Anda di halaman 1dari 5

PEREMPUAN PERSPEKTIF Al-QURAN DAN HADIST

Oleh :

FILDA MAWADDAH
A. Perempuan dalam Al-Qur’an
Beberapa pandangan yang sampai sekarang ini masih berbekas
dalam memori kita tentang “perempuan”. Mulai dari asal kejadian
perempuan, malapetaka terusirnya Adam as. yang disebabkan oleh
perempuan (Hawa), sampai pada kehidupan di dunia, dimana penghuninya
masuk neraka karena perempuan, dan yang lebih menghebohkan lagi
adalah nanti di akhirat yang paling banyak masuk neraka adalah
perempuan. Amat menyesallah mereka yang dilahirkan kedunia ini sebagai
seorang perempuan.
➢ Asal –Usul Perempuan
Ada anggapan bahwa mula-mula yang diciptakan oleh Allah
adalah Adam as. Baru kemudian karena Adam kesepian maka Allah
menciptakan Hawa yang akan menemaninya di Surga. Dan dikatakan
bahwa Hawa (perempuan) diciptakan dari tulang rusuk Adam as.
Perbedaan material penciptaan antara Adam dengan Hawa, telah
memunculkan persepsi negatif tentang perempuan, tentunya karena
adanya Adam, Hawa itu ada. Maka dengan sendirinya Adam (laki-laki)
lebih mulia dari pada Hawa (perempuan). Pandangan yang demikian ini
mengesankan kerendahan derajat kemanusiaannya dibanding dengan
lelaki. Benar ada sebuah hadits nabi yang dinilai shahih yang
menjelaskan
“Saling pesan memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan,
karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok.”
Hadis ini yang oleh sebagian orang dipahami secara harfiyah.
Muhammad Rasyid Ridha, dalam Tafsir Al-Manar, menulis: Seandainya
tidak tercantum kisah kejadian adam dan Hawa dalam kitab Perjanjian
Lama (Kejadian II;21)3 dengan redaksi yang mengarah kepada
pemahaman di atas, niscaya pendapat yang keliru itu tidak pernah akan
terlintas dalam benak seorang muslim
Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian
majzi (kiyasan), dalam arti bahwa hadits tersebut mengingatkan para
lelaki agar menghadapi perempuan secara arif. Karena ada sifat,
karakter, dan kecendrungan mereka yang tidak sama dengan lelaki, bila
tidak disadari akan membawa lelaki untuk bersikap tidak wajar terhadap
perempuan. Mereka tidak akan mampu merubah sifat dan karakter
perempuan perempuan. Kalau dipaksakan maka akan berakibat fatal,
fatalnya sebagaimana meluruskan tulang rususk yang bengkok, patah.
Sebuah hadis lain yang secara jelas menegaskan tentang hal ini, adalah
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah;
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w
pernah bersabda: Sesungguhnya wanita itu seperti tulang rusuk. Jika
kamu mencoba untuk meluruskannya, ia akan patah. Tetapi kalau kamu
biarkan (memperlakukannya secara bijaksana), maka kamu akan dapat
menikmatinya dengan tetap dalam keadaan bengkok.
Dalam hadits di atas secara jelas disebutkan bahwa perempuan
itu seperti tulang rusuk yang bengkok jadi tulang rusuk yang dimaksud
adalah bukan pada asal kejadiannya sebagaimana khabar Israiliyat di
atas, melainkan pada karakter, sifat perempuan. Karena itu
memperlakukan perempuan dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang
humanis dan bijak.
➢ Hak-Hak Perempuan
Sedangkan yang terkait dengan hak-hak perempuan, secara
umum surat An-Nisa‟ ayat 32, menunjukkan hak-hak perempuan:
Artinya “(Karena) bagi lelaki dianugerahkan hak (bagian) dari apa yang
diusahakannya, dan bagi perempuan dianugerahkan hak (bagian) dari
apa yang diusahakannya”
Dari ayat tersebut dipahami bahwa masing-masing lelaki maupun
perempuan memiliki hak-hak, dan haknya tersebut didasarkan kepada
bagaimana kemampuan mereka dalam mengaktualisasikan dirinya.
Semakin banyak yang dapat diperbuat, maka semakin banyak pula
yang diperoleh.
Dalam Islam kiprah perempuan tidak terbatas pada persoalan
domistik, melainkan memiliki ruang gerak yang luas sebatas itu tidak
bertentangan dengan kodratnya. Ada sebagian kalangan terkadang
menjastifikasikan keterbatasan perempuan untuk bergerak hanya pada
ruang domistik yang sangat sempit. Beberapa ayat al-Qur‟an yang
biasa digunakan seperti, QS. Al-Ahzab, ayat 33, yang berbunyi,
Artinya “ Dan hendaklah kamu tetep di rumahmu, dan jangan kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah terdahulu”
Terhadap ayat tersebut, terdapat dua pendapat, yang pertama
memahami bahwa perempuan harus tetap diam di rumah untuk
memenuhi tugas-tugas dirumah. Perempuan dilarang keluar rumah.
Pendapat ini didukung oleh Al-Qurtubi (w.671 H). Perempuan boleh
keluar rumah hanya dalam keadaan emergensi. Pendapat yang sama
juga dikemukakan oleh Ibn al-Arabi (1076-1148 M). Sementara Al-
Maududi, boleh keluar karena “kebutuhan atau keperluan”.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa perempuan pada masa
Rasulullah Saw., masa Sahabat, ataupun masa sesudahnya, tidak
dilarang keluar rumah dan melakukan aktifitas di luar rumah. Sekian
banyak jenis dan ragam pekerjaan yang digeluti oleh perempuan pada
masa itu.
Pada masa Nabi saw tersebut telah banyak kaum perempuan
yang bekerja dengan berbagai profesi sesuai dengan kemampuan
masingmasing. Profesi-profesi tersebut ada yang dilaksanakan secara
individu ada pula yang secara kelompok, ada yang pekerjaannya
dikerjakan cukup dengan di sekitar pekarangan rumah dan ada pula
yang dikerjakan di luar rumah, dan beberapa pelakunya adalah adalah
kaum perempuan termasuk istri Nabi saw sendiri. Dan ini merupakan
bukti bahwa sebenarnya islam tidak melarang kaum perempuan untuk
beraktivitas.
Pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh kaum perempuan
zaman Nabi saw sangat beraneka ragam, bahkan diantaranya ada yang
terjun langsung dalam peperangan, bahu-membahu dengan kaum
lelaki, dan ada yang merawat korban akibat peperangan. Kemudian ada
juga yang ahli dalam bidang rias pengantin, seperti Ummu Salim Binti
Malhah yang merias Shafiyyah Bin Huyyay. Dalam bidang
perdagangan, khadijah Binti Khuwailid tercatat sebagai pedagang yang
sukses. Zainab Binti Jahsy bekerja menyama‟kulit binatang dan hasil
kerja kerasnya tersebut disedekahkan. Dan zaman itu pula ada
perempuan yang menggantikan suaminya sebagai tulang punggung
keluarga, bukan karena alasan lain Secara praktis, fungsi utama agama
adalah sebagai sumber nilai (ahklak) untuk dijadikan pegangan dalam
hidup budaya manusia. Agama juga memberikan orientasi atau arah
dari tindakan manusia. Orientasi itu memberikan makna dan
menjauhkan manusia dari kehidupan yang sia-sia. Nilai, orientasi, dan
makna itu terutama bersumber dari kepercayaan akan adanya Tuhan
dan kehidupan setelah mati atau yang disebut dengan alam akhirat.
Dalam filsafat pendidikan islam, kegunaan epistimologi adalah untuk
memproleh ilmu pengtahuan sehingga kegunaan ilmu tersebut dapat
digunakan untuk menjelaskan, meramal atau memerkirakan, dan
mengontrol. Penjelasan tersebut bersumber dari alquran dan hadis..
Dihadapkan pada masalah praktis, teori akan akan tetapi karena saat
itu suami dan anaknya sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan
keluarga, perempuan tersebut adalah Raithah istri dari shahabat
Abdullah Bin Mas‟ud. Kemudian ada juga yang bekerja sebagai
sekretaris yaitu Al-syifa yang karena kepandaiannya dalam menulis ia
diutus oleh khalifah Umar r.a untuk menangani pasar kota Madinah Dari
contoh-contoh tersebut yang terjadi pada masa Nabi saw dapat kita
ketahui bahwa perempuan tetap boleh beraktivitas atau bekerja.

Anda mungkin juga menyukai