Kedudukan perempuan pada masa pra Islam sama sekali tidak berdaya
bahkan mungkin bisa dianggap sebagai harta yang bisa dijual dan diwariskan.
Sedangkan laki-laki memperoleh kendali atas seluruh hak yang sebenarnya
dimiliki perempuan. Setelah Islam datang, kedudukan perempuan setara dengan
laki-laki. Namun ironisnya, keadaan perempuan tidak jauh berbeda dengan masa-
masa sebelumnya, yakni masih berada di bawah laki-laki. Hal ini mungkin
disebabkan oleh persepsi masyarakat yang masih skeptis atau bias dalam
penafsiran terhadap nash-nash (Qur'an dan Hadits) yang berbicara tentang
perempuan. Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat, keturunan,
pengalaman dan gender laki-laki saja, namun lebih dari itu kesiapan fisik dan
mental laki-laki dan perempuan secara berencana menuju profesionalisme. Semua
program dilakukan lewat perencanaan, analisis dan pengembangan secara
sistematis untuk membangkitkan stamina sifat-sifat. Kepemimpinan yang sesuai
dengan ruh syari’at Islam.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah Abdurrahman Bintusy Syathi, Prof. DR. 1975. Putri- Putri Rasulullah
SAW Alih Bahasa Dra. Khadijah Nasution, Jakarta, Jilid I, Cet. Bulan
Bintang.
Azyumardi Azra, 1988, Peluang dalam Islam, Wanita dan Pria Untuk Mencapai
Kesempurnaan, Jakarta.
Qardhawi, Yusuf, 1997. Fiqh Daulah dalam Perspektif AI-Qur’an dan As-Sunnah
(Penerjemah Kathur Sukardi), Jakarta, Pustaka Al-Kausar.