Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN MUNASABAH

SERTA MANFAAT DAN MACAM-MACAMNYA

Dosen Pengampu :
Surianto, S.Pd.I, M.TH.I.

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Agus Suprianto (12318015)

Azizah Jihadiah (12318001)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK

TAHUN 2023 M/1445 H


ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, yang atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Pengertian dan
Sejarah Perkembangan Munasabah, Macam-Macamnya, Dan Manfaat
Mempelajarinya”.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah


SAW. beserta para keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang diridhai Allah SWT. sebagai rahmatanlil’alamin
yang telah membimbing umatnya kejalan yang benar.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Ulumul Qur’an yang telah memberi tugas terhadap
kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Selanjutnya kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini


banyak terdapat kekurangan, walaupun kami sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk membuat yang terbaik. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini
tidak ada yang sempurna. Begitu juga dalam penyusunan makalah ini, yang tidak
luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan
dan kerendahan hati kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah tentang Pengertian dan Sejarah Perkembangan Munasabah, Macam-
Macamnya, Dan Manfaat Mempelajarinya ini dapat memberikan manfaat ataupun
inspirasi terhadap pembaca.

Pontianak, 25 September 2023

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………..... ii

Daftar Isi ………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasabah ……………………………………………. 3


B. Sejarah perkembangan Munasabah ……………………….………. 4
C. Manfaat Munasabah ………………………………………………. 7
D. Macam-macam Munasabah ……………………………………….. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 12
Daftar pustaka …………………………………………………………… 13

iii
iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengetahui ilmu tentang Munasabah dalam Al-Qur'an adalah sangat
penting, karena memahami Al-Qur'an dengan disertai pengetahuan tentang
Munasabah akan diketahui mutu dan kebalaghohan Al-Qur'an. Disamping
itu Munasabah atau korelasi antara ayat/surat dengan ayat/surat juga membantu
dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an dengan baik dan cermat.
Seperti halnya pengetahuan tentang asbab annuzul yang mempunyai
pengaruh dalam memenuhi makna dan menafsirkan ayat, maka Munasabah atau
korelasi antara ayat/surat dengan ayat/surat juga membantu dalam memahami dan
menafsirkan Al-Qur'an dengan baik dan cermat.
Oleh sebab itu tidak sembarangan orang dapat mengkolerasikan ayat-ayat,
akan tetapi hendaknya melalui ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu jika ayat
itu ternyata memang satu persambungan. Seandainya ayat itu datang karena
berbagai sebab, sedangkan disitu tidak ada kolerasi maka seandainya ada orang
yang mengkolerasikan maka hal itu terkesan memaksakan.
Munasabah adalah ilmu yang baru dibandingkan dengan ilmu-ilmu Al-
Qur’an lainnya. Tidak hanya mufassir yang menggunakan ilmu ini di dalam kitab
tafsir mereka, karena ilmu ini dipandang sulit dan rumit. Selain itu ilmu ini juga
kurang diminati dan dikembangkan.
Seorang muslim tidak dapat menghindar dari keterikatannya dengan Al-
Qur’an. Seorang muslim mempelajari Al-Qur’an tidak hanya mencari kebenaran
ilmiah, tetapi juga mencari isi dan kandungan Al-Qur’an.

iv
v

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Munasabah ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Munasabah?
3. Apa saja manfaat Munasabah ?
4. Apa saja macam-macam Munasabah?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Munasabah
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu Munasabah
3. Untuk mengetahui manfaat Munasabah
4. Untuk mengetahui macam-macam Munasabah

v
vi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasabah
Munasabah menurut pengertian bahasa ialah Al-Muqarabah, artinya
kedekatan. Misalnya: “Si Fulan itu Munasabah dengan si Fulan”, berarti ia
medekati dan menyerupai si Fulan. Di antara pengertian ini ialah Munasabah ‘illat
hukum dalam bab qiyas, yakni sifat yang berdekatan dengan hukum.
Adapun Munasabah yang dimaksud di sini menurut Manna’ al-Qaththan
(1973: 92) ialah:

‫َو ْج ُه ْاِإل ْر ِتَباِط َبْيَن ْالُج ْم َلِة َو ْالُج ْم َلِة ِفْي ْاآلَيِة ْالَو اِح َد ِة َأْو َبْيَن ْاآلَي ِة َو ْاآلَي ِة ِفْي‬
‫ ْاآلَيِة اْلٌم َتَع ِّد َد ِة َأْو َبْيَن الٌّسْو َر ِة َو الٌّسْو َرِة‬.
“Segi-segi hubungan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain dalam
satu ayat, antara satu ayat dengan ayat lain, dalam banyak ayat, atau antara satu
surah dengan surah yang lain”.
Menurut bahasa, Al-Munasabah berarti keserasian dan kedekatan.
Selanjutnya Quraish Shihab menyatakan (menggaris bawahi As-Suyuthi) bahwa
Munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat,
surah, dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut
dapat berbentuk keterkaitan makna antarayat dan macam-macam hubungan, atau
kemestian dalam pikiran (nalar).
Makna tersebut dapat dipahami, bahwa apabila suatu ayat atau surah sulit
ditangkap maknanya secara utuh, maka menurut metode Munasabah ini mungkin
dapat dicari penjelasannya di ayat atau di surat lain yang mempunyai kesamaan
atau kemiripan. Kenapa harus ke ayat atau ke surah lain? Karena pemahaman ayat
secara parsial (pemahaman ayat tanpa melihat ayat lain) sangat mungkin
terjadinya kekeliruan. Fazlurrahman mengatakan, apabila seseorang ingin
memperoleh apresiasi yang utuh mengenali Al-Qur’an, maka ia harus dipahami

vi
vii

secara terkait. Selanjutnya menurut beliau apabila Al-Qur’an tidak dipahami


secara utuh dan terkait, Al-Qur’an akan kehilangan relevansinya untuk masa
sekarang dan akan datang. Sehingga Al-Qur’an tidak dapat menyajikan dan
memenuhi kebutuhan manusia. Jadi, tidak heran kalau dalam berbagai karya
dalam bidang Ulumul Quran tema Munasabah hampir tidak pernah terlewatkan.
Jika diperhatikan ternyata urgensi ilmu Munasabah akan semakin kelihatan
dengan jelas, kalau digunakan untuk melihat salah satu keistimewaan Al-Qur’an
itu sendiri. Menurut Subhi Sholeh bahwa di antara keistimewaan Al-Qur’an
adalah memiliki sifat syumul (serba mencakup). Maka untuk mengetahui Al-
Qur’an yang syumul tersebut, salah satu di antaranya harus melihat korelasi antara
satu ayat dengan ayat lainnya, atau antara satu surah dengan surah lainnya.
Ilmu Munasabah ini dapan berperan mengganti Ilmu asbab al-Nuzul,
apabila seorang tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi
seseorang bisa mengetahui adanya relevansi/hubungan ayat itu dengan ayat
lainnya, sehingga dapat membantu dalam pentakwilan dan pemahaman ayat
dengan baik dan cermat, Ulama yang menyusun ilmu ini, di antaranya ialah
Burhan Al-Din Al-Biqa’i, dengan nama kitabnya Nazhm Al-Durar fi Tanasub Al-
Ayat wa Al-Suwar.
Pada dasarnya pengetahuan tentang Munasabah atau hubungannya antara
ayat-ayat itu bukan merupakan hal yang Tauqifi,(ketetapan Nabi), tetapi
didasarkan pada ijtihad seorang mufassir dan tingkat penghayatannya terhadap
mu’jizat Al-Qur’an, rahasia retorika, dan segi keterangannya yang mandiri.
Apabila Munasabah atau hubungan itu halus maknanya, harmonis konteksnya dan
sesuai dengan asas-asas kebahasaan dalam ilmu-ilmu bahasa Arab, maka
hubungan tersebut dapat diterima.
Ada beberapa pendapat dikalangan Ulama tentang ilmu Tanasub Al-Ayat
wa Al-Suwar ini. Di antaranya ada yang berpendapat, bahwa setiap ayat atau surah
selalu ada relevansinya atau hubungannya dengan ayat atau surah yang lain.
Sementara ulama yang lain berpendapat, bahwa hubungan itu tidak selalu ada.
Hanya memang sebagian besar ayat-ayat dan surah-surah ada hubungannya satu
sama lain. Selain itu ada pula yang berpendapat mudah mencari hubungan antara

vii
viii

suatu ayat dengan ayat yang lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara
suatu surah dengan surah yang lain. Sebagian mufassir telah menaruh perhatian
besar untuk menjelaskan hubungan antara kalimat dengan kalimat, ayat dengan
ayat, atau surah dengan surah, sehingga timbul berbagai macam Munasabah,
dilihat dari segi sifatnya maupun materinya.
Jika dilihat dari segi sifatnya, Munasabah terbagi menjadi dua, yaitu Zhair
Al-Irtibath dan Al-Itibath. Zhair Al-Irtibath adalah persesuaian atau kaitan yang
tampak jelas, karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat sekali
sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna bila dipisahkan
dengan kalimat lainnya, seolah-olah ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang
sama. Al-Itibath merupakan persesuaian atau kaitan yang samar antara ayat yang
satu dengan yang lain sehingga tidak tampak adanya hubungan antara keduanya,
bahkan seolah-olah masing-masing ayat/surah itu berdiri sendiri, baik karena ayat
yang satu itu di ‘Athafkan kepada yang lain, maupun karena yang satu
bertentangan dengan yang lain.
Jika dilihat dari segi materinya, Munasabah terbagi menjadi dua, yaitu
Munasabah antar ayat dan Munasabah antar surah. Munasabah antarayat, yaitu
Munasabah antara ayat yang satu dengan ayat yang lain, berbentuk
persambungan-persambungan ayat, meliputi, pertama di-athaf-kannya ayat yang
satu pada ayat yang lain, kedua tidak di-'athaf-kannya, ketiga Digabungkannya
dua hal yang sama, keempat dikumpulkannya dua hal yang kontradiksi, kelima
Dipindahkannya satu pembicaraan dengan pembicaraan yang lain. Dan
Munasabah antarsurah, yaitu Munasabah yang tidak lepas dari horistik Al-Qur’an
yang menyatakan Al-Qur’an sebagai satu kesatuan yang bagian-bagian
strukturnya terkait secara integral.
B. Sejarah Perkembangan Munasabah
Ilmu ini mulai disadari keutamaannya ketika masa Abu Bakar an-Naisaburi
(w. 32 H), pada masa keemasan Islam (abad I-IV H), yaitu ketika terjadi lonjakan
besar dalam perkembangan ilmu-ilmu keislaman. Ketika dihadapkan padanya ayat
al-Qur'an selalu ia katakan, "Mengapa ayat ini diletakkan di samping ayat ini dan
apa rahasia diletakannya surat ini di samping surat itu", begitulah yang terjadi

viii
ix

berulang-ulang seperti dikutip oleh az Zarkasyi dari asy-Syahrabani. Ilmu


Munasabah merupakan kajian yang cukup penting dalam ruang lingkup ulum al-
Qur'an. Karena itu banyak ulama tafsir terdahulu yang mencurahkan segala
perhatiannya pada kajian ini. Awal mula munculnya kajian tentang Munasabah
tidak diketahui secara pasti, namun berdasarkan penuturan Nasarudin
Baidan, ,dari literatur yang ditemukan, para ahli cenderung berpendapat bahwa
kajian ini dimunculkan oleh Abu Bakar Abdullah bin Muhammad al-Naysaburi di
kota Baghdad sebagaimana diakui oleh Abu al-Hasan al-Sahrabani seperti dikutip
oleh Alma'i. Terlepas dari pro dan kontra atas apa yang dilakukan Naisaburi,
tindakannya merupakan sebuah kejutan dan langkah baru dalam dunia tafsir saat
itu. Atas prestasi Naisaburi dalam memelopori ilmu Munasabah ia mendapat gelar
sebagai bapak ilmu Munasabah.
Jauh sebelumnya, sebenarnya Rasulullah saw. telah memberi isyarat adanya
Munasabah dalam al-Qur'an, yaitu korelasi atau kaitan antara satu ayat dengan
ayat-ayat yang lain dalam al-Qur'an. Seperti penafsiran Rasulullah saw. Terhadap
lafal zulm dalam surat al-An'am ayat 82:

