Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF

NURUDDIN AR- RANIRI DAN ABD RAUF AS-SINKILI

Dosen Pengampu:
Dr.Hermansyah, M.Ag

Disusun Oleh:
PUTRI MAULUDIA YULANDA
NIM (12201009)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PONTIANAK
2022/2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dunia
tasawuf dan kaum sufi. Di Indonesia tradisi sufi telah di kenal sejak masuknya islam,
dimana islam masuk ke Indonesia melalui pedagang yang berasal dari Gujarat india.
Persia, dan Arabia yang berpaham sufi, karena islam yang pertama kali datang ke
Indonesia adalah islam versi sufisme. Menurut M. Solihin, tasawuf mempunyai
peranan penting dalam penyebarluasan agama islam di nusantara, karena para
pembawa dan penyebar agama islam pada umumnya adalah para sufi, dengan latar
belakang profesi mereka masing-masing, baik sebagai ulama, musafir maupun
pedagang. Selain itu, tasawuf merupakan dimensi batin dari agama islam yang di
jalankan dengan khidmat oleh para kaum sufi dengan menimba pencerahan dari al-
Qur’an dan sunnah Nabi SAW, karena misi tasawuf adalah mendidik seorang muslim
yang baik, muslim yang sholeh, muslim yang berakhlakul karimah hingga ia
mencapai tingkatan insan kamil yaitu manusia yang utuh dan sempurna. Para sufi
telah menunjukkan berbagai ijtihad mereka dalam berbagai masalah yang mereka gali
dari al-Qur’an dan sunnah, dalam tasawuf kehidupan spiritual islam mendapatkan
landasan ilmiahnya. Itulah kehidupan yang disandarkan pada landasan praktik yang
berkaitan langsung dengan kondisi hati, seperti zuhudnya para ahli zuhud, ibadahnya
para ahli ibadah, kepekaan spiritualnya para ahli wara’, kelembutan perasaan orang-
orang yang ikhlas menyadari kelemahan serta kefakiran mereka di hadapan Allah.

B. Rumusan Masalah
1. Penjelasan tentang sejarah dan perkembangan tasawuf
2. Penjelasan tentang Nuruddin Ar-Raniri
3. Penjelasan tentang Abd Rauf As-Singkili

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan tasawuf
2. Untuk mengetahui biografi dan ajaran tasawuf Nuruddin Ar-Raniri
3. Untuk mengetahui biografi dan ajaran tasawuf Abd Rauf As-Singkili

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Akhlak Tasawuf

Sebagai salah satu dimensi keagamaan yang muncul di tengah agama dan
peradaban lainnya, sufisme dalam islam juga tidak luput dari keterpengaruhan
tersebut. Mulai konsep-konsep ketuhanan Neo-Platonisme Yunani samapi tradisi
gnostik dan asketik yang berkembang di agama-agama Yahudi, Nasrani, Zoroaster,
Hindu dan sebagainya kemudian dengan dominasi warna Islam lah Sufisme
berkembang.1
1. Sufisme Awal

1
Zuherni AB. 2011.Sejarah Perkembangan Tasawuf. Jurnal Substantia. 13 (2). Hlm 249.

1
Sejak dekade akhir abad 11 Hijriah. Sufisme sudah populer di
kalangan masyarakat di kawasan dunia Islam, sebagai perkembangan
lanjutan dari gaya keberagaman para zahid dan ‘abid, kesalehan yang
mengelompokan di serambi mesjid Madinah. Fase awal ini juga disebut
sebagai fase asketisme yang merupakan bibit awal tumbuhnya sufisme
dalam peradaban Islam. Demikian juga pada periode ini sudah mulai
berkembang perbicangan tentang pada derajat fana dan ittihad. Bersamaan
dengan itu, munculah para penulis tasawuf termuka, seperti al-Muhasibi
(w.234 H), al-Harraj (w. 277H) dan al-Junaid al-Baghdadi (w. 297H), dan
penulis lainnya. Secara konseptualtekstual lahirnya sufisme barulah pada
periode ini, sedangkan sebelumnya hanya berupa pengetahuan perorangan
dan atau semacam langgam keberagamaan. Sejak kurun waktu itu sufisme
berkembang terus ke arah penyempurnaan dan spesifikasi terminology
seperti konsep intuisi, dzauq dan al-kasyf.

2. Sufisme Orthodoks
Sebenarnya apabila ditinjau secara cermat dan menyeluruh ketegangan
yang terjadi seperti yang disebutkan di atas, bukan semata mata karena
masalah sufisme atau karena perbedaan sufisme atau karena perbedaan
pemahaman agama, tetapi juga karena telah ditunggangi kepentingan
politik, yakni kaum Sunni versus kaum Syi’i. Sebab, sejak abad ketiga
hijriah sudah mulai popular sebutan sufisme ortodoks, yang dirintis oleh
Harits al-Muhasibi seperti telah disebutkan terdahulu sebagai tandingan
bagi sufisme popular yang didukung sepenuhnya oleh kaum Syi’ah.
Tujuan sufisme ortodoks adalah ihya atsar al-salaf reaktualisasi paham
salafiyah dengan mengupayakan tegaknya kembali warisan kesalehan sufi
terdahulu yakni para sahabat dan generasi sesudahnya dengan tetap
mempraktekkan kehidupan yang bersifat lahiriah. Dengan kata lain, bahwa
gagasan al-Muhasibi itu adalah untuk merentang jembatan di atas jurang
yang memisahkan Islam ortodoks dan mengawal kesucian sufisme agar
tetap berada dalam wilayah Islam yang murni. Usaha al-Muhasibi tersebut
dilanjutkan oleh para pengikutnya dengan merumuskan prinsip-prinsip
sufisme ortodoks, sejak itu (abad ke III) tertengarailah sebutan Sufisme
ortodoks dan nampaknya gerakan pertama dalam pembaharuan sufisme.

2
Dalam pandangan sufisme ortodoks penyimpangan berat yang dilakukan
oleh sufisme Syi’i adalah dalam aspek tauhid atau teologi.2

3. Sufisme Theosufi
Paparan dahulu menunjukkan bahwa sufisme sebagai ilmu teoritis
maupun praktis telah sampai pada tingkat kematangan ( fase keempat)
yang ditandai dengan terpilahnya sufisme kepada dua aliran besar yaitu
sufisme sunni dan sufisme syi’i yang disebut falsafi atau sufisme -theosufi.
Sebab ternyata pada akhirnya intisari pengalaman kesufian yang menurut
al-Ghazali tidak mungkin di ungkapkan menerobos juga lewat konsepsi
Ibn Arabi. Paham baru ini kembali menimbulkan ketegangan dan
pertentangan yang lebih tajam dan meliputi segenap pemikiran islam,
karena paham ini dikategorikan sebagai paintheisme (paham seraba
Tuhan) yang tidak bisa di sesuaikan dengan akidah islam. Karena
konsepsinya yang di nilai sementara sufi sengat ekstrem menuduhnya
sudah keluar dari islam (kafir). Apabila di lihat dari perkembangan
sufisme, maka fase ini sudah memasuki fase keempat yang di tandai
masuknya unsur-unsur filsafat kedalam sufisme.3

4. Neo-Sufisme
Sufisme secara tegas menempatkan penghayatan keagamaan yang
paling benar pada pendekatan esoterik, pendekatan batiniyah. Dampak dari
pendekatan esoterik ini adalah timbulnya kepincangan dalam aktualisme
nilai-nilai islam, karena lebih mengutamakan makna batiniyah saja atau
ketentuan yang tersirat saja dan sangat kurang memperhatikan aspek
lahiriyah formalnya. Oleh karena itu adalah wajar apabila kemudian dalam
penampilannya, kaum sufi tidak tertarik untuk memikirkan masalah-
masalah sosial kemasyarakatan, bahkan terkesan mengarah ke privatisasi
agama.
Dalam segi penamaan, neo-sufisme adalah istilah yang baru
berkembang pada abad dua puluh, yang dipopulerkan oleh Fazlur Rahman.

2
Zuherni AB. 2011. Hlm 252.
3
Zuherni AB. 2011. Hlm 253-254.

3
Namun sejatinya gagasan neo-sufisme dalam sejarahnya telah ada sejak
abad ke delapan Hijriyah, yaitu suatu corak tasawuf yang terintegrasi
dengan syari’ah dan adalah ibn Taymiyah, sebagai penecetus gagasan yang
selanjutnya di teruskan oleh muridnya Ibn Qayyim.4 Adapun tokoh-tokoh
yang mengemukakan tasawuf di Indonesia.

B. Nuruddin Ar-Raniri
1. Biografi Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri, merupakan salah satu orang Gujarat yang
berperan terhadap perkembangan Aceh prioritasnya dalam bidang
keagamaan yang mengambil spesifikasi dalam bidang tasawuf pada sekitar
abad ke-17 silam. Dalam hal tersebut Ar-Raniri sangat terkenal di Aceh
terutama saat ia menentang paham wujudiyyah Hamzah Fansuri
mengingatkan kepada Al-Ghazali dan Ibn Rusyd, dua orang intelektual
muslim yang sangat memahami filsafat5

Ar-Raniri dilahirkan di Ranir, sebuah kota pelabuhan tua di pantai


Gujarat, india. Nama lengkapnya yaitu Nuruddin Muhammad bin
Hasanjin Al-Hamid Asy-Syafi’i Asy- Syafi’i Ar- Raniri. Ia mengikuti
langkah keluarganya dalam hal pendidikannya. Pendidikan di peroleh di
Ranir dan melanjutkannya ke wilayah Hadramaut. Menurut catatan
Azyumardi Azra, Ar-Raniri merupakan tokoh pembaharuan di Aceh. Ia
mulai melancarkan pembaharuan islamnya di Aceh setelah mendapat
pijakan yang sangat kuat di istana Aceh. Pemabaharuan utamanya adalah
memberantas aliran wujudiyyah yang di anggap sebagai aliran sesat.

2. Ajaran Tasawuf Nuruddin Ar-Raniri


a. Tentang Tuhan
Pendirian AR-Raniri dalam masalah ketuhanan pada umumnya
bersifat kompromis. Ia juga berusaha menyatukan paham mutakallimin
dengan paham para sufi yang di wakili Ibn Arabi. Ia berpendapat
4
Zuherni AB. 2011. Hlm 254-255.
5
Abdul Majid. 2015.Karakteristik Pemikiran Islam Nuruddin Ar-Raniry. Jurnal Substantia. 17 (2). Hlm 180.

4
bahwa’’ wujud Allah dan Alam Esa’’ yang berarti bahwa alam ini
merupakan sisi lahiriah dan hakikatnya yang batin, yaitu Allah.
b. Tentang Alam
Ar-Raniri berpandangan bahwa alam ini diciptakan Allah
melalui tajalli. Ia menolak teori Al-Farabi karena akan membawa
kepada pengakuan bahwa alam ini akan jatuh pada kemusyrikan. Alam
dan falak menurutnya merupakan wadah tajalli asma dan sifat Allah
dalam bentuk yang nyata.
c. Tentang Manusia
Manusia menurut Ar- Raniri merupakan Makhluk Allah yang
sangat sempurna di dunia ini. Karena manusia merupakan khalifah
Allah yang dijadikan sesuai dengan citranya dan juga merupakan
tempat kenyataan asma dan sifat Allah paling lengkap dan menyeluruh.
d. Tentang Wujudiyyah
Inti ajaran wujudiyyah menurut Ar-Raniri , berpusat pada
wahdat al-wujud yang di salah artikan kaum wujudiyyah dengan
kemananggulan Allah dengan Alam. Ar-Raniri berpandangan bahwa
jika benar ada Tuhan dan makhluk hakikatnya satu, dapat dikatakan
bahwa manusia adalah Tuhan dan Tuhan adalah manusia jadilah
seluruh makhluk itu adalah Tuhan. Semua yang di lakukan manusia
baik maupun buruk Allah yang turut serta melakukannya dengan
demekian manusia mempunyai sifat-sifat Allah.
e. Tentang Hubungan Syariat dan Hakikat
Menurut Ar-Raniri pemisahan antara syariat dan hakikat
merupakan sesuatu yang tidak benar. Untuk menguatkan
argumentasinya ia mengajukan pendapat pemuka sufi, di antaranya
adalah Syekh Abdullah Al-Aidarusi yang menyatakan bahwa tidak ada
jalan menuju Allah, kecuali melalui syariat yang termasuk pokok dan
cabang islam.6

C. Abdul Rauf As-Sinkili


1. Biografi Abdul Rauf As-Sinkili

6
M.Solihin, Rosihon Anwar.2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. Hlm 249-252.

5
Nama lengkap Abdurrauf As-Singkili yaitu Abdul Ra’uf bin al-Jawi al-
Fansuri al-Singkili. Ia adalah seorang melayu dari Pantai barat laut Aceh,
tepatnya di Fansuri. Ayahnya adalah seorang seorang Arab yang bernama
Syeikh Ali. Menurut Rinkes Abdurrauf dilahirkan sekitar tahun 1615.
Abdurrauf diperkirakanberangkat ke tanah Arab untuk menuntut ilmu pada
usia 27 tahun, tinggal di tanah arab selama 19 tahun kembali ke Nusantara
dari tanah Arab diperkirakan dalam usia 46tahun. Dalam perkembangannya
perhitungan Ringkes ini dijadikan pegangan oleh para ahli.7

2. Ajaran Tasawuf Abdul Rauf As-Singkili


a. Kesesatan ajaran tasawuf Wujudiyyah.
Sebelum As-Singkili memebawa ajaran tasawufnya, Aceh telah
berkembang ajaran tasawuf falsafi, ajaran tasawuf wujudiyyah ini di
anggap Ar- Raniri sebagai ajaran sesat dan penganutnya dianggap
murtad. Oleh karena itu terjadilah proses penghukuman bagi mereka.

b. Rekonsiliasi antara tasawuf dan syariat.


