MAKALAH
Oleh :
Syahzanani Nazwa humairoh
NIM: 232101010059
Oleh :
Syahzanani Nazwa Humairoh
NIM: 232101010059
2
PRAKATA
3
DAFTAR ISI
Prakata
DaftarIsi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................5
A. Latar Belakang..........................................................................................5
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Ruang Lingkup..........................................................................................5
BAB IV PENUTUP.............................................................................................17
A. Kesimpulan...............................................................................................17
B. Saran.........................................................................................................18
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang
dikalangan masyarakat modern ini terkadang memunculkan beberapa
Persoalan yang harus dihadapi oleh masyarakat yang mana penyelesainnya
harus melalui solusi hukum. Diantara disiplin ilmu ilmu keislaman tradisional
yang eksis dan mandiri, empat diantaranya yaitu ilmu kalam atau tauhid, ilmu
fiqh, filsafat, dan ilmu tasawuf.
Ilmu fiqh disini adalah ilmu yang paling kokoh dan mampu
menguasai corak pemikiran seorang muslim terhadap agamanya, oleh karena
itu ilmu fiqh banyak membentuk unsur-unsur terpenting dan dominan
terhadap cara berfikir mereka. Fakta dan realitas yang ada dilapangan saat ini
terlihat jelas dengan proses perjalanan sejarah dan pertumbuhan masyarakat
muslim dimasa lalu. begitu pula terhadap perkembangan fiqh dimasa kini
yang biasa disebut dengan fiqh kontemporer beberapa bagian dari inti
semangat ajaran islam itu sendiri
fiqh kontemporer lahir sebagai respon terhadap akibat arus
modernisasi yang hampir mengambil alih setiap wilayah yang dihuni oleh
mayoritas masyarakat islam. arus modernisasi yang terus berkembang
semakin melahirkan sisetem pemikiran barat dinegeri muslim. hal ini
mengugah naluri para pakar hukum islam untuk mewujudkan fiqh yang
relevan sesuai dengan perkembangan zaman.
Maka dengan demikian, perkembangan fiqh kontemporer ini akan
memberikan tanggapan dan jawaban terhadap masalah-masalah kontemporer.
B. Rumusan masalah
5
1. Bagaimana fiqh kontemporer dapat dikembangkan dalam problematika
metodologis?
2. Bagaimana fiqh kontemporer menanggapi terkait isu transplantasi organ?
3. Bagaimana Fiqh Perbandingan menganngapi isu-isu kontemporer?
C. Ruang lingkup
1. Dimakalah ini menjelaskan awal dari usaha perumusan metodologi
pengembangan hukum islam fokusnya dalam konteks fiqh kontemporer.
2. Selain itu juga, pada makalah ini saya membahas pandangan fiqh
kontemporer terhadap teknologi medis terkait isu transplantasi organ.
3. disini juga saya membahas cara yang dilakukan fiqh perbandingan (fiqh
muqaran dalam menghadapi isu isu kontemporer
Ruang lingkup pembahasan ini mengindikasikan bahwa ternyata
fiqh dapat menyentuh seluruh persoalan kompleks kehidupan manusia..
fiqh bukanlah sekedar kajian ilmu teroritis (‘ulum an-nadzariyah)
melainkan kajian kajian ilmu yang dapat diaplikasikan langsung dalam
kehidupan nyata dan praktis (ahkam al ‘amaliyah)(Sinaga, 2020) 1
1
Kutbuddin Aibak. (2017). Kajian Fiqh Kontemporari. In Kajian Fiqh Kontemporari.
Sinaga, A. I. (2020). Fikih Kontemporer (Konseptual dan Istinbath).
6
2. Manfaat:
1. Guna menyajikan status hukum dari berbagai isu baru dan
membantu kaum muslim memahami argumen-argumen yang
menjadi dasar setiap pendapat. Hal ini penting karena dapat
mempengaruhi pendekatan terhadap hasil-hasil ijtihad fuqâhâ’
terdahulu, apakah diterima mentah-mentah atau disikapi secara
kritis dan dinamis untuk menemukan solusi baru yang lebih
mendasar dan sesuai dengan konteks.
2. Memperkaya khazanah fikih dengan kajian-kajian Masâ’il al-
Fiqhiyah, termasuk kemungkinan reformulasi metodologi kajian
fikih yang selama ini dianggap sebagai suatu kemapanan.
3. Secara global, studi-studi Masâ’il al-Fiqhiyah juga dapat
menggugah kesadaran umat Muslim untuk keluar dari stagnasi
intelektual dan menggairahkan semangat kebangkitan fikih Islam.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Fiqh kontemporer
Menurut Dr. Yusuf al-Qardawi salah satu ulama terkenal dalam
fiqh kontemporer, beliau menganggap fiqh kontemporer sebagai upaya
untuk menerapkan prinsip prinsip dan nilai-nilai islam dalam realitas
zaman sekarang. Baginya, fiqh kontemporer meliibatkan ijtihad
(penafsiran hukum) yang tepat untuk mengatasi isu-isu modern.
Istilah kata fiqh berasal dari kata “faqihu-yafgahu-faqihan” yang berarti
mengerti atau paham. Paham yang dimaksudkan adalah upaya aqilah
dalam memhami ajaran ajaran islam yang bermaksud dari al-quran dan as-
sunnah.fiqh adalah peletak dasar syariat melalui ijtihad al quran dan
sunnah yang dilakukan oleh para ulama, yang mana implememtasiannya
menjadi sebuah fatwa ulama .
Pada setiap zaman perkembangan istilah fiqh selalu berubah-ubah
mengikuti perkembangan yang ada. Seperti dalam maqolah ini pengertian
fiqh terikat pada pengertian terbatas yakni:
العلم باالحكام الش عية العلمية املكلتثب من ادلتها تفصيلة
8
Kedua, “kesimpulan-kesimpulan yang dapat dianalisis dari sumber nash
itu” makna fiqh, dari buku tersebut sudah jelas, maka dikawasan indonesia
ini banyak yang mengikuti rumusan imam syafii tersebut.
Kontemporer secara istilah memiliki arti “terkini” jadi fiqh
kontemporer disini dapat diartikan dengan perkembangan terkini. Dalam
hal ini fiqh kontemporer lahir sebagai akibat dari perkembangan zaman
yang terjadi secara pesat. dari fiqh kontemporer juga banyak kajian kajian
fiqh perbandingan (fiqh muqaran) yang muncul.
Dari dua definisi tersebut dapat dipahami bahwa fiqh kontemporer
adalah ilmu tentang hukum-hukum syariah yang bersifat ‘amaliyah
(praktis) dari dalil-dalil yang tafshili (terperinci) terhadap problem-
problem terkini.
Menurut Dr. Tariq ramadhan seorang cendikiawan muslim
terkemuka, berpendapat bahwa fiqh kontemporer adalah cara untuk
menghadapi tantangan dan perubahan zaman dengan menggabungkan
prinsip prinsip hukumislam dengan konteks dan tuntutan zaman, fiqh
kontemporer menurutnya memungkinkan adaptasi hukum islam untuk
masyarakat yang terus berubah.
Menurut syeikh jasser Auda, seorang ilmuwan muslim yang
berfokus pada fiqh kontemporer menjelaskan bahwa fiqh kontemporer
adalah tentang menafsirkan hukum islam dengan berfokus pada tujuan
tujuan hukum (maqasid al-syariah) dan kemaslahatan. Ini melibatkan
penyesuain hukum islam dalam kerangka pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat.
Dari beberapa pendapat para tokoh dan ulama tersebut mengenai
definisi fiqh kontemporer mencerminkan keberagaman, meskipun definisi
diatas berbeda-beda para tokoh muslim tersebut mempunyai tujuan yang
sama yakni mengatsi isu-isu kontemporer dengan cara memadukan nilai-
nilai islam dengan tuntutan zaman.
9
B. Masail al-fiqhiyah
Masâ'il al-Fiqhiyah berasal dari dua kata, Masâ'il dan Al-Fiqhiyah.
Masâ'il merupakan jama' dari kata mas'alah, yang berarti masalah atau
masalah, dan Al-Fiqhiyah berasal dari kata fiqh, yang berarti paham.
Masa'il al-fiqhiyah adalah upaya untuk menemukan masalah-masalah fikih
yang muncul dari setiap perkembangan zaman di era kontemporer untuk
di-istinbath-kan hukumnya dengan mengacu pada Alquran dan Sunnah
Rasulullah saw.3
Meskipun masâ'il alfiqhiyah ini belum memiliki definisi yang jelas,
tapi sudah ada buku-buku yang berfokus pada pandangan dan sikap hukum
Islam tentang masalah-masalah kontemporer yang muncul, yang dikenal
sebagai "Problematika Hukum Islam Kontemporer."
Problematika dalam fiqh kontemporer sendiri merujuk pada
rangkaian permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh cendekiawan
dan praktisi hukum Islam (fuqaha) ketika mengimplementasikan hukum
Islam (fiqh) dalam realitas kehidupan masa kini. Beberapa isu dalam fiqh
kontemporer melibatkan perubahan dalam masyarakat, kemajuan
teknologi, dan masalah-masalah global yang mungkin tidak secara
langsung dibahas dalam tulisan-tulisan klasik hukum Islam.
Saat ini, banyak cendekiawan Muslim sedang berupaya untuk
menafsirkan dan menerapkan hukum Islam dengan mempertimbangkan
konteks kontemporer. Proses ini melibatkan penelitian yang mendalam,
dialog antaragama, dan upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
baru yang muncul dalam masyarakat modern.
3
Kutbuddin Aibak. (2017). Kajian Fiqh Kontemporari. In Kajian Fiqh Kontemporari.
Sinaga, A. I. (2020). Fikih Kontemporer (Konseptual dan Istinbath).
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Kedua, menggunakan metodologi kajian ilmiah kontemporer dengan tetap
memperhatikan warisan intelektual Islam klasik untuk menghasilkan fiqh
kontemporer.
Ketiga, mengintegrasikan isu-isu kontemporer ke dalam pertimbangan hukum
saat menginterpretasikan Alquran dan Sunnah.
Ketiga kerangka pemikiran ini menuntut partisipasi intensif dari
berbagai kalangan profesional dan keahlian masing-masing untuk mencari
solusi atas permasalahan hukum terkait isu-isu kontemporer, seperti misalnya
dalam masalah medis, di mana ulama dan ahli kedokteran ikut terlibat dan
menjadi suatu kebutuhan yang mutlak.5(Kutbuddin Aibak, 2017)
Terdapat beberapa metode yang berkembang dari zaman klasik hingga
saat ini dalam disiplin ilmu Ushul Fiqh dan Qawa’id al-Fiqhiyyah. Metode
tersebut meliputi:
1. Metode Deduktif, yang merupakan cara penarikan kesimpulan khusus
(mikro) dari prinsip-prinsip umum (makro) yang terdapat dalam dalil-dalil.
2. Metode Induktif, yaitu pendekatan yang menghasilkan kesimpulan umum
(makro) dari fakta-fakta khusus (mikro).
3. Metode Genetika, merupakan pendekatan yang melibatkan penelusuran
titik fokus untuk memahami latar belakang munculnya masalah (nash dan
kualitas nash) dengan menggunakan pendekatan historis (sejarah).
4. Metode Dialektika, suatu bentuk penalaran yang melibatkan tahapan-
tahapan pertanyaan terstruktur yang bersifat tesis dan antitesis. Kedua
aspek tersebut kemudian didiskusikan dengan menggunakan prinsip-
prinsip logika yang rasional untuk mencapai kesimpulan akhir. Metode inI
digunakan untuk mendefinisikan suatu konsep dengan menguji ciri-ciri
umum yang ditemukan dalam suatu contoh khusus dari konsep tersebut.
5
Kutbuddin Aibak. (2017). Kajian Fiqh Kontemporari. In Kajian Fiqh Kontemporari.
12
B. Pandangan fiqh kontemporer terkait isu transplantasi organ
Pandangan fiqh kontemporer terhadap teknologi medis modern dapat
bervariasi tergantung pada sudut pandang ulama dan mazhab fiqh tertentu.
Beberapa ulama’ mungkin melihat teknologi medis modern sebagai sarana
untuk meningkatkan kesehatan dan menyelematkan nyawa, sehingga dianggap
sesuai dengan prinsip-prinsip islam.
Mereka menekankan bahwa penggunaan teknologi medis yang dapat
menyembuhkan atau meringankan penderitaan secara umum diperbolehkan
dala islam. Namun disisi lain ada juga isu-isu terkait tekologi medis seperti
transplantasi organ tubuh menuai beberapa pendapat tentang diperbolehkan
ataupun tidaknya.
Transplantasi merupakan salah satu bentuk terapi dokter pada zaman sekarang
yang sangat penting namun standar atau tolak ukur penggunaan asal organ
menjadi persoalan berkaitan dengan etis dan agama yang menuai banyak
perbedaan pendapat dikalangan ulama’.6
Tujuan dari tranplantasi organ untuk menghilangkan penderitaan orang
lain atau setidaknya mengurangi kepedihan yang orang lain rasakn dan
meningkatkan harapan hidup seorang penderita namun disisi lain transplantasi
juga memunculkan berbagai problematika dari sisi hukum dan etis.
Hingga saat ini, diskusi dikalangan ilmuwan dan agamawan seputar
transplantasi organ tubuh lebih terfokus pada tiga jenis organ, yaitu mata,
ginjal, dan jantung. Karena ketiga organ tersebut termasuk organ vital yang
sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.
Meskipun demikian, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terus berkembang, dimasa depan, transplantasi mungkin juga dapat
6
Rosmini, Abd. Qadir Gasing, M. (2022). Transplantasi Organ Tubuh Perspektif Fikih
Kontemporer . Contemporary Fiqh Perspective Organ Transplantation 123Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar Email : rosminimasnung@gmail.com Info Abstract Artikel
Diterima * Desember Revisi I * Februari Revis. Al-Qadau, 9, 16–29.
13
berhasil dilakukan pada berbagai organ tubuh lainnya, termasuk kaki sampai
telapaknya hingga kepala, bahkan bisa jadi melibatkan organ tubuh bagian
dalam seperti rahim wanita.
Namun, hal yang dapat dicapai melalui teknologi belum tentu dapat
diterima oleh norma agama dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Oleh
karena itu, mengingat transplantasi organ tubuh termasuk ranah maslahah
ijtihad, karena tidak ada ketentuan hukum secara eksplisit terdapat dalam al-
Qur’an dan hadist.7
Dalam konteks transplantasi, apakah diizinkan mengambil bagian tubuh
orang lain ketika ada kebutuhan mendesak atau dalam situasi darurat?
Pertanyaan ini menjadi sangat penting karena transplantasi dianggap sebagai
tindakan darurat, dilakukan setelah segala upaya pengobatan tidak berhasil.
Oleh karena itu, untuk keselamatan pasien, transplantasi menjadi satu-satunya
pilihan. Tanpa itu, risikonya adalah kematian yang jelas.
Transplantasi organ tubuh sudah ada sejak zaman rosulullah, contohnya
dapat ditemukan dalam sejarah perang badar, dimana Qata’dah bin Nu,man r.a
melakukan transplantasi. Para ulama dari berbagai madzhab sepakat bahwa
dalam kondisi darurat, tidak diperbolehkan memotong bagian organ tubuh dari
orang yang masih hidup untuk dikonsumsi, karena hal tersebut dianggap
sebagai tindakan perusakan. Hal tersebut sesuai dengan kaidah hukum islam
yakni:
Artinya “ bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya”8
Misalnya risiko yang mengancam nyawa seseorang sebaiknya tidak
diatasi atau dihilangkan dengan cara yang berpotensi menimbulkan risiko baru
yang membahayakan nyawa orang yang memberikan pertolongan. Oleh
karena itu, tidak dibolehkan untuk mendonorkan organ tubuh bagian luar,
seperti mata, tangan, dan kaki.
Tindakan tersebut dianggap sebagai menghilangkan bahaya orang lain
sambil menimbulkan bahaya yang lebih besar pada diri sendiri. Prinsip serupa
7
(Hasan al-Turabi>, Qad}a>ya> al-Tajdi>d, (Khartum: Ma’had al-Buhu >s| wa al-Dirasa>t al-
Ijtima>i’yah, 1990), h. 50-51.
8
Masjfuk Zuhdi,Masail,h. 89. Abuddin Nata,Masail,h. 104-105
14
berlaku untuk organ tubuh bagian dalam; jika pencangkokan mata, ginjal, atau
jantung dilakukan dari donor yang berada dalam kondisi koma atau mendekati
kematian, Islam juga tidak memberikan izin.9
Jadi dapat disimpulkan bahwa transplantasi organ diperbolehkan jika
orang yang ingin mendonorkan organnya tidak dalam keadaann sakit dan jika
ia sudah mendonorkan organnya kemungkinan tidak terjadi apa-apa padanya.
9
Masjfuk Zuhdi,Masail,h. 89. Abuddin Nata,Masail,h. 105-106.
15
Fiqh perbandingan harus mempertimbangkan dampak sosial dan
etis dari pandangan hukum yang diusulkan. Hal ini melibatkan apakah
penerapan hukum islam dalam konteks ini akan melindungi hak asasi
manusia, dan mengakomodasi perkembangan teknologi tanpa melanggar
prinsip-prinsp agama.
5. Konsultasi dengan ahli ilmu
Melibatkan ahli ahli dalam bidang terkait dalm diskusi dan
penelitian fiqh perbandingan. Hali ini memastikan bahwa pemahaman
tentang isu-isu kontemporer ini didasarkan pada pengetahuan yang
mendalam dan interdisipliner.
6. Pemahaman global
Fiqh perbandingan harus memiliki pandangan global dalam
memnghadapi isu-isu kontemporer. Ini melibatkan pemahamn kontribusi
hukum islam dalam kerangka kerja hukum internasional, perdagangan
global, dan tantangan global lainnya
7. Pendidikan dan kesadaran masyarakat
Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang
hukum islam dan bagaimana ia dapat menghadapi isu-isu kontemporer.
Pendidikan dan kesadaran masyarakat adalah langkah penting dalam
mempromosikan pemahaman yang lebih baik dan implementasi yang
tepat.
8. Dialog Antaragama dan Antarbudaya
Fiqh perbandingan juga dapat menduku ng dialog antar agama dan
antar budaya untuk mencapai pemahaman bersama tentang isu-isu
kontemporer yang bersifat universal.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perubahan sosial dalam masyarakat Islam pada zaman modern
memunculkan serangkaian permasalahan yang menuntut solusi hukum
yang memadai. Kritik tajam dari J.N.D. Anderson dan John L.
Esposito terhadap kajian hukum yang parsial menyoroti
ketidakmemuaskan solusi dari hukum tradisional. Penelitian mereka
menunjukkan bahwa metode pembaharu hukum Islam masih
cenderung ad-hoc dan pemilihan-pemilihan, yang tidak mampu
menghasilkan hukum Islam yang komprehensif. Schacht menekankan
bahwa hukum Islam, khususnya fiqh kontemporer, memerlukan dasar
teori yang lebih kokoh untuk menghadapi situasi insidentil dan
mendesak.
2. Perdebatan fiqh kontemporer tentang teknologi medis modern dapat
bervariasi tergantung pada keyakinan agama dan mistik. Beberapa
percaya itu meningkatkan kesehatan dan sejalan dengan prinsip-prinsip
Islam. Namun, beberapa masalah, seperti transplantasi organ, masih
kontroversial. Transplantasi adalah prosedur medis yang penting,
tetapi juga dapat menimbulkan masalah etika dan hukum. Wacana
tentang transplantasi berfokus pada tiga organ vital: jantung, paru-
paru, dan ginjal, yang penting bagi kehidupan.
3. Pentingnya melibatkan ahli-ahli ilmu dan mendorong kerjasama antar-
mazhab menunjukkan bahwa fiqh perbandingan memiliki peran
17
penting dalam menghadapi isu-isu kontemporer dengan pendekatan
yang holistik dan inklusif.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
18
Rosmini, Abd. Qadir Gasing, M. (2022). Transplantasi Organ Tubuh Perspektif
Fikih Kontemporer . Contemporary Fiqh Perspective Organ Transplantation
123
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Email :
rosminimasnung@gmail.com Info Abstract Artikel Diterima * Desember
Revisi I * Februari Revis. Al-Qadau, 9, 16–29.
Jamil, M., Muhardinata, I., Ishaq, Faza, A. M., Caniago, A. S., Pinem, R. K. B.,
Nasution, A., Nasution, M., Asyura, Akbar, A., Sibuea, M. Z., Lubis, S.,
Rangkuti, A., Syafaruddin, Sani, H., & Anizar. (2017). Fikih Kontemporer:
Sebuah Dialektika. 1–321. http://repository.uinsu.ac.id/6278/1/10 Fikih
Kontemporer %28Sebuah Dialektika%29 Final.pdf
19
LAMPIRAN
20