Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan-perkembangan tasawuf di Indonesia erat kaitanya dengan
budaya-budaya bangsa Indonesia yang bersifat mistik , tasawuf dapat berkembang
secara cepat dalam persebarannya. Tasawuf merupakan bagian dari metode
penyebaran ajaran Islam sangat mempunyai kemiripan dalam metode pendekatan-
pendekatan agama Hindu-Budha yang merupakan sistem keagamaan masyarakat
Indonesia sebelum Islam. Kemiripan dalam metode pendekatan dengan latihan
kerohanian, inilah yang kemudian mempermudah berkembangnya tasawuf di
Indonesia. Tasawuf merupakan alat dari salah satu persebaran islam di Indonesia.
tasawuf yang dahulu berkembang di Gujarat, merupakan sinkronisasi keagamaan
di Indonesia, yaitu negeri Hindustan yang hal ini tidak jauh berbeda dengan
sosiologi agama Hindu di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan spiritual di Indonesia sebelum datangnya Islam?
2. Bagaimana masuknya Islam ke Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan tasawuf di Indonesia dan tokoh-tokohnya?
4. Bagaimana pengaruh dan pengamalan tasawuf di Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui kehidupan spiritual di Indonesia sebelum datangnya Islam
2. Mengetahui masuknya Islam ke Indonesia
3. Mengetahui perkembangan tasawuf di Indonesia dan tokoh-tokohnya
4. Mengetahui pengaruh dan pengamalan tasawuf di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kehidupan Spiritual Di Indonesia Sebelum Datangnya Islam


Sebagian besar penduduk asli Indonesia sebelum mendapatkan pengaruh
dari agama-agama pendatang seperti Hindu, Budha, Kristen, dan Islam, yaitu
melakukan pemujaan terhadap pandangan yang berdasarkan tentang fenomena
alam. Para pengikut agama yang dianut disebut Animisme, mempercayai adanya
ruh Tuhan yang mengalir dalam setiap makhluk. Kekuatan tubuh diyakini
sebanding dengan kapasitas ruh Tuhan yang mengalir didalamnya. Sehingga
diantara mereka ada yang memuja dan leluhur atas dasar keyakinan bahwa ruh
leluhur lebih kuat daripada ruh masyarakat sendiri.selain itu, adanya kepercayaan
Dinamisme, yaitu menyembah binatang buas, disamping karena rasa takut, juga
atas kepercayaan bahwa rasa takut ini merupakan indikasi adanya ruh Tuhan yang
membuat tubuh binatang-binatang tersebut menakutkan. Agama yang pertama
yang dianut oleh orang-orang Indonesia-Melayu.
Agama yang selanjutnya dianut penduduk Indonesia adalah Hindu-Budha
yang dibawa oleh para pedagang India. Hal ini, ditandai dengan berdirinya
kerajaan Budha terbesar di Asia Tenggara, yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatra
Selatan yang wilayah kekuasaanya meliputi; Jawa, Sumatra, dan Melayu, tempat
terdapatnya Universitas Nalanda, yang memiliki reputasi dunia dalam
Budhissme.1
Sejak saat itu agama Hindu-Budha mengalami perkembangan pesat pada
abad pertama dan kedua Hijrah, yang ditandai dengan kemunculan kerajaan-
kerajaan yang memiliki keterkaitan dengan kedua agama tersebut. Misalnya
kerajaan Majapahit yang berdiri atas inspirasi menggabungkan agama Hindu dan
Budha (Sinkretis). Kedatangan orang-orang India yang membawa agama Hindu-
Budha memperkenalkan aksara Sansekerta yang kemuduan menjadi aksara Jawa
kuno
1
Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia (Jakarta: MMU, 2009), hlm, 4.

2
Dalam sejarahnya, agama asli Indonesia mengalami pasang surut.
Berbagai tantangan yang dihadapi menambah sulit baginya untuk bertahan hidup,
seperti persaingan terhadap agama-agama pendatang. Kelemahan menghadapi
agama-agama pendatang yang lebih unggul dalam hal kesempurnaan ajaran-
ajaran, baik dari segi teologi, tata aturan sosial, maupun ideologi politiknya
hampir saja membuatnya punah, terutama pada masa dominasi Islam (kesultanan
Demak) awal abad ke-16. Meskipun, pada masa-masa tertentu, tatkala kesultanan
Islam mengalami kemunduran dan hadirnya penjajahan Belanda, yang kembali
mendapatkan perlindungan dari pemerintahan lokal.2

B. Masuknya Islam Ke Indonesia


Sebelum Islam masuk ke Indonesia, hubungan dagang antara Sumatra,
Cina, India, Persia, serta negeri Arab sudah terjalin dengan pesat. Hal ini dapat
diketahui dengan adanya bandar-bandar laut yang terkenal, misalnya Sanfosti di
Tiongkok, Bandar Muara Sabak di Sriwijaya (Jambi). Kontak perdangangan
tersebut secara tidak langsung membawa unsur-unsur kebudayaan masing-masing
pihak.
Agama islam yang masuk ke Indonesia didasarkan atas dua pendapat
menurut Alwi Shihab , yaitu pandangan islam yang masuk ke Indonesia pada abad
ke tujuh Hijrah, ditandai dengan dakwah islam pada saat Dinasti Abbasiyah, yang
dibawa oleh Abdullah ibn Muhammbad ibn ‘Abd Qahir Al-‘Abbasi wafat 799
H/1407M. ke nusantara.
Selanjutnya, pandangan bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad
pertama Hijrah, didasarkan oleh argumentasi catatan-catatan resmi Cina periode
Dinasti Tang 618 M menegaskan bahwa islam sudah masuk wilayah Timur jauh,
yaitu Cina dan sekitarnya, termasuk kepulauan Indonesia. Jurnal Cina
mengisyaratkan adanya pemukiman Arab di Cina yang penduduknya diizinkan
oleh kaisar untuk menikmati kebebasan beragama. Pengenalan dini kaum Arab
terhadap kepulauan Indonesia setaraf dengan data yang mereka ketahui mengenai
Cina bahkan lebih luas. Pedagang-pedagang Muslim memasuki Cina karena

2
Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia (Jakarta: MMU, 2009), hlm, 2-3.

3
kedatangan orang-orang Arab membawa islam ke Cina melalui jalur laut. Cina
sendiri mempertimbangkan hubungan perdagangan dengan Indonesia dikarenakan
letak geografis Indonesia sebagai perdagangan laut internasional.3
Menurut Hamka dan beberapa tokoh lainnya, mengemukakan bahwa Islam
datang ke Indonesia langsung dari tanah Arab dengan membawa Mazhab Ahli
Sunnah Wal-Jama’ah khususnya Mazhab Syafi’iyah. Hal ini didasarkan atas
perlawatan Ibnu Bathuthah yang menemukan masyarakat Islam di Aceh adalah
beraliran Syafi’iyah, pada abad ke delapan Hijrah.4
Salah satu peninggalan sejarah yang menjadi simbol kesinambungan
pengaruh agama asli, yaitu Candi Borobudur, mengindikasikan bahwa penentuan
letak bangunannya didasarkan pada kewajiban dalam sistem kepercayaaan
animisme untuk membangun tempat ibadah di dataran tinggi. Sedangkan
pengaruhnya seni arsitekturnya dalam kehidupan spiritual Islam, misalnya bentuk
bangunan masjid lama pada masjid Agung Demak, Cirebon, Banten, dibangun
berdasarkan model tradisional Indonesia.

C. Tasawuf Di Indonesia Dan Tokoh-Tokohnya


Penyebaran Islam yang berkembang secara signifikan di negara-negara
Asia Tenggara berkat peranan dan kontribusi tokoh-tokoh tasawuf. Hal ini
disebabkan oleh sifat-sifat kaum sufi yang lebih kompromis dan penuh kasih
sayang. Islam pada hakekatnya merupakan agama yang terbuka dan tidak
mempersoalkan perbedaaan etnis, ras, dan bahasa. Tasawuf islam telah membuka
wawasan lebih luas bagi keterbukaan yang meliputi agama-agama lain.
Tasawuf islam memasuki Indonesia sekitar abad kedua Hijrah sampai abad
ke delapan Hjirah yang mana tasawuf ini berkembang secara menyeluruh di
Indonesia. Beberapa alasan yang melatarbelakangi perkembangan tersebut
diantarnaya:

3
Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia (Jakarta: MMU, 2009), hlm, 10.

4
Usman Said, dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Islam Departemen Agama, 1982), hlm. 180-181.

4
1. Hasan al-Basri (w. 110 H), Rabi’ah al-Adawiyah (w. 185 H), Sufyan
Tsauri (w. 121 H) ketiganya dari Basrah. Ibrahim bin Adham (w. 161 H)
dan Syaqiq al-Balakhi (w. 194H) keduanya berasal dari Persia. Mereka
inilah yang dianggap tokoh-tokoh tasawuf pada akhir abad pertama sampai
abad kedua Hijrah. Sedangkan pengaruh tasawuf di Persia lebih dahulu
datang ke Indonesia oleh Al-Ghazali (w. 505 H). Terdapat pula, Syekh al-
Yafi’i ahli tasawuf di Mekkah, merupakan murid dari Syekh Mas’ud bid
Abdullah al-Jawy (bangsa Jawa), yang mana Syeh A-Jawi hidup pada
zaman kejayaaan Kerajaan Samudra Pasai.5
2. Paham tasawuf sebagai bentuk baru dari hidup zahid, yaitu menjauhkan
diri dari kemegahan hidup duniawi, yang dibawa oleh saudagar-saudagar
muslim yang kemudian menetap di Indonesia.
3. Paham-paham thariqat, yang juga berkembang di Indonesia seperti paham
Qadariyah oleh Abdul Qadir al-Jailani (w. 1415 H), Naqsabandiyah oleh
Bahauddin (w. 1388 M), dan Syattariyah oleh Abdullah Syattar (w. 1415
M), mereka ini berada pada abad ke lima sampai ke tujuh Hijrah.
Pada perkembangannya tasawuf di Indonesia juga mendapat pengaruh dari
para tokoh yang menyebarkan ajaran tasawuf dari masa ke masa, terdapat dua
gologna tasawuf yang berkembang yaitu tasawuf Sunni (salafi) dan tasawuf
Falsafi, metode pendekatan pada tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada
segi praktis (‫) العملي‬, sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis (
‫) النطري‬.
Beberapa tokoh penting yang berkontribusi mengajarkan jalan (thariqah)
dalam suasana tasawuf di Indonesia.
1. Perkembangan taswuf di Pulau Sumatera
a. Hamzah Fansuri yang berfaham Wahdatul Wujud (Falsafi). Riwayat
hidup Hamzah Fansuri tidak banyak yang diuraikan secara terperinci.
Beliau berasal dari daerah Barus dan kemunculannya dikenal pada
masa kekuasaan Sultan Alauddin Ri’ayat Syah pada penghujung abad

5
Hamka, Tasawuf Pekembangan dan Pemurniannya, (Jakarta: Yayasan Nurul Islam,
1980), hlm. 218.

5
ke-16. Beliau adalah ahli tasawuf asli Melayu yang suka mengembara,
menjelajahi Timur Tengah, Siam, Malaya, dan beberapa pulau di
Nusantara. Hamzah Fansuri (w. 1604 M) terkenal dengan tulisannya,
misalnya; Syair Perahu, Syair Burung Pingai, sehingga membuat
ajaran Tasawuf banyak dikenal oleh banyak orang. Adapun ajaran
yang dikembangkannya adalah:
1) Wujud. Menurutnya, bahwa wujud itu hanyalah satu. Wujud
yang satu itu berkulit dan berisi, atau ada yang lahir dan ada
yang batin. Semua benda-benda yang ada, merupakan
pernyataan saja dari wujud yang hakiki, dan wujud yang hakiki
itu adalah Al-Haq yaitu Allah SWT.
Wujud itu mempunyai tujuh martabat (hakikatnya satu), yaitu
a) Ahadiyah; hakikat sejati dari Allah,
b) Wahda; hakikat dari Muhammad SAW,
c) Wahdiyah; hakikat dari Adam,
d) Alam arwah; hakikat dari nyawa,
e) Alam mitsal; hakikat dari segala bentuk,
f) Alam ajsam; hakikat tubuh,
g) Alam insan; hakikat manusia.
2) Allah. Menurutnya Allah adalah Dzat yang mutlak dan qadim,
first causal (sebab pertama) dan pencipta alam semesta. Tuhan
itu ada dalam diri manusia, tetapi Tuhan itu tidak identik
dengan alam.
3) Penciptaan. Menurutnya bahwa wujud Tuhan itu sebagai suatu
lautan yang dalam yang tak bergerak dan alam semesta ini
merupakan gelombang dari lautan itu. Eksistensi dunia ini
bukanlah wujud yang hakiki.
4) Manusia. Menurutnya manusia adalah dunia kecil atau
mikrokosmos yang di dalamnya terkandung segala sesuatu
(makrokosmos). Untuk dapat mengenal Allah dan bisa bertemu
dengan-Nya, seseorang harus dapat menembus hijab yang

