Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL RIVIEW

SEJARAH BUSANA

NAMA : NEWITA SIRAIT


KELAS : TATA BUSANA C
NIM : 5213343029
MATA KULIAH : SEJARAH BUSANA

DOSEN PENGAMPU : DRA. NURHAYATI TANJUNG, M.PD

S1 PENDIDIKAN TATA BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberkati saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas CJR (Critical Journal Report)
ini dengan baik dan tepat waktu. Critical Journal Report (CJR) ini saya buat untuk
memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa untuk memahami tentang Sejarah Busana.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dra. Nurhayati Tanjung, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Sejarah Busana yang telah membimbing dan mengajarkan saya
agar dapat memahami pembelajaran tentang Sejarah Busana.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Critical Journal Report (CJR) ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu jika ada kekurangan dalam Critical Journal
Report (CJR) ini saya mohon maaf. Semoga nantinya dapat menjadi pembelajaran untuk
saya.
Sekian dan Terimakasih.

Sabtu, 14 Mei 2022

Newita Sirait
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. RASIONALISASI PENTINGNYA CJR................................................................ 1
B. TUJUAN CJR ......................................................................................................... 1
C. MANFAAT CJR ..................................................................................................... 1
D. IDENTITAS JURNAL ........................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL


A. RINGKASAN ISI JURNAL UTAMA ................................................................... 3
B. RINGKASAN ISI JURNAL PEMBANDING ....................................................... 7

BAB III PENILAIAN ISI JURNAL


A. JURNAL UTAMA ........................................................................................... 12
B. JURNAL PEMBANDING ............................................................................... 12

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 13
B. SARAN ................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI PENTINGNYA CRITICAL JOURNAL RIVIEW

Critical journal review merupakan salah satu referensi ilmu yang bermanfaat untuk
menambah wawasan penulis maupun pembaca untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu jurnal. Selain itu Critical Journal Review juga melatih kemampuan
membaca dan berpikir mahasiswa agar dapat berpikir secara logis, sistematis, dan juga
kritis.

B. TUJUAN CRITICAL JURNAL RIVIEW


1. Penyelesaikan tugas mata kuliah sejarah busana,
2. Menambah pengetahuan mengenai sejarah busana Kalimantan Timur,
3. Meningkatkan kemampuan membaca serta berpikir kritis dan sistematis,
4. Menguatkan pemahaman mahasiswa dalam memahami materi mata kuliah sejarah
busana,
5. Meringkas isi jurnal,
6. Melatih mahasiswa lebih kritis dan berani dalam menganalisis isi jurnal,
7. Untuk melatih mahasiswa merumuskan definisi konseptual berdasarkan teori-teori
dan metode keberhasilan tekstil yang berkembang dalam Jurnal yang direview.

C. MANFAAT CRITICAL JURNAL RIVEW


1. Menambah wawasan manusia dalam menulis karya ilmiah yang baik dan benar,
2. Menambah wawasan mengenai mata kuliah sejarah busana,
3. Meningkatkan kemampuan dalam berpikir logis, sistematis dan kritis.
D. IDENTITAS JURNAL

IDENTITAS JURNAL UTAMA

1. Judul Artikel : Kajian Semiotik Motif Pakaian Adat Dayak Kenyah Di

Desa Pampang Samarinda Kalimantan Timur


2. Penulis : Herlinda Marlina
3. Nama Journal : Jurnal Seni Rupa Dan Desain
4. Penerbit : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Nomor ISSN :-
7. Volume : 22, Nomor 1

IDENTITAS JURNAL PEMBANDING

1. Judul Artikel : Pesan Heroik Pada Foto Tari Perang Suku Dayak Kayan

Uma‟ Lekan Di Desa Miau Baru Kalimantan Timur


2. Penulis : Lasmini, Sugandi, Kadek Dristiana Dwivayani
3. Nama Journa l : Jurnal Ilmu Komunikasi
4. Penerbit : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman
5. Kota terbit : Kalimantan Timur
6. Nomor ISSN : 2502-5961
7. Volume : Volume 7, Nomor 1
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

A. JURNAL UTAMA
I. ABSTRACK
Terdapat tiga motif utama dalam pakaian adat suku Dayak Kenyah yaitu, motif
binatang (naga, enggang, harimau, dan aso), motif tumbuhan, dan motif manusia. Beberapa
motif memiliki kaidah tertentu dalam penggunaannya di kalangan masyarakat suku Dayak
Kenyah yang berkaitan dengan status sosial masyarakat suku Dayak Kenyah. Masyarakat
suku Dayak Kenyah meyakini hubungan timbal balik yang baik antara manusia dengan
alam sekitarnya akan membawa manfaat bagi generasi manusia kini dan di masa
mendatang. Motif dari pakaian adat suku Dayak Kenyah mengandung nilai idealis
mengenai cara hidup yang dianut oleh masyarakat suku Dayak Kenyah.

II. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam keunikan yang tidak banyak
dimiliki oleh negara lain di dunia. Salah satu keunikan termasyhur yang disandang oleh
Indonesia adalah keanekaragaman suku bangsa yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia
yaitu keanekaragaman motif hias yang dihasilkan dari suku bangsa yang tersebar di seluruh
penjuru tanah air. Motif pada pakaian adat memiliki menjadi identitas kultural yang tidak
bisa dilepaskan begitu saja dari masyarakat. Perbedaan busana daerah masing-masing
mempunyai adat istiadat, kebiasaan, cara hidup yang bisa berbeda di antara yang satu dan
yang lainnya, dan lingkungan sosial budaya yang berbeda. Salah satunya adalah pakaian
adat yang dikenakan oleh masyarakat dari suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.
Motif dalam pakaian adat suku Dayak Kenyah juga dikenal dengan perwujudannya
yang begitu kuat dengan unsur dekoratif yang meriah dengan penekanan warna yang
terlihat sangat kontras. Selain itu unsur dasar motif yang menggunakan warna kuning
terang dengan dasar latar belakang kain bewarna hitam serta penggambaran motif yang
didominasi kuat oleh gaya organis serta berukuran lumayan besar menjadi salah satu
indikator umum yang menunjukkan bahwa motif tersebut merupakan motif dengan gaya
suku Dayak Kenyah.

III. RUMUSAN MASALAH


1. Nilai simbolik apa saja yang terkandung pada motif pakaian adat suku Dayak
Kenyah di Kalimantan Timur?
2. Bagaimana peran motif tersebut dalam tata kehidupan masyarakat Dayak
Kenyah?

IV. LANDASAN TEORI

SEMIOTIKA
Semiotika berasal dari kata Yunani „semeion‟ atau tanda, kerap diartikan sebagai
ilmu tanda. Dalam konteks lain, semiotika juga kerap dipadankan dengan semiotik,
semantik, semasiology, semiology, sememics, dan semics. Semiotika Modern mempunyai
dua orang bapak: yang satu Charles Sanders Peirce , yang lain Ferdinand de Saussure ,
mereka tidaklah saling mengenal . Analisis mengenai fungsi tanda dikenal dengan sintaks-
semiotik.

V. METODE PENELITIAN
Metode analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam suatu kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesis, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang
lain. (Saebani, 2008).
Sesuai dengan data-data yang didapatkan baik dari sumber literatur, wawancara,
observasi, maupun dokumentasi gambar yang berhasil dikumpulkan akan dianalisis dengan
teori yang telah dijabarkan sebelumnya. Informasi yang didapat akan dianalisis secara
deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara
terus menerus sampai data terisi penuh.

VI. PEMBAHASAN

Motif pakaian adat suku Dayak Kenyah sebagai bagian dari warisan budaya
turuntemurun memang tidak memiliki catatan secara terperinci mengenai kapan sebenarnya
asal-mula motif ini hadir di tengah masyarakat suku Dayak Kenyah selain kisah yang
diturunkan dari para pendahulu. Sebagaimana yang diketahui dalam teori mengenai asal-
mula suku Dayak Kenyah, dikatakan berasal dari bangsa proto melayu, dari provinsi
Yunnan di Cina Selatan yang melakukan migrasi ke pulau-pulau di Indonesia termasuk
Kalimantan pada abad 114 Sebelum Masehi (SM). Kemudian ciri dari motif suku Dayak
Kenyah biasanya didominasi dengan stilisasi irama garis melengkung pada setiap objek
yang digubah menjadi motif.
Pada umumnya motif pada pakaian adat suku Dayak Kenyah memiliki komposisi
utama berupa pola yang simetri dengan dominasi irama garis lengkung dan warna-warni
dengan kontras yang kuat antara satu dengan lainnya. Gaya bentuk figuratif menjadi gaya
utama yang dominan dalam perwujudan motif pakaian adat suku Dayak Kenyah.
Setiap warna memiliki arti dan keistimewaannya tersendiri, dimana ada sebuah
pesan yang tersirat dibaliknya. Putih yang menjadi wujud dari kesucian dan keyakinan
terhadap sang pencipta. Merah sebagai warna yang menggambarkan semangat hidup yang
menyala, serta biru yang harapan akan sumber kekuatan yang tidak pernah habis.

NAGA
Penggunaan motif naga diharapkan akan memberikan kemakmuran dan
perlindungan bagi kaum paren yang mengenakannya. Sistem penggunaan motif naga yang
hanya boleh digunakan kaum paren ini sistem yang berlaku di masa kekaisaran Cina
lampau dimana naga merupakan motif istimewa yang hanya berhak digunakan oleh kaisar
dan keluarganya.
GAMBAR HARIMAU
Pemakaian motif harimau pada golongan tertentu seperti dalam suku Dayak adalah
untuk menghadirkan mitos tertentu pada aspek sosial masyarakat. Karena jika ditelusuri,
secara konotasi harimau sering dikaitkan dengan beberapa nilai, seperti kepemimpinan,
keberanian, dan kekuatan.

GAMBAR BURUNG ENGGANG


Sifat burung enggang dijadikan filosofi hidup oleh suku Dayak Kenyah, dimana
walaupun burung enggang memiliki tubuh yang besar, paruh dan bulu yang indah, namun
terdapat jiwa pemberani, pekerja keras, rendah hati,dan setia. Itulah mengapa pada setiap
ujung atas atap rumah lamin sering dihiasi dengan ornamen burung enggang yang lagi
bertengger.

GAMBAR ASO
Dari keempat motif binatang, aso merupakan adalah satu-satunya motif yang asli
merupakan hewan imajinasi dari masyarakat Dayak.

GAMBAR TUMBUHAN
Motif tumbuhan yang terdapat pada suku Dayak Kenyah memiliki bentuk dasar
yaitu garis lengkung yang ujungnya membentuk spiral. Mirip dengan tanaman pakis (paku)
yang sering ditemukan di hutan-hutan Kalimantan dan dimasak menjadi hidangan sayuran
oleh masyarakat Kalimantan.

GAMBAR MANUSIA
Motif manusia (kelunan) sebagai hiasan dalam pakaian adat suku Dayak Kenyah
biasanya digambarkan dengan bentuk yang didistorsi ataupun distilisasi.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dipaparkan pada pembahