Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ULUMUL QURAN

MUNASABAH AL-QURAN

Di susun Oleh :

Kelompok 6

1. Opi Puspita Maya /2023030105016


2. Asran /2023030105024
3. Muh. Adzan Sma’un /2022030105045

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

KENDARI 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Alhamdulliah puji terima kasih kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
MUNASABAH AL-QUR’AN dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya.
Dalam penulisan ini tidak akan berhasil jika tidak mendapatkan bantuan
beberapa pihak. Maka dari itu izinkan kami mengucapkan terima kasih kepada ibu
Fatirah Wahidah M.Ag selaku Dosen mata kuliah ULUMUL QUR’AN yang telah
memberi bimbingan kepada kami dan teman teman yang telah ikut serta dalam
menyelesaikan makalah ini.
Demikian adanya makalah ini mohon maaf apabila banyak kekurangan,
sehingga jauh dari kata sempurna.Maka dari itu, kritik dan saran sangat di
harapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Waramatulahi Wabarakatuh

Kendari,November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... iii

A. Latar Belakang ................................................................................................... iii


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. iv
C. Tujuan ................................................................................................................ iv

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 1

A. Pengertian Munasabah Al-Qur’an .................................................................... 1


B. Macam-macam Munasabah ............................................................................... 2

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 5

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 6

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab pedoman umat islam yang berisi petunjuk


dan tuntunan komperhensif untuk mengatur kehidupan di dunia maupun di
akhirat. Ia merepakan kitab otentik dan unik yang redaksi, susunan kalam
maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, ia adalah kitab yang
simbol-simbol ungkapnya selalu menantang dan bersedia untuk digali
(diinterprestasi) oleh manusia yang memiliki otoritas ilmiah yang tinggi.

Nabi Muhammad adalah salah seorang manusia pilihan Tuhan yang


tidak hanya diberi otoritas untuk menjelaskan kandungan Al-Qur’an yang
belum di pahami oleh umatnya, tetapi juga diberi otoritas untuk membuat
hukum-hukum baru yang tidak di jelaskan oleh Al-Qur’an. Sepeninggalan
Nabi sekalipun tidak berwenang membuat hukum baru di lanjutkan oleh
generasi sahabat, tab’in dan para ulama yang di pandang cakap menggali
dan memahami makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Munasabah Al-Qur’an?
2. Ada berapa macam Munasabah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Munasabah Al-Qur’an?
2. Untuk mengetahui berapa macam Munasabah ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasab Al-Qur’an

Menurut bahasa, munasabah berarti al-musyakalah (keserupaan) dan


al muqarabah (berdekatan) Menurut Suyuti (911:108), kedekatan itu
kembali kepada hubungan ayat dengan sampai kepada makna korelatif
secara khusus’ umum, abstrak, kongrit, maupun hubungan seperti sebab
musabab, ilal ma’lul, perbandingan dan perlawanan.

Dari pengertian ini,kelihatannya, suyuti ingin menyatakan bahwa


munasabah ayat-ayat al-qur’an tidak selamanya mudah di kemukakan
dengan jelas, tetapi adakanlanya yang terlihat samar dan abstrak. Dengan
mengacu kepada arti muqarabah, zarkasyi (1957:35) memberi contoh fulan
yunasibu fulanan, artinya si A mempunyai hubungan dekat si B dan
menyerupainya.

Pengertian secara terminologis, dapat dipahami dari penjelasan al-


syaikh wali al-din al-malawi, seperti di kutib oleh said hawa (1993:24)
bahwa di antara ijas al-Qur’an adalah uslub dan tata bahasanya yang
sangat tinggi. Seyogyanya yang perlu diteliti dari masing-masing ayat itu
pertama kali ialah ayat yang menyempurnakan ayat sebelumnya atau ayat
yang berdiri sendiri (mustaqillat) mempunyai hubungan dengan ayat-ayat
sebelumnya. Demikian pula di cari hubungan antara surat dengan surat
sebelumnya.

Dari pengertian ini dapat di simpulan bahwa ilmu munasabah adalah


pengetahuan yang menggali hubungan dalam Al-Qur’an,. Hubungan yang
dicari adalah relevansi antara ayat dengan ayat dan surah dengan surah.

Mengenai pandangan para ulama tentang ilmu munasabah Al-


Qur’an, tidak kelihatan adanya keseragaman. Ulama yang pertama
(memiliki akses) kepada masalah munasabah Al-Qura’an adalah Abu

5
Bakar Naisaburi, seorang ulama yang mempunyai spesifikasi bidang ilmu
syari’ah dan bahasa. Ia mengakui eksistensi ilmu munasabah ini sehingga
melakukan kritik kepada ulama Bigdad yang tidak menyokong peran dan
kehadiran ilmu munasabah al-Qur’an.,

Salah satu kepekaan intelektual Naisaburi ialah bila dibacakan ayat-


ayat al-Quran kepadanya, selalu menganalisis hubungan ayat itu:
"Mengapa ayat ini dibuat dekat dengan ayat itu?. Dan apa hikmahnya
meletakkan surat ini dengan surat itu?".

Pendapat yang tampaknya berhati-hati dikemukakan oleh


Muhammad lzah Daruzah (Masjfuk Zuhdi, 1993: 168). Menurutnya,
bahwa semula orang mengira tidak ada hubungan antara satu ayat/surat
dengan ayat/surat yang lain, ternyata, sebenarnya, sebagian besar ayat-ayat
dan suratsurat itu ada hubungannya dengan yang lain.

Dengan tidak bermaksud menolak peran clan eksistensi ilmu


munasabah al-Quran, Syeikh lzzudclin Abdussalam (AJ-Suyuthi, 911:
108) memberi kriteria adanya munasabah. la mengakui munasabah
merupakan ilmu yang baik dan po:;itif, namun ia menjela:;kan tidak semua
ayat/surat mengandung munasabah, kecuaU acla ke-serasian hubungan
kalimat dalam kesatuan yang bagian awal clan akhirnya saling terkait,
sedangkan yang tidak menunjukkan adalah dipaksa dan tidak disebut
munasabah.

Pendapat yang terkesan bernuansa baru dikemukakan oleh Shuhi al-


Shaleh (1988:151) bahwa mencari hubungan antara satu surat dengan surat
lainnya adalah sesuatu yang sulit dan yang dicarai-cari tanpa ada ped'oman
clan petunjuk clari tertib surnt clan ayat-ayat tauqi.fi. Ticlak semua yang
tauqifi clapat dicari munasabahnya bila ayat-ayat itu menganclung sebab
nuzzd yang berbecla-beda. kecuali yang mempunyai maudu' yang
menonjol clan bersifat umum yang ada hubungan antara semua bagiannya.

6
B. Macam–macam munasabah Al-Qur’an

Macam-Macam Munasabah Mengacu pada pengertian llmu


Munasabah Al-Quran di atas yang menganclung dua komponen inti yaitu
berkisar pacla hubungan surat, maka uraian tentang macam--macam
muhaSabah ini akan bertolak dari bentuk komponen muhasabah yang tadi.

1) Munasabah antara Ayat dengan Ayat

Pada umumnya para penulis yang menjelaskan tentang rnunasabah


antara ayat dengan ayat tidak ada perbedaan yang mendasar. Setiap buku
yang mengomentari ha] ini telah mengulasnya dengan redaksi dan
kanclungan makna yang ticlak jauh berbeda. Kalaupun ada perbedaan
hanya merupakan seclikit variasi redaksi yang ditonjolkannya.

Para ulama yang menulis, umumnya sepakat bahwa hubungan antara


ayat dengan ayat dapat menjacli tuntas manakala dijelaskan oleh ayat-ayat
be-rikutnya yang berfungsi baik sebagai penekanan (la'hidan), lanjutan
clan penjelasan (athfan wa bayanan ), pengecualian clan pembatasan
(istilsnaan wa hasran) atau menengahi dan mengakhiri pembicaraan
(i'tiradhan wa ladzyilan).

‫ِي ٰب َر ْكنَا َح ْولَ ٗه ِلنُ ِريَ ٗه ِم ْن‬ ْ ‫صا الَّذ‬َ ‫س ِج ِد ْاْلَ ْق‬
ْ ‫س ِج ِد ا ْل َح َر ِام اِلَى ا ْل َم‬
ْ ‫س ٰرى بِعَ ْبد ِٖه لَي اًْل ِمنَ ا ْل َم‬ ْ ‫سب ْٰحنَ الَّذ‬
ْ َ ‫ِي ا‬ ُ ﴿
‫س َر ۤا ِء ْي َل ا َ َّْل تَت َّ ِخذ ُ ْوا ِم ْن‬ْ ِ‫سى ا ْل ِك ٰت َب َو َج َع ْل ٰنهُ هُداى ِلبَنِ ْي ا‬ َّ ‫ٰا ٰيتِنَ ۗا اِنَّ ٗه ه َُو ال‬
َ ‫ َو ٰات َ ْينَا ُم ْو‬١ ‫س ِم ْي ُع ا ْلبَ ِصي ُْر‬
٢ ‫د ُْونِ ْي َو ِكي ا ًْۗل‬

7
Hubungan antara kedua ayat tadi,menurut zakarsyi(1957-42). Di
tandai oleh adanya peristiwa-peristiwa ghaib yang di pertontonkan oleh
Allah SWT. kepada Nabi dengan mata kepala dan diinformasikan
kepadanya kisah orang-orang masa lampau sebagai tanda mukjizat Nabi.
Maksudnya, Maha Suci Allah yang telah membeberkan kepada Nabi
Muhammad sebagian kekuasaan-Nya clan yang telah menceritakan
kepadanya kisah Nabi Musa dan kaumnya.

Munasabah antara ayat dengan ayat yang tidak cliperkokoh oleh


huruf 'ataf diwujudkan melalui hubungan makna (qarain ma',w,wiyah).
Hubungan ini terjadi disebabkan adanya korelasi ayat-ayat yang
mengandung unsur perbandingan (al-tanzir ); perlawanan (al-audaddah),
penjelasan lanjutan (istitrad), dan perpindahan (takhallus).

Empat unsur hubungan maknawi tadi dijelaskan oleh alSuyuthi (91 I:


109) secara tuntas clan gamblang. Munasabah ayat-ayat yang mengandung
unsur perbandingan (al-tanzir)dapat di lihat antara surat al-anfal ayat 5
dengan ayat sebelumnya,yaitu:

ٰۤ ُ
‫ َك َما ا َ ْخ َر َجكَ َربُّكَ ِم ْۢ ْن‬٤ ‫ق ك َِر ْي ٌۚ ٌم‬
ٌ ‫ول ِٕىكَ ُه ُم ا ْل ُمؤْ ِمنُ ْو َن َحقًّ ۗا لَ ُه ْم د ََر ٰجتٌ ِع ْن َد َر ِب ِه ْم َو َم ْغ ِف َرةٌ َّو ِر ْز‬ ‫﴿ا‬
﴾ ٥ ‫ق َواِ َّن فَ ِر ْيقاا ِمنَ ا ْل ُمؤْ ِمنِ ْي َن لَ ٰك ِر ُه ْو َن‬ ِ ِّۖ ‫بَ ْيتِكَ ِبا ْل َح‬

Munasabah antara kedua ayat di atas tergambar oleh adanya


perbandingan antara ketidakrelaan para sahabat terhadap harta rampasan
yang dibagi oleh Rasul dengan keengganan keluar rumah untuk berjihad.
Padahal dalam kedua perbuatan itu menganclung arti kemenangan,
pertolongan, perolehan harta rampasan clan kebangkitan Islam.

Munasabah ayat dengan ayat yang mengandung unsur perlawanan


(al- audaddah) terclapat clalam surat al-Baqarah ayat 6 clengan ayat
sebelumnya:

8
ٰۤ ُ ٰۤ ُ
َ ‫س َو ۤا ٌء‬
‫علَ ْي ِه ْم َءا َ ْنذَ ْرت َ ُه ْم‬ َ ‫ اِ َّن الَّ ِذ ْي َن َكفَ ُر ْوا‬٥ ‫ول ِٕىكَ ُه ُم ا ْل ُم ْف ِل ُح ْو َن‬ ‫ول ِٕىكَ ع َٰلى ُهداى ِم ْن َّر ِب ِه ْم ۙ َوا‬ ‫﴿ا‬
﴾ ٦ ‫ا َ ْم لَ ْم ت ُ ْنذ ِْر ُه ْم َْل يُؤْ ِمنُ ْو َن‬

Dalam kedua surah itu masing-masing clijelaskan sifat orang


mukmin dengan sifat orang kafir Surat al-Baqarah ayat 6 menjelaskan
karakter orang kafir yang suka membangkang peringatan Tuhan,
sedangkan clalam suraL sebelumnya (al-Baqarah, ayat 5) dijelaskan
karakter kaum beriman yang selalu patuh clan mendapat keberuntungnn.
Pertentangan ini dimaksuclkan untuk mengikat perintah al-Quran dan
mengamalkanny serta motivasi untuk beriman.

Munasabah yang berbentuk istitrad (penjelasan lanjutan) di


ungkapkan dalam surat al-A’raf ayat 26:

‫اس الت َّ ْق ٰوى ٰذ ِلكَ َخ ْي ۗ ٌر‬


ُ َ‫س ْو ٰءتِ ُك ْم َو ِر ْيش ۗاا َو ِلب‬ َ ‫﴿ ٰيبَنِ ْي ٰا َد َم قَ ْد ا َ ْن َز ْلنَا‬
‫علَ ْي ُك ْم ِلبَا ا‬
َ ‫سا يُّ َو ِار ْي‬
٢٦ ‫ّللا لَعَلَّ ُه ْم يَذَّك َُّر ْو َن‬
ِٰ ‫ت‬ ِ ‫ٰذ ِلكَ ِم ْن ٰا ٰي‬

2) Munasabah antara Surah-Surah

Literatur yang menjelaskan munasabah antara surat dengan surat ini


masih sangat terbatas. Para ahli telah mengakui adanya kendala atau
kesulitan dalam membahas bidang munasabah ini. Kesulitan ini, menurut
Hasbi Ash Shiddieqy (1972:47), karena sedikit sekali para mufassir yang
menjelaskan aspek munasaba.h antara surat dengan surat. Kalaupun hal itu
dijumpai, lanjut Ash Shiddieqy , sebagian mufassir hanya melakukan
berdasarkan hal-hal yang di cari.

Pembahasan bidang muasabah ini akan clibagi clalam tiga


kelompok: Pertama, munasabah antara surat dengan surat lainnya. Kedua,

9
musabah penutup suatu surat dengan pembukaan surat berikutnya. Ketiga,
munasabah antara awal clan akhir uraian surat.

3) Munasabah antara Satu Surat dengan Surat lainnya

Bentuk munasabah ini adalah antara surat yang satu berfungsi


memperinci apa yang dijelaskan secara global pada surah sebelumnya.
Misalnya ungkapan alhamdulillahh dalam surat al-Fatihah diperinci oleh
surat al-Baqarah ayat 287 clan 152:

Munasabah penutup suatu surah dengan pembukaan surah

Munasabah bentuk ayat ini dapat di lihat antara awal surah Al-
Baqarah dengan akhir surah Al-fatihah.

Munasabah antara kedua surat di atas terlihat oleh karena adanya


manusia yang memohon hidayat jalan lurus kepada Tuhan. Permohonan
itu kemudian dijelaskan/diperinci oleh surat alBaqarah ayat 1-2 bahwa
jalan yang lurus itu adalah al-Kitab (al-Quran).

4) Munasabah antara Awai clan Akhir

Uraian Surat AJ-Suyuthi (911: 111) banyak menjelaskan bentuk


cuntoh munasabah ini. Di antara kisah yang cukup menarik adalah kisah
dua figur Nabi yang clirekam secara dramatis oleh surat al-Qasas. Kisah
yang bermisi propetik ini diawali oleh kegigihan perjuangan Nabi Musa
menghadapi kekejaman Fir'aun. Musa berhasi1 keluar dari kota berbahaya.

(Mesir) berkat pertolongan 1'uhan. Di akhir surat, Allah


menyampaikan berita gembira kepada Nabi Muhammad yang menghadapi
ancaman kaumnya dan janji Allah atas kemenangannya. Kemudian di
puncak surat ini, dikisahkan bahwa Musa tidak akan menolong orang-
orang berdosa, clan di ujung surat Nabi Muhammad tidak diperkenankan
menolong orang kafir.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Munasabah al-Quran merupakan bagian dari ilmu Ulumul Quran yang


sangat penting. Kehadiran ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan misi ilmuawan
yang ingin memahami kandungan al-Quran secara kasat mata. Memahami makna
subtansi al-Quran tidak cukup mengacu kepada kajian historis atau asbab al-nuzul
semata tanpa menggali sisi-sisi hubungan logis yang dipesankan oleh surat atau
ayat-ayat al-Quran.

Dalam kontak penggalian dan pemahaman al-Quran, ternyata peran


munasabah al-Quran sangat diutamakan,sekalipun tidak mempergunakan kajian
asbab al-nuzul.

11
DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Agama RI, Muqaddinah Al- Quran dan Tafsirnya, Jakarta, 1990

Imam Badruddin Muhammad Bin Abdullah Al- Zarkasyi, al-Burhan fi Ulun Al-
Quran,Dar ihya al-kutub al-Arab, 1958

Jalaluddin Al-Suyuti, al-itqan fi Ulum al- Quran, Dar al-fikr, 911

Jhon Burton, The Sources of islamic, Law Islamic Theones of Abrogation,1990

Manna al-Qththan, Habahis fi Ulum al-Quran, Riyad, t.t

Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, ilmu-ilmu Al-Quran Media-Media pokok


dalam menafsirkan Al-Quran, Bulan bintang,Jakarta, 1972

Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peran Wahyu


dalam kehidupan Masyarakat, Mizan, Bandung, 1992

Said Hawa al-Asas fi al-Tasfir, Dar al-salam, 1993

SUBHI Shalih, Mabahis fi Ulum Al-Quran, Dar al-lim al-Malayyin,


Beirut,Libanon, 1988

12

Anda mungkin juga menyukai