Pemakalah :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya. Penulis ucapkan terimakasih kepada Dosen serta teman-
teman sekalian yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini dibuat
untuk menyelesaikan salah satu tugas dari pelajaran “Ushul Fiqh Keuangan” yang diberikan
oleh Dosen Kita bapak Rukmana Prasetyo,M.HI. Sebagai kewajiban kita diperkuliahan ini.
Penulis menyadari, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian
kepada dosen beserta teman-teman sekalian, yang kadang kala hanya menuruti egoisme
pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk untuk
memperbaiki makalah di masa yang akan datang.
Harapan yang paling besar dari penyusun makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang penulis susun ini dapat bermanfaat, baik untuk pribadi maupun orang lain, yang ingin
mengambil hikmah dari makalah kami yang berjudul “ Kaidah Fiqhiyah dan kaidah
Ushuliyah dalam bidang ekonomi”
Demikian penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Pemakalah
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Qawa’id Fiqhiyyah dan Qawa’id Ushuliyah .......................................... 3
1.Pengertian Qawa’id Fiqhiyyah dan Qawa’id Ushuliyyah....................... 3
2.Sumber – sumber Kaidah Ushuliyah .................................................. 5
3. Karakteristik Kaidah Ushuliyah ........................................................ 7
4. Ragam Kaidah Ushuliyah ................................................................ 7
5. Aplikasi Kaidah Ushuliyah dalam Ekonomi Syariah ............................8
A. Latar Belakang
Kaidah fiqhiyyah dan kaidah ushuliyyah adalah asas-asas atau aturan-aturan dalam
ilmu fikih yang perlu diketahui secara umum oleh umat islam, terutama bagi mereka yang
ingin mendalami ilmu fikih serta para mujtahid.Banyak dari kita yang kurang mengerti
bahkan ada yang belum mengerti sama sekali apa itu kaidah fiqhiyyah dan kaidah ushuliyyah.
Kaidah fiqhiyyah dan kaidah ushuliyyah sangat penting dipelajari karena berfungsi sebagai
alat untuk menggali kandungan makna dan hukum yang tertuang dalam nash Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Kaidah ushulliyah merupakan pedoman dalam mengali hukum islam yang berasal dari
sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits, sedangkan kaidahfiqhiyyah ialah kelanjutannya,
yaitu sebagai petunjuk operasional dalam peng-istimbath-an hukum islam. Hal ini sependapat
dengan pernyataan dari Dr. Musthafa al-Zarqa` dalam sebuah alinea kitab al-Madkhal al-
Fiqhi, “seandainya kaidah fiqih tidak ada, maka hukum-hukum fikih akan tetap menjadi
cecaran-cecaran hukum yang secara lahir saling bertentangan satu sama lain”.
Dengan mengetahui dan memahami kaidah-kaidah fikih kita akan mengetahui benang
merah dalam menguasai fikih, karena kaidah fikih itu menjadi titik temu dari masalah-
masalah fikih dan lebih arif dalam menerapkan fikih dalam waktu dan tempat yang berbeda
untuk kasus, adat kebiasaan, dan keadaan yang berlainan. Selain itu juga akan lebih moderat
di dalam menyikapi masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya dan lebih mudah
mencari solusi terhadap masalah-masalah yang terus muncul dan berkembang dalam
masyarakat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
membahas lebih lanjut mengenai “Qawa’id Fiqhiyyah dan Qawa’id Ushuliyyah serta
Penerapan dalam Ekonomi Syari’ah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1.Apa pengertian Qawa’id Fiqhiyyah dan Qawa’id Ushuliyyah ?
2. Apa saja sumber-sumber kaidah Ushuliyah ?
3. Apa Saja Karakteristik Kaidah Ushuliyah ?
4. Mengaplikasikan Kaidah Ushuliyah dalam Ekonomi Syariah ?
C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui apa itu Qawa’id Fiqhiyyah dan Qawa’id Ushuliyyah.
2. Agar dapat mengetahui sumber-sumber Kaidah Ushuliyah.
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dari Kaidah Ushuliyah.
4. Dapat mengetahui aplikasi Kaidah Ushuliyah dalam Ekonomi Syariah.
D. Manfaat Penulisan
1.Membantu mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang Qawa’id
Fiqhiyyah dan Qawa’id Ushuliyyah.
2.Membantu mahasiswa dan pembaca lainnya untuk sadar pentingnya mempelajari Qawa’id
Fiqhiyyah dan Qawa’id Ushuliyyah.
3.Menyelesaikan tugas mata Kuliah Ushul Fiqh Keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut al-Tiftazani, kaidah adalah suatu patokan bersifat umum yang sesuai
dengan cabang-cabangnya untuk mengetahui hukum-hukum bagian-bagian yang lainnya.2
Sementara Ushul berarti merupakan bentuk plural dari ashl. Dalam bahasa arab, kata al-ashl
ini juga memiliki beragam arti. Akan tetapi, dalam konteks ini,term ushuliyah merupakan
kata sifat yang mengandung arti suatu ilmu yang membahas tentang metode ijtihad (al-ushul)
dalam merumuskan suatu hukum.
Adapun qawaid ushuliyah ini secara definitif belum didefinisikan oleh para
ushuliyun klasik. Qawaid Ushuliyah atau kaidah-kaidah ijtihad ini baru didefinisikan oleh
para pakar ushul fiqh kontemporer. Salah satunya yaitu
Dengan demikian, yang dimaksud kaidah Ushuliyah adalah suatu kaidah yang
bersifat kulli (menyeluruh) yang dapat digunakan dalam menggali hukum syar’i, atau dalam
mentarjih antara pendapat-pendapat ahli fikih yang berbeda-beda. Dari sini, maka kaidah
ushul fiqh dapat digunakan oleh para mujtahid lintas zaman yang memenuhi syarat kualifikasi
dalam berijtihad dalam masalah-masalah fikih yang bersifat cabang (far’i). Kaidah-kaidah
ushul fiqh ini pada umumnya berkaitan dengan ketentuan dilalah alfazatau petunjuk
interprestasi teks.
Oleh karena itu, kaidah ushuliyah sebagai rumusan atau ekstrak dari berbagai
sumber, maka kaidah-kaidah ushul ini terdiri atas dua rukun utama. Pertama, musnad ilaih;
kedua, al-musnad. Yang dimaksud dengan musnad ilaih adalah redaksi kalimat (al-maudhu’)
yang masih membutuhkan penjelasan. Sementara musnad adalah hukum (al-mahmul) yang
hendak disematkan kepada redaksi sebelumnya (al-maudhu’).4
Adapun urgensi kaidah ushul fiqh dalam pengembangan pemikiran hukum islam
dapat dilihat sebagai berikut:5
Kedua, kaidah ushul fiqh dicetuskan untuk menjaga syariat (hifz al-syariat) yang
mana kaidah tersebut dapat digunakan untuk metode yang benar dalam istinbath hukum
syar’i, sehingga tidak terkontaminasi dengan metode interprestasi lain yang menyesatkan.
Kelima, kaidah ushuliyah ini sebagai sumbangan berharga bagi praktisi hukum
islam istinbath hukum dan mentarjih pendapat fukaha yang berbeda-beda. Keenam, kaidah
ushul fiqh dapat membantu kajian fiqh lintas mazhab dan proses pentarjihannya. Ketujuh,
kaidah ushuliyah juga berfungsi sebagai “kode etik” (dhawabit) dalam memahami kandungan
Al-Qur’an dan Hadis.
Ragam kaidah – kaidah ushul fiqih dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria
berikut
Kaidah – kaidah fikih berdasarkan tema – tema besar dalam pembahasan ushul fiqh
dapat dibagi menjadi enam ragam, (1) kaidah – kaidah metodis secara umum (qawaid
manhajiyah amah), seperti kaidah “al – hukmu bi al – syai far’u tashawwuruhu”;(2) kaidah –
kaidah ushul fiqh yang berhubungan dengan hukum syar’i, seperti, “al – ahkam al – syar’iyah
innama tatsbutu bi adillah syar’iyyah”; (3) kaidah – kaidah yang berhubungan dengan dalil –
dalil syar’i, seperti, “al – Qur’an huwa al – ashl al – marju’ilahi fi al – syara’i” (4) kaidah -
kaidah yang brhubungan dengan interpretasi teks (dalalat al – alfaz); (5) kaidah – kaidah yang
berhubungan dengan ijtihad, taklid dan fatwa seperti “la musagha lil al – ijtihad fi maurid al –
nash”; (6) kaidah – kaidah yang berhubungan dengan kontradiksi (ta’arudh) dalil dan tarjih.
Dilihat dari segi validitas kaidah, maka kaidah – kaidah ushul fiqh dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian; pertama, kaidah ushul fiqh yang bersifat qath’iyah.
Kaidah qath’iyah in disukung dengan dalil –dalil yang qath’I (pasti) sehingga berdasarkan
istiqra (penelitian mendalam) bahwa kaidah tersebut melahirkan kepastian pula.
Kedua, kaidah – kaidah ushul fiqh yang bersifat zhanniyah. Kaidah ini biasanya
memunculkan perbedaan pada porsi penggunannya dalam menetapkan hukum. Hal ini
karena, kaidah ini berdasarkan ijtihad berdasarkan dalil – dalil yang zhanni yang dilakukan
oleh fukaha.
Para fukaha berbeda pendapat dalam hukum adanya saksi dalam transaksi jual beli
atau utang piutang. Hal ini karena mereka berbeda dalam mengaplikasikan dari kaidah ushul
fiqh yang sangat popular, “al – Ashlu fi al – amri al – mutlaq lil al – wujub”, (pada dasarnya,
setiap lafaz perintah secara mutlak itu merupakan suatu kewajiban).
Menurut fukaha, hukum saksi dalam transaksi jual beli dan utang piutang dibagi
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, mengatakan bahwa keberadaan saksi dalam
transaksi tersebut hanya bersifat anjuran bahwa keberadaan saksi dalam transaksi tersebut
hanya bersifat anjuran (sunah), bukan wajib.
Kelompok kedua, berpendapat bahwa saksi dalam jual beli dan utang – piutang
hukumnya wajib. Pendapat ini dipelopori oleh Abu ja’far al – Thabari dan Muhammad Ibn
Hazm dari kalangan Mazhab Dhahiriyah.
Oleh karena itu, hukum saksi dalam transaksi jual beli dan utang piutang antara
sebagai anjuran atau kewajiban harus melihat konteksnya. Jika masyarakat di era sekarang,
kejujuran menjadi barang yang langka, maka saksi mutlak dibutuhkan umtuk menghindari
timbulnya sengketa dalam perkara ekonomi syariah.
Para fukaha sepakat, bahwa transaksi utang piutang tanpa pencatatan di “hitam di
atas putih” hukumnya sah. Tetapi, fukaha berbeda pendapat,apakah utang yang tidak
dicatatkan itu berdosa atau tidak? Ini juga masih ada kaitannya, dengan kaidah sebelumnya:
“al – Ashlu fi al – amri al – mutlaq lil al – wujub
Berbeda dengan pendapat kelompok kedua, yang dipelopori Ibn Hazm dan al –
Thabari, cenderung berpendapat bahwa perintah pencatatan utang merupakan suatu
kewajiban yang harus dilakukan kedua belah pihak.oleh karena itu, pihak – pihak yang
meninggalkan kewajiban ini dianggap meninggalkan perintah Allah dalam QS. Al – baqarah
(2) : 282 “faktubuhu” (catatlah) yang layak mendapatkan dosa8
A. KESIMPULAN
Kaidah Ushuliyyah adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul dari lafal. Contohnya
seperti kaidah yang menyebutkan bahwa perintah menunujukkan kewajiban, larangan
menunjukkan keharaman, dan lafal-lafal tertentu bisa menerima nasakh.sedangkan Kaidah
Fiqhiyyah adalah Kaidah-kaidah yang bisa membatasi cabang-cabang ilmu fiqh yang sangat
luas. kaidah Fiqhiyyah juga mencakup berbagai rahasia hukum syara’ dan
hikmahnya.perbedaan antara Kaidah Ushuliyyah dan Kaidah Fiqhiyyah adalah jika kaidah
ushuliyah merupakan pedoman beristibath yang bersumber dari penelitian nash-nash yang
ada maka kaidah fiqhiyyah merupakan pedoman yang menghimpun hukum-hukum yang
sama.
1) Sumber-Sumber kaidah Ushuliyah
Al-qur’an
Hadist Nabi
Ijma’
Qiyas
Penalaran akal
Bahasa arab
Penalaran induktif
DAFTAR PUSTAKA