PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
dalam pandangan hukum Islam. Dalam satu sisi aktivitas yang baik bagi perempuan
diasumsikan sebagai kegiatan didalam rumah, mengurus anak serta suami, memasak,
membersihkan rumah, mencuci dan segala hal mengenai kegiatan rumah. Dalam sisi
Para ulama berbeda pendapat mengenai boleh atau tidaknya perempuan menjadi
pemimpin. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, pertama, adanya pandangan bahwa
laki-laki adalah pemimpin kaum perempuan. Kenyataan ini didukung oleh justifikasi
َالِّر َج اُل َقَّواُم ْو َن َع َلى الِّنَس ۤا ِء ِبَم ا َفَّض َل ُهّٰللا َبْع َض ُهْم َع ٰل ى َبْع ٍض َّو ِبَم ٓا َاْنَفُق ْو ا ِم ْن َاْم َو اِلِهْم ۗ َفالّٰص ِلٰح ُت ٰق ِنٰت ٌت ٰح ِفٰظ ٌت
ِّلْلَغْيِب ِبَم ا َح ِفَظ ُهّٰللاۗ َو اّٰل ِتْي َتَخ اُفْو َن ُنُش ْو َزُهَّن َفِع ُظْو ُهَّن َو اْهُجُرْو ُهَّن ِفى اْلَم َض اِج ِع َو اْض ِر ُبْو ُهَّن ۚ َفِاْن َاَطْعَنُك ْم َفاَل َتْبُغ ْو ا
Artinya :
Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan
karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-
perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri
ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-
perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat
kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau
perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu
Mahabesar.
Ahli tafsir menyatakan bahwa qawwam berarti pemimpin, pelindung, pengatur, dan
demikian ungkap al-Razy dalam Tafsir al-Kabir. Di samping itu, al-Zamakhsari dalam
karena akal, ketegasan, tekad yang kuat, kekuatan fisik, secara umum memilki
perempuan lebih sensitif dan emosional.1 Namun, konsep laki laki sebagai pemimpin
Wanita sebagai mana dituliskan dalam Al-Qu’ran surat Annisa’: 4 adalah laki-laki
sebagai perempuan dalam lingkup rumah tangga. Hal ini tercermin dari kewajiban
dilakukan suami kepada istrinya dan tidak ada kewajiban untuk menafkahi wanita
selain istrinya. Dari hal itu sebenarnya bisa disimpulkan bahwa ayat tersebut tidak
bisa digunakan untuk melarang perempuan tampil sebagai pemimpin publik seperti
1
Ida Novianti, “Dilema Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam”, Jurnal Studi Gender dan Anak. Vol.3 No.
2(2008)
Terkait larangan perempuan menjadi seorang pemimpin juga dapat didasarkan pada
- َح َّد َثَنا ُع ْثَم اُن ْبُن اْلَهْيَثِم َح َّد َثَنا َع ْو ٌف َع ِن اْلَح َس ِن َع ْن َأِبى َبْك َر َة َق اَل َلَق ْد َنَفَعِنى ُهَّللا ِبَك ِلَم ٍة َس ِم ْع ُتَها ِم ْن َر ُس وِل ِهَّللا
- َبْع َد َم ا ِكْدُت َأْن َأْلَح َق ِبَأْص َح اِب اْلَج َم ِل َفُأَقاِت َل َم َع ُهْم َق اَل َلَّم ا َبَل َغ َر ُس وَل ِهَّللا، َأَّياَم اْلَج َمِل- صلى هللا عليه وسلم
َأَّن َأْهَل َفاِر َس َقْد َم َّلُك وا َع َلْيِه ْم ِبْنَت ِك ْس َر ى َقاَل « َلْن ُيْفِلَح َقْو ٌم َو َّلْو ا َأْمَر ُهُم اْمَر َأًة- » صلى هللا عليه وسلم
Artinya,
“Dari Utsman bin Haitsam dari Auf dari Hasan dari Abi Bakrah berkata: ‘Allah
Rasulullah SAW pada hari menjelang Perang Jamal, setelah aku hampir
sampai kabar kepada Rasulullah SAW bahwa bangsa Persia mengangkat putri Kisra
sebagai pemimpin, beliau bersabda ‘Tidak akan beruntung suatu kaum yang
Kedua ayat diatas menunjukan bahwa terdapat perbedaan kesetaraan perempuan dan
Wanita untuk menjadi seorang pemimpin. Padahal Syari’at Islam, baik secara
normatif maupun empirik historis menunjukkan adanya kesetaraan hak antara laki-
laki dan perempuan dalam bidang politik. Dalam konteks politik, Syari’at Islam
secara total dan bersih, sebagai ummat yang sama- sama memiliki potensi. Dalam hal
ini yang menarik untuk dicermati adalah timbulnya perbedaan interprestasi tekstual
pemimpin.2 Larangan perempuan menjadi seorang pemimpin pada zaman dahulu bisa
jadi didasarkan pada kapabilitas yang dimiliki seorang perempuan tidak memenuhi
perempuan tumbuh menjadi sosok yang patut dan pantas dijadikan pemimpin. Oleh
B. Rumusan Masalah
2
Raihan Putry, “Kepemimpinan Perempuan Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Mudarrisuna, Vol 4 No 2 (2015)
BAB II
PEMBAHASAN
Kepemimpinan dalam islam tercemin dalam 3 kata yaitu pertama “khalifah” yang
terdapat pada surah al-Baqoroh ayat 30, kedua kata “Imam” dalam surah al- Baqoroh
ayat 124, Ketiga adalah kata Ulil Amr, yaitu dalam surah an-Nisa ayat 59 3. Pemimpin
dalam syari’at Islam merupakan wakil dan ummat, rupa, seolah-olah dia luput dari
perbuatan salah, pemimpin mempunyai tugas yang sangat berat sebagai pengganti
tugas kenabian dalam rangka mengatur kehidupan dan mengurus umat mencapai
kesejahteraan rakyat, memelihara persatuan ummat lewat kerja sama yang baik dan
toleransi serta mampu menciptakan keamanan dan ketenangan bagi ummat. Sebagai
panutan, pemimpin harus memiliki kriteria-kriteria yang telah ditentukan, antara lain
adil, mempunyai kapasitas keislaman dan mampu secara fisik maupun mental.
Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat, pengalaman dan laki-laki saja, tetapi
juga pada kesiapan secara berencana, Semua program dilakukan lewat perencanaan,
pemimpin yang sesuai dengan tuntutan syari’at, agar mereka berhasil dalam tugas-
tugasnya.
3
Mhd.Abror, Kepemimpinan Wanita Perspektif Hukum Islam, Jurnal Syariah dan Hukum, Vol 02 No 01 (2020)
Pandangan yang melarang Pemimpin dari kalangan perempuan berhujjah dengan ayat
Al-Quran surah An-nisa ayat 34 dan juga hadits Nabi dari Abu Bakrah. Dari kedua
nash tersebut kalangan ahli fiqih salaf, termasuk madzah empat berpendapat bahwa
al-imam harus dipegang seorang laki-laki dan tidak boleh diduduki seorang
perempuan. Dalam kitab tafsir ibnu kastsir, Imam Ibnu Katsir menjelaskan tentang
QS AnNisa 4:34 :
Laki-laki merupakan pemimpin bagi wanita, dikarenakan laki-laki lebih utama dari
wanita. Itulah yang menjadi dasar kenabian dikhususkan untuk kaum laki-laki begitu
juga dengan raja yang agung, begitu juga posisi jabatan hakim dan lain sebagainya,
ibnu Abbas berkata Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita, maksudnya adalah
wanita adalah dilarang ataupun haram, seperti Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz yang
menyatakan dalam fatwanya bahwa wanita dilarang menduduki jabatan tinggi apapun
dalam pemerintahan.
terpatahkan karena sejak dulu perempuan sudah dapat menjadi pemimpin. Dalam Al-
ِاِّنْي َو َج ْد ُّت اْمَر َاًة َتْمِلُك ُهْم َو ُاْو ِتَيْت ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َّو َلَها َع ْر ٌش َع ِظ ْيم
Terjemahan
Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia
Dalam ayat ini dijelaskan tentang kepemimpinan Ratu Balqis yang memimpin
kerajaan Saba’ (Yaman) pada masa Nabi Sulaiman AS yang merupakan salah satu
contoh bahwa Islam tidak melarang perempuan untuk mengambil peran menjadi
seorang pemimpin dalam sebuah komunitas publik. Ratu Balqis menjadi bukti bahwa
yang memiliki jiwa kepemimpinan yang demokratis, arif, bijaksana dan memiliki
atas kemaslahatan rakyatnya. Sesuai dengan prinsip yang selalu digaungkan dalam
seorang pemimpin dalam Al-quran. Kriteria - kriteria tersebut dapat adalah sebagai
berikut:4
1. Beriman
term ""األئمةdan QS. Fātir (35): 39dan QS. al-Hadīd (57): yang menggunakan
Adil adalah kriteria pemimpin yang ditemukan dalam QS. Shād (38): 26.
Ayat ini menerangkan tentang jabatan khalifah yang diembang oleh Nabi
3. Rasuliy
4
Amir Hamzah, Kriteria Pemimpin Menurut Al-Quran, Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan, Vol 10,
No.2(2018)
Rasuliy artinya berkepribadian seperti Rasul Allah, yakni kriteria pemimpin
yang memenuhi syarat seperti yang dimiliki Rasul Allah dalam menjalankan
dalam QS. al-Baqarah (2): 124, dan Nabi Muhammad saw sebagaimana
memenuhi syarat menjadi seorang pemimpin yang baik, dilihat dari kepemimpinan
Ratu Balqis yang demokratis, arif, bijaksana dan memiliki kemampuan intelektual
rakyatnya, maka seorang perempuan harus memenuhi kriteria pemimpin yang baik
zaman dahulu, karena pada masa itu perempuan tidak memiliki kesempatan untuk
yaitu Dr. Muhammad Sayid Thanthawi, Syaikh Al-Azhar dan Mufti Besar
menempati posisi seperti ini dalam beberapa ayat tentang kisah Ratu Balqis dari
Saba. Dan apabila hal tersebut bertolak belakang dengan syariat, maka pasti
Al-Quran akan menerangkan hal tersebut dalam kisah ini. Adapun sabda Nabi
berdaulat apabila dipimpin oleh seorang wanita” menurut imam Tantawi hadits
ini adalah khusus untuk peristiwa tertentu saja yaitu tentang kerajaan Farsi
dan Nabi SAW tidak mengatakannya secara umum. Oleh sebab itulah, maka
Anggota lembaga legislative duta besar bahkan kepala negara. Hanya saja
ini khusus bagi laki-laki saja karena ia berkewajiban menjadi imam shalat yang
secara syariah tidak boleh bagi wanita.(majalah ad-Din, 1429 H: Hal 80).
jabatan penting telah sering terjadi dalam sejarah peradaban Islam. Ada sekitar 90
Imam Ali Jumah, keputusan seorang perempuan untuk menempati posisi jabatan
seorang pemimpin. Kedudukan wanita dan pria adalah sama dan diminta untuk
dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat danmereka taat pada Allah
dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Kepemimpinan tidak sebatas pada kekuatan fisik dan sifat-sifat maskulin yang ada
pada diri seseorang berdasarkan jenis kelamin. Namun lebih dari itu,
hanya ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Sebuah kualitas kepribadian yang
kepandaian (skill) dalam berpikir, bertindak serta melakukan umpan balik terhadap
tidak diragukan lagi dorongan ke arah kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam
Fungsi-fungsi biologis harus dibedakan dari fungsi-fungsi sosial, ibadah dan hak
5
Annisa Fitriani, Gaya Kepemimpinan Perempuan, Jurnal TAPIs, Vol 11 No 2 (2015)
6
Zulvi Noer Hida, Kepemimpinan Perempuan Dalam IslaDR. Muhammad Arif Setiawan, S.H., M.Hm,
Universitas Muhammadiyah Malang
BAB III
A. Kesimpulan
Pandangan yang melarang Pemimpin dari kalangan perempuan berhujjah dengan ayat
Al-Quran surah An-nisa ayat 34 dan juga hadits Nabi dari Abu Bakrah. Pandangan
dilarang ataupun haram, seperti Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz yang menyatakan
dalam fatwanya bahwa wanita dilarang menduduki jabatan tinggi apapun dalam
boleh menjadi seorang pemimpin yaitu Dr. Muhammad Sayid Thanthawi, Syaikh
wanita dalam posisi jabatan apapun tidak bertentangan dengan syariah. Perempuan
sejak dulu sudah ada yang menjadi pemimpin, hal ini tercermin dari kepemimpinan
Ratu Balqis, yang demokratis, arif, bijaksana dan memiliki kemampuan intelektual
B. Saran
karena dalam Islam sudah menyakatan bahwa Wanita dan laki – laki mempunyai
kesetaraan. Kaum Wanita yang ingin menjadi pemimpin harus bisa menjadi
pemimpin yang Amanah serta bertindak tanpa melanggar apa yang diajarkan Al-quran