kosasih, Andreas. 2004. Peranan Motivasi terhadap Hasil Belajarnya Siswa, Tabularasa, Vol.
2, No. 3

Miles, M.B., & Huherman, A.M. 1984. .Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjejep
Rohendi Rohidi, Universitas Indonesia, Jakarta

Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Moeleng, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Nasution, S. 1998. Metode Penelitian .Naturalistic Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung

Anda mungkin juga menyukai