Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU AQIDAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aqidah

Dosen pengampuh : Ahmad Fahruddin,L.c,M.Ag.

Di susun oleh:

Latifah Ayu Rahmayanti

Lies Hayati Muthi’ah

Fatimah

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH (INKAFA)

GRESIK 2021/2022

KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami selaku
penulis selalu mengharap ridho-Nya atas apa yang telah kami lakukan.
Shalawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau yang selalu kita harapkan syafaatnya di
Akhirat nanti. Tanpa beliau dunia akan selalu dipenuhi dengan kegelapan-
kegelapan dan tak mungkin manusia akan berjalan selurus-lurusnya.
Dalam penulisan makalah ini tak luput kami ucapakan ungkapan
terimakasih kepada semua pihak yang selalu membantu kami khususnya kepada
dosen pengampu kami bapak AHMAD FAHRUDDIN,L.c,M.Ag. yang tak
pernah henti- hentinya memberi bimbingan kepada kami sehingga kami dapat
melaksanakan penulisan makalah ini. Dan pula kepada kedua orang tua kami
yang kami cintai yang selalu memberikan nasehat kepada kami suapaya kami
menjadi insani yang lebih baik. Tak lupa sedikitpun kepada teman-teman
sekelas kami yang selalu menemani kami dan memberikan support dalam
segala hal yang intinya berjuang bersama.
Tujuan penulisan makalah kami disini selain untuk memenuhi tugas,
kami juga ingin memberikan sedikit pengetahuan yang berkenaan dengan
makalah yang kami tulis. Semoga nantinya dapat memberikan tambahan
wawasan bagi siapapun yang membacanya dan memberikan kemanfaatan.
Kami selaku masih dalam tahap pembelajaran tentunya tak luput
sedikitpun dari kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami akan sangat senang
apabila kami diberikan kritikan serta saran terhadap apa yang kami tulis.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................

DAFTAR ISI...................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................

A.latar belakang..................................

B.rumusan masalah.........................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................

A.pengertian nash-nash mutsyabihat....................................................

B.pandangan ahli sunnah baik salaf maupun khalaf..............

C.kaum mu’tazilah.....................................................................

D,golongan mujassimah dan musabbihah....................................................

BAB III.........................................................................

A.pengertian ahli sunnah wal jama’ah.........................

B.ciri-ciri sifat ahli sunnah wal jama’ah............................................

BAB IV...............................................

A.KESIMPULAN...................................

B.KRITIK DAN SARAN.............................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Dalam pengertian ini yang di maksud dengan ayat-ayat mutsyabihat adalah ayat-
ayat al-qur’an yang belum jelas makna dan tujuannya karena mengandung berbagai
pengertian sehingga perlu di renungkan agar di peroleh pemaknaan yang tepat yang
sesuai dengan ayat muhkamat. Dan berhubungan juga dengan hal-hal yang ghaib
seperti akhirat,surga,neraka,hari kiamat.

Dan di jelaskan pula di sini ialah Ahalusunnah wal jamaah adalah golongan
pengikut setia ajaran islam yang di ajarkan dan di amalkan oleh Rasulullah dan
bersama para sahabat-sahabatnya. Dan demikian hal-hal tersebut terdapat dalam
kehidupan sehari-hari

B.RUMUSAN MASALAH

A.apa pengertian dari nash-nash mutsyabihat?


B.bagaimana pandangan dari ahli sunnah baik khalaf maupun salaf?
C.apa yang di maksud dengan kaum mu’tazilah?
D.bagaimana pendapat dari golongan mujassimah dan musabbihah terdapat nash-nash
mutsyabihat?
D.apa pengertian dari ahli sunnah wal jama’ah?
E.bagaimana ciri-ciri ahli sunnah wal jama’ah?
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN NASH-NASH MUTSYABIHAT

Mutasyabih secara bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan
yang lain. Dan syubhah ialah keadaan di mana salah satu dari dua hal itu tidak dapat
dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan di antara keduanya secara konkrit maupun
abstrak.

Menurut pengertian yang lain yang dimaksud dengan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat
al-Qur’an yang belum jelas makna dan tujuannya karena mengandung berbagai pengertian,
sehingga perlu direnungkan agar diperoleh pemaknaan yang tepat yang sesuai dengan ayat-
ayat muhkamat. Baru dapat dijelaskan arti dan tujuannya apabila sudah diadakan penelitian
yang mendalam oleh para muffasirin. Ayat mutasyabihat termasuk juga yang berhubungan
dengan hal-hal yang gaib seperti : akhirat, surga, neraka, hari kiamat dan lainnya. Seperti
firman Allah:

ْ ‫الع ْر ِش‬
)5: ‫اسَت َوى﴾ (سورة طه‬ َ ‫الرمحن َعلَى‬

﴿ )10: ‫الصالِ ُح َيْر َفعُهُ ﴾ (سورة فاطر‬ ِ ِ


ْ َ‫ِإلَْيه ي‬
ُ ِّ‫ص َع ُد الْ َكلم الطـَّي‬
َّ ‫ب َوالْ َع َم ُل‬
Makna ayat kedua ini adalah bahwa dzikir seperti ucapan ‫ ال إله إالّ هللا‬akan naik ke tempat yang
dimuliakan oleh Allah, yaitu langit. Dzikir ini juga akan mengangkat amal saleh. Pemaknaan
seperti ini sesuai dan selaras dengan ayat muhkamat ( 11: ‫س َك ِمثْلِ ِه َشىءٌ (سورة الشورى‬
َ ‫لَْي‬
Jadi penafsiran terhadap ayat-ayat mutasyabihat harus dikembalikan kepada ayat-ayat
muhkamat. Ini jika memang berkait dengan ayat-ayat mutasyabihat yang mungkin diketahui
oleh para ulama. Sedangkan mutasyabih (hal yang tidak diketahui oleh kita) yang dimaksud
dalam ayat

7: ‫َو َما َي ْعلَ ُم تَْأ ِويْـلَهُ ِإالَّ اهللُ (سورة ءال عمران‬

Menurut bacaan waqaf pada lafzh al Jalalah ‫ هللا‬adalah seperti saat kiamat tiba, waktu pasti
munculnya Dajjal, dan bukan mutasyabih yang seperti ayat tentang istiwa') Q.S. Thaha : 5).
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:

" ‫ْاع َملُ ْوا مِب ُ ْح َك ِم ِه َوءَ ِامُن ْوا مِب ُتَ َشاهِبِِه" (حديث ضعيف ضعفا خفيفا‬
Maknanya: “Amalkanlah ayat-ayat muhkamat yang ada dalam Al Qur'an dan berimanlah
terhadap yang mutasyabihat dalam Al Qur'an". Artinya jangan mengingkari adanya ayat-ayat
mutasyabihat ini

melainkan percayai adanya dan kembalikan maknanya kepada ayat-ayat yang muhkamat.
Hadits ini dla'if dengan kedla'ifan yang ringan.)

B. Pandangan” ahli sunnah baik salaf maupun khalaf :

 Golongan salaf : mempercayai sepenuhnya kepada nash-nash mutasyabihat.,


mereka.Tetapi mereka menyerahkan maksud yang sebenarnya kepada Allah; mereka
tidak mengadakan ta’wil.
 Golongan Khalaf; mempercayai bahwa nash-nash mutasyabihat itu menerangkan
tentang sifat-sifat Allah yang tampaknya menyerupai dengan makhluk-nya itu. Adalah
kalimat-kalimat majaz. Oleh karena itu harus di takwil sesuai dengan sifat keagungan
dan kesempurnaan-Nya.

Adapun sebab-sebab golongan salaf tidak mengadakan takwil itu ialah:

1. Pembahasan nash-nash mutasyabihat itu tidak memberi manfaat bagi orang


awam.
2. Segala yang berhubungan dengan dzat dan sifat Allah, adalah di luar akal yang
tidak mungkin manusia dapat mencapai-Nya, kecuali dengan jalan
mengqiyaskan Allah pada sesuatu. Ini adalah kesalahan yang sangat berat.
3. Devinisi Ta’wil

-Secara etimologi, ta'wil berasal dari kata ‫ آ َل يَُؤ وْ ُل َأوْ ٌل ((اَألوْ ُل‬yang artinya ‫( الرجوع‬kembali) dan
‫( العاقبة‬akibat atau pahala), seperti firman Allah dalam QS. An-Nisa': 59 dan hadith ‫من صام‬
‫( الدهر فال صام وال آل‬Barangsiapa yang berpuasa sepanjang masa, maka berarti ia tidak berpuasa
dan tidak ada balas

annya).

-Sedangkan dalam terminologi Islam, Ibnu Manzhur menyebutkan dua pengertian ta'wil
secara istilah dalam Lisan Al-Arab;

pertama, ta'wil adalah sinonim (muradhif) dari tafsir.

Kedua, ta'wil adalah memindahkan makna zhahir dari tempat aslinya kepada makna lain
karena ada dalil. Ibnu Al-Jawzi dalam bukunya Al-Idhah li Qawanin Al-Istilah mengatakan
bahwa, "Ta'wil adalah mengalihkan lafazh ambigu (muhtamal) dari maknanya yang kuat
(rajih) kepada makna yang lemah (marjuh) karena adanya dalil yang menunjukkan bahwa
yang dimaksud oleh pembicara adalah makna yang lemah". Imam Haramain Al-Juwaini
dalam bukunya Al-Burhan fi Ushul Al-Fiqh berkata, "Ta'wil adalah mengalihkan lafazh dari
makna zhahir kepada makna yang dimaksud (esoteris) dalam pandangan penta'wil".

Metode Khalaf.: Mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan


menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab.
Seperti halnya ulama Salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan
zhahirnya. Metode ini bisa diambil dan diikuti, terutama ketika dikhawatirkan terjadi
goncangan terhadap keyakinan orang awam demi untuk menjaga dan membentengi mereka
dari tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Sebagai contoh, firman Allah yang
memaki Iblis :

َّ ‫ت بِيَ َد‬ ِ
‫ي (سورة ص‬ ُ ‫ك َأ ْن تَ ْس ُج َد ل َما َخلَ ْق‬
َ ‫َما َمَن َع‬

Ayat ini boleh ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan al Yadayn adalah al 'Inayah
(perhatian khusus) dan al Hifzh (pemeliharaan dan penjagaan)

4. Menyikapinya

Dengan Kembali Kepada Salafus Sholeh, Neracanya Adalah Sawadhul A’zhom. Agar tidak
tertipu dengan sesetengah golongan yang menyeru kepada manhaj salafi, padahal mereka
bercanggah dengan sawadhul a’zhom (majoriti umat Islam). Janganlah tertipu dengan olahan
dan kefahaman salah mereka terhadap perkataan-perkataan salafus sholeh dan janganlah turut
mengikut bid’ah mereka dalam masalah aqidah takkala mereka tersalah dalam memahami
nash-nash al-Qur’an terutamanya nash-nash mutasyabihat.

5. E. Pandangan” Menyimpang Berkaitan Dengan Nash" Mutasyabihat

C.KAUM MU’TAZILAH

Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persolan teologi yang lebih
mendalam dan bersifat filosofis, dalam pembahasan mereka banyak memekai akal sehingga
mereka mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.

Pandangan mu’tazilah mengenai ayat-ayat mutasyabihat yaitu mereka lebih


mendahulukan akal daripada nash. Sedangkan nash mereka ta'wil kan hingga sesuai dengan
akal. Untuk menegaskan penilayan kaum mu’tazilah terhadap ayat-ayat mutasyabihat, kami
mengemukakan mengenai penilaian mereka terhadap antropomorfisme. Mu’tazilah memberi
takwil terhadap ayat-ayat yang secara lahir menggambarkan kejisiman Tuhan. Mereka
memalingkan arti kata-kata tersebut pada arti lain sehingga hilanglah kejisiman Tuhan.
Beberapa contoh yang dikemukakan di sini. Misalnya, kata-kata tangan (Q.S. Shad [38]: 75)
diartikan kekuasaan dan pada konteks yang lain tangan (Q.S. Al-Ma’idah [5]: 64) dapat di
artikan nikmat. Kata wajah sedangkan al-arsy (Q.S. Thaha [20]: 5) diartikan kekuasaan.

D.GOLONGAN MUJASSIMAH ATAU MUSTABBIHAH

Golongan Mujassimah atau Musyabbihah : Golongan ini dipimpin oleh Dawud Al-
Jawariby dan Hisyam bin Hakam Ar-Rafidly.
Mereka berpendapat bahwa ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits nabi mengenai nash-nash
mutasyabihat harus diartikan menurut lahirnya saja. Jadi Allah itu benar-benar mempunyai
sifat-sifat seperti sifat-sifat makhluk-Nya.
BAB III

A.PENGERTIAN AHLUSUNNAH WAL JAMAAH

definisi Ahlussunnah dalam kitab al-Mausu’ah al-Arabiyah al-Muyassarah adalah: “Mereka


yang mengikuti dengan konsisten semua jejak langkah yang berasal dari Nabi Muhammad
SAW dan membelanya. Mereka mempunyai pendapat tentang masalah agama yang baik,
yang fundamental (ushul), maupun divisional (furu').”

di antara para ahlussunah ada yang disebut Salaf, yakni generasi awal, mulai dari para
sahabat, Tabi 'in dan tabi’in tabi’at. Ada pula yang disebut Khalaf, generasi yang datang
kemudian.

Dijelaskan pula bahwa Ahlussunnah ini tidak bersifat homogen. Ada yang toleransinya luas
terhadap peran akal, ada pula yang membatasinya secara ketat. Sebagian bersifat reformatif
dan yang lainnya konservatif. Ahlussunnah Wal Jamaah ini merupakan golongan mayoritas
umat Islam.

B.CIRI-CIRI SIFAT AHLUSUNNAH WAL JAMAAH

1. Ahlussunnah Selalu Memelihara Jamaah

Golongan Ahlussunnah Wal Jamaah bertugas untuk memelihara keutuhan umat Islam.
Mereka menempuh jalan tersebut sesuai dengan syari’at Allah SWT.

2. Bersikap Tasamuh

Mereka tidak hanya menghargai perbedaan dan cinta damai terhadap sesama Muslim, tetapi
juga kepada non-muslim yang tidak berbuat zalim. Ahlussunnah senantiasa menghargai
perbedaan dalam masalah mazhab fikih dan mazhab aqidah.

3. Bersikap Tawassuth

At-Tawassuth artinya di tengah-tengah, tidak ekstrim kiri maupun kanan. Sebagaimana


firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 143 yang berbunyi :

‫ت َعلَْي َهٓا اِاَّل‬ ِ


َ ‫الر ُس ْو ُل َعلَْي ُك ْم َش ِهْي ًدا ۗ َو َما َج َع ْلنَا الْقْبلَةَ الَّيِت ْ ُكْن‬ ِ ‫ك َج َع ْل ٰن ُك ْم اَُّمةً َّو َسطًا لِّتَ ُك ْونُ ْوا ُش َه َداۤءَ َعلَى الن‬
َّ ‫َّاس َويَ ُك ْو َن‬ ِ
َ ‫َك ٰذل‬
ٰ ِ ِ ِ ِ ٰ ٰ ِ ِ ِ ِ ِ ‫مِم‬
َّ ‫لَِن ْعلَ َم َم ْن يَّتَّبِ ُع‬
َ‫ت لَ َكبِْيَرةً ااَّل َعلَى الَّذيْ َن َه َدى اللّهُ ۗ َو َما َكا َن اللّهُ ليُضْي َع امْيَانَ ُك ْم ۗ ا َّن اللّه‬ ْ َ‫ب َع ٰلى َعقَبْي ۗ ِه َوا ْن َكان‬
ُ ‫الر ُس ْو َل َّْن يَّْن َقل‬
‫ف َّر ِحْي ٌم‬ ِ ‫بِالن‬
ٌ ‫َّاس لََرءُ ْو‬

Artinya ; Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan”
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat)
kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh,
Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.

