Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN BEST PRACTICE

PKP IPA 2019

NAMA :

NIP :

SMP NEGERI 1 RASAU JAYA


KABUPATEN KUBU RAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahuwata’ala berkat rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan best practice ini sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Best practice ini merupakan laporan hasil pembelajaran sebagai salah satu
tugas Peningkatan Kompetensi Pembelajaran IPA (PKP IPA) tahun 2019.

Penyusunan best practice ini dapat terselesaikan juga tidak terlepas dari adanya
motivasi dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Rekan-rekan guru sasaran (GS) PKP IPA 2019 Zona Rasau Jaya
2. Kepala sekolah SMPN………
3. Rekan-rekan guru IPA yang tergabung dalam MGMP IPA Kabupaten Kubu Raya

Penulis menyadari bahwa penyusunan best practice ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk menjadikan penulis lebih
baik demi kesempurnaan penyusunan best practice selanjutnya.

Kubu Raya, November 2019

……..
NIP.
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .....................................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................
BIODATA PENULIS ................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................
A. Latar Belakang ...............................................................................................
B. Jenis Kegiatan ................................................................................................
C. Manfaat Kegiatan ...........................................................................................
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN ..................................................................
A. Tujuan dan Sasaran ........................................................................................
B. Bahan/Materi Kegiatan ..................................................................................
C. Langkah Kegiatan ..........................................................................................
D. Media dan Instrumen Penilaian .....................................................................
E. Waktu dan Tempat Kegiatan .........................................................................
BAB III HASIL KEGIATAN ....................................................................................
A. Hasil ...............................................................................................................
B. Masalah yang Dihadapi..................................................................................
C. Cara Mengatasi Masalah ................................................................................
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI .........................................................
A. Simpulan ........................................................................................................
B. Rekomendasi ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa pembelajaran IPA di
tingkat SMP dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan Pembelajaran IPA di SMP bukan
sebagai disiplin ilmu, tetapi dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science.
Integrative science mempunyai makna memadukan berbagai aspek yaitu domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sebagai integrated science, pendidikan berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan
sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Secara substansi,
IPA dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan domain sikap, pengetahan dan
keterampilan. Guru IPA juga harus mempunyai kemampuan interdisipliner IPA ditunjukkan
dalam keilmuan (pengetahuan). Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu (Integrated Science)
hendaknya menumbuhkan scientific skills yaitu keterampilan proses (science process skill),
keterampilan berpikir (thinking skill) yaitu berpikir kreatif dan berpikir kritis, serta bisa
menumbuhkan sikap ilmiah (scientific attitude) (Curriculum Development Centre Ministry
of Education Malaysia dalam Prasetyowati, 2014).
Aluko and Aluko dalam Prasetyowati (2014) mengungkapkan “Science is a dicipline
involves acquisition of content matter (knowledge) and the process of acquiring it is well as
inculcating certain values in the learner. Oleh karena itu guru Pendidikan IPA dari awal
hendaknya mengemas pembelajaran sehingga bisa tercipta scientific skill yaitu thinking skill,
science process skill dan scientific attitude (Wolfinger dalam Prasetyowati, 2014).
Pembelajaran IPA yang didasarkan pada standar isi akan membentuk siswa yang memiliki
bekal ilmu pengetahuan (have a body of knowledge), standar proses akan membentuk siswa
yang memiliki keterampilan ilmiah (scientific skills), keterampilan berpikir (thinking skills)
dan strategi berpikir (strategy of thinking); standar inkuiri ilmiah akan membentuk siswa yang
mampu berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking); standar asesmen
mengevaluasi sisw secara manusiawi artinya sesuai apa yang dialami siswa dalam
pembelajaran (authentic assessment). Penerapan standar-standar dalam pembelajaran IPA
khususnya empat standar tersebut akan memberikan soft skill berupa karakter siswa, untuk itu
sangat diperlukan pembelajaran IPA yang menerapkan standar-standar guna membangun
karakter siswa. Siswa yang berkarakter dapat dicirikan apabila siswa memiliki kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk
memahami lingkungan (Anna Poedjiadi dalam Prasetyowati, 2014)
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia (Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013). Salah satu masalah yang
dihadapi pada dunia pendidikan adalah kesenjangan antara proses kegiatan pembelajaran
dilapangan yaitu kurangnya kreatifitas dan kemampuan guru mengemas pembelajaran
sehingga berpengaruh pada pengetahuan dan kualitas yang dimiliki peserta didik dengan
tujuan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah.
Kurikulum 2013 saat ini diharapkan dapat menjadi wahana untuk melestarikan nilai-
nilai luhur bangsa sekaligus mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik seoptimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kini dan masa depan menjadi bangsa yang
mandiri, maju, adil, dan makmur seperti yang telah dicita-citakan dalam Rencana
Pembangunan jangka Panjang Nasional. Pelaksanaan kurikulum 2013 menuntut kemampuan
guru untuk melatih peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high
order thinking skill (HOTS) dimana siswa dituntut untuk menjadi siswa kritis, kreatif, dan
inovatif dalam mengeksplorasi pengalaman yang kompleks.
Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang
berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran Discovery Learning. Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang
mengacu pada situasi pembelajaran, upaya siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan
bimbingan yang sangat terbatas atau tanpa bimbingan sama sekali oleh guru (Nababan: 2019).
Dalam Discovery Learning siswa dituntut untuk mampu belajar mandiri, memanipulasi obyek,
melakukan eksperimen atau penyelidikan dengan siswa lain sebelum membuat generalisasi.
Dengan kata lain, Discovery Learning memberikan kesempatan secara luas kepada siswa untuk
mencari, menemukan, dan merumuskan konsep-konsep dari materi pembelajaran.
Metode Discovery Learning sangat cocok pada materi sistem pencernaan pada manusia
di kelas VIII dan materi kalor dan perpindahannya di kelas VII. Karena pada materi tersebut
peserta didik dapat melakukan beberapa percobaan untuk menemukan dan menarik kesimpulan
dari konsep materi tersebut.
B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan praktik ini adalah kegiatan pembelajaran IPA
pada materi sistem pencernaan manusia kelas VIII dan kalor dan perpindahannya kelas VII

C. Manfaat Kegiatan

Manfaat penulisan praktik tesbaik ini adalah meningkatkan kompetensi siswa dalam
pembelajaran IPA yang berorientasi HOTS.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan praktik baik penulis
dalam meerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS). Sasaran
pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas VII dan VIII semester 1 di SMP Negeri
....sebanyak ... orang.

B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi kelas VIII
untuk materi sistem pencernaan dan kelas VII untuk materi kalor dan perpindahannya.

Sistem Pencernaan (VIII)


Menganalisis sistem pencernaan pada manusia dan memahami gangguan yang
KD 3.5 berhubungan dengan sistem pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan sistem
pencernaan.

KD 4.5 Menyajikan hasil penyelidikan tentang pencernaan mekanis dan kimiawi.

Kalor (VII)
Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan
KD 3.4 penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga
kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.
Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan
KD 4.4
wujud benda serta perpindahan kalor.

C. Langkah Kegiatan
Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menerapkan
pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning (PBL).
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan
penulis.
1. Pemetaan KD
Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan pasangan KD yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran IPA pada semester yang sedang berjalan. Berdasarkan hasil telaah KD
yang telah dilakukan, penulis memilih materi sebagai berikut:
a. Sistem pencernaan pada manusia pasangan KD 3.5-4.5 untuk kelas VIII
b. Kalor dan perpindahannya pasangan KD 3.4-4.4 untuk kelas VII
2. Analisis Target Kompetensi
Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.

Sistem pencernaan pada manusia (VIII)


3.5.1 Menganalisis sistem pencernaan pada manusia
3.5.2 Memahami gangguan yang berhubungan dengan sistem pencernaan
serta upaya menjaga kesehatan pencernaan
4.5.1 Menyajikan hasil penyelidikan tentang pencernaan mekanis dan
kimiawi
Kalor dan perpindahannya (VII)
3.4.1 Menganalisis konsep suhu dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari
3.4.2 Menganalisis konsep pemuaian dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
3.4.3 Menganalisis konsep kalor dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
3.4.4 Menganalisis konsep perpindahan kalor dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
4.4.1 Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu
4.4.2 Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap
wujud benda
4.4.3 Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap serta
perpindahan kalor

3. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi


Berikut adalah indikator pencapaian kompetensi untuk setiap materi

Sistem pencernaan pada manusia (VIII)


IPK PENDUKUNG
3.5.1 Mengidentifikasi jenis-jenis zat 4.5.1 Melakukan penyelidikan
makanan yang dibutuhkan oleh manusia. tentang pencernaan mekanis dan
kimiawi.
3.5.2 Menjelaskan fungsi jenis-jenis 4.5.2 Membuat laporan hasil
zat makanan bagi manusia. penyelidikan tentang pencernaan
3.5.3 Mengidentifikasi kandungan zat mekanis dan kimiawi.
makanan pada makanan.
3.5.4 Mengidentifikasi organ-organ sistem
pencernaan pada manusia.
3.5.5 Menjelaskan proses pencernaan pada
manusia.
3.5.6 Menentukan fungsi organ-organ sistem
pencernaan pada proses pencernaan pada
manusia
IPK KUNCI
3.5.7 Menganalisis proses dan hasil 4.5.3 Mempresentasikan laporan
pencernaan secara mekanik pada manusia. hasil penyelidikan tentang
3.5.8 Menganalisis proses dan hasil pencernaan mekanis dan kimiawi.
pencernaan secara kimiawi pada manusia
3.5.9 Menjelaskan gangguan yang
berhubungan dengan sistem pencernaan
manusia.
3.5.10 Menjelaskan upaya dalam memelihara
kesehatan sistem pencernaan manusia.
IPK PENGAYAAN
3.5.11 Menyimpulkan keberkaitan antara
struktur pencernaan makanan dan kebutuhan
tekstur makanan untuk usia yang berbeda.
Kalor dan perpindahannya (VII)
IPK PENDUKUNG
3.4.1 Mendeskripsikan konsep kalor 4.4.1 Menerapkan konsep kalor
dalam kehidupan sehari-hari
3.4.2 Mendeskripsikan hubungan kalor
dengan perubahan wujud
3.4.3 Menentukan macam-macam
perpindahan kalor
3.4.4 Membedakan perpindahan kalor secara
konduksi, konveksi, dan radiasi
IPK KUNCI

3.4.5 Menganalisis azaz black dan 4.4.2 Melakukan percobaan untuk


penerapannya dalam kehidupan sehari-hari menyelidiki pengaruh kalor
terhadap wujud benda
3.4.6 Menganalisis pengaruh kalor terhadap 4.4.3 Melakukan percobaan untuk
perubahan wujud zat menyelidiki pengaruh kalor
3.4.7 Menganalisis konsep perpindahan kalor terhadap perpindahan kalor
IPK PENGAYAAN

3.4.8 Menganalisis konsep kalor dan


penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

4. Pemilihan Model Pembelajaran


Model pembelajaran yang dipilih adalah Discovery Learning.
5. Merencanakan kegiatan Pembelajaran sesuai dengan Model Pembelajaran
Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak Discovery Learning.
Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
model Discovery Learning:
a. kelas VIII (sistem pencernaan pada manusia)
Sintak Model Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Pemberian rangsangan 1.
(Stimulation)
Pernyataan/Identifikasi
masalah (Problem
Statement)
Pengumpulan data
(Data Collection)
Pengolahan data (Data
Processing)
Pembuktian
(Verification)
Menarik simpulan
/generalisasi
(Generalization)

b. Kelas VII (kalor dan perpindahannya)


Sintak Model Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Pemberian rangsangan 2.
(Stimulation)
Pernyataan/Identifikasi
masalah (Problem
Statement)
Pengumpulan data
(Data Collection)
Pengolahan data (Data
Processing)
Pembuktian
(Verification)
Menarik simpulan
/generalisasi
(Generalization)

6. Penyusunan Perangkat Pembelajaran


Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 5 di atas kemudian disusun perangkat
pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKS, dan instrumen penilaian. RPP disusun
dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan
kecakapan abad 21.
D. Media dan Instrumen Penilaian
1. Media
Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah:
a. Sistem pencernaan pada manusia (VIII)
1)
2)
3) Lembar kerja siswa (LKS) uji makanan.
b. Kalor dan perpindahannya (VII)
1)
2)
3) Lembar kerja siswa (LKS) perpindahan kalor.
2. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam praktik terbaik ini ada 2 macam yaitu:
a. Instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi
b. Instrumen untuk melihat hasil belajar siswa meliputi:
1) Tes tulis pilihan ganda
2) Uraian singkat.
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
Praktik baik ini dilaksanakan pada tanggal ... sampai ... tahun 2019 bertempat di kelas
VII dan kelas VIII SMP Negeri .....
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Hasil
Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran IPA yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
Discovery Learning berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan
dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas
pembelajaran yang dirancang sesuai sintak Discovery Learning mengharuskan siswa
aktif selama proses pembelajaran.
2. Pembelajaran IPA yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Discovery
Learning meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge.
Pada materi sistem pencernaan pada manusia kelas VIII, setelah mengamati gambar
berbagai bahan makanan dan membaca literatur dari beberapa sumber belajar kemudian
melakukan percobaan uji makanan, siswa tidak hanya mampu mengidentifikasi
kandungan zat pada makakan, tetapi juga mampu menganalisis manfaatnya bagi tubuh
manusia serta berbagai sumber makanan yang ada di lingkungan sekitar. Pemahaman
ini dapat menjadi pengantar bagi siswa untuk memahami cara menjaga kesehatan tubuh
yang bersumber dari bahan makanan sehari-hari.
Pada materi kalor dan perpindahannya kelas VII, setelah peserta didik ……..

3. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning meningkatkan kemampuan siswa


untuk berpikir kritis.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan menanggapi topik
yang dibahas dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan
penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa
cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan
guru. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesikan soal yang disajikan;
kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang
selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang
materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasa), membuat siswa cenderung
menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa yang diajarkan oleh
guru.
Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran IPA berorientasi HOTS dengan
menerapkan Discovery Learning, Dalam pembelajaran ini pemahaman siswa tentang
sistem pencernaan pada manusia kelas VIII dan kalor dan perpindahannya kelas VII
benar-benar dibangun oleh siswa melalui percobaan dan diskusi yang menuntut
kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
4. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning juga meningkatkan kemampuan
siswa dalam menemukan cara pemecahan masalah (Discovery Learning).
Pada pembelajaran sistem pencernaan kelas VIII, yang diterapkan dengan menyajikan
beberapa gambar bahan makanan dan permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan
penyakit kekurangan gizi mampu mendorong siswa merumuskan pemecahan masalah.
Kemudian peserta didik melakukan percobaan uji kandungan zat makanan. Setelah itu
peserta didik mengolah data yang diperoleh kemudian melakukan verifikasi data
dengan cara berdiskusi dan membaca literatur yang relevan untuk menarik kesimpulan.
Pada pembelajaran kalor dan perpindahannya kelas VII, peserta didik ……
Setelah melakukan percobaan pada setiap materi, peserta didik menyajikan hasil
diskusi kelompoknya ke depan kelas.

B. Masalah yang Dihadapi


Masalah yang dihadapi terutama adalah siswa belum terbiasa siswa belajar dengan
model Discovery Learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu
mengguakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan
(penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.

C. Cara Mengatasi Masalah


Agar siswa yakin bahwa pembelajaran IPA dengan Discovery Learning dapat
membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas
tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan
pentingnya HOTS ajkan membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu,
kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat siswa mau
belajar dengan HOTS.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Discovery Learning layak dijadikan
praktik baik pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan
siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan
cermat, pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Discovery Learning yang
dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK,
literasi, dan kecakapan abad 21.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran IPA dengan model pembelajaran
Discovery Learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku
guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi
pembelajaran IPA yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi dan
kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar,
tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu
siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah
lupa).
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan
pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana
dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan
praktik baik ini aka menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyowati, Rita. 2014. Makalah PPM “Pembelajaran IPA SMP Menurut Kurikulum 2013”.
UNY

Nababan, Jonter. 2019. Model Pembelajaran Discovery Learning. Online:


(https://www.jontarnababan.com/2019/08/model-pembelajaran-discovery-
learning.html. Diunduh 13 Oktober 2019 jam 11.00 WIB)

Kemendikbud. 2013. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur


Kurikulum SMP/MI. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto-foto kegiatan


Lampiran 2 : RPP
Lampiran 3 : Bahan Ajar
Lampiran 4 : LKS
Lampiran 5 : Kisi-kisi soal piliha ganda dan uraia
Lampiran 6 : Soal, kunci, dan pedoman penyekoran
Lampiran 7 : Lembar observasi proses pembelajaran
Lampiran 8 : Kuesioner motivasi belajar siswa
R-9 Rubrik Laporan Best Practise
Rubrik ini digunakan fasilitator untuk menilai hasil refleksi dari peserta.

A. Langkah-langkah penilaian hasil kajian:


1. Cermati tugas yang diberikan kepada peserta pembekalan pada LK-9!
2. Berikan nilai pada hasil kajian berdasarkan penilaian anda terhadap hasil kerja peserta
sesuai rubrik berikut!

B. Kegiatan Praktik
1. Memuat Lembar Judul
2. Memuat Halaman Pengesahan yang ditanda tangani Kepala Sekolah
3. Memuat Biodata Penulis dengan lengkap
4. Memuat Kata Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Lampiran
5. Menguraikan Latar Belakang Masalah dari kesenjangan harapan dengan kenyataan yang
ada dengan jelas
6. Menguraikan jenis dan manfaat kegiatan dengan jelas
7. Memuat tujuan dan sasaran, Bahan/Materi Kegiatan, Metode/Cara Melaksanakan
Kegiatan, Alat/Instrumen, Waktu dan Tenpat Kegiatan dengan jelas
8. Menguraikan hasil kegiatan dengan penjelasan hasil yang diperoleh, masalah yang
dihadapi dan cara mengatasi masalah tersebut dengan jelas
9. Memuat simpulan dan rekomendasi yang relevan
10. Memuat daftar pustaka sesuai materi yang dituangkan
11. Memuat lampiran yang dilengkapi dokumentasi, instrumen dan hasil pembelajaran
Rubrik Penilaian:
Nilai Rubrik

90  nilai  100 Sebelas aspek sesuai dengan kriteria


80  nilai  90 Sembilan aspek sesuai dengan kriteria, dua aspek kurang sesuai
70  nilai  80 Tujuh sesuai dengan kriteria, empat aspek kurang sesuai
60  nilai  70 Lima sesuai dengan kriteria, enam aspek kurang sesuai
<60 Empat aspek sesuai dengan kriteria, tujuh aspek kurang sesuai

Anda mungkin juga menyukai