Anda di halaman 1dari 13

Kecenderungan dan karakteristik aliran-aliran dalam pemikiran hukum Islam.

Pemikiran hukum Islam madzhab hadits (Yuridis-Normatif) di Madinah

MAKALAH

Disusun dan diajukan guna memenuhi tugas terstruktur

Mata Kuliah: Pemikiran Hukum Islam

Dosen Pengampu: Imam Labib Hibaurrahman, Lc., M.S.I.

Oleh:

1. Muhammad Cholis 20220212050

2. Setiya Windianti 20220212055

3. Ngaeniatul Ma'rifah 20220212049

PROGRAM STUDI HUKUM SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI, SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKERTO

2023
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pedoman jalan kepada kita dengan ajaran Islam yang
begitu sempurna dan menjadi rahmat bagi alam semesta.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Hukum Islam. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan tentang "Kecenderungan karakteristik aliran-aliran dalam pemikiran
hukum Islam dan Pemikiran hukum Islam madzhab hadits (Yuridis-Normatif) di Madinah" bagi para
pembaca.

Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Imam Labib Hibaurrahman, Lc., M.S.I. Selaku
dosen pembimbing mata kuliah Pemikiran Hukum Islam, juga kepada teman-teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
saran dan kritik yang membangun di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................................3
BAB 1.......................................................................................................................................................................... 4
1. 1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................................................................... 5
BAB II......................................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................................6
2.1 Kecenderungan dan Karakteristik Aliran-aliran dalam Pemikiran Hukum Islam...................................................6
2.1.1 Aliran Klasik.......................................................................................................................................................7
2.1.2 Aliran modern....................................................................................................................................................8
2.2 Pemikiran hukum islam madzhab hadist (yuridis-normatif) di Madinah...............................................................9
BAB 111.................................................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................................... 12
3.2 Saran dan Kritik...................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................ 13
BAB 1

1. 1 Latar Belakang Masalah

Karakteristik pemikiran hukum islam merupakan suatu cara untuk memahami pemikiran Islam yang
berkembang dalam realitas sejarah. Dalam aspek ini terdapat dua aliran yang diklasifikasikan dalam
hukum Islam yaitu aliran pemikiran klasik dan aliran pemikiran modern. Sejarah awal pemikiran klasik
berkembang sekitar abad ke-19, dengan berpedoman Al-Qur'an dan hadist sebagai sumber hukum
Islam yang bersifat primer. Aliran klasik ini memiliki sifat kecenderungan yang bersifat tekstual,
rasional, dan ijtihad. Pada era ini munculnya empat imam madzhab yang diakui oleh mayoritas umat
Islam menjadi salah satu karakteristik aliran klasik, serta Pengembangan ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh
menjadi perbandingan hukum dan metode untuk memahami dan menerapkan hukum Islam. Abad ke-
20 barulah muncul aliran modern yang menjadikan ijtihad, qiyas, dan maslahah mursalah sebagai
sumber hukum Islam yang bersifat sekunder. Kecenderungan aliran modern bersifat konstektual,
dinamis dan inklusif. Dan di era ini muncul berbagai gagasan baru dalam hukum Islam dan
pengembangan pemikiran hukum Islam berbasis pada maqashid al-syariah dan maslahah mursalah.

Dalam sejarah perkembangan pemikiran hukum islam madzhab hadist di Madinah, ada seorang ulama
pelopor yang ahli dalam bidang fiqh lahir di Madinah tahun 771 M, bernama Malik bin Anas atau lebih
dikenal sebagai pendiri madzhab Maliki. Pemikiran hukum Islam madzhab hadist memiliki dua
sumber, yaitu Al- Qur'an dan sunnah. Namun, Anas bin Malik lebih menekankan kepada sunnah
sebagai sumber hukum Islam, Ia berpendapat bahwa Sunnah merupakan penjelasan dan penafsiran dari
Al-Qur'an, sehingga harus lebih diutamakan dalam memahami hukum Islam. Karakteristik pemikiran
hukum Islam madzhab hadist menekankan Sunnah sebagai sumber hukum Islam, meski demikian
penggunaan ijma', qiyas, istihsan juga menjadi sumber hukum Islam yang digunakan saat keadaan
darurat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja kecenderungan karakteristik aliran aliran dalam pemikiran hukum Islam ?

2. Bagaimana perkembangan pemikiran hukum Islam madzhab hadist di Madinah?


1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kecenderungan dan karakteristik aliran aliran dalam pemikiran hukum Islam

2. Untuk mengetahui perkembangan pemikiran hukum islam madzhab hadist di Madinah


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kecenderungan dan Karakteristik Aliran-aliran dalam Pemikiran Hukum Islam

Dalam hukum Islam kecenderungan dan karakteristik bisa dilihat dari beberapa asek, diantaranya;
- Aspek Metodologi
Dalam hukum Islam setiap aliran memiliki beberapa perbedaan dalam hal metodologi yang
digunakan untuk menentukan dan menerapkan hukum Islam. Misalnya aliran Muktazilah yang
lebih menekankan pada penggunaan akal dan rasionalitas dalam memahami hukum IslamIslam.
Sedangkan aliran Asy'ariyah lebih menekankan penggunaan dalil-dalil tekstual, seperti Al-Qur'an
dan Sunnah.

- Aspek sumber hukum

Dalam aspek ini setiap aliran juga memiliki perbedaan hal acuan yang menjadi sumber hukum
Islam yang mereka gunakan. Seperti aliran Muktazilah, mereka mengakui empat sumber, Al-
Qur'an, Hadist, Qiyas dan Ijma'.
- Aspek penafsiran hukum
Setiap aliran memiliki perbedaan dalam hal penafsiran hukum. Aliran Asy'ariyah misalnya, mereka
lebih cenderung untuk menggunakan penafsiran tradisional dalam memahami hukum Islam. 1

2.1.1 Aliran Klasik

Aliran klasik adalah aliran pemikiran yang muncul pada masa awal perkembangan suatu
disiplin ilmu. Aliran klasik biasanya dicirikan oleh keterikatannya pada tradisi dan sumber-sumber
klasik. Dalam konteks pemikiran hukum Islam, aliran klasik dapat diartikan sebagai aliran
pemikiran hukum Islam yang muncul pada masa awal perkembangan hukum Islam, yaitu pada
abad ke-7 hingga ke-12 M.
Aliran klasik dalam pemikiran hukum Islam dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu aliran
yang berpegang teguh pada dalil naqli (wahyu) dan aliran yang berpegang teguh pada dalil aqli
(akal).

Berikut aliran klasik yang berpegang teguh pada dalil naqli berpendapat bahwa hukum Islam
hanya dapat dipahami berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah. Mereka menolak penggunaan akal
dalam memahami hukum Islam. Aliran ini terdiri dari tiga aliran, yaitu Khawarij, Murjiah, dan
Jabariyah.

1
Amir Mu’alim, Yusdian,Konfigurasi pemikiran hukum islam( Yogyakarta: UII Press 2004),hlm 48-51
a. Khawarij

Khawarij adalah aliran yang berpendapat bahwa orang Muslim yang melakukan dosa besar
adalah kafir. Mereka juga berpendapat bahwa khalifah harus dipilih berdasarkan
kemampuan, bukan keturunan.

b. Murjiah

Murjiah adalah aliran yang berpendapat bahwa iman adalah pengakuan dalam hati, dan
tidak berpengaruh pada perbuatan. Mereka menolak untuk mengkafirkan orang Muslim
yang melakukan dosa besar.

c. Jabariyah

Jabariyah adalah aliran yang berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan dalam
berbuat, dan semua perbuatan manusia adalah kehendak Allah.

Berikut aliran klasik yang berpegang teguh pada dalil aqli berpendapat bahwa hukum Islam
dapat dipahami menggunakan akal namun harus tetap berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah,Aliran ini
terdiri dari aliran qodariyah dan mutazilah

a. Qodariyah

Qodariyah adalah aliran yang berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam
berbuat, dan semua perbuatan manusia adalah hasil dari pilihannya sendiri

b. Mu’tazilah

Mu’tazilah adalah aliran yang berusaha mendamaikan antara dalil naqli dan dalil aqli.
Mereka berpendapat bahwa akal dapat digunakan untuk memahami hukum Islam, namun
harus tetap berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah.

c. Ahlussunah wal jama’ah

Ahlussunnah wal Jamaah adalah aliran yang memadukan antara dalil naqli dan dalil aqli.
Mereka berpendapat bahwa akal dapat digunakan untuk memahami hukum Islam, namun
tetap harus di bawah bimbingan Al-Qur’an dan Sunnah.2

2.1.2 Aliran modern

Aliran modern dalam pemikiran hukum Islam muncul pada abad ke-19 dan ke-20 M,
sebagai respons terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi oleh umat Islam di masa
modern. Aliran-aliran modern ini berusaha untuk menyesuaikan hukum Islam dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat modern.
Ada beberapa kecenderungan dan karakteristik yang menonjol dalam aliran modern
dalam pemikiran hukum Islam, antara lain:
2
Harun Nasution, Teologi islam : Aliran -aliran sejarah analisa perbandingan ( Jakarta : Universitas Indonesia Press,1986),
hlm.85-156
1. Penggunaan akal dan rasionalitas
Aliran modern dalam pemikiran hukum Islam umumnya lebih terbuka terhadap
penggunaan akal dan rasionalitas dalam memahami hukum Islam. Mereka berpendapat
bahwa akal dapat digunakan untuk memahami hukum Islam, namun harus tetap
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah.
2. Pembaharuan hukum Islam
Aliran modern dalam pemikiran hukum Islam juga cenderung melakukan pembaharuan
terhadap hukum Islam. Mereka berpendapat bahwa hukum Islam harus disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat modern.
3. Prinsip-prinsip universal
Aliran modern dalam pemikiran hukum Islam juga menekankan pada prinsip-prinsip
universal dalam hukum Islam. Mereka berpendapat bahwa hukum Islam harus berdasarkan
pada prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan3.

Berikut adalah beberapa tokoh dan aliran modern dalam pemikiran hukum Islam:

a) Muhammad Abduh
Muhammad Abduh adalah seorang tokoh modernis Islam yang berasal dari
Mesir. Ia berpendapat bahwa akal dapat digunakan untuk memahami hukum
Islam, namun harus tetap berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Ia juga
berpendapat bahwa hukum Islam harus disesuaikan dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan masyarakat modern.

b) Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin al-Afghani adalah seorang tokoh modernis Islam yang berasal dari
Afghanistan. Ia berpendapat bahwa umat Islam harus bersatu dan
bermodernisasi agar dapat menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi
oleh umat Islam di masa modern. Ia juga berpendapat bahwa hukum Islam
harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat
modern.

c) Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal adalah seorang tokoh modernis Islam yang berasal dari
India. Ia berpendapat bahwa hukum Islam harus berlandaskan pada prinsip-
prinsip keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan. Ia juga berpendapat bahwa
hukum Islam harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat modern.

d) Sayyid Ahmad Khan


Sayyid Ahmad Khan adalah seorang tokoh modernis Islam yang berasal dari
India. Ia berpendapat bahwa hukum Islam harus didasarkan pada prinsip-
prinsip rasionalitas dan modernitas. Ia juga berpendapat bahwa hukum Islam

3
Ali Mustafa Yaqub, Pembaharuan Pemikiran Islam (Jakarta : Paramadina,2002
harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat
modern.

e) Abdullah Ahmad al-Na’im


Abdullah Ahmad al-Na’im adalah seorang tokoh modernis Islam yang berasal
dari Sudan. Ia berpendapat bahwa hukum Islam harus bersifat progresif dan
adaptif. Ia juga berpendapat bahwa hukum Islam harus disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat modern.

f) Mohammad Hashim Kamali


Mohammad Hashim Kamali adalah seorang tokoh modernis Islam yang
berasal dari Malaysia. Ia berpendapat bahwa hukum Islam harus bersifat
kontekstual dan terbuka. Ia juga berpendapat bahwa hukum Islam harus
disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat modern. 4

2.2 Pemikiran hukum islam madzhab hadist (yuridis-normatif) di Madinah

Perkembangan pemikiran hukum islam madzhab hadist ini dipelopori oleh ulama ahli fiqh kelahiran
711 M di Madinah bernama Malik bin Anas, atau lebih dikenal sebagai pendiri madzhab Maliki. Salah
satu dari empat madzhab fiqh Sunni terbesar dan paling berpengaruh di dunia Islam. Pemikiran pada
madzhab di Madinah ini didasarkan pada dua sumber, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah. Akan tetapi, Malik
bin Anas lebih menekankan pada sunnah sebagai sumber hukum Islam, Ia berpendapat bahwa Sunnah
merupakan penjelasan dan penafsiran dari Al-Qur'an sehingga Sunnah harus lebih diutamakan. Selain
Sunnah, ia juga mengaku sumber lainnya seperti qiyas dan ijma'.

Pemikiran hukum Islam madzhab hadist ini memiliki karakteristik diantaranya;

a. Menekankan Sunnah sebagai sumber hukum Islam

b. Penggunaan ijma' sebagai sumber hukum Islam

c. Penggunaan qiyas dan istihsan sebagai sumber hukum Islam yang digunakan dalam keadaan darurat.

- Malik bin Anas berpendapat bahwa hukum Islam harus didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah.

- Ia berpendapat bahwa Sunnah merupakan penjelasan dan penafsiran dari Al-Qur'an.

- Ia juga berpendapat bahwa ijma' (kesepakatan ulama) dapat menjadi sumber hukum Islam jika tidak
ada dalil yang bertentangan dari Al-Qur'an dan Sunnah.

- Dalam keadaan darurat, Malik bin Anas membolehkan penggunaan qiyas dan istihsan sebagai sumber
hukum Islam.
4
Ahmad Sukardja,Pemikiran Hukum Islam Modern (Jakarta : Rajawali Pers,2003,
Pemikiran hukum Islam madzhab hadist di Madinah memiliki pengaruh yang besar terhadap
perkembangan hukum Islam di dunia. Pemikiran ini menjadi dasar bagi mazhab Maliki, salah satu
mazhab fikih Sunni yang paling besar dan berpengaruh di dunia Islam.

Selain itu pemikiran pemikiran dan dasar-dasar mazhab Maliki dalam melakukan ijthad adalah sebagai
berikut:
1. Imam Malik mendahulukan orang-orang Madinah sebelum ia melakukan pemikiran ijihadnya
dengan ra’yu dan qiyas. Bagi Imam Malik, perbuatan orang-orang Madinah dianggap memiliki
kehujjahan yang sejajar dengan Sunnah Nabi, bahkan Sunnah Mutawatrah. Ia beranggapan pewarisan
tradisi orang Madinah dilakukan secara massal dari generasi ke generasi sehingga menutup
kemungkinan terjadinya penyelewengan dari sunnah.
2. Imam Malik menganggap dan menggunakan qaul sahabat sebagaidali syar’i yang harus didahulukan
penggunaannya daripada Qiyas. Walaupun belakangan pandangan ini banyak diprotes keras, dia tetap
berpandangan pentingnya mengedepankan pemikiran dan pandangan sahabat dalam bentuk qaulfkih
dan fatwanya walaupun didalamnya terdapat sahabat yang dianggap tidak ma’shum.
3. Kecenderungan yang kuat dalam penggunaan al-maslahah mursalah. Metodologi ini pada awalnya
merupakan khas pemikiran Malik bin Anas yang diduga kuat merupakan pengaruh dari pemikiran
tokoh fkih sahabat, sepert Umar bin Khathab. Metode ini kemudian mendapat legitmasi dari semua
mazhab sesudahnya meskipun denganb sebutan yang berbeda. Dalam teori inidapat diketahui bahwa
Imam Malik di satu sisi sangat kuat dan populer dengan penggunaan hadist.
4. Imam Malik sangat toleran terhadap penggunaan hadits ahad. Ini merupakan salah satu indikator
bahwa tradisi bahwa tradisi orang Madinah dalam bentuk hadits ahad bagi Imam Malik merupakan
Hujjah.

Perkembangan pemikiran hukum Islam yuridis-normatif di Madinah ditandai oleh dua hal utama yaitu;

1). Proses kodifikasi hukum Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, melalui Penyampaian
wahyu Allah SWT yang kemudian ditafsirkan oleh Nabi Muhammad SAW. Serta Kebijakan dan
keputusan Nabi Muhammad SAW dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
umat Islam.

2). Proses penyelarasan hukum Islam dengan hukum adat yang berlaku di Madinah.

Perkembangan pemikiran hukum Islam yuridis-normatif di Madinah memiliki dua periode, yaitu
periode awal (622-632 M) dan periode akhir (632-656 M).

- Periode Awal

Pada periode awal, pemikiran hukum Islam yuridis-normatif masih dalam tahap awal perkembangannya.
Pada periode ini masih didasarkan pada wahyu Allah yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW.
Wahyu tersebut kemudian dibukukan dalam Al-Qur'an. Selain Al-Qur'an, hukum Islam pada periode ini
juga didasarkan pada Sunnah, yaitu perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Pada
periode ini juga mulailah merumuskan hukum Islam berdasarkan akal dan ijtihad. Hal ini dilakukan
karena ada beberapa masalah yang tidak diatur secara eksplisit dalam Al-Qur'an dan sunnah.
- Periode Akhir

Pada periode akhir, pemikiran hukum Islam yuridis-normatif mulai berkembang pesat. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain:

Islam telah menjadi agama mayoritas di Madinah, sehingga kebutuhan akan hukum Islam yang
mengatur berbagai aspek kehidupan semakin meningkat.

Para sahabat Nabi Muhammad SAW telah memiliki pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur'an
dan sunnah, sehingga mereka dapat merumuskan hukum Islam dengan lebih baik.

Perkembangan masyarakat Madinah yang semakin kompleks menuntut adanya hukum Islam yang lebih
rinci dan komprehensif.

Pada periode ini, para sahabat Nabi Muhammad SAW mulai menyusun berbagai kitab fikih yang
menjadi dasar bagi perkembangan hukum Islam di masa selanjutnya. Kitab-kitab fikih tersebut disusun
berdasarkan metode ijtihad, yaitu menggali hukum Islam dari sumber-sumbernya, yaitu Al-Qur'an,
sunnah, dan akal.
BAB 111

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran dan Kritik


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai