Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN DALAM PENAFSIRAN

Makalah Ini Disusun Untuk Menyelesaikan Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Al-Qur’an
Dosen pengampu: Muslih M.Ag.

Kelompok 12 AFI B
Disusun oleh:
Naufal Bahi Manfadzi (11230331000053)
Ajeng Choirunnisa (11230331000060)
Firra Zakia Hasibuan (11230331000062)
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT., yang telah
memberikan berkah, rahmat, dan petunjuk-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Makalah yang
berjudul “Perbedaan dalam Penafsiran” ini dibuat untuk menyelesaikan salah satu
tugas dalam mata kuliah Pengantar Ilmu al-Qur’an pada program studi Akidah
dan Filsafat Ioslam Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak
Muslih M.Ag. selaku Dosen Pengampu dalam mata kuliah ini yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini. Kami sangat berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta menambah pengetahuan
bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. maka
dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. atas perhatiannya, kami ucapkan banyak terima kasih.

Jakarta, 28 September 2023

Penyusun,
Kelompok 12
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Perbedaan dalam Penafsiran................................................................................
B. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Penafsiran.................................................
C. Dampak Positif dan Negatif Adanya Perbedaan...............................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tafsir merupakan ilmu syariat yang paling agung dan tinggi kedudukannya. Ia
merupakan ilmu yang paling mulia objek pembahasannya dan tujuannya, serta
sangat dibutuhkan bagi umat Islam dalam mengetahui makna dari Al-Qur’an
sepanjang zaman. Tanpa tafsir seorang muslim tidak dapat menangkap
mutiara-mutiara berharga dari ajaran Ilahi yang kandung dalam Al-Qur’an,
Tafsir adalah salah satu upaya dalam memahami, menerangkan maksud,
mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Upaya ini telah dilakukan sejak
masa Rasulullah SAW, sebagai utusan-Nya yang ditugaskan agar
menyampaikan ayatayat tersebut sekaligus menandainya sebagai mufassir
awwal (penafsir pertama). Sepeninggalan nabi hingga saat ini, tafsir telah
mengalami banyak perkembangan yang sangat bervariatif dengan tidak
melepas kategori masanya. Dan tak lepas keanekaragaman secara metode
(manhaj thariqah), corak (laun) maupun pendekatan-pendekatan (alwan)
yang digunakan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam sebuah karya
tafsir hasil manusia yang tak pernah sempurna

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perbedaan dalam Penafsiran?
2. Apa saja Sebab-sebab Terjadinya Penafsiran?
3. Bagaimana Sikap Menghadapi Penafsiran?
4. Apa Dampak Positif dan Negatif Adanya Perbedaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Perbedaan dalam Penafsiran.
2. Untuk mengetahui Apa saja Sebab-sebab Terjadinya Penafsiran.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Sikap Menghadapi Penafsiran.
4. Untuk mengetahui Apa Dampak Positif dan Negatif Adanya Perbedaan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Dalam Penafsiran

Dari sekian banyak tafsir atas alqur’an, Bisa dikatakan hasil penafsiran masing
masing tafsir tidak ada yang sama persis. Banyak faktor yang menyebabkan hal
itu terjadi, Antara lain latar belakang Mufassir, Sumber Penafsiran, Metode
Tafsir Dan Lainnya. Di sisi lain, penafsiran juga dilakukan secara literal
(tertulis), penafsiran seperti ini telah banyak dilakukan oleh ulama-ulama
sepanjang sejarah, baik pada era klasik, pertengahan, maupun pada era modern-
kontemporer. Kita bisa mengetahui tentang penafsiran secara literal –misalnya-
yang terdapat dalam mushaf Aisyah tentang QS. al-Baqarah: 238, sebagaimana
yang ditemukan oleh budak perempuannya yang bernama Hamidah binti Yunus
dalam wasiat Aisyah:

‫َٰح ِفظْو ْا َعلى ٱلَّص َلَٰو ِت َو ٱلَّص َلٰو ِة ٱۡل ُو ۡس َطٰى وهي العصر‬
Juga sebagaimana yang dilakukan oleh Abdullah bin Mas’ud dalam QS.
:Ali ‘Imran: 50
‫وِج ئۡـ ُتُك م ِٔباَيٍَت ِّم ن رِّبُك ۡم فٱتـُقْو ْا ٱَّلَل من أجل ما جئتكم به ََو أِط يُعوِن فيما دعوتكم إليه‬
Dua penafsiran di atas (yang tertulis dalam tanda kurung), merupakan sedikit
contoh dari sekian sangat banyaknya contoh penafsiran dalam bentuk literal.
Penafsiran yang dilakukan oleh Aisyah dan Abdullah bin Mas’ud tersebut juga
menunjukkan bahwa kegiatan penafsiran dalam bentuk literal telah dilakukan
sejak awal perkembangan Islam. Tidak jarang sahabat tidak hanya menulis al-
Qur’an, akan tetapi juga memberinya penjelasan tentang maksud dari ayat al-
Qur’an itu, sekalipun pada saat itu tradisi tulis masih tergolong langka.1

Mengulas Kemunculan Perbedaan Penafsiran


Muhammad Quraish Shihab ketika menjelaskan tentang Sunni dan Syiah dalam
seminar resensi buku Putih Syiah, mengatakan bahwa jika kita mencari awal
perbedaan, maka kita akan menemukan bahwa teks(al-Qur’an) itu sendiri yang
memicu munculnya perbedaan. Hal ini dapat ditemukan dalam al-Qur’an,

1
misalnya, apakah sebuah ayat itu Muhkam atau Mutasyabih, apakah sebuah ayat
itu bersifat umum atau khusus, dan seterusnya.2
Dalam buku Kaidah Tafsir, karya Quraish Shihab disebutkan beberapa masalah
pokok ushul fiqh3 dalam menafsirkan al-Qur’an yang memungkin menjadi
pemicu terjadinya perbedaan hasil penafsiran, di antaranya: Qath’iy dan Zhanny,
Manthuq dan Mafhum, ‘Am dan Khash,Muthlaq dan Muqayyad, dan lainnya.
Kesemuanya ini merupakan persoalan lafadz dalam al-Qur’an, baik saat berdiri
sendiri maupun setelah berbentuk serangkaian kalimat.33

Qath’iy dan Zhanny


Qath’iy yaitu sesuatu yang sudah jelas sehingga tidak perlu lagi ada kemungkinan
lainnya. Sedangkan Zhanny yaitu sesuatu yang masih bersifat diragukan, hal ini
disebabkan karena suatu kata memiliki lebih dari satu makna atau
kandungan.34Seorang penafsir yang mengatakan sebuah kalimat atau kata dalam
al-Qur’an bersifat qath’iy, akan berbeda penafsiran dengan penafsir yang
mengatakan kalimat atau kata tersebut bersifat zhanny.

Manthuq dan Mafhum


Manthuq dapat dimaknakan sebagai makna yang terkandung pada kata atau
kalimat yang terucap. Sedangkan Mafhum dimaknakan sebagai pemahaman atas
makna yang tidak terucapkan oleh lafadz dan tidak pula dari manthuq. Dengan
kata lain, pemahaman tersebut berangkat dari sebab yang lain.35 Hal ini akan
memicu perbedaan dalam mengambil kesimpulan, apakah pemahaman kepada
sebuah ayat itu dapat diketahui melalui manthuq ataukah melalui mafhum.

‘Am dan Khash


‘Am yaitu kata yang mencakup seluruh bagian kandungan sebuah lafadz, secara
keseluruhan. Sementara Khash berarti kata yang tidak apat mencakup keseluruhan
bagian kandungan. Seorang penafsir yang menganggap kata dalam al-Qur’an itu
sebagai bentuk ‘Am akan berbeda penafsirannya dengan penafsir yang
menganggap sebuah kata itu sebagai bentuk Khash.

Muthlaq dan Muqayyad


Muthlaq yaitu lafadz yang berdiri sendiri, tidak terikat dengan apapun, dan dapat
diketahui subtansinya.Sedangkan Muqayyad adalah lafadz yang menunjuk pada
satu yang terikat terhadap lafadz diluar darinya, sehingga maknanya tidak seluas

2
3
sebelum ia ada lafadz disekitarnya. Persoalannya untuk ini adalah akan terjadi
perbedaan apakah kata itu terikat dengan kata lain atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai