Dosen Pengampu :
Surianto, S.Pd.I, M.TH.I.
Disusun Oleh :
Kelompok 6
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 12
Daftar pustaka …………………………………………………………… 13
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengetahui ilmu tentang Munasabah dalam Al-Qur'an adalah sangat
penting, karena memahami Al-Qur'an dengan disertai pengetahuan tentang
Munasabah akan diketahui mutu dan kebalaghohan Al-Qur'an. Disamping
itu Munasabah atau korelasi antara ayat/surat dengan ayat/surat juga membantu
dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an dengan baik dan cermat.
Seperti halnya pengetahuan tentang asbab annuzul yang mempunyai
pengaruh dalam memenuhi makna dan menafsirkan ayat, maka Munasabah atau
korelasi antara ayat/surat dengan ayat/surat juga membantu dalam memahami dan
menafsirkan Al-Qur'an dengan baik dan cermat.
Oleh sebab itu tidak sembarangan orang dapat mengkolerasikan ayat-ayat,
akan tetapi hendaknya melalui ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu jika ayat
itu ternyata memang satu persambungan. Seandainya ayat itu datang karena
berbagai sebab, sedangkan disitu tidak ada kolerasi maka seandainya ada orang
yang mengkolerasikan maka hal itu terkesan memaksakan.
Munasabah adalah ilmu yang baru dibandingkan dengan ilmu-ilmu Al-
Qur’an lainnya. Tidak hanya mufassir yang menggunakan ilmu ini di dalam kitab
tafsir mereka, karena ilmu ini dipandang sulit dan rumit. Selain itu ilmu ini juga
kurang diminati dan dikembangkan.
Seorang muslim tidak dapat menghindar dari keterikatannya dengan Al-
Qur’an. Seorang muslim mempelajari Al-Qur’an tidak hanya mencari kebenaran
ilmiah, tetapi juga mencari isi dan kandungan Al-Qur’an.
iv
v
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Munasabah ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Munasabah?
3. Apa saja manfaat Munasabah ?
4. Apa saja macam-macam Munasabah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Munasabah
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu Munasabah
3. Untuk mengetahui manfaat Munasabah
4. Untuk mengetahui macam-macam Munasabah
v
vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Munasabah
Munasabah menurut pengertian bahasa ialah Al-Muqarabah, artinya
kedekatan. Misalnya: “Si Fulan itu Munasabah dengan si Fulan”, berarti ia
medekati dan menyerupai si Fulan. Di antara pengertian ini ialah Munasabah ‘illat
hukum dalam bab qiyas, yakni sifat yang berdekatan dengan hukum.
Adapun Munasabah yang dimaksud di sini menurut Manna’ al-Qaththan
(1973: 92) ialah:
َو ْج ُه ْاِإل ْر ِتَباِط َبْيَن ْالُج ْم َلِة َو ْالُج ْم َلِة ِفْي ْاآلَيِة ْالَو اِح َد ِة َأْو َبْيَن ْاآلَي ِة َو ْاآلَي ِة ِفْي
ْاآلَيِة اْلٌم َتَع ِّد َد ِة َأْو َبْيَن الٌّسْو َر ِة َو الٌّسْو َرِة.
“Segi-segi hubungan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain dalam
satu ayat, antara satu ayat dengan ayat lain, dalam banyak ayat, atau antara satu
surah dengan surah yang lain”.
Menurut bahasa, Al-Munasabah berarti keserasian dan kedekatan.
Selanjutnya Quraish Shihab menyatakan (menggaris bawahi As-Suyuthi) bahwa
Munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat,
surah, dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut
dapat berbentuk keterkaitan makna antarayat dan macam-macam hubungan, atau
kemestian dalam pikiran (nalar).
Makna tersebut dapat dipahami, bahwa apabila suatu ayat atau surah sulit
ditangkap maknanya secara utuh, maka menurut metode Munasabah ini mungkin
dapat dicari penjelasannya di ayat atau di surat lain yang mempunyai kesamaan
atau kemiripan. Kenapa harus ke ayat atau ke surah lain? Karena pemahaman ayat
secara parsial (pemahaman ayat tanpa melihat ayat lain) sangat mungkin
terjadinya kekeliruan. Fazlurrahman mengatakan, apabila seseorang ingin
memperoleh apresiasi yang utuh mengenali Al-Qur’an, maka ia harus dipahami
vi
vii
vii
viii
suatu ayat dengan ayat yang lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara
suatu surah dengan surah yang lain. Sebagian mufassir telah menaruh perhatian
besar untuk menjelaskan hubungan antara kalimat dengan kalimat, ayat dengan
ayat, atau surah dengan surah, sehingga timbul berbagai macam Munasabah,
dilihat dari segi sifatnya maupun materinya.
Jika dilihat dari segi sifatnya, Munasabah terbagi menjadi dua, yaitu Zhair
Al-Irtibath dan Al-Itibath. Zhair Al-Irtibath adalah persesuaian atau kaitan yang
tampak jelas, karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat sekali
sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna bila dipisahkan
dengan kalimat lainnya, seolah-olah ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang
sama. Al-Itibath merupakan persesuaian atau kaitan yang samar antara ayat yang
satu dengan yang lain sehingga tidak tampak adanya hubungan antara keduanya,
bahkan seolah-olah masing-masing ayat/surah itu berdiri sendiri, baik karena ayat
yang satu itu di ‘Athafkan kepada yang lain, maupun karena yang satu
bertentangan dengan yang lain.
Jika dilihat dari segi materinya, Munasabah terbagi menjadi dua, yaitu
Munasabah antar ayat dan Munasabah antar surah. Munasabah antarayat, yaitu
Munasabah antara ayat yang satu dengan ayat yang lain, berbentuk
persambungan-persambungan ayat, meliputi, pertama di-athaf-kannya ayat yang
satu pada ayat yang lain, kedua tidak di-'athaf-kannya, ketiga Digabungkannya
dua hal yang sama, keempat dikumpulkannya dua hal yang kontradiksi, kelima
Dipindahkannya satu pembicaraan dengan pembicaraan yang lain. Dan
Munasabah antarsurah, yaitu Munasabah yang tidak lepas dari horistik Al-Qur’an
yang menyatakan Al-Qur’an sebagai satu kesatuan yang bagian-bagian
strukturnya terkait secara integral.
B. Sejarah Perkembangan Munasabah
Ilmu ini mulai disadari keutamaannya ketika masa Abu Bakar an-Naisaburi
(w. 32 H), pada masa keemasan Islam (abad I-IV H), yaitu ketika terjadi lonjakan
besar dalam perkembangan ilmu-ilmu keislaman. Ketika dihadapkan padanya ayat
al-Qur'an selalu ia katakan, "Mengapa ayat ini diletakkan di samping ayat ini dan
apa rahasia diletakannya surat ini di samping surat itu", begitulah yang terjadi
viii
ix
ٰۤل
ࣖ َاَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو َلْم َيْلِبُس ْٓو ا ِاْيَم اَنُهْم ِبُظْلٍم ُاو ِٕىَك َلُهُم اَاْلْم ُن َو ُهْم ُّم ْهَتُد ْو َن
Terjemahan: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan
mereka mendapat petunjuk.
Dengan lafal syirik pada surah Luqman ayat 13:
َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُهَو َيِع ُظٗه ٰي ُبَنَّي اَل ُتْش ِر ْك ِباِهّٰللۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم
Terjemahan: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika
dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar.”
Benih-benih ilmu Munasabah ini sudah ada sejak zaman Nabi, dari para
ulama tafsir terdahulu pasti sudah paham bagaimana ilmu Munasabah ini. Pada
masa diturunkannya al-Qur'an, Nabi telah memberikan isyarat adanya keserasian
ix
x
antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam al-Qur'an. Seperti penafsiran Nabi
pada kata zhulm dalam ayat 82 ayat al-An'am dengan syirik yang terdapat dalam
ayat 13 surah Luqman, seperti yang telah penulis cantumkan diatas. Penafsiran
Nabi yang demikian dapat ditemukan dalam kitab tafsir bi al-ma'thur seperti tafsir
at-Thabari. Dalam kitab tafsir tersebut, seperti yang dijelaskan oleh al-Zarqani dan
dikutip oleh Nasharuddin Baidan, dijelaskan bahwa kata Dzalimin dalam ayat 124
surah al-Baqarah ditarsirkan dengan ,antek-antek (ahl) penganiyayaan dan syirik.
C. Manfaat Munasabah
a. Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang menganggap bahwa
tema-tema Al-Qur’an kehilangan relevansi antara satu bagian dengan bagian
yang lainnya.
b. Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik
antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan
yang lain, sehungga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap
kitab Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan
kemukjizatannya.
c. Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa Al-Qur’an dan konteks
kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya. Serta persesuaian
ayat/surah yang satu dari yang lain.
d. Dapat membantu dalam menfsirkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah diketahui
hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain.
e. Untuk memahami keutuhan, keindahan, dan kehalusan bahasa, serta membantu
seseorang dalam memahami keutuhan makna Al-Quran itu sendiri.
f. Untuk menemukan kolerasi atau hubungan antara ayat, sangat diperlukan
kejernihan rohani dan rasio, agar orang terhindar dari kesalah tafsiran.
g. Untuk menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-
kalimat, ayat-ayat, dan surah-surah dalam Al-Qur’an.
h. Untuk menjadikan bagian-bagian dalam Al-Qur’an saling berhubungan
sehingga tampak menjadi satu rangkaian yang utuh dan integral.
i. Ada ayat baru dapat dipahami apabila melihat ayat berikutnya.
x
xi
D. Macam-Macam Munasabah
Dalam Al-Qur’an sekurang-kurangnya terdapat tujuh macam Munasabah,
yaitu:
a. Munasabah antarsurat dengan surat sebelumnya
As-Suyuthi menyimpulkan bahwa Munasabah antar satu surah dengan
surah sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan
pada surah sebelumnya.
b. Munasabah antara nama surat dan tujuan turunnya
Setiap surah mempunyai tema pembicaraan yang menonjol, dan itu
tercermin pada namanya masing-masing, seperti surah Al-Baqarah (2), dan
surah Yusuf (18), surah Al-Naml (27), dan surah Al-Jinn (72). Seperti dapat
dilihat pada firman Allah berikut:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata:
"Apakah kamu hendak menjadikan kami sebuah ejekan?" Musa menjawab:
"Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-
orang yang jahil." (Al-Baqarah [2]: 67).
Mereka menjawab: Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar dia
menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?" Musa
menjawab:"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu." (Al-Baqarah [2]: 68).
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia
menerangkan kepada kami apa warnanya." Musa menjawab: "Sesungguhnya
Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang
kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
(Al-Baqarah [2]: 69).
xi
xii
xii
xiii
َو َر َّد ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن َكَفُرْو ا ِبَغْيِظ ِهْم َلْم َيَناُلْو ا َخْيًراۗ َو َكَفى ُهّٰللا اْلُم ْؤ ِمِنْيَن اْلِقَتاَل ۗ َو َك اَن ُهّٰللا َق ًّيا َع ْيًز ۚا
ِو ِز
Terjemahan: Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan
mereka penuh kejengkelan, karena mereka (juga) tidak memperoleh
keuntungan apa pun. Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan
orang-orang mukmin dalam peperangan. Dan Allah Mahakuat, Mahaperkasa
(Q.S.Al-Ahzab[33]:25).
Dalam ayat ini, Allah menghindarkan orang-orang mukmin
Peperangan, bukan karena menganggapnya lemah, melainkan karena Allah
Mahakuat dan Mahaperkasa. Jadi, adanya fashilah di antara ayat tersebut
menjadi lurus dan sempurna.
g. Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama
xiii
xiv
Artinya: “Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:1-2)
xiv
xv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Quraish Shihab menyatakan (menggaris bawahi As-Suyuthi) Munasabah
adalah adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat, surah, dan
kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat
berbentuk keterkaitan makna antarayat dan macam-macam hubungan, atau
kemestian dalam pikiran (nalar).
Benih-benih ilmu Munasabah ini sudah ada sejak zaman Nabi, dari para
ulama tafsir terdahulu pasti sudah paham bagaimana ilmu Munasabah ini. Pada
masa diturunkannya al-Qur'an, Nabi telah memberikan isyarat adanya keserasian
antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam al-Qur'an.
Ada pun manfaat Munasabah yaitu Mengetahui persambungan atau
hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat
maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain, sehungga lebih memperdalam
pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an dan memperkuat
keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
Macam-macam Munasabah Al-Qur’an yaitu, Munasabah antarsurat dengan
surat sebelumnya, Munasabah antara nama surat dan tujuan turunnya, Munasabah
antarbagian suatu surah, Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan,
Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat di sampingnya,
Munasabah antara fashilah (pemisah) dan isi ayat, Munasabah antara awal surat
dengan akhir surat yang sama, Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal
surat berikutnya.
xv
xvi
DAFTAR PUSTAKA
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, cet. IV, 1996), hlm.
319.
Subhi Solih, Mababitsfi Ulumul Qur’an (Beirut, Dar Al-III, cet. 9, 1997), hlm,
299.
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, (Jakarta Timur: Amzah, cet. II, 2005), hlm, 61-76.
As-Suyuthi, Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Dar Al-Fikr, Beirut, t.t., jilid I, hlm.
66.
As-Suyuthi, Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Dar Al-Fikr, Beirut, t.t., jilid I, hlm.
109
xvi
xvii
xvii