Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PENDIDIKAN IPA SD

PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN IPA

KELOMPOK 6:

AMERITA MARGARET 22129010

FEBRI ANUGRAH HERMANDA 22129284

NADIA FITRI 22129185

KELAS: 22 AT 01

DOSEN PENGAMPU:

ATIKA ULYA AKMAL, S.Pd, M.Pd

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Pendidikan IPA SD.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Atika Ulya Akmal, S.Pd., M.Pd selaku dosen
mata kuliah Pendidikan IPA SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami pelajari.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 19 Maret 2024

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

MINDMAP .................................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2

A. Pendekatan Pembelajaran IPA ...................................................................................... 2


B. Strategi Pembelajaran IPA ............................................................................................ 8
C. Metode Pembelajaran IPA ............................................................................................. 9
D. Teknik Pembelajaran IPA .............................................................................................. 13
E. Model Pembelajaran IPA ............................................................................................... 18

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 28

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 28
B. Saran ................................................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 29

iii
MINDMAP

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di SD/MI. IPA berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep, dan prinsip-prinsip saja tetapi suatu proses penemuan.
IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam. Pelajaran IPA di SD memuat materi tentang pengetahuan-pengetahuan alam yang
dekat dengan kehidupan siswa SD. Siswa diharapkan dapat mengenal dan mengetahui
pengetahuan-pengetahuan alam tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam suatu pembelajaran pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model
merupakan sesuatu yang sangat penting agar materi mudah diterima dengan baik oleh
siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran IPA?
2. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran IPA?
3. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran IPA?
4. Apa yang dimaksud dengan teknik pembelajaran IPA?
5. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran IPA?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran IPA.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran IPA.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran IPA.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teknik pembelajaran IPA.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran IPA.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA


Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang suatu
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran IPA merupakan landasan filosofi yang
melatarbelakangi proses pembelajaran IPA. Landasan filosofi ini berdasarkan
epistemologi, ontologi, dan aksiologi pembelajaran IPA. IPA yang dibahas disini adalah
natural science, bukan social science. Pendekatan dalam pembelajaran IPA akan
mempunyai ciri khas yang membedakan dengan pendekatan dalam pembelajaran materi
yang lain Karakteristik materi IPA yang khas juga memerlukan pendekatan-pendekatan
pembelajaran yang lebih spesifik. Karakter materi IPA yang berupa pengetahuan faktual
akan berbeda dengan pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif. Natural
Science secara harfiah merupakan ilmu yang mempelajari alam dan peristiwa-peristiwa
yang berhubungan dengan alam. Tujuan yang akan dicapai setelah seorang peserta didik
belajar IPA adalah mampu mempelajari diri sendiri dan fenomena alam. Pencapaian tujuan
belajar IPA tersebut dalam proses pembelajaran yang dimulai dari penentuan pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan.
1. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran IPA
a. Pendekatan Pembelajaran berdasarkan Teacher Centered Approach dan
Student Centered Approach
1. Pendekatan Pembelajaran berdasarkan Teacher Centered Approach
Pendekatan ini bertolak pada pandangan bahwa tingkah laku kelas dan
penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Dalam
menyampaikan pengetahuan peserta didik dipandang sebagai objek yang
menerima apa yang diberikan guru. Komunikasi yang dilakukan berjalan satu
arah karena peserta didik sebatas mendengarkan, mencatat, dan sekali-kali
bertanya pada guru. Kegiatan pembelajaran yang bersifat menerima ini bersifat
ekspositon. Dalam pendekatan ini, guru berperan lebih aktif dibandingkan
peserta didiknya karena guru mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara
tuntas. Pendekatan ini biasa disebut juga mengajar secara konvensional, seperti
metode ceramah dan demonstrasi. Akan tetapi, jika dikelola dengan baik,

2
pendekatan ini akan memberikan suatu proses belajar bermakna pada peserta
didik. Dalam proses pembelajarannya guru mempersiapkan bahan dengan rapi,
sistematik, dan lengkap sehingga peserta didik cukup menyimak dan
mencemanya secara teratur. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach) merupakan suatu pendekatan
yang dalam kegiatan pembelajaran guru yang mempunyai peran utama
sehingga terkadang mengabaikan peserta didik. Pendekatan pembelajaran ini
dilakukan dengan metode ceramah. Pendekatan ini baiknya digunakan untuk
pemahaman konsep esensial dan disampaikan dengan strategi/metode yang
tepat sehingga guru tidak bersifat otoriter dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut David Ausubel (1975) dalam Sagala (2005), untuk mengembangkan
potensi kognitif peserta didikmelalui proses belajar mengajar verbal dikenal
dengan “expository learning” yang berorientasi pada prinsip belajar tuntas
(master learning). Oleh karena itu, pembelajaran yang berorientasi pada
gurudapat dimulai dengan penggunaan “mastery” bagian kecil konsep
dandilakukan dengan strategi yang tepat sehingga dapat menyampaikan seluruh
materi secara tuntas.
2. Pendekatan pembelajaran student centered approach
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik
(student centered approach) merupakan pendekatan pembelajaran aktif dimana
guru berperan sebagai fasilitator, motivator, katalisator, dan pengontrol konsep.
Pada pendekatan ini, peserta didik diposisikan sebagai pusat perhatian utama.
Pendekatan berorientasi pada peserta didik ini menggunakan metode heuristik
yang dipromosikan oleh Prof. Amstrong pada abad ke-19. Menurut metode ini,
peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan.
Pendekatan heuristik adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
sejumlah data dan peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan
menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pembelajaran
menggunakan metode penemuan atau inkuiri. (Sagala, 2005).

3
b. Pendekatan Konsep dan Pendekatan Proses
1. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh (Sagala, 2005).
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang
dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan meliputi
prinsip, hukum, dan teori. Fungsi konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan
berpikir abstrak. Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-
konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) berpikir (Dahar,
1989). Pendekatan konsep merupakan bentuk instruksional kognitif yang
memberikan kesempatan pada peserta didik berpartisipasi secara aktif dengan
konsep-konsep dan menemukan prinsip sendiri (Arifin, 2000). Beberapa ciri
konsep adalah sebagai berikut (Anitah W, 2007).
Konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang, konsep tersebut ialah semacam simbol.
Konsep timbul sebagai hasil pengalaman manusia dengan
menggunakan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta. Konsep
tersebut ialah generalisasi.
Konsep ialah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak
pengalaman.
Konsep merupakan perkaitan fakta-fakta atau pemberian pola pada
fakta-fakta.
Suatu konsep dalam mengalami modifikasi disebabkan timbulnya fakta-
fakta baru

Jadi, konsep dapat merupakan konsep konkret dan konsep abstrak.


Beberapa konsep ada kalanya dapat digabungkan dan saling memengaruhi satu
dengan yang lain. Gabungan konsep-konsep ini merupakan generalisasi dan
disebut prinsip ilmiah. Sebagai contoh, konsep asam bereaksi dengan basa
membentuk garam. Konsep juga mengalami modinasi disebabkan timbulnya

4
fakta-fakta baru, misalnya konsep atom berkembang mulai dari konsep atom
Dalton disempurnakan J. J. Thomson, Rutherford, kemudian Neils Bohr hingga
teori atom modern.

2. Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk ikut menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai keterampilan proses.
Pembelajaran dengan menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh
konsepkonsep belajar menurut teori “naturalisme-romantis” dan teori “kognitif
gestalt”. Naturalisme-romantis menekankan pada aktivitas peserta didik,
sedangkan kognitif gestalt menekankan pemahaman dan kesatupaduan Yang
menyeluruh (Sagala, 2005). Pendekatan proses dalam pembelajaran IPA
dikenal sebagai keterampilan proses IPA. Untuk menggunakan pendekatan
keterampilan proses, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Dalam menyusun silabus, keterampilan proses perlu dikembangkan
bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip
IPA.
Kedelapan keterampilan peserta didik tersebut sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dari sekolah dasar hingga menengah.
Dalam pembelajaran IPA, keterampilan proses tersebut tidak harus
sesuai urutan.
Setiap metode dan pendekatan pada pembelajaran IPA dapat digunakan
untuk pengembangan keterampilan proses.
Kemungkinan pengembangan keterampilan proses pada metode
ceramah lebih sedikit dibanding eksperimen.
c. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif
1. Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan
umum ke khusus sebagai pendekatan pembelajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan, prinsip umum diikuti contoh-contoh khusus atau penerapan
aturan, prinsip umum itu ke dalam keadaan khusus (Sagala, 2005).

5
Langkah-langkah yang dapat Anda tempuh dalam pendekatan deduktif dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut.
Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disaj ikan dengan pendekatan
deduktif.
Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan
buktinya.
Menyajikan contoh-contoh kasus agar peserta didik dapat menyusun
hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang
didukung oleh media yang cocok.
Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan
bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.
2. Pendekatan induktif
Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari
khusus menuju umum. Filosofi Inggris Prancis Bacon (1561) menghendaki agar
penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang konkret sebanyak
mungkin (Sagala, 2005). Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran induktif
menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian disimpulkan menjadi suatu
fakta, prinsip, dan aturan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif (Sagala,
2005) antara lain:
Memilih konsep, prinsip, dan aturan yang akan disajikan dengan
pendekatan induktif.
Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, pn'nsip, dan aturan yang
memungkinkan peserta didik memperkirakan (hipotesis) sifat umum
yang terkandung dalam contoh-contoh itu
Menyajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk
menunjang atau menyangkal perkiraan itu.
Menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti
berdasarkan Iangkah-langkah terdahulu

6
d. Pendekatan Discovery-Inquiry
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu ilmu yang mempelajari
fenomena/gejala alam. Semua yang dipelajari dalam IPA terjadi di lingkungan kita.
Proses pembelajaran IPA sendiri sangat dekat dengan alam. Pendekatan yang
dipakai dalam proses pembelajaran IPA salah satunya adalah pendekatan discovery-
inquiry. Pendekatan ini lebih menekankan pada pola pembelajaran individual atau
personal. Objek proses pembelajaran IPA yang terdiri dari produk IPA, nilai atau
sikap ilmiah IPA, kerja atau proses ilmiah IPA, aplikasi IPA dalam kehidupan
sehari-hari, dan kreativitas dalam mempelajari IPA. Objek proses pembelajaran IPA
tersebut dapat dicapai dalam suatu proses pembelajaran dengan pendekatan
discovery-inquiry. Pendekatan ini mampu meningkatkan proses mental peserta
didik. Proses mental yang dimaksud adalah kemampuan dalam melakukan
pengamatan, mengklasifikasi, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, bertukar
pendapat atau diskusi, memecahkan permasalahan (problem solving), dan membuat
kesimpulan.
e. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diaJarkannya
dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong mereka untuk membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut Nurhadi (2003),
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi dan situasi dunia nyata peserta didik. Pengetahuan
dan keterampilan peserta didik diperoleh dengan cara mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika belajar. Menurut Johnson (2002), CTL
adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para peserta didik
melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian
mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

7
f. Pendekatan Konstruktivisme
Salah satu prinsip penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik
harus membangun pengetahuan dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu
proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat
bermakna dan sangat relevan dengan peserta didik, dengan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide, dan dengan
mengajak peserta didik agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-
strategi mereka sendiri untuk belajar. Teori konstruktivisme adalah teori-teori yang
menyatakan bahwa peserta didik itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan
dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru dibandingkan
dengan aturan lama dan memperbaiki aturan itu jika tidak sesuai lagi. Pendekatan
ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru
berperan menjadi fasilitator yang membantu peserta didik menemukan fakta-fakta,
konsep, dan prinsip.

B. STRATEGI PEMBELAJARAN IPA


Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yg dilakukan guru dengan
tujuan proses pembelajaran yg berlangsung dikelas dapat mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran dilihat dari cara penyampaian materi IPA, yaitu
strategi pembelajaran induktif dan deduktif.
1. Strategi Pembelajaran Induktif
Strategi pembelajaran induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian kepada
peserta didik suatu jumlah contoh spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi
suatu aturan, prinsip, atau fakta yg pasti sebagai suatu produk IPA. Terdapat empat
langkah yg diperlukan dalam mengajar secara induktif:
a. Memilih atau menentukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum, prinsip,
dan sebagainya) sebagai pokok bahan yg diajarkan.
b. Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip, dan aturan umum itu
sehingga memungkinkan peserta didik menyusun hipotesis bersifat umum.

8
c. Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan tujuan
membenarkan atau menyangkal hipotesis yg dibuat peserta didik.
d. Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan yg telah terbukti berdasarkan
langka-langkah tersebut baik dilakukan peserta didik atau guru.
2. Strategi Pembelajaran Deduktif
Deduktif adalah proses dari penalaran yg berangkat dari umum ke khusus, atau dari
premis umum ke suatu kesimpulan logis. Strategi ini disampaikan dengan cara
mengajar dari aturan umum ke contoh-contoh khusus, atau penerapan generalisasi ke
kasus khusus. Strategi pembelajaran ini dilaksanakan dengan pemberian produk IPA
yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori terlebih dahulu. Strategi ini
umumnya merupakan pembuktian teori melalui eksperimen.
Pemilihan strategi penyampaian materi IPA tersebut berdasarkan objek proses
pembelajaran IPA yg terdiri dari:
1. Produk IPA yg berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.
2. Nilai dan/atau sikap ilmiah IPA.
3. Kerja dan/atau proses ilmiah IPA.
4. Aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari
5. Kreativitas dalam pembelajaran IPA.

C. METODE PEMBELAJARAN IPA


1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode dimana guru lebih banyak memberikan
informasi pada siswa, sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Penggunaan
metode ceramah pembelajaran harus digunakan teknik bertanya, sehingga tetap terjadi
interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa.penggunaa jenis pertanyaan
harus bervariasi seperti pertanyaan konvergen, divergen, pertanyaan untuk menguji
keterampilan proses dan keterampilan berpikir sesuai dengan konsep IPA yang di
sajikan, teknik mengajukan pertanyaan juga harus memperhatikan situasi kelas, kapan
melakukan promting atau kapan melakukan redirecting.
a. Keunggulan metode ceramah

9
• Dapat menyampaikan materi lebih banyak dibandingkan dengan metode-
metode yang lain
• Pada pembelajaran ipa tidak tidak banyak memerlukan peralatan
laboraturium
• Bila disiapkan dengan baik misalnya menggunakan model pembelajaran
“direct instruction” dapat membangkitkan aktifitas siswa
b. Kelemahan-kelemahan metode ceramah
• Kalau penyajian “teacher center” dan siswa sama sekali tidak dilibatkan,
maka materi yang disajikan mudah terlupakan karena siswa hanya
mendengar saja.
• Akibat siswa tidak aktif dapat saja siswa menjadi mengantuk atau
memikirkan yang lain-lain.
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan siswa
dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah langkah pengerjaan
sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada siswa.
Berdasarkan tujuannya demonstrasi dapat dibagi menjadi dua:
• Demonstrasi proses yaitu metode yang mengajak siswa memahami langkah dari
langkah suatu proses.
• Demonstrasi hasil yaitu metode untuk memperlihatkan atau memperagakan
hasil dari sebuah proses.
Setelah mengikuti demonstrasi, siswa akan memperoleh pengalaman belajar
langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Metode demonstrasi di
dalam pembelajaran IPA adalah metode dimana guru menyajikan suatu percobaan IPA
di depan kelas atau di tempat yang dapat dilihat oleh seluruh siswa.
Ada beberapa alasan mengapa dipilih metode ini pada pembelajaran IPA, yaitu jika:
• Peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium tidak memadai untuk
eksperimen
• Menggunakan bahan pratikum yang berahaya cMenggunakan alat-alat yang
tidak boleh dioperasikan oleh siswa
• Konsep yang di dapat dari percobaan harus dijelaskan tahap demi tahap.

10
a. Keunggulan dan kelemahan metode demonstrasi:
• Keunggulan Metode Demonstrasi
• Tidak banyak memerlukan keunggulan peralatan laboratorium
• Penggunaan bahan pratikum tidak boros
• Pengembangan konsep tanah
• Konsep yang dipelajari akan lebih mudah diingat karena siswa
melihat fakta-fakta secara langsung
b. Kelemahan- kelemahan metode demonstrasi
• Jika siswa sama sekali tidak diberikan pertanyaaan-pertanyaan
tentang hak-hal yang akan terjadi pada kegiatan demonstrasi, materi
yang didemonstrasikan hanya merupakan tontonan
• Jika sajian demonstrasi tidak dapat dilihat oleh semua siswa, materi
ajar tetap saja tidak terserap dengan baik
• Siswa tidak terlatih Dalam keterampilan penggunaan alat
c. Untuk merupakan metode demonstrasi pembelajaran IPA, ada beberapa
persyaratan yang harus dilakukan, diantaranya:
• Peralatan dan bahan yang sudah tersedia di depan kelas atau di
laboratorium
• Peralatan dan bahan yang sudah digunakan ukurannya atau
volumenya memadai untuk dilihat oleh seluruh siswa
• Memperhatikan keselamatan kerja
• Guru menyajikan demonstrasi dengan teknik bertanya yang tepat
3. Metode Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk
menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu
eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang
diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-
kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. untuk keberhasilan maka eksperimen harus
dirancang dulu kemudia di uji coba.
a. Keunggulan-keunggulan metode eksperimen:
• Fakta dan data yang diproleh siswa secara langsung mudah di ingat

11
• Guru dapat berkeliling kelas sambil melakukan penilaian terhadap sikap
dan psikomotorik
• Melatih kerja sama pada diri siswa karena metode eksperimen di sekolah
biasanya dilakukan secara berkelompok
b. Kelemahan metode eksperimen
• Memerlukan bahan dan alat praktik yang banyak
• Kalau siswa tidak diawasi dengan baik kadang-kadang ada yang main
di kelompok
• Memerlukan waktu belajar yang lebih lama dari pada metode
demonstrasi
c. Untuk menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA, ada beberapa
persyaratan yang harus dilakukan, diantaranya:
• Peralatan dan bahan yang tersedia dilaboratorium harus memadai untuk
eksperimen
• Menggunakan bahan praktikum yang tidak berbahaya
• Menggunakan peralatan yang aman bagi keselamatan dan mudah
digunakannya.
4. Metode Diskusi
Diskusi merupakan situasi dimana diantara siswa, siswa dengan guru terjadi tukar
menukar informasi, ideal atau pendapat untuk memecahkan suatu masalah
(Cruickshank, 2006). Tujuan diskusi adalah untuk mereviev apa yang telah siswa
pelajari, mendorong siswa untuk merefleksikan ide mereka atau pendapat mereka,
menggali isu-isu, memecahkan masalah dan meningkatkan keterampilan komunikasi
secara langsung atau bertemu muka.
5. Metode Bermain Peran (Role-Play)
Merupakan metode untuk “menghadirkan” peran-peran yang ada dalam dunia
nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian. Misalnya: menilai
keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberi
saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran, dan bukan pada
kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Untuk tingkat SD metode

12
bermain peran pada pembelajaran IPA dapat dilakukan misalnya pada topik “Rantai
Makanan”, Rotasi dan Revolusi Bumi. Kelemahan metode bermain peran diantaranya
kadang-kadang siswa terjebak pada bermainya tidak ke konsep yang sedang dipelajari
dan memerlukan waktu yang lama.
6. Metode Simulasi
Merupakan metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan
peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan
suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan
untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Ada beberapa contoh
metode simulasi yang dapat diterapkan pada materi IPA SD, contohnya pada saat
menjelaskan konsep gerhana. Simulasi gerhana bulan misalnya dengan menyorot bola
sebagai bumi dan bulan dimana lampu senter sebagai matahari. Contoh lainya
terjadinya tsunami dengan cara bak plastik diisi pasir dan air, dari bawah digerakkan
untuk mensimulasikan seolah-olah terjadi gempa ada gempa dan menimbulkan tsunami
pada pantai.
7. Metode Permainan (Game)
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-
breaker) atau penyegaran (energizer). Maksudnya yaitu untuk membangun suasana
belajar yang dinamis, pemanasan dalam proses belajar adalah pemecahan situasi
kebekuan fikiran atau fisik peserta penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik
permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius
tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif
ke aktif, dari kaku menjadi gerak dan dari jenuh menjadi riang. Metode ini diarahkan
agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira
meskipunmembahas hal-hal yang sulit atau berat, permainan digunakan sebagai proses.
Metode ini digunakan untuk mengembangkan konsep atau mengevaluasi.

D. TEKNIK PEMBELAJARAN IPA


1. Teknik Bertanya
Teknik bertanya itu suatu teknik yang efektif dalam proses pembelajaran
IPA. Guru bertanya kepada siswa merupakan hal yang sangat penting dengan

13
bertanya tersebut siswa langsung berfikir dan dapat mengoptimalkan proses
berfikir perkembangan mental peserta didik. Kemampuan dalam Menyusun
pertanyaan merupakan landasan pertama dalam mempelajari materi IPA dengan
berbagai macam model pembelajaran.
Tujuan dari pemberian pertanyaan pada peserta didik menurut Cole & Chan (1998)
(dalam buku Asih Widi (2014) adalah:
a) Mengoptimalkan kemampuan berkomunikasi interpersonal.
b) Memusatkan perhatian peserta didik pada suatu aspek tertentu (bagian dari
materi).
c) Memperkenalkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
disampaikan.
d) Menelaah bagian penting dari materi ajar.
e) Menstimulasi aktivitas proses kognitif peserta didik.
f) Mendorong peserta didik untuk melaksanakan diskusi kelompok.
g) Mengontrol pola perilaku sosial peserta didik.
Kategori pertanyaan menurut Cole & Chan (1998) (dalam buku Asih Widi (2014)
adalah:
a) High and low order question merupakan teknik bertanya yag bertujuan
untuk mengulang kembali materi yang telah diajarkan. Teknik tersebut
menurut beberapa penelitian biasa digunakan guru dalam bertanya di kelas.
b) Product question merupakan teknik bertanya yang meminta peserta didik
membuat suatu kesimpulan atau hasil akhir (out come).
c) Open question merupakan suatu teknik bertanya yang mendorong peserta
didik berpikir divergen dan berpikir kreatif.
d) What, when, who, why and how question kategori bertanya tipe ini dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
e) Memory question bertujuan untuk mengingat kembali materi yang telah
diberikan pada peserta didik.
f) Contextually explicit, contextually implicit and background question
merupakan suatu teknik bertanya yang dilakukan oleh guru meminta suatu
jawaban yang tegas dari suatu materi yang telah dipelajarinya.

14
Teknik-teknik dalam memberikan pertanyaan yang diuraikan diatas merupakan
teknik yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPA baik dikelas maupun
di laboratorium. Teknik-teknik tersebut diharapkan mampu meningkatkan
keingintahuan peserta didik, meningkatkan keberanian peserta didik dan tingkat
pemahaman peserta didik. Pemilihan pola pertanyaan oleh guru dapat disesuaikan
dengan konteks peserta didik, materi IPA yang diajarkan, lingkungan peserta didik
dan style/performance seorang guru.
2. Teknik Menghafal
Teknik menghafal yaitu memahami suatu konsep materi IPA dalam suatu
proses pembelajaran membutuhkan kemampuan mengingat konsep atau mteri
tersebut. Kemampuan mengingat materi memerlukan teknik menghafal dengan
memasukan materi yang berupa informasi ke otak untuk mempermudah
mengingatnya. Materi-materi IPA yang berupa prinsip hukum dan teori
membutuhkan cara tertentu untuk dihafalkan dan setiap peserta didik mempunyai
cara tersendiri dalam menghafalkannya.
Menghafalkan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk dapat
mengingat dan memanggil kembali informasi IPA yang ada di otak peserta didik.
Kemampuan otak untuk mengingat dan memanggil Kembali suatu informasi
berbeda pada peserta didik satu dengan yang lain. Semua informasi yang diingat
peserta didik akan bertahan lama jika berupa long term memory memerlukan
teknik-teknik khusus.
Prinsip-prinsip teknik menemonik dapat diaplikasikan dalam menghafal materi IPA
a) Prinsip pemaknaan materi IPA yang dihafal oleh seorang peserta didik akan
lebih teringat kuat dalam LTM jika materi tersebut berkesan pada seorang
peseta didik.
b) Prinsip asosiasi, materi IPA akan lebih mudah dihafal jika mengaitkan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik sebelumnya. Asosiasi dapat
dilakukan dengan cara membuat permisalan benda nyata untuk menghafal
suatu materi IPA.

15
c) Prinsip imajinasi materi IPA akan lebih mudah dihafalkan oleh pesera didik
jika dilengkapi dengan gambaran yang dibuat peserta didik untuk selalu
mengingat materi IPA tersebut.
d) Prinsip organisasi,materi IPA akan lebih mudah dihafalkan oleh peserta
didik jika dikelompokan-kelompokan menjadi bagian-bagian kecil yang
saling berhubungan.
e) Prinsip pengulangan,materi IPA akan lebih mudah dihafalkan jika selalu
diulang-ulang.Proses pengulangann dapat dilaksanakan untuk semua
materi-materi IPA yang dipelajari.Prinsip pengulangan dapat dilakukan
dengan mengulang-ulang secara lisan maupun tulisan.
3. Teknik Mencatat
Teknik mencatat mempunyai korelasi dengan teknik menghafal. Kedua
teknik tersebut berhubungan dengan cara menyimapan informasi atau mengingat
dan memanggil kembali informasi Ketika dibutuhkan. Kedua teknik tersebut
melibatkan proses yang trjadi di long term memory (LTM).
Mencatat efektif dalam proses pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai
cara, teknik mencatat IPA dipengaruhi oleh kesenangan dan kemudahan masing-
masing peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda dalam mencatat. Buku ini menyajikan teknik mencatat yang efekif yang
mampu mempermudahkan peserta didik mengingat dan mengulang atau
memanggil Kembali informasi materi IPA.
a) Peta Konsep
Peta konsep menggambarkan hubungan antar konsep dengan menggunakan
label, konsep yang dituliskan dipeta konsep merupakan konsep penting atau
esensial. Konsep yang dituliskan dipeta konsep merupakan konsep penting
esensial. Konsep-konsep dihubungkan dengan kata yang berfungsi sebagai
label, kata tersebut dapat berfungsi untuk hubungan sebab akibat atau kausal,
bersifat logis, berfungsi sebagai kata kerja dan subtansial.
Prinsip yang harus dipenuhi dalam membuat peta konsep adalah:
• Dalam satu kolom hanya memuat satu konsep atau ide pokok.

16
• Berbentuk diagram yang teratur sebagai representasi konsep-konsep
penting.
• Harus terdapat kata yang berfungsi sebagai label atau labelling yang
berfungsi menghubungkan antar konsep.
Teknik mencatat dengan peta konsep ini dapat dilakukan peserta didik
Ketika mencatat materi yang disampaikan guru secara lisan maupun tulisan
(buku, modul, artikel, lembar kegiatan, petunjuk pratikum atau bahan ajar
yang lain).
b) Peta Pikiran (Mind Map)
Teknik mencatat dengan menggunakan peta pikiran berdasarkan
optimalisasi fungsi otak kiri dan otak kanan dalam suatu asosiasi.
Menurut DePorteretal (2010), kiat-kiat dalam membuat peta pikiran aalah
1. Membuat lingkaran ditengah kertas untuk menuliskan gagasan utama
2. Menambahkan cabang-cabang dari pusatknya untuk tiap poin kunci,
menggunakan pensil warna
3. Menuliskan kata kunci/frase pada tiap-tiap cabang, lalu kembangkan untuk
menambha detail-detail
4. Tambahkan symbol dan ilustrasi
5. Menggunakan huruf kapital
6. Membuat kreasi pada peta pikiran yang dibuat
7. Bersikap kreatif dan berani dalam membuat peta pikiran
8. Membuat peta pikiran secara horizontal
c) Teknik mencatat klasikal dengan pemberian warna, symbol dan bentuk
Teknik mencatat klasikal merupakan teknik yang bisa digunakan peserta
didik dalam mencatat materi yang dijelaskan guru secara lisan maupun
mencatat materi dari buku catatan yang digunakan peserta didik.
Metode yang efektif dalam pencatatan secara klasikal dapat diupayakan dengan
cara membuat variasi dalam buku catatan peserta didik. Variasi yang dapat
digunakan dalam mencatat adalah

17
1. Untuk materi-materi IPA yang bersifat factual da konseptual atau berisi
konsep yang harus selalu diingat maka dalam melakukan pencatatan dengan
pemberikan warna pada hal-hal penting.
2. Untuk materi-materi IPA yang terdapat rumusan matematis tersebut
3. Jika peserta didik ingin memberikan catatan khusus (pernyataan penting
yang diutarakan guru, tetapi tidak ada buku teks atau LKPD)
4. Jika peserta didik akan mencatat dengan buku tulis bergaris maka peserta
didik dapat membuat dua kolom dalam satu halaman yang sama,kolom
petama untuk menuliskan gagasan penting sedangkan kolom yang lain
untuk keterangan dari gagasan penting.
5. Menggunakan cornell notes,peserta didik dapat membagi kertas menjadi
tiga bagian,bagian kiri untuk tempat menuliskan gagasan utama atau kata
kunci,bagian kanan untuk tempat menuliskan hasil pencacatan.

E. MODEL PEMBELAJARAN IPA


1. Contextual Teaching and Learning
Contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
memandang bahwa anak akan belajar lebih baik dan lebih bermakna jika anak
“bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
“mengetahuinya” (Kadir 2013). Sanjaya (2010) menjelaskan bahwa CTL adalah suatu
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata. Sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sanjaya (2010) menjelaskan bahwa ada tujuh langkah CTL diantaranya:
1. Konstruktivisme, adalah proses membangun atau menyusun struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Pengetahuan berasal dari luar dan di konstruksikan dari
dalam diri seseorang.

18
2. Inquiri adalah pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, melainkan proses
menemukan sendiri.
3. Bertanya (questioning) dipandang sebagai rasa keingintahuan setiap individu dan
membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam setiap proses pebelajaran bertanya
selalu digunakan.
4. Masyarakat belajar (learning community), Melalui penerapan pembelajaran secara
kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, membantu siswa untuk saling
membelajarkan, bertukar informasi dan bertukar pengalaman.
5. Pemodelan (Modeling), Memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru
oleh setiap siswa dan mengindari siswa dari pembelajaran yang teoritis-abstrak.
6. Refleksi (Reflection), Pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan
mengurutkan kembali kejadian-kejadian pembelajaran yang telah dilalui siswa.
Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu dimasukan dalam struktur kognitif
siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuannya.
7. Penilaian nyata (authentic assessment) Pengumpulan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilalui siswa.

Kelebihan Model Pembelajaran CTL:

Hudson dan Wishler (dalam Setyowati, 2017) menyatakan bahwa CTL memiliki
kelebihan mampu membantu siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan
cara membimbing mereka. Sutardi & Sudirjo (2007) mengungkapkan keunggulan dari
pembelajaran kontekstual diantarannya: mengutamakan dunia nyata, berpikir tingkat
tinggi, pembelajaran berpusat pada siswa dan melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran.

Kelemahan Model Pembelajaran CTL:

Muslich (dalam Rahayuningsih dkk., 2013) yaitu: a) dalam proses pembelajaran


dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yng memiliki kemampuan unggul
dan biasa; b) tidak meratanya pengetahuan yang didapatkan siswa; c) bagi siswa yang
tertinggal dalam proses pembelajaran CTL akan mengalami kesulitan untuk mengejar

19
karena dalam pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha
sendiri.

2. Problem Based Learning (PBL)


Wood (2003) menjelaskan bahwa problem based learning (PBL) merupakan
penggunaan sebuah kasus atau skenario masalah untuk menentukan tujuan
pembelajaran pada siswa. Gijselaers (1996) menyatakan bahwa PBL melibatkan siswa
dalam mengerjakan masalah dalam kelompok dengan bimbingan dari guru. Masalah
yang diberikan dianalisis dan penyelesaiannya menghasilkan pengetahuan serta
keterampilan pemecahan masalah. Arends (2008) memaparkan bahwa PBL merupakan
model pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan
bermakna kepada siswa serta berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan
penyelidikan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan suatu
model pembelajaran yang menghadirkan masalah sebagai pembelajaran. Masalah
tersebut merupakan masalah nyata yang menyangkut peristiwa kehidupan sehari-hari
dalam upaya melatih siswa dapat aktif, mengidentifikasi masalah, merumuskan
masalah, memecahkan masalah dan menemukan solusi.
Adapun langkah-langkah PBL menurut Arends, (2008) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa
Guru menyampaikan maksud pembelajaran kepada siswa. Guru menyajikan suatu
permasalahan dengan prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam
mengidentifikasi permasalahan tersebut.
2. Mengorganisasikan siswa meneliti
Guru mengembangkan keterampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu
mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Siswa
mengidentifikasikan hal-hal yang belum mereka pahami dan perlu dipelajari untuk
menyelesaikan masalah.
3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Siswa atau kelompok membuat perencanaan untuk investigasi permasalahan yang
ada. Anggota kelompok berbagi peran untuk pengumpulan data dan eksperimen,
pembuatan hipotesis dan penejalasan dan memberikan solusi.
4. Observasi

20
Masing-masing siswa melakukan penelusuran informasi atau observasi
berdasarkan tugas yang telah ditetapkan dalam diskusi kelompok. Data atau
informasi dapat diperoleh melalui perpustakaan, internet, pengamatan, wawancara,
dan sumber lainnya.
5. Mengembangkan dan mempersentasikan produk dari hasil pembelajaran
Siswa atau kelompok mengembangkan dan mempersentasikan produk dari hasil
pembelajaran.
6. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Guru melakukan refleksi terhadap proses penyelesaian masalah yang telah
dilakukan. Hal ini untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
berpikirnya sendiri maupun keterapilan investigatif dan keterampilan intelektual
yang mereka gunakan.
Kelebihan Model PBL:
Kelebihan PBL menurut Shoimin (2016) adalah sebagai siswa dilatih untuk
memiliki kemampuan memecahkan masalah, membangun pengetahuannya sendiri,
pembelajaran berfokus pada masalah, terjadi aktivitas ilmiah melalui kerja kelompok,
terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan lain yang ada di lingkungannya,
dapat menilai kemajuan belajarnya sendiri, dapat berkomunikasi dalam kegiatan
diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka dan kesulitan belajar dapat diatasi
melalui kerja kelompok.
Kekurangan Model PBL:
Kekurangan PBL menurut Al-Ta`bany (2014) adalah persiapan pembelajaran (alat,
problem, konsep) yang kompleks. Sedangkan Shoimin (2016) menyatakan kekurangan
PBL adalah sebagai berikut: tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran,
kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah dan dalam suatu kelas
yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam
pembagian tugas.

3. Inquiry Learning
Inquiry learning merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

21
analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri
(Gulo, 2002). Sanjaya (2010) yang mengatakan bahwa inquiry learning menekankan
kepada kemampuan berpikir kritis, menganalisa suatu masalah dan mencari sendiri
jawaban tersebut, sehingga jawaban yang diberikan setiap siswa berbeda. Saab et al.
(2012) menjelaskan bahwa inquiry learning, siswa bekerja sama melakukan percobaan
dan menggunakan hasil untuk konstruksi pengetahuan bersama. Dari pendapat diatas,
dapat disimpulkan bahwa inquiry learning merupakan aktifitas belajar yang mendorong
siswa untuk aktif, berpikir kritis, menemukan pengetahuan atau pemahaman untuk
menyelidiki sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
pada percaya diri.
Sanjaya (2010) menjelaskan bahwa langkah-langkah inquiry learnimg adalah sebagai
berikut:
1. Orientasi, Guru dituntut untuk membuat suasana belajar yang kondusif. Kegiatan
yang dilakukakn guru, diantaranya: menjelaskan materi yang akan dipelajari,
tujuan yang akan dicapai dan menjelaskan topik dan pentingnya kegiatan belajar
sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar.
2. Merumuskan masalah, Rangsangan yang diberikan guru berupa
pertanyaanpertanyaan mengenai permasalahan, dapat mendorong siswa untuk
memecahkan dan mencari jawaban permasalahan tersebut.
3. Mengajukan hipotesis, Siswa mengumpulkan jawaban sementara dari suatu
permasalahan.
4. Mengumpulkan data, Siswa mengumpulkan data dan informasi sebanyak mungkin
untuk menguji hipotesis yang telah mereka kumpulkan.
5. Menguji hipotesis, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Hipotesis yang ada kemudian dibandingkan dengan data dan informasi
yang telah dikumpulkan. Jawaban yang ditemukan harus didukung oleh data dan
fakta yang ditemukan.
6. Merumuskan kesimpulan, Siswa mendeskripsikan temuan yang diperoleh dari hasil
pengujian hipotesis. Guru membantu siswa untuk menentukan data yang relevan
sehingga mencapai kesimpulan yang akurat.

Simbolon & Sahyar (2015:306) menjelaskan bahwa kelebihan inquiry learnimg adalah:

22
(1) Model pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi menjadi
pengolahan informasi,
(2) Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru lebih
banyak bersifat membimbing,
(3) Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa,
(4) Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga tahan lama
dalam ingatan,
(5) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar,
(6) Menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).

Kekurangan inquiry learning menurut (Sanjaya, 2010) yaitu sebagai berikut:

1. sulit mengontrol kegiatan siswa dan bmerencanakan pembelajaran oleh karena


terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2. waktu yang dibutuhkan lama, sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang lebih ditentukan.

3. kesiapan siswa dan masalah yang diberikan haruslah yang dapat menjangkau nalar
siswa.

4. Discovery Learning
Menurut Anitah (2009) discovery learning adalah proses pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam pemeccahan masalah untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan. Bruner (Schunk, 2012) mendefiniskan discovery learning sebagai
penguasaan pengetahuan untuk diri sendiri. Belajar penemuan melibatkan aktivitas
siswa seperti mencari, menelusuri, mengolah, dan menyelidiki.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa discovery learning merujuk pada proses
pembelajaran dimana siswa berusaha sendiri mencari permasalahan dengan modal
pengetahuan yang dimiliki untuk kemudian menghasilkan pengetahuan baru yang
benar-benar bermakna melalui serangkaian proses penyelidikan ilmiah.
Yerizon et al., (2018) mengemukakan bahwa ada lima langkah dalam discovery
learning, yaitu:

23
1. Stimulation (Stimulasi atau pemberian rangsangan), Pada tahap ini siswa
dihadapkan pada situasi dan sesuatu yang dapat menimbulkan kebingungan. Guru
dapat memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, memberikan anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah kepada langkah
pemecahan masalah.
2. Problem statement (Identifikasi masalah), siswa diberi kesempatan oleh guru untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan ajar,
kemudian ssiwa memilih salah satu untuk kemudian dirumuskan dalam bentuk
hipotesis.
3. Data collection (Pengumpulan data), Tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dengan cara
mengumpulkan informasi melalui membaca literatur, mengamati objek, melakukan
wawancara dengan narasumber, melakukan eksperimen atau uji coba, dan kegiatan
lainnya.
4. Data processing (Pengolahan data), Tahap ini merupakan tahap dimana siswa
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh melalui penafsiran sehingga
mendapatkan sebuah hasil.
5. Verification (Pembuktian), Pada tahap ini, siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat dan teliti untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah
dirumuskan di awal melalui temuan alternatif kemudian dihubungkan dengan hasil
data processing dan verification.
6. Generalization (Penarikan kesimpulan), Tahap terakhir ini adalah proses menarik
sebuah simpulan yang dapat dijadikan oleh siswa sebagai prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian dan masalah yang sama dengan tetap memperhatikan
hasil verifikasi.

Suryosubroto (2002) mengemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan Discovery


Learning. Keunggulannya diantaranya:

1. Membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitif


2. Pengetahuan yang diperoleh sifatnya pribadi dan mungkin merupakan suatu
pengetahuan yang sangat kukuh

24
3. Membangkitkan minat belajar pada siswa.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
5. Siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan
termotivasi untuk belajar

Sedangkan kelemahan discovery learning menurut Suryosubroto (2002) adalah

1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
4. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

5. Project Based Learning


Definisi project based learning (PjBL) menurut George Lucas Educational
Foundation (2011) adalah sebuah model pembelajaran yang menuntut pendidik dan
siswa mengembangkan guiding question (pertanyaan penuntun) yang berhubungan
dengan sebuah topik di dunia nyata dengan menghubungkan antar subjek materi dalam
lintas disiplin ilmu. Zubaedah (2016) menyatakan bahwa PjBL adalah model
pembelajaran yang ideal untuk memenuhi keterampilan di abad 21 (21st Century
Skills) yang meliputi berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas. Adapun
karakteristik dari PjBL adalah: 1) siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka
kerja; 2) adanya permasalahan yang diajukan kepada siswa; 3) siswa dituntut untuk
mendesain proses guna penyelesaian solusi permasalahan yang diajukan; 4) siswa
bertanggung jawab untuk mencari dan mengolah informasi untuk memecahakan
permasalahan secara kolaboratif; 5) evaluasi yang dijalankan secara kontinyu; 6) siswa
melakukan refleksi atau evaluasi atas aktivitas yang telah dilakukan secara berkala; 7)

25
produk akhir aktivitas belajar dievaluasi secara kualitatif; dan 8) situasi pembelajaran
dapat menoleransi kesalahan dan perubahan (Hartini, 2017).
Adapun langkah-langkah PjBL menurut George Lucas Educational Foundation (2011)
adalah:
1. Start with the Essential Question, Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan
esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi petunjuk atau penugasan siswa
dalam melaksanakan sebuah aktivitas.
2. Design a Plan for the Project, Perencanaan dilaksanakan antara pendidik dan siswa
secara kolaboratif. Dengan begitu, diharapkan siswa akan merasa dilibatkan atau
“memiliki” proyek tersebut. Perencanaan berisi mengenai aturan main dan
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial.
3. Create a Schedule, dalam tahap ini, pendidik dan siswa menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek secara kolaboratif. Aktivitas pada tahap ini antara
lain: a) membuat timeline; b) membuat deadline penyelesaian proyek; c) membawa
siswa merencanakan cara yang baru; d) membimbing siswa ketika siswa melakukan
cara yang tidak berhubungan dengan proyek; dan e) meminta siswa untuk membuat
alasan mengenai pemilihan suatu cara.
4. Monitor the Students and the Progress of the Project, dalam tahap ini pendidik
bertanggung jawab melakukan monitoring yang dilakukan dengan cara
memfasilitasis siswa terhadap aktivitas siswa selama penyelesaian proyek.
5. Assess the Outcome, Asesmen dilakukan untuk membantu pendidik dalam
mengukur ketercapaian standar guna mengevaluasi kemajuan masing-masing
siswa, memberi feedback tentang tingkat pemahaman yang telah dicapai siswa,
serta membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran selanjutnya.
6. Evaluate the Experience Di akhir proses pembelajaran, pendidik dan siswa
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dilakukan.

Adapun kelebihan PjBL menurut Boss dan Kraus (Abidin, 2009) diantaranya:

1. Model PjBL ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan
tambahan apapun dalam pelaksanaannya.

26
2. Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikkan strategi otentik secara
disiplin.

3. Siswa bekerja untuk memecahkan masalah yang penting baginya secara kolaboratif.
4. Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi
dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara baru.

5. Meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan


proyek-proyek lintas disiplin ilmu.

Sedangkan kelemahan dari model ini yaitu:

1. Memerlukan banyak waktu dan biaya.

2. Memerlukan banyak media dan sumber belajar.

3. Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang.

4. Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang
dikerjakannya.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pembelajaran IPA terdapat beberapa pendekatan, strategi, metode, teknik, model.
Pendekatan pembelajaran IPA yaitu pendekatan pembelajaran berdasarkan teacher
centered approach dan student centered approach, pendekatan konsep dan pendekatan
proses, pendekatan deduktif dan pendekatan induktif, pendekatan discovery-inquiry,
pendekatan kontekstual, dan pendekatan konstruktivisme. Strategi pembelajaran IPA yaitu
strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. metode pembelajaran
ipa yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode diskusi,
metode bermain peran (role-play), dan metode permainan (game). Teknik pembelajaran
IPA yaitu teknik bertanya, teknik menghafal, dan teknik mencatat. Adapun model
pembelajaran IPA yaitu model Contextual Teaching and Learning (CTL), model Problem
Based Learning (PBL), model Inquiry Learning, model Discovey Learning, dan model
project based learning.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami materi
yang tertulis dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

Maulana, dkk. Ragam Model Pembelajaran Di Sekolah Dasar. UPI Sumedang Press.

Nasution, Noehi, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wisudawati, Asih Widi. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Kelana, J. B., & Wardani, D. S. (2021). Model Pembelajaran IPA SD BUKU SUMBER View
project Artikel View project (Issue February).

29

Anda mungkin juga menyukai