4. Tawazun atau Seimbang

Ahlussunnah Wal Jamaah seimbang dalam segala hal, termasuk penggunaan dalil aqli
(berasal dari akal pikiran yang rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Alquran dan hadits).
Hal ini sesuai firman Allah dalam surat Al Hadid ayat 25:
‫ْأ‬ ۚ
ِ َّ‫د َّو َمنَافِ ُع لِلن‬yٌ ‫د فِ ْي ِه بَ سٌ َش ِد ْي‬yَ ‫ب َو ْال ِم ْي َزانَ لِيَقُوْ َم النَّاسُ بِ ْالقِ ْس ِط َواَ ْنز َْلنَا ْال َح ِد ْي‬
‫اس َولِيَ ْعلَ َم‬ َ ‫ت َواَ ْنز َْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِك ٰت‬
ِ ‫قَ ْد اَرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّ ٰن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫َز ْي ٌز‬
ِ ‫ب اِ َّن َ قَ ِويٌّ ع‬ ِ ۗ ‫صر ُٗه َو ُر ُسلَهٗ بِ ْال َغ ْي‬ُ ‫ࣖ ُ َم ْن يَّ ْن‬

Artinya : Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan
kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.
Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi
manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya
walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa.

5. Ahlussunnah Selalu Bersikap I’tidal

Bersikap i’tidal artinya tegak lurus, senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan. Inilah
tugas manusia yang diperintahkan Allah SWT. seperti dalam firman allah surah Al Maidah
ayat 8:

‫ى َو َّات ُقوا‬yۖ ‫ب لِ َّلت ْق ٰو‬ ۗ ِ ِ ِ ٰٓ ٍ ۖ ِِ ِ ِٰ ِ ِ


ُ ‫اَيُّ َها الَّذيْ َن اٰ َمُن ْوا ُك ْونُ ْوا َق َّوامنْي َ للّه ُش َه َداۤءَ بالْق ْس ِط َواَل جَيْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَاٰ ُن َق ْوم َعلى اَاَّل َت ْعدلُْوا اۗ ْعدلُْوا ُه َو اَْقَر‬
‫ال ٰلّهَۗاِ َّن ال ٰلّهَ َخبِْي ۢ ٌر مِب َا َت ْع َملُ ْو َن‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena
Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.
BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Ayat-ayat mutsyabihat adalah ayat-ayat al qur an yang belum jelas makna dan
tujuannya karena mengandung berbagai pengertian,sehingga perlu di renungkan agar di
peroleh pemaknaan yang tepat yang sesuai dengan ayat-ayat mutsyabihat

Adapun menurut pandangan “ahlussunnah ada yang mencapai sepenuhnya kepada


nash-nash mutsyabihat mereka. Tetapi mereka menyerahkan maksud yang sebenarnya kepada
allah,mereka tidak mengadakan ta;wil. Dan ada juga yang mempercai bahawa nash-nash
mutsyabihat itu menerangkan tentang sifat-sifat allah yang tampaknya menterupai dengan
makhluk-nya itu. Adalah kalimat-kalimat majaz. Oleh karena itu harus di ta’wil sesuai
dengan sifat keagungan dan kesimpulan-nya

Adapun ahlussunnah wal jama’ah merupakan golongan mayoritas islam,dan pada


dasarnya ahlussunnah wal jama’ah adalah golongan pengikut setia ajaran islam yang di
ajarkan rasulullah bersama para sahabtnya. Dan hal ini tercermin dari sifat mereka dalam
kehidupan sehari-hari yaitu:ahlussunnah selalu memelihara jama’ah golongan ahlussunnah
wal jama’ah bertugas untuk memilihara keutuhan islam,bersikap tasammuh,bersikap
tawassih,tawazin/seimbang,ahlusunnah harus bersikap i’tidal

B.SARAN/KRITIK

Untuk para oembaca jika kalau menemukan kesalahan dan kurang kesempurnaan dalam
pembahasan makalah ini,kami sebagi penyusun memohon untuk kepada pembaca untuk
meluruskan dengan cara memberi kritik dan saran yang membangun karena hanya saran dan
kritik para pembacalah kami bisa tahu kesalahan kami dan kami akan berusaha memperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA

https://pandidikan.blogspot.com/2011/04/nash-nash-mutasyabihat.html

https://kumparan.com/berita-hari-ini/siapa-ahlussunnah-wal-jamaah-ini-penjelasan-beserta-
ciri-cirinya-1vbI4KBbqJD

Anda mungkin juga menyukai