As-Singkili berusaha merekonsiliasi antara tasawuf dan syariat.
Ajaran tasawufnya sama dengan Syamsudin dan Nuruddin, yaitu
menganut paham satu-satunya wujud hakiki, yakni Allah, sedangkan
alam ciptaan-nya bukanlah merupakan wujud hakiki, tetapi bayangan
dari yang hakiki. Menurutnya jelaslah bahwa Allah berbeda dengan
Alam. Walaupun, antara bayangan alam dengan yang memancarkan
bayangan Allah tentu memperoleh keserupaan.
c. Dzikir
Dzikir dalam pandangan As-Sinkili merupakan suatu usaha
untuk melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa. Dengannya hati selalu
mengingat Allah. Tujuan dzikir adalah wujud selain wujud Allah,
berarti wujud yang berdzikir bersatu dengan wujudnya, sehingga yang
mengucapkan dzikir adalah Dia.
d. Martabat perwujudan Tuhan.

7
Ahmad Rivauzi. 2017. Landasan Filosofi Pemikiran Tasawuf Abdurrauf Singkel Tentang Allah, Manusia, dan
Alam. Jurnal Theologia. 28 (2). Hlm 301-302.

6
Menurutnya ada tiga martabat perwujudan Tuhan. Pertama,
Martabat ahadiyyah atau ta’ayyun, yaitu alam pada waktu itu masih
merupakan hakikat gaib yang masih berada di dalam ilmu Tuhan.
Kedua, martabat wahdah atau ta’ayyun awwal, yaitu sudah tercipta
haqiqah Muhammmadiyah yang potensial bagi terciptanya alam.
Ketiga, martabat wahdiyyah atau ta;ayyun tsani, yang disebut juga
dengan a’yan tsabitah, dan dari sini lah alam yang tercipta.8

Kesimpulan

Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam sejarahnya. Berasal dari


gerakan zuhud yang personal dan berkembang menjadi gerakan tasawuf yang
melahirkan kelompok dan ordo-ordo tertentu. Dalam perkembangannya pada abad
ketiga terjadi penyimpangan berat yang dilakukan oleh sufisme syi’i adalah aspek
tauhid atau teologi yang di netralkan oleh teologi Ahlusunnah wal Jama’ah.Sentuhan
filsafat sangat mewarnai corak tasawuf, pada abad keenam sampai delapan hijriah,
lewat Ibn Arabi corak ma’rifat yang dikembangkan adalah hubungan antara fenomena
alam dengan Tuhan sebagai prinsip keesaan yang melandasinya.

Di Indonesia mengkaji tasawuf baik mengenai penyebarannya maupun tokoh-


tokohnya termasuk Nuruddun Ar-Raniri yang merupakan tokoh pembaharuan di
Aceh. Ia melancarkan pembaharuan islamnya di Aceh setelah mendapat pijakan yang
kuat di istana Aceh begitu juga dengan Abdul Rauf As-Singkili seorang ulama dan
mufti besar Kerajaan Aceh pada abad ke-17. Pendidikannya di mulai dari ayahnya di

8
M.Solihin, Rosihon Anwar. 2008. Hlm 253-254.

7
simpang kanan, kepada ayahnya lah ia belajar ilmu-ilmu agama, sejarah, bahasa Arab,
mantiq, filsafat, sastra Arab/Melayu, dan bahasa Persia.

DAFTAR PUSAKA

Abdul Majid. 2015. Karakteristik Pemikiran Islam Nuruddin Ar-Raniry. Jurnal


Substantia. 17.(2). Hlm 179-190.
Ahmad Rivauzi. 2017. Landasan Filosofi Pemikiran Tasawuf Abdurrauf Singkel Tentang
Allah, Manusia, Dan Alam. Jurnal Theologia. 28.(2). Hlm 299-327.
M.Solihin, Rosihon Anwar. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Zuherni AB. 2011. Sejarah Perkambangan Tasawuf. Jurnal Substantia. 13.(2). Hlm 249-
256.

8
9

Anda mungkin juga menyukai