Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Perkembangan Kognitif Masa Bayi


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu

Weni Tria Anugrah Putri, M.Pd

Oleh:

1. Bagus Sapto Raharjo (211317084)


2. Riscka Ayu Wardani (211317094)
3. Widya Retno Putri (211317079)

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya. Dalam dictionary of psychology karya Drever, dijelaskan bahwa
kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni
persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian, dan penalaran. Kemudian
dalam dictionary of psychology karya Chaplin dijelaskan bahwa kognisi adalah
konsep umum yang mencakup semua pengenal, termasuk di dalamnya
mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga dan menilai. Secara tradisional kognisi ini
dipertentangkan dengan konasi dan afeksi.
Dari beberapa pengertian dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah
istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental
yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi.
Selama masa bayi, kapasitas intelektual atau kognitif seseorang itu telah
mengalami perkembangan. Perkembangan kognitif masa bayi ini meliputi
perkembangan persepsi , bahasa, memori, konsepsi, dan pikiran yang tidak bisa
diobservasi secara langsung jika tidak memahami teorinya terlebih dahulu. Oleh
karena itu, pada makalah ini kami akan membahas tentang perkembangan kognitif
masa bayi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kognitif masa bayi menurut pandangan
Piaget?
2. Bagaimana perkembangan kognitif masa bayi menurut pandangan
kontemporer?
3. Bagaimana perkembangan persepsi pada bayi?
4. Bagaimana perkembangan konsepsi pada masa bayi?
5. Bagaimana perkembangan memori pada masa bayi?
6. Bagaimana perkembangan bahasa pada masa bayi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dalam makalah
ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan perkembangan kognitif menurut pandangan Piaget.
2. Menjelaskan perkembangan kognitif menurut pandangan kontemporer.
3. Menjelaskan perkembangan persepsi pada masa bayi.
4. Menjelaskan perkembangan konsepsi pada masa bayi.
5. Menjelaskan perkembangan memori pada masa bayi
6. Menjelaskan proses perkembangan bahasa pada masa bayi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Piaget


Piaget merupakan salah seorang pakar psikologi Swiss yang banyak
mempelajari perkembangan kognitif anak. Piaget meyakini bahwa anak
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri dan pemikiran seorang
anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga
masa dewasa.1 Anak tidak pasif menerima informasi, melainkan berperan aktif di
dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas.
Kemampuan bayi melalui tahap-tahap pemikiran yang diyakini oleh Piaget
bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
(melalui asimilasi dan akomodasi) serta adanya pengorganisasian struktur
berpikir. Tahap-tahap pemikiran ini secara kualitatif berbeda pada satu tahap
berbeda pada setiap individu. Tahap-tahap perkembangan pemikiran ini dibedakan
Piaget atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik, praoperasional,
operasional konkret, dan operasional format. Akan tetapi, Piaget tidak menetapkan
secara tegas batasan-batasan umur pada masing-masing tahap. Batasan umur pada
masing-masing tahap diberikan oleh Ginsburg dan Opper.2
Tahap sensoris-motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira 2 tahun.
Selama tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan pesat dalam
kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi
melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang
baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-
alat inderanya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan
tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks.
Berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan melakukan gerakan-gerakan
motorik dalam bentuk refleks-refleks maka bayi berada dalam keadaan siap untuk
mengadakan hubungan dengan dunia sekitarnya. Pada tahap sensorik-motorik,
bayi belajar melalui aksi konkret seperti melihat, menyentuh, memasukkan benda-
benda ke dalam mulut, menghisap, memegang. 3
Tidak seperti tahap-tahap lainnya, tahap sensoris-motorik dibagi ke dalam
enam subtahap. Keenam subtahap perkembangan sensoris-motorik menurut Piaget
tersebut secara singkat digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 1.1 Subtahap Perkembangan Sensoris-motorik Piaget

Tahap Usia/Th. Karakteristik


Early Refleks 0-1 Kepercayaan atas refleks bawaan sejak lahir untuk
1
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 104.
2
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2015).

3
Padang Mursalin-Dinastuti, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), 247-248.
mengetahui lingkungan; asimilasi dari semua
pengalaman refleks; menelan, menyusu.

Primary 1-4 Akomodasi (modifikasi) refleks untuk


circular menyesuaikan objek dan pengalaman baru; bayi
reaction mengulangi reaksi yang bersifat sederhana seperti
membuka dan menutup mata, menarik selimut
untuk mendapatkan kesenangan. Jadi, tindakan
yang dilakukan berulang-ulang dilakukan pada
tubuh bayi sendiri.

Secondary 4-8 Tindakan yang diulang sudah terfokus pada


circular objek; tindakan digunakan untuk mencapai tujuan;
reactions tetapi secara sembrono; perhatian terhadap benda-
benda berrgerak, mengayunkan lengan dan
kakinya semata-mata untuk mencapai kesenangan

Combined 8-12 Bayi sudah dapat menguasai system respons dan


secondary mengkombinasikan tindakan dengan tindakan
circular yang telah diperoleh sebelumnya (skema) untuk
reactions mendapatkan sesuatu. Ini merupakan titik awal
dari pengertian.

Tertiary 12-18 Anak mulai aktif menggunakan reaksi yang


circual bersifa “trial and error” untuk mempelajari objek-
reactions objek di sekitarnya. Kegiatan coba-coba yang
dilakukannya mulai bisa mengubah gerak-
geriknya untuk mencapai suatu tujuan yang lebih
jelas. Tahap ini menandai titik awal perkembangan
keingintahuan dan minat pada sesuatu yang baru.
Fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf
The first 18-24 sensoris-motorik murni menjadi huruf simbolis,
symbol dan bayi mulai mengembangkan kemampuan
untuk menggunakan symbol-simbol primitive.

B. Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Kontemporer


Belakangan ini muncul pemahaman baru tentang perkembangan kognitif
bayi. Dengan menggunakan teknik-teknik eksperimental yang sangat maju, telah
lahir sejumlah hasil penelitian baru tentang perkembangan kognitif bayi dan di
antara hasil penelitian baru tersebut merekomendasikan agar teori perkembangan
sensoris-motorik Piaget dimodifikasi secara mendasar.
Menurut Santrock, dewasa ini teori perkembangan sensorik-motorik Piaget
telah disanggah dari dua sumber. Pertama, penelitian dalam bidang perkembangan
persepsi bayi menunjukkan bahwa bayi telah membentuk suatu dunia persepsi
yang stabil dan berbeda jauh lebih awal daripada yang dibayangkan oleh Piaget.
Kedua, para peneliti baru-baru ini telah menemukan bahwa memori dan bentuk-
bentuk kegiatan simbiolis lainnya terjadi pada semester kedua tahun pertama.4
Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan kognitif ini
kemudian juga mendapat sokongan yang penting dari para pakar psikologi
pemrosesan informasi. Kalau Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif bayi
baru tercapai pada pertengahan tahun kedua, maka para pakar psikologi
pemrosesan informasi percaya bahwa perkembangan kognitif, seperti kemampuan
dalam memberikan perhatian, menciptakan simbiolisasi, meniru, dan kemampuan
konseptual, telah dimiliki bayi lebih awal.
C. Perkembangan Persepsi
Segala informasi tentang dunia akan sampai ke individu melalui indera.
Indera dapat mengingatkan individu akan bahaya serta memberikan informasi
yang dibutuhkan untuk menafsirkan berbagai peristiwa dan mengantisipasi masa
depan. Proses memahami informasi tentang dunia dan lingkungan inilah yang
disebut dengan persepsi. Jadi, persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif
yang dialami oleh setiap individu dalam memahami informasi yang datang dari
lingkungan melalui inderanya. Chaplin mengartikan persepsi sebagai proses

4
Mikael Rahardanto-Kristianto Batuadji, Psikologi Kognitif , (Jakarta: Erlangga, 2008).
mengetahui objek dan kejadian objek dengan bantuan indera.5 Menurut Atkinson,
persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus
dalam lingkungan.6
Jadi, persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan
lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang
ada di lingkungannya. Setelah individu menginderakan objek di lingkungannya,
kemudian ia memproses hasil penginderaannya itu, sehingga timbul makna
tentang objek itu pada dirinya yang dinamakan persepsi.
1. Persepsi Bayi terhadap Bentuk
Sel-sel kortikal yang bertugas mendeteksi bentuk, misalnya sebuah celah,
dalam lapangan pandangan sudah ada sejak bayi lahir. Berdasarkan hasil-hasil
penelitian, terbukti bahwa sel kortikal ini telah bekerja sejak awal, sehingga bayi
sudah dapat melihat benda.7 Bagi bayi yang baru lahir, pola visual yang paling
penting untuk dipersepsi adalah wajah manusia. Setelah usia 6 bulan, bayi mulai
membedakan antara wajah-wajah yang akrab dengan wajah-wajah yang tidak
akrab, seperti membedakan wajah ibunya dari wajah orang lain, membedakan
topeng dari wajah yang asli, dan sebagainya.
2. Persepsi Bayi terhadap Kedalaman
Persepsi kedalaman adalah kemampuan untuk memandang dunia atau objek
dalam tiga dimensi dan untuk merasakan jarak. Hasil eksperimen psikolog
Eleanor Gibson dan Richard Walk dengan menggunakan suatu jurang miniatur
yang terbuat dari meja yang beralaskan kaca menunjukkan bahwa bayi telah dapat
mempersepsikan kedalaman. Psikolog T.G.R. Bower membuktikan bahwa bayi
usia 8 minggu mampu mempersepsikan kedalaman. Bayi usia 10 hari yang
ditelentangkan akan memperlihatkan perilaku melindungi mukanya bila ada benda
yang terlalu dekat dengan wajahnya. Mereka akan menaruh tangan di depan
wajahnya, seolah ingin melindungi. Para peneliti yakin bahwa reaksi melindungi
diri itu merupakan hasil persepsi penglihatan.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, maka diyakini bahwa bayi
telah mampu mengorganisir lingkungannya secara tiga dimensi segera setelah ia
dilahirkan. Bahkan bayi juga telah mampu mengkoordinasikan informasi dari dua
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015).
atau lebih modalitas sensori (sense modality) suatu kategori penginderaan seperti
panas, dingin, tekanan, sakit, penglihatan, pendengaran, dan selera.
D. Perkembangan Konsepsi
Menurut Chaplin, konsepsi adalah suatu proses penggambaran ide atau proses
berpikir.8 Untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh bayi ternyata lebih
sulit dibandingkan mengetahui apa yang dilihatnya. Meskipun demikian, para
peneliti tidak pernah berhenti mengembangkan cara-cara untuk mengukur apakah
bayi sebenarnya sedang berpikir atau tidak. Piaget berusaha mengetahui proses
berpikir bayi dengan menggunakan cara mencari kegiatan simbiolis, seperti
menggunakan suatu gerakan untuk menunjukkan pada sesuatu. Strategi ini
digunakan oleh Piaget untuk menunjukkan kesadaran motorik bayi. Dalam hal ini,
Piaget mencoba mengamati putrinya yang berusia 6 bulan memperhatikan sebuah
mainan yang sudah dikenalinya di suatu tempat yang baru. Ketika berhadapan
dengan sebuah mainan, bayi biasanya akan menendangnya. Bayi akan melakukan
gerakan yang sama ketika melihat mainan yang sama di tempat lain. Meskipun
demikian, Piaget tidak melihat peristiwa ini sebagai kegiatan simbolis yang benar,
karena ia hanyalah suatu gerakan motorik, bukan aktivitas mental yang murni.
Akan tetapi, Piaget menyatakan bahwa putrinya sedang mengklasifikasikan
mainan tersebut melalui aksi-aksinya. Dalam cara yang sama, bayi-bayi
mengamati bahasa tanda (sign language) yang digunakan oleh orang tuanya untuk
mulai menggunakan tanda-tanda konvensional ketika mereka berusia 6-7 bulan.9
Dengan demikian, penelitian-penelitian terbaru tentang perkembangan
persepsi dan konsepsi bayi menunjukkan bahwa bayi sebenarnya memiliki
kemampuan persepsi yang lebih maju dan dapat memulai berpikir jauh lebih awal
daripada apa yang dipikirkan oleh Piaget. Peneliti-peneliti ini percaya bahwa bayi
lahir dengan membawa kemampuan-kemampuan ini atau telah memperolehnya
sejak awal perkembangan mereka.
E. Perkembangan Memori
Menurut Chaplin, memori adalah keseluruhan pengalaman masa lampau yang
dapat diingat kembali.10 Memori merupakan unsur inti dari perkembangan
8
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2015).

9
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015).
10
Ibid.
kognitif, sebab segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori.11 Dengan
memori, individu dimungkinkan untuk dapat menyimpan informasi yang ia terima
sepanjang waktu. Tanpa memori, individu mustahil dapat merefleksikan dirinya
sendiri, karena pemahaman diri sangat tergantung pada suatu kesadaran yang
berkesinambungan, yang hanya dapat terlaksana dengan adanya memori.
Berbeda dengan pandangan para pakar psikologi terdahulu, yang menganggap
bayi tidak dapat menyimpan memori sampai mereka memiliki keterampilan
berbahasa yang diperlukan untuk membentuk memori itu dan mengingatnya,
maka pandangan kontemporer mempercayai bahwa kemampuan memori bayi
telah mulai berkembang jauh lebih awal dan bahkan sebelum kelahirannya. 12
Penelitian Dr. Seuss memberi petunjuk betapa janin dalam kandungan telah
memiliki kemampuan mengingat dan menyimpan informasi dalam memorinya.
Dalam penelitian, Dr. Seuss mencoba memperdengarkan kepada janin yang ada
dalam kandungan sebuah cerita. Kemudian setelah janin yanga ada dalam
kandungan sebuah cerita. Kemudian setelah janin itu lahir kembali
diperdengarkan cerita tersebut kepadanya. Hasilnya, ternyata bayi tersebut dapat
segera mengenali cerita yang perrnah didengarnya ketika masih dalam kandungan
dan memberikan respon yang berbeda dengan bayi yang sebelum kelahirannya
tidak pernah diperdengarkan cerita tersebut. Ini merupakan salah satu bukti betapa
kemampuan memori bayi telah berkembang jauh lebih awal daripada yang
diperkirakan sebelumnya, yakni sejak bayi dalam kandungan.13
Sejumlah peneliti juga telah membuktikan bahwa bayi sejak awal telah
memiliki kemampuan mengingat. Carolyn Rovee-Collier misalnya, menemukan
bahwa memori bayi yang berusia 2,5 bulan telah terinci secara luar biasa.
Penelitian Grunwald dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa bayi usia 3 bulan
telah memiliki kemampuan menyimpan memori. Demikian juga dengan Nancy
Myers dan rekan-rekannya, menemukan bahwa pengalaman seorang bayi berusia
6 bulan ternyata masih dapat diingatnya hingga dua tahun kemudian.
F. Perkembangan Bahasa
11
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2015).

12
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015).
13
Ibid.
Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir
manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa
dengan sendirinya. Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak
usaha untuk mampu bebicara. Orang yang dalam jangka waktu cukup lama terus-
menerus mendengar pengucapan suatu bahasa, biasanya ia akan mampu
mengucapkan bahasa tersebut tanpa instruksi khusus atau direncanakan. Bahkan
banyak peneliti mengenai penguasaan bahasa meyakini bahwa anak-anak dari
berbagai konteks sosial yang luas mampu menguasai bahasa ibu mereka tanpa
terlebih dahulu diajarkan secara khusus dan tanpa penguasaan yang jelas.
Menurut Havighurst, kemampuan menguasai bahasa, dalam arti belajar
membuat suara-suara yang berarti dan berhubungan dengan orang lain melalui
penggunaan suara-suara itu, merupakan salah satu tugas perkembangan yang
harus dicapai pada masa bayi.14 Hal ini adalah karena urat-urat saraf dan otot-otot
alat bicara sudah berkembang baik sejak lahir. Oleh karena itu, jauh sebelum bayi
bisa berbicara, dia mampu meniru secara selektif nada pembicaraan tertentu.
Bahkan bayi yang baru lahir dapat mensingkronkan gerakan tubuhnya dengan
nada pembicaraan orang dewasa.
Sejak lahir bulan pertama, bayi dapat membedakan suara manusia dengan
suara-suara lainnya, dan pada usia 2 bulan mereka merespons secara berbeda
terhadap suara yang berasal dari ibunya dan dari wanita lain yang belum
dikenalnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa bayi, kira-kira usia 1 bulan sudah
dapat membedakan antara huruf konsonan, seperti “pah” dan “bah”. Jadi,
sesungguhnya bayi sudah menunjukkan kemampuan khusus berbahasa, termasuk
menyeleksi perhatian, membedakan suara, meniru aspek-aspek pembicaraan,
mensingkronkan gerakan dengan nada suara dan lebih khusus lagi kemampuan
memahami fonem.
Di samping memiliki kemampuan berbahasa yang dapat berkembang dengan
cepat, bayi sejak lahir juga dengan aktif memproduksi bunyi-sekalipun bukan
bahasa. Seseorang yang bangun tengah malam karena tangisan bayi usia 3

14
Padang Mursalin-Dinastuti, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007).
minggu, menunjukkan bahwa bayi itu tidak diam atau pasif. Produksi bayi pada
tahun pertama kehidupan mengikuti suatu urutan rapi.
Suara pertama yang diucapkan oleh seorang bayi yang baru lahir adalah
tangisan. Menangis adalah salah satu cara pertama bagi bayi berbicara dengan
dunia luar. Melalui tangisan, bayi memberitahukan kebutuhannya kepada orang
lain, seperti untuk menghilangkan rasa lapar, pedih, lelah, dan keadaan tubuhyang
tidak menyenangkan lainnya. Agar “pembicaraan” tersebut lebih mudah dipahami
oleh orang lain, alam menyediakan perbedaan kualitas suara tangis, sehingga pada
minggu ketiga atau keempat dapat diketahui apa maksud tangisan bayi melalui
nada, intensitas, dan gerakan-gerakan badan yang menyertainya.
Selama bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi juga banyak mengeluarkan
suara-suara sederhana, seperti merengek, menjerit, menguap, bersin, mengeluh,
batuk, bunyi mengarau, menggeram, dan sebagainya. Kemudian, pada usia kira-
kira 1 hingga 6 bulan, bayi mulai memperhatikan suatu minat terhadap suara,
bermain dengan air liur, dan merespons suara. Pada usia 6 bulan, bayi mulai
mengoceh, mengeluarkan suara, seperti “goo-goo” dan “ga-ga”. Ocehan-ocehan
ini berbeda-berbeda sesuai sesuai dengan situasi, seperti ocehan di dalam tempat
tidur kecil, ocehan ketika melihat mobil, atau ocehan ketika duduk di pangkuan
ibunya.
Pada pertengahan kedua tahun pertama perbedaan kata yang diterima bayi
mulai berkembang dan meningkat secara dramatis pada tahun kedua, dari 12 kata
yang dipahami pada ulang tahun pertama hingga diperkirakan 300 kata atau lebih
pada ulang tahun kedua. Pada usia kira-kira 9 hingga 12 bulan, bayi mulai
memahami pelajaran, seperti “daah” ketika kita mengucapkan selamat tinggal.
Pada anak berusia 18 hingga 24 bulan, mereka biasanya mengucapkan
pertanyaan yang terdiri dari dua kata. Selama tahap kedua kata ini, mereka dengan
cepat memahami pentingnya mengekspresikan konsep dan peran yang dimainkan
oleh bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain.15

15
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Piaget meyakini bahwa anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka
sendiri dan pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap
pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Dengan menggunakan teknik-
teknik eksperimental yang sangat maju, telah lahir sejumlah hasil penelitian baru
tentang perkembangan kognitif bayi. Menurut Santrock, dewasa ini teori
perkembangan sensorik-motorik Piaget telah disanggah dari dua sumber. Pertama,
penelitian dalam bidang perkembangan persepsi bayi menunjukkan bahwa bayi
telah membentuk suatu dunia persepsi yang stabil dan berbeda jauh lebih awal
daripada yang dibayangkan oleh Piaget. Kedua, para peneliti baru-baru ini telah
menemukan bahwa memori dan bentuk-bentuk kegiatan simbiolis lainnya terjadi
pada semester kedua tahun pertama.
Perkembangan persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia
dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterprestasikan stimulus
yang ada di lingkungannya. Sedangkan perkembangan konsepsi adalah suatu
proses penggambaran ide atau proses berpikir.
Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir
manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa
dengan sendirinya. Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak
usaha untuk mampu bebicara. Kemudian memori merupakan unsur inti dari
perkembangan kognitif, sebab segala bentuk belajar dari individu melibatkan
memori. Memori adalah keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat diingat
kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Jahja, Yudrik. 2015. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Mursalin, Padang dan Dinastuti. 2007. Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Mikael Rahardanto dan Kristianto Batuadji. 2008. Psikologi Kognitif . Jakarta:

Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai