Anda di halaman 1dari 12

STUDI AL-QUR’AN DAN HADIS TENTANG

KESETARAAN GENDER DALAM DUNIA PENDIDIKAN


ASPEK KOGNITIFISME
MN Rahmat Kurniawan
Prodi Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana IAIN
Pare-Pare
Email: mnrahmat99@gmail.com

ABSTRAK
Sejarah menunjukkan bahwa perempuan pada masa awal islam mendapat
penghargaan tinggi. Islam mengangkat harkat dan martabat perempuan dari posisi
yang kurang beruntung pada zaman jahiliyah. Di dalam al-Qur’an persoalan
kesetaraan laki-laki dan perempuan ditegaskan secara eksplisit. Meskipun
demikian, masyarakat muslim secara umum tidak memandang laki-laki dan
perempuan secara setara. Akar medalam yang mendasari penolakan dalam
masyarakat muslim adalah keyakinan bahwa perempuan adalah makhluk Allah
SWT yang lebih rendah karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Selain
itu, perempuan dianggap sebagai makhluk yang kurang akalnya sehingga harus
selalu berada dalam bimbingan laki-laki. Akibatnya, produk-produk pemikiran
islam sering memposisikan perempuan sebagai subordinat. Kenyataan ini tentu
sangat memprihatinkan, karena islam pada prinsipnya menjunjung tinggi
kesetaraan dan tidak membedakan manusia berdasarkan jenis kelamin. Oleh
karena itu, doktrin maupun pandangan yang mengatasnamakan agama yang sarat
dengan praktik diskriminatif sudah selayaknya dikaji ulang, jika ingin islam tetap
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Kata Kunci: Studi Al Qur’an dan Hadits, Kesetaraan gender, Kognitif

1
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana paling strategis dalam


mentransformasikan nilai-nilai sosial dan budaya yang berkembang
di dalam masyarakat. Proses pendidikan yang sedemikian
strategis dalam mentransformasikan nilai-nilai sosial dan budaya
tersebut, disadari ataupun tidak telah turut serta mengembangkan
ketidakadilan gender. Budaya yang bias gender dapat berkembang
dan tetap ada tidak lepas dari proses pendidikan dari suatu
generasi ke generasi berikutnya. Munculnya ketimpangan gender
di masyarakat merupakan estafet dari generasi satu ke generasi
berikutnya melalui proses pendidikan yang tidak berbasis pada
keadilan dan kesetaraan gender.1 Oleh karena itu perlu adanya
suatu usaha untuk membuka wawasan dan kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesetaraan dan keadilan gender sebagai salah satu
elemen penting untuk membentuk tatanan masyarakat madani,
yaitu tatanan masyarakat yang adil dan manusiawi.

Pendidikan Islam yang secara sederhana dapat diartikan


sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam
sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW seharusnya
terbebas dari prinsip-prinsip ketidakadilan dalam segala
hal termasuk ketidakadilan gender atau perlakuan diskriminatif
terhadap perempuan. Ciri otentisitas ajaran Islam adalah bersifat
menyeluruh (holistik), adil, dan seimbang.Masa Rasulullah SAW
merupakan masa yang paling ideal bagi kehidupan perempuan, di
mana mereka dapat berpartisipasi secara bebas dalam kehidupan
publik tanpa dibedakan dengan kaum laki-laki.2 Konsep pendidikan
Islami yang sebenarnya mengandung makna konsep nilai yang

1
Tobroni, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM,
Civil Society, dan Multikulturalisme. Malang: Pusat Studi Agama, Politik, dan
Masyarakat (PuSAPoM), 2007, h. 241.
2
Istibsyaroh,Hak-Hak Perempuan: Relasi Jender Menurut Tafsir Al-Sya’rawi(Jakarta:
Teraju, 2004), h 55

2
bersifat universal seperti adil, manusiawi, terbuka, dinamis,
dan seterusnya sesuai dengan sifat dan tujuan ajaran Islam yang
otentik sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Dalam
pandangan Islam, semua orang baik laki-laki maupun perempuan
memiliki hak dan kewajiban yang sama serta seimbang termasuk
hak dan kesempatan dalam memperoleh dan dalam urusan
pendidikan.

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesetaraan Gender

Gender merupakan perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan


apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender itu berasal dari bahasa latin
“genus” yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah sifat dan perilaku yang
dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun
budaya.Gender dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana individu yang lahir
secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan yang kemudian memperoleh
pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut
maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-nilai atau sistem dan
simbol di masyarakat yang bersangkutan.Gender adalah perilaku atau pembagian
peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah dikonstruksikan atau dibentuk di
masyarakat tertentu dan pada masa waktu tertentu pula.3

Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan


perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,
hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan
keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan
diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun
perempuan.4

Kesetaraan gender adalah memberikankesempatan yang sama baik laki-


laki maupun perempuan untuk sama-sama menikmati hasil pembangunan. Maka
emansipasi dan kesetaraanadalah hal yang wajib diwujudkan, akan tetapi jangan
sampai kebablasanhanya karena mengatasnamakan kesetaraan justru mengabaikan
kodratyang sudah ditetapkan dengan sibuk berkarir dan mengabaikan kasihsayang
keluarga.5
3
Gender dan Kesetaraan Gender, daring https://www.google.com/search?client=firefox-
bd&q=pengertian+gender+dan+kesetaraan+gender (Diakses 7 April 2023, pukul 23.00 WITA)
4
Iswah Adriana, Kurikulum Berbasis Gender, Tadrîs. Volume 4.Nomor 1. 2009 hlm 138
5
Isnaniah, Op.Cit., h. 179

4
Ada beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai standar dalam
menganalisa prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam al-Qur’an. Variabel-variabel
tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Laki-laki dan perempuan Sama-sama sebagai Hamba


Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada
Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam QS.al-Zariyat: 56

‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬


Artinya:“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”
Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan siapa yang banyak amal ibadahnya,
maka itulah mendapat pahala yang besar tanpa harus melihat dan
mempertimbangkan jenis kelaminnya terlebih dahulu. Keduanya
mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba
ideal. Hamba ideal dalam Al-Qur’an biasa diistilahkan dengan orang-
orang bertaqwa (muttaqûn), dan untuk mencapai derajat muttaqûn ini
tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau
kelompok etnis tertentu.
2. Laki-laki dan perempuan sebagai Khalifah di Bumi
Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini
adalah, disamping untuk menjadi hamba yang tunduk dan patuh
serta mengabdi kepada Allah Swt., juga untuk menjadi khalifah di
bumi (khalifah fî al-ard).Kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi
ditegaskan di dalam QS.al-An’am: 165
‫ٰۤل‬
‫َو ُهَو اَّلِذ ْي َج َع َلُك ْم َخ ِٕىَف اَاْلْر ِض َو َر َفَع َبْع َض ُك ْم َفْو َق َبْع ٍض َد َر ٰج ٍت‬
‫ِّلَيْبُلَو ُك ْم ِفْي َم ٓا ٰا ٰت ىُك ْۗم ِاَّن َر َّبَك َس ِرْيُع اْلِع َقاِۖب َو ِاَّنٗه َلَغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم‬
Artinya :“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi
dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang
lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang

5
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-
Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Kata khalifah dalam ayat tersebut tidak menunjuk kepada salahsatu jenis
kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan
mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan
mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi,
sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba
Tuhan.
3. Laki-laki dan perempuan Menerima Perjanjian Primordial
Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan
menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti diketahui,
menjelang seorang anak manusia keluar dari rahim ibunya, ia terlebih
dahulu harus menerima perjanjian dengan Tuhannya, sebagaimana
disebutkan dalam QS. al-A’raf: 172

‫ُظُهْو ِرِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َاْش َهَد ُهْم َع ٰٓلى‬ ‫َو ِاْذ َاَخ َذ َر ُّبَك ِم ْۢن َبِنْٓي ٰا َد َم ِم ْن‬
‫َش ِهْدَناۛ َاْن َتُقْو ُلْو ا َيْو َم اْلِقٰي َم ِة ِاَّنا ُكَّنا‬ ‫َاْنُفِس ِهْۚم َاَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْۗم َقاُلْو ا َبٰل ۛى‬
ۙ ‫َع ْن ٰه َذ ا ٰغ ِفِلْيَن‬
Artinya :Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksianterhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku iniTuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami),kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini(keesaan Tuhan).Menurut Fakhr al-Razi tidak ada seorang pun
anak manusialahir di muka bumi ini yang tidak berikrar akan keberadaan
Tuhan,dan ikrar mereka disaksikan oleh para malaikat. Tidak ada
seorangpun yang mengatakan “tidak”.6

6
Fakhr al-Razi, al-Tafsîr al-Kabîr (Beirut: Dâr al-Haya’ al-Turats al-Arabi,1990), Jilid
XV, h. 402.

6
Dalam Islam, tanggung jawabindividual dan kemandirian berlangsung
sejak dini, yaitu semenjakdalam kandungan. Sejak awal sejarah
manusia.Dengan demikiandalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi
jenis kelamin. Laki-laki dan perempua sama-sama menyatakan ikrar
ketuhanan yangsama.
B. Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan

Keadilan dan kesetaraan adalah gagasan dasar, tujuan dan misi


utama peradaban manusia untuk mencapai kesejahteraan, membangun
keharmonisan kehidupan bermasyarakat, bernegara dan membangun
keluarga berkualitas. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta haknya
sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan dan
keamanan nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. 7

Keadilan gender adalah suatu perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-
laki. Perbedaan biologis tidak bisa dijadikan dasar untuk terjadinya
diskriminasi mengenai hak sosial, budaya, hukum dan politik terhadap
satu jenis kelamin tertentu. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender
ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki
dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi
dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan
adil dari pembangunan.8

Dalam memenuhi kesetaraan dan keadilan gender, maka


pendidikan perlu memenuhi dasar pendidikan, yaitu mengantarkan setiap
individu atau rakyat memperoleh pendidikan, sehingga bisa disebut
pendidikan kerakyatan. Ciri-ciri kesetaraan gender dalam pendidikan
adalah:

7
Isnaniah, Op.Cit., h. 190
8
Eni Purwati dan Hanun Asrohah, Bias Gender dalam Pendidikan Islam (Surabaya:Alpha,
2005), h. 30

7
1. Perlakuan dan kesempatan yang sama dalam pendidikan pada
setiap jenis kelamin dan tingkat ekonomi, sosial, politik, agama dan lokasi
geografis public,
2. Adanya pemerataan pendidikan yang tidak mengalami
bias gender,
3. Memberikan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan
minat setiap individu,
4. Pendidikan harus menyentuh kebutuhan dan
relevan dengan tuntutan jaman,
5. Individu dalam pendidikan jugadiarahkan agar memperoleh kualitas sesuai
dengan taraf kemampuan danminatnya.9

Persepsi masyarakat mengenai status dan peran perempuan masih


belum sepenuhnya sama. Ada yang berpendapat bahwa perempuan harus
berada di rumah, mengabdi pada suami, dan mengasuh anak-
anaknya.Namun ada juga yang berpendapat bahwa perempuan harus ikut
berperan aktif dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan bebas
melakukan sesuai dengan haknya.10Fenomena ini terjadi akibat belum
dipahaminya konsep relasi Jender.Al-Qur'an memberikan pandangan optimistis
terhadap kedudukan dan keberadaan perempuan.

QS. al-Baqarah [2]: 35:

‫َو ُقْلَنا َيا َآَد ُم اْس ُك ْن َأْنَت َو َز ْو ُجَك اْلَج َّنَة َو ُك اَل ِم ْنَها َر َغًدا َح ْيُث ِش ْئُتَم ا َو اَل َتْقَرَبا َهِذِه‬
‫الَّش َجَر َة َفَتُك وَنا ِم َن الَّظاِلِم يَن‬

Artinya :“Dan Kamiberfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu
surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja

9
Eni Purwati dan Hanun Asrohah, Bias Gender dalam Pendidikan Islam , h. 33
10
Savitri, Niken, “Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan”, dalamBuletinSancaya,
Vol. 3, No, 2, Maret-April, 2015.

8
yang kamu sukai, danjanganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zalim”.

Laki-laki dan perempuan Berpotensi Meraih Prestasi.Peluang untuk


meraih prestasi maksimun tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.Ini
ditegaskan secara khusus di dalam beberapa ayat diantaranya QS. Ali-Imran [3]:
195:

ۚ‫َفاْسَتَج اَب َلُهْم َر ُّبُهْم َاِّنْي ٓاَل ُاِض ْيُع َع َم َل َع اِمٍل ِّم ْنُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى‬
‫َبْعُض ُك ْم ِّم ْۢن َبْع ٍضۚ َفاَّلِذ ْيَن َهاَج ُرْو ا َو ُاْخ ِرُجْو ا ِم ْن ِدَياِرِهْم َو ُاْو ُذ ْو ا ِفْي‬
‫َس ِبْيِلْي َو ٰق َتُلْو ا َو ُقِتُلْو ا ُاَلَك ِّفَر َّن َع ْنُهْم َس ِّيٰا ِتِهْم َو ُاَلْد ِخ َلَّنُهْم َج ّٰن ٍت َتْج ِرْي ِم ْن‬
‫َتْح ِتَها اَاْلْنٰه ُۚر َثَو اًبا ِّم ْن ِع ْنِد ِهّٰللاۗ َو ُهّٰللا ِع ْنَد ٗه ُح ْسُن الَّثَو اِب‬

Artinya: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan


berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang- orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu
adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan
yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan
pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang
baik”.

Ayat tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan


memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual
maupun urusan karier profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis
kelamin saja. Laki-laki dan perempuan berpeluang memperoleh kesempatan yang
sama meraih prestasi optimal.Kenyataannya dalam masyarakat, konsep ideal ini
membutuhkan tahapandan sosialisasi, karena masih terdapat sejumlah kendala,
terutama kendala budayayang sulit diselesaikan.Salah satu obsesi Al-Qur’an ialah
terwujudnya keadilan didalam masyarakat.Keadilan dalam Al-Qur’an mencakup
segala segi kehidupan umatmanusia, baik sebagai individu maupun sebagai

9
anggota masyarakat.Karena ituAl-Qur’an tidak mentolerir segala bentuk
penindasan, baik berdasarkan kelompok,etnis, warna kulit, suku bangsa, dan
kepercayaan, maupun yang berdasarkan jeniskelamin.

Di samping itu, Al-Qur’an pun tidak pernah memberikan larangan kepada


setiap manusia, laki-laki dan perempuan untuk mengembangkan potensinya dalam
dunia pendidikan.Justru Al-Qur’an memberikan jalan dan mengangkat derajat
parapencari ilmu pengetahuan, baik laki-laki maupun perempuan.Menjadikan
pendidikan hanya sebagai dominasi kaum laki-laki sangat tidak sesuai dengan
pesanAl-Qur’an yang berbicara tentang kesetaraan.

KESIMPULAN

Gender adalah perilaku atau pembagian peran antara laki-laki dan


perempuan yang sudah dikonstruksikan atau dibentuk di masyarakat tertentu dan
pada masa waktu tertentu pula.Kesetaraan gender adalah memberikankesempatan

10
yang sama baik laki-laki maupun perempuan untuk sama-sama menikmati hasil
pembangunan. Maka emansipasi dan kesetaraanadalah hal yang wajib
diwujudkan, akan tetapi jangan sampai kebablasanhanya karena
mengatasnamakan kesetaraan justru mengabaikan kodratyang sudah ditetapkan
dengan sibuk berkarir dan mengabaikan kasihsayang keluarga.Ada beberapa
variabel yang dapat digunakan sebagai standar dalam menganalisa prinsip-prinsip
kesetaraan gender dalam al-Qur’an. Variabel-variabel tersebut yakni Laki-laki dan
perempuan Sama-sama sebagai Hamba, laki-laki dan perempuan sebagai khalifah
di muka bumi dan Laki-laki dan perempuan Menerima Perjanjian
Primordial.Keadilan dan kesetaraan adalah gagasan dasar, tujuan dan misi
utama peradaban manusia untuk mencapai kesejahteraan, membangun
keharmonisan kehidupan bermasyarakat, bernegara dan membangun
keluarga berkualitas. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta haknya
sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan dan
keamanan nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.Al-
Qur’an pun tidak pernah memberikan larangan kepada
setiap manusia, laki-laki dan perempuan untuk mengembangkan potensinya dalam
dunia pendidikan.Justru Al-Qur’an memberikan jalan dan mengangkat derajat
parapencari ilmu pengetahuan, baik laki-laki maupun perempuan.Menjadikan
pendidikan hanya sebagai dominasi kaum laki-laki sangat tidak sesuai dengan
pesanAl-Qur’an yang berbicara tentang kesetaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakasrta: Pustaka Lajnah Kemanag, 2010.


Adriana,Iswah. Kurikulum Berbasis Gender, Tadrîs. Volume 4.Nomor 1. 2009
Al-Razi,Fakhr.al-Tafsîr al-Kabîr. Beirut: Dâr al-Haya’ al-Turats al-Arabi, 1990.

11
Gender dan Kesetaraan Gender, daring https://www.google.com/search?
client=firefox-bd&q=pengertian+gender+dan+kesetaraan+gender (Diakses
7 April 2023, pukul 23.00 WITA)

Istibsyaroh,Hak-Hak Perempuan: Relasi Jender Menurut Tafsir Al-


Sya’rawiJakarta: Teraju, 2004.

Purwati, Eni dan Hanun Asrohah, Bias Gender dalam Pendidikan


Islam.Surabaya:Alpha, 2005.
Savitri, Niken, “Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan”,
dalamBuletinSancaya, Vol. 3, No, 2, Maret-April, 2015.

Tobroni, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM,


Civil Society, dan Multikulturalisme. Malang: Pusat Studi Agama, Politik,
dan Masyarakat (PuSAPoM), 2007.

12

Anda mungkin juga menyukai