‫ٰۤل‬
ࣖ ‫َاَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو َلْم َيْلِبُس ْٓو ا ِاْيَم اَنُهْم ِبُظْلٍم ُاو ِٕىَك َلُهُم اَاْلْم ُن َو ُهْم ُّم ْهَتُد ْو َن‬
Terjemahan: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan
mereka mendapat petunjuk.
Dengan lafal syirik pada surah Luqman ayat 13:
‫َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُهَو َيِع ُظٗه ٰي ُبَنَّي اَل ُتْش ِر ْك ِباِهّٰللۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ ْيٌم‬
Terjemahan: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika
dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar.”
Benih-benih ilmu Munasabah ini sudah ada sejak zaman Nabi, dari para
ulama tafsir terdahulu pasti sudah paham bagaimana ilmu Munasabah ini. Pada
masa diturunkannya al-Qur'an, Nabi telah memberikan isyarat adanya keserasian

ix
x

antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam al-Qur'an. Seperti penafsiran Nabi
pada kata zhulm dalam ayat 82 ayat al-An'am dengan syirik yang terdapat dalam
ayat 13 surah Luqman, seperti yang telah penulis cantumkan diatas. Penafsiran
Nabi yang demikian dapat ditemukan dalam kitab tafsir bi al-ma'thur seperti tafsir
at-Thabari. Dalam kitab tafsir tersebut, seperti yang dijelaskan oleh al-Zarqani dan
dikutip oleh Nasharuddin Baidan, dijelaskan bahwa kata Dzalimin dalam ayat 124
surah al-Baqarah ditarsirkan dengan ,antek-antek (ahl) penganiyayaan dan syirik.

C. Manfaat Munasabah
a. Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang menganggap bahwa
tema-tema Al-Qur’an kehilangan relevansi antara satu bagian dengan bagian
yang lainnya.
b. Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik
antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan
yang lain, sehungga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap
kitab Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan
kemukjizatannya.
c. Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa Al-Qur’an dan konteks
kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya. Serta persesuaian
ayat/surah yang satu dari yang lain.
d. Dapat membantu dalam menfsirkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah diketahui
hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain.
e. Untuk memahami keutuhan, keindahan, dan kehalusan bahasa, serta membantu
seseorang dalam memahami keutuhan makna Al-Quran itu sendiri.
f. Untuk menemukan kolerasi atau hubungan antara ayat, sangat diperlukan
kejernihan rohani dan rasio, agar orang terhindar dari kesalah tafsiran.
g. Untuk menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-
kalimat, ayat-ayat, dan surah-surah dalam Al-Qur’an.
h. Untuk menjadikan bagian-bagian dalam Al-Qur’an saling berhubungan
sehingga tampak menjadi satu rangkaian yang utuh dan integral.
i. Ada ayat baru dapat dipahami apabila melihat ayat berikutnya.

x
xi

j. Untuk menjawab kritikan orang luar terhadap sistematika Al-Qur’an.

D. Macam-Macam Munasabah
Dalam Al-Qur’an sekurang-kurangnya terdapat tujuh macam Munasabah,
yaitu:
a. Munasabah antarsurat dengan surat sebelumnya
As-Suyuthi menyimpulkan bahwa Munasabah antar satu surah dengan
surah sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan
pada surah sebelumnya.
b. Munasabah antara nama surat dan tujuan turunnya
Setiap surah mempunyai tema pembicaraan yang menonjol, dan itu
tercermin pada namanya masing-masing, seperti surah Al-Baqarah (2), dan
surah Yusuf (18), surah Al-Naml (27), dan surah Al-Jinn (72). Seperti dapat
dilihat pada firman Allah berikut:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata:
"Apakah kamu hendak menjadikan kami sebuah ejekan?" Musa menjawab:
"Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-
orang yang jahil." (Al-Baqarah [2]: 67).
Mereka menjawab: Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar dia
menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?" Musa
menjawab:"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu." (Al-Baqarah [2]: 68).
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia
menerangkan kepada kami apa warnanya." Musa menjawab: "Sesungguhnya
Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang
kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
(Al-Baqarah [2]: 69).

xi
xii

Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia


menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, Karena
Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya
Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)." (Al-Baqarah [2]:
70).
Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak
pula untuk tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka
berkata:"Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang
sebenarnya." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka
tidak melaksanakan perintah itu (Al-Baqarah [2]: 71).
c. Munasabah antarbagian suatu surah
Munasabah antar bagian surah (ayat atau beberapa ayat) sering berbentuk
korelasi Al-Thadhadadh (perlawanan) seperti terlihat pada firman Allah berikut
ini.
‫ُهَو اَّلِذ ْي َخ َلَق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض ِفْي ِس َّتِة َاَّياٍم ُثَّم اْسَتٰو ى َع َلى اْلَع ْر ِۚش َيْع َلُم َم ا‬
‫َيِلُج ِفى اَاْلْر ِض َو َم ا َيْخ ُرُج ِم ْنَها َو َم ا َيْنِز ُل ِم َن الَّس َم ۤا ِء َو َم ا َيْع ُرُج ِفْيَه ۗا َو ُه َو‬
‫َم َع ُك ْم َاْيَن َم ا ُكْنُتْۗم َوُهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َبِص ْيٌۗر‬
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang
naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada, dan Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan (Al-Hadid [57]:4).
Pada ayat tersebut terdapat kata "yaliju" (masuk) dan kata "yakhruju"
(keluar), serta kata "yanzilu" (turun) dan kata "ya'ruju" (naik) yang memiliki
korelasi perlawanan. Contoh lainnya adalah kata Al-'adzab dan ar-rahmah dan
janji baik setelah ancaman.
d. Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan
Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan sering terlihat dengan
jelas, tetapi sering pula tidak jelas. Munasabah antarayat yang terlihat dengan

xii
xiii

jelas umumnya menggunakan pola ta'kid (penguatan), tafsir (penjelasan),


i'tiradh (bantahan), dan tasydid (penegasan). Munasabah antarayat yang
menggunakan pola ta'kid, yaitu apabila salah satu ayat atau bagian ayat
memperkuat makna ayat atau bagian ayat yang terletak di sampingnya.
Munasabah antarayat menggunakan pola tafsir apabila makna satu ayat atau
bagian ayat tertentu ditafsirkan oleh ayat atau bagian ayat di sampingnya.
Munasabah antarayat menggunakan pola i'tiradh apabila terdapat satu kalimat
atau lebih yang tidak ada kedudukannya dalam i'rab (struktur kalimat), baik di
pertengahan kalimat atau di antara dua kalimat yang berhubungan dengan
maknanya.
e. Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat di sampingnya
Dalam surah Al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 20, misalnya, Allah memulai
penjelasannya tentang kebenaran dan fungsi Al-Quran bagi orang-orang
bertakwa. Dalam kelompok ayat berikutnya dibicarakan tentang tiga
kelompok manusia dan sifat mereka yang berbeda-beda, yaitu mukmin, kafir,
dan munafik.
f. Munasabah antara fashilah (pemisah) dan isi ayat
Jenis Munasabah ini memiliki tujuan tertentu. Di antaranya adalah
menguatkan (tamkin) makna yang terkandung dalam suatu ayat.

‫َو َر َّد ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن َكَفُرْو ا ِبَغْيِظ ِهْم َلْم َيَناُلْو ا َخْيًراۗ َو َكَفى ُهّٰللا اْلُم ْؤ ِمِنْيَن اْلِقَتاَل ۗ َو َك اَن ُهّٰللا َق ًّيا َع ْيًز ۚا‬
‫ِو ِز‬
Terjemahan: Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan
mereka penuh kejengkelan, karena mereka (juga) tidak memperoleh
keuntungan apa pun. Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan
orang-orang mukmin dalam peperangan. Dan Allah Mahakuat, Mahaperkasa
(Q.S.Al-Ahzab[33]:25).
Dalam ayat ini, Allah menghindarkan orang-orang mukmin
Peperangan, bukan karena menganggapnya lemah, melainkan karena Allah
Mahakuat dan Mahaperkasa. Jadi, adanya fashilah di antara ayat tersebut
menjadi lurus dan sempurna.
g. Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama

xiii
xiv

Untuk Munasabah semacam ini, As-Suyuthi telah mengarang sebuah


kitab yang berjudul Marasid Al-Mathali fi Tanasub Al-Maqati wa Al-
Mathali'. Contoh Munasabah ini terdapat dalam surat Al-Qashash [28] yang
diawali dengan penjelasan perjuangan Nabi Musa ketika berhadapan dengan
kekejaman Fir'aun. Atas perintah dan pertolongan Allah, Nabi Musa berhasil
keluar dari Mesir setelah mengalami berbagai tekanan. Dalam awal surat ini
juga dijelaskan bahwa Nabi Musa tidak akan menolong orang yang kafir.
Pada akhir surat, Allah menyampaikan kabar gembira kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang menghadapi tekanan dari kaumnya dan janji Allah
atas kemenangannya. Munasabah di sini terletak dari sisi kesamaan kondisi
yang dihadapi oleh kedua Nabi tersebut.
h. Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
Jika memperhatikan setiap pembukaan surat, kita akan menjumpai
Munasabah dengan akhir surah sebelumnya, sekalipun tidak mudah untuk
mencarinya. Contohnya pada permulaan surah Al-Baqarah [2] disebutkan:
‫ َٰذ ِلَك ٱْلِكَٰت ُب اَل َر ْيَب ۛ ِفيِهۛ ُهًدى ِّلْلُم َّتِقيَن‬. ‫آلٓم‬

Artinya: “Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:1-2)

Ayat ini berMunasabah dengan akhir surah Al-Fatihah [1]:7, yaitu:


‫ِص َٰر َط ٱَّلِذ يَن َأْنَعْم َت َع َلْيِهْم َغْيِر ٱْلَم ْغ ُضوِب َع َلْيِهْم َو اَل ٱلَّض ٓاِّليَن‬
Terjemahan: (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.” (Q.S. Al-Fatihah [1]:7).

xiv
xv

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Quraish Shihab menyatakan (menggaris bawahi As-Suyuthi) Munasabah
adalah adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat, surah, dan
kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat
berbentuk keterkaitan makna antarayat dan macam-macam hubungan, atau
kemestian dalam pikiran (nalar).
Benih-benih ilmu Munasabah ini sudah ada sejak zaman Nabi, dari para
ulama tafsir terdahulu pasti sudah paham bagaimana ilmu Munasabah ini. Pada
masa diturunkannya al-Qur'an, Nabi telah memberikan isyarat adanya keserasian
antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam al-Qur'an.
Ada pun manfaat Munasabah yaitu Mengetahui persambungan atau
hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat
maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain, sehungga lebih memperdalam
pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an dan memperkuat
keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
Macam-macam Munasabah Al-Qur’an yaitu, Munasabah antarsurat dengan
surat sebelumnya, Munasabah antara nama surat dan tujuan turunnya, Munasabah
antarbagian suatu surah, Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan,
Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat di sampingnya,
Munasabah antara fashilah (pemisah) dan isi ayat, Munasabah antara awal surat
dengan akhir surat yang sama, Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal
surat berikutnya.

xv
xvi

DAFTAR PUSTAKA

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, cet. IV, 1996), hlm.
319.

Fazlurrahman, Major Times Of The Al-Qur’an, Alih Bahasa: Anas Mahyudin,


(Bandung, Pustaka, cet. III, 1966), hlm, x-xi.

Subhi Solih, Mababitsfi Ulumul Qur’an (Beirut, Dar Al-III, cet. 9, 1997), hlm,
299.

Abu Anwar, Ulumul Qur’an, (Jakarta Timur: Amzah, cet. II, 2005), hlm, 61-76.

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2011), hlm, 186.

M. Nor Ichwan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Rasail Media


Group,2008), hlm, 142.

Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya, (Solo :


ABYAN, 2004), hlm, 138.

As-Suyuthi, Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Dar Al-Fikr, Beirut, t.t., jilid I, hlm.
66.

As-Suyuthi, Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Dar Al-Fikr, Beirut, t.t., jilid I, hlm.
109

Acep Hermawan , ‘Ulumul Qur’an, (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA,


cet. II, 2013), hlm. 137-148.

Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an , (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, cet. III,


2006), hlm. 83-101

xvi
xvii

xvii

Anda mungkin juga menyukai