6
membatasi dirinya dengan Tuhan. Hijab itu adalah kejamakan
di alam dunia ini.
5) Kelepasan. Menurutnya manusia harus mengalami kelepasan
dengan dunia yang harus ditempuh melalui Syari’at, Tharekat,
Hakikat, dan Ma’rifat, yang secara berturut-turut terdiri dari
alam nasut (alam manusia), alam malakut (malaikat), alam
jabarut (puasa) dan fana.6
b. Kemudian muridnya Syekh Samsudin bin Abdillah As-Sumatrani
(Syamsuddin Pasai), hidup antara tahun 1575-1630 M) yang bermukim
di Aceh. Buku-buku yang pernah beliau tulis, diantaranya; Jauhar al-
Haqoid, Risalatul Bayyin Mulahazat al-Muwahidin ‘ala al-Muhlidi fi
dzikrullah. Pokok-pokok ajarannya mengenai 1). Allah itu Esa adanya,
Qadim dan Baqa. 2). Penciptaan dari Dzat yang Mutlak melalui tahap
tingkatan, yaitu ahadiya, wahda, wahidiya, alam arwah, alam mitsal,
alam ajsam, dan alam insan. 3). tentang manusia, manusia ini semacam
obyek dimana Allah menzhahirkan sifatnya.
c. Syekh Abdul Ra’uf Singkel (Syekh Abdul Ra’uf bin Ali Al-Fansuri
al-Jawi). Lahir di Fansur tahun 1620 M. yang menyebarkan Tarekat
Syattariyah dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya di daerah Aceh
dan Pariaman (1620-1693 M). Beberapa pandangannya mengenai hati
manusia yang menjadi unsur penting dalam tubuh, dzikir yaitu
mengingat Allah seraya menyebut namanya dengan ucapan (jahar)
atau dengan hati (sirri).
d. Syekh Burhanuddin (1646-1693 M), beliau merupakan penduduk asli
Minangkabau, lahir pada tahun 1056 H/1646 M dan meninggal pada
bulan Syafar 1111 H/1693 M. Murid dari Syekh Abdul Ra’uf Singkel
yang berpaham Syafi’i. Beliau mendirikan madrasah dan mengajar di
ulakan, diantara murid-murid yang pernah belajar dengan beliau
adalah; Tuanku Mansingan Nan Tuo, Tuanku Imam Bonjol.

6
Usman Said, dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Islam Departemen Agama, 1982)hlm.187-195.

7
e. Nuruddin ar-Raniri
1) Riwayat Hidupnya
Nama lengkapnya ialah nuruddin bin Ali bin Hasanji bin
Muhammad Hamid Ar-Raniry. Ia berasal dari Ranir ( Rander )
Gujarat. Waktu mudanya pernah belajar di Hadramaut kepada
seorang guru yang bernama Abu Hafs Umar bin Abdullah
Basyaiban. Ia datang ke Aceh pada tanggal 6 Muharram 1075
H/1637 M. Dan diduga ia tinggal di Aceh sampai tahun 1644 M.
Kemasyhurannya tersiar jauh keluar daerah Aceh. Walaupun ia
berasal dari India, tapi karangan-karangannya ada yang ditulis
dalam bahasa Arab dan Melayu.
2) Ajarannya
Dapat diketahui bahwa paham Ar-raniry sebenarnya hampir
sama dengan Hamzah Fansuri, terutama dalam masalah hubungan
antara wujud Tuhan dengan alam. Alam ini digambarkan sebagai
wujud yang majaz. Hal ini dapat dimaklumi, oleh karena
sebagaimana sufi lainnya, Ar-Raniry pun berusaha memberi paham
betapa Esa nya Tuhan itu secara Haqiqi.
f. Ulama sufi yang lainnya adalah Syekh Abdu samad al-Palimbani.
Salah satu hasil dari pandangannya tentang keutamaan berzikir,
meliputi tatacara saat berzikir dan tatacara setelah seorang murid
melakukan zikir.
2. Perkembangan tasawuf di Pulau Jawa
Penyebaran dan penyiaran agama islam di tanah Jawa pada zaman
dahulu adalah dipelopori para mubaligh islam yang dikenal dengan sebutan wali.
Dari segi bahasa, makna wali yang ditulis dengan aksara arab “berarti orang yang
mencintai dan dicintai”. Waliyullah artinya orang yang mencintai dan dicintai
Allah SWT. Wali songo artinya sembilan orang wali. Di samping sebagai
muballigh islam, mereka ini juga adalah orang-orang yang mempunyai peranan
penting dalam pemerintahan. Mereka mempunyai fungsi rangkap, yaitu sebagai
muballigh atau guru dan juga sebagai pemimpin masyarakat pendamping raja.

8
Para wali sango tersebut adalah; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan
Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria
dan Sunan Gunung Jati.
a. Maulana Malik Ibrahim
1.) Riwayat Hidupnya
Maulana malik Ibrahim adalah putra dari maulana
Muhammad Jumaidil Kubra bin Sayid Zainul Husein, bin sayid
zainul Kubra bin Sayid Zainal Abidin, bin Husein, bin Fatimah,
binti Muhammad SAW.
Disepakati oleh para ahli sejarah, bahwa Maulana Malik
Ibrahim bukanlah putra asli Indonesia, ia datang ke pulau Jawa
pada tahun 1399 M. Maulana Malik Ibrahim mulai menyiarkan
agama islam di tanah Jawa ialah di daerah Jawa Timur.
2.) Beberapa ajarannya
Dalam seluruh usaha dakwahnya, nampaknya ia lebih banyak
mengutamakan masalah tauhid dan akhlaq, masalah Tuahan dan ke
Esaan Nya dan masalah perilaku manusia. Mengenai filsafat
ketuhanan antara lain ia mengatakan bahwa “ yang dinamakan
Allah itu ialah sesungguhnya yang diperlukan adanya”.
b. Sunan Ampel ( 1401-1452)
1) Riwayat Hidupnya
Nama kecilnya ialah Raden Rahmat, seperti diuraikan di muka, ia
adalah putra dari Maulana Malik Ibrahim. Ia dilahirkan tahun 1401
M, dan dibesarkan di luar Jawa, diperkirakan mulai menetap di
Jawa pada tahun 1431 M.
2) Beberapa ajarannya
Sebagai penyambung ayahandanya Maulana Malik Ibrahim, maka
ajarannya lebih banyak diutamakan kepada masalah yang
berkenaan dengan pemurnian tauhid dan pembinaan akhlaq.
c. Sunan Bonang
1 ). Riwayat Hidupnya

9
Lahir pada tahun 1449 M. Merupakan salah seorang putra dari
Sunan Ampel. beliau adalah seseorang yang terhormat di kalangan
agamawan maupun bangsawan dan masyarakat. Jiwa seni adalah
merupakan satu keistemewaan yang dimilikinya dan
dimanfaatkannya dalam usaha dakwahnya.
2 ). Pokok-Pokok Ajarannya
Primbon Sunan Bonang memuat wejangan yang didahului dengan
basmallah, hamdallah, dan salawat. Isinya penjelasan yang
sistematis tentang usul suluk ( tauhid dan tasawwuf ) dan
berpangkal kepada kalimat syahadat.
d. Sunan Giri
1) Riwayat Hidupnya

Disebut juga dengan raden paku, sunan Giri merupakan orang


penting dan terhormat baik di kalangan kerajaan maupun di
tengah-tengah ulama’. Beliau dijadikan anak angkat oleh Nyi Gede
Maloka (Nyai Ageng Tandes), disekolahkannya ke Ampel dan
berguru kepada Sunan Ampel.

2) Pokok-Pokok Ajarannya

Sebagai seorang pendidik, Sunan Giri banyak menyampaikan


ajaran-ajarannya dalam bentuk permainan anak-anak dan berbagai
macam lagu yang berjiwa agama. Selain itu, sunan giri juga
mengajarkan syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat.

e. Sunan Drajat
1). Riwayat Hidupnya
Nama kecilnya Syarifuddin dan juga sering disebut dengan nama
Raden Qasim. Beliau adalah salah seorang putra darri Ssuyang banyak
memperhatikan soal-soal kesejahteraan dan sosial.
2 ). Beberapa ajarannya

10
Dalam setiap kesempatan dakwahnya yang menjadi
pembahasannya adalah masalah sosial yang terkait dengan ajaran-
ajaran islam.
f. Sunan Kaljaga
Nama Raden Mas Syahid, putra Adipati Wilwatikta, menantu
Maulana Malik Ibrahim. Mengalami zaman Majapahit, Demak, dan
Pajang., makamnya di Kadilangu, Demak. Mengaji dengan Sunan Ampel.
Beliau adalah seorang pujangga, seniman besar. Ajarannya, berupa
kesederhanaan atau zuhud.Dalam dunia pemerintahan,beliau
mempersatukan agama dan umara yang disimpulkannya dalam suatu
selogan “Sabdho Pandito Ratu”, yang artinya satunya ucapan raja dan
ulama.
g. Sunan Kudus
Nama Ja’far Sodiq, Raden Amir Haji, putra dari Sunan Ngudung,
menantu Sunan Bonang.eliau terkenal dengan keahliannya dalam ilmu
agama,seperti ilmu tauhid,ushul,hadist,terutama dalam bidang ilmu fiqh
(hukum). Merupakan pujangga dan sastrawan, mengarang
Maskumambang dan Mijil. Ajarannya berupa akhlak dan zuhud.
h. Sunan Muria
Nama Raden Prawoto, Raden Umar Said, Putra Sunan Kalijaga.
Dengan Dewi Sujinah (putri Sunan Ngudung) melahirkan Raden Santri
atau Sunan Ngadilangu. Beliau mempertahankan gamelan sebagai media
dakwah Islam, mengarang Sinom dan Kinanti. Ajarannya bersifat sangat
sufistik, dan zuhud.Beliau adalah salah seorang yang berusaha
mempertahankan berlangsungnya gamelan sebagai kesenian Jawa untuk
digunakan sebagai media dakwah Islam ditengah masyarakat.
i. Sunan Gunung Jati
Nama Raden Abdul Kadir, Syarif Hidayatullah, Faletehan, Syekh
Nuruddin Ibrahim bin Israil, Said Kamil, Maulana Syekh Makdum
Rahmatullah. Putra Maulana Ishak. Makam di Cirebon, wafat tahun 1570

11
M. Beliau mengatakan bahwa amal paling utama adalah menjaga budi
pekerti yang luhur denga akhlak yang mulia.7
5. Perkembangan tasawuf di Kalaimantan
Sama halnya perkembangan di pulau-pulau lain di nusantara salah seorang
sufi yang terkemuka di Kalimantan ialah Syekh Khatib As-Sambasi, ketika
belajar di Mekkah beliau lebih dikenal dengan nama Ahmad Khatib bin Abdul
Ghafar As-sambasi Al-Jawi. Beliau dipandang oleh gurunya sebagai ahli Fiqih,
Ilmu Hadits, Ilmu Tasawuf dan penghapa Qur’an. Sementara di Kalimantan
Selatan Sufi di kembangkan oleh Syekh Muhammad Nafi Idris bin Husaei Al-
banjiri yang diberi gelar oleh pengikutnya dengan nama maulana Al-Alamah Al-
Mursad Ila Tarikis Salamah yang hidup semasa dengan Syekh Muhammad Ar-
Sad bin Abdillah Al-Banjiri, tetapi mereka berbeda keahliannya dalam hal agama,
dimana Syekh Muhammad Nafis sangat mendalami Ilmu Tasawuf sadangkan
Syekh Muhammad Ar-Sad lebih mendalami kepada Syari’at. Tarikat yang lebih
mencolok pada Syekh Muhammad Nafis ialah diliha dari segi teologi yakni
Asyariyah dan dari segi mahjab Fiqih lebih kepada Mahjab Syafi’i.
6. Perkembangan tasawuf Pulau Sulawesi
Hampir semua perkembangan Tasawuf di kepulauan Nusantara satu sama
lain tidak jauh berbeda. Yakni untuk mengIslamkan penduduk sekitar yang
membedakan satu sama lainnya adalah tarekat yang kemudian berkembangnya
saja, di Sulawesi tasawuf yang berkembang bercorak Sunni dan Falsafi, meskipun
pada tarekat Falsafi banyak mencampur adukan ajaran Tasawuf dengan Ilmu
Hitam, sehingga hal ini semakin membingungkan masyarakat kalangan awam.
Hal seperti inilah yang kemudian membuat ciri Tasawuf dimata masyrakat
semakin direndahkan dan kurang diminati orang. Ulama Tasawuf dari Sulawesi
adalah SyekhYusuf Tajul Khalawati Al-Makasari, beliau lahir 3 Juli 1629 M,
beliau beraliran Tasawuf sunni yang bermukim di Goa Sulawesi Selatan. Dalam
salah satu karangannya beliau menulis diujung namanya dengan bahasa arab ”al-
Mankasti” yaitu mungkin yang beliau maksudkan adalah ”Makassar” yaitu nama

7
Usman Said, dkk. Pengantar Ilmu Tasawuf, 1983, Jakarta: Penerbit, hlm. 186-252.

12
kota di Sulawesi Selatan dimasa pertengahan dan nama kota itu sekarang diganti
pula dengan ”Ujung Pandang” yaitu mengambil nama yang lebih tua dari pada
nama Makasar.

D. Pengaruh dan pengamalan tawasuf di indonesia.


Ajaran tasawuf pada kemudiaannya adalah berhubungan erat dengan
tarikat. Di Indonesia tarikat-tarikat yang telah berkembang dan punya pengaruh
seperti; tarikat Naqsyabandiyah, Qadariyah, Syattariyah, Saziliyah,
Khalawathiyah, dan sebagainya. Melalui murid-muridnya, secara turun temurun,
para pendiri tarikat ini telah mendapat kehormatan yang cukup tinggi dalam
kegiatan keagamaan di tengah masyarakat. Hal ini sampai sekarang dalam
beberapa aktivitas keagamaan, seperti dalam memulai suatu pengajian, nama
Abdul Qadir Jailani selalu ikut serta.
Selain itu, pengaruh tasawuf dalam pengembangan kesusasteraaan Jawa
yang telah diadopsi yaitu kitab-kitab kuno yang diubah kedalam bahasa dan syair
Jawa baru, dengan memasukkan unsur-unsur keislaman didalamnya. Karangan-
karangan dalam kesusasteraaan baru, misalnya Serat Cintini yang ditulis
pujangga Yosodipuro II, dkk. Serat Wirid Hidayat Jati oleh Ronggowarsito, dan
kitab Wulangreh karya Paku Buana IV.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan spiritual di indonesia sebelum datangnya islam masyarakatnya
menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Agama yang selanjutnya
dianut penduduk Indonesia adalah Hindu-Budha yang dibawa oleh para pedagang
India. Hal ini, ditandai dengan berdirinya kerajaan Budha terbesar di Asia
Tenggara, yaitu kerajaan Sriwijaya. Agama islam yang masuk ke Indonesia
didasarkan atas dua pendapat menurut Alwi Shihab, yaitu pandangan islam yang
masuk ke Indonesia pada abad ke tujuh Hijrah .Selanjutnya, pandangan bahwa
Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah.

Tasawuf islam memasuki Indonesia sekitar abad kedua Hijrah sampai abad
ke delapan Hjirah. Perkembangan tasawuf di Pulau Sumatera tokoh-tokohnya
adalah Hamzah Fansuri Syekh Samsudin bin Abdillah As-Sumatrani
(Syamsuddin Pasai), Syekh Abdul Ra’uf Singkel , Syekh Burhanuddin , Nuruddin
ar-Raniri, Syekh Abdu samad al-Palimbani. Perkembangan tasawuf di Pulau Jawa
tokoh-tokohnya adalah Maulana Malik Ibrahim , Sunan Ampel , Sunan Bonang ,
Sunan Giri , Sunan Drajat , Sunan Kaljaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan
Gunung Jati. Perkembangan tasawuf di Kalaimantan tokoh-tokohnya adalah
Syekh Khatib As-Sambasi dan Syekh Muhammad Nafi Idris bin Husaei Al-
banjiri. Perkembangan tasawuf Pulau Sulawesi tokohnya adalah SyekhYusuf
Tajul Khalawati Al-Makasari. Pengaruh dan pengamalan tawasuf di Indonesia
memunculkan ajaran tasawuf pada kemudiaannya adalah berhubungan erat
dengan tarikat.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Kami makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan dalam kesimpulan di atas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Shihab,Alwi.2009. Akar Tasawuf di Indonesia.Jakarta: MMU

Said, Usman ,dkk.1982.Pengantar Ilmu Tasawuf .Jakarta: Direktorat Pembinaan


Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama

Hamka.1980. Tasawuf Pekembangan dan Pemurniannya.Jakarta: Yayasan Nurul Islam

15

Anda mungkin juga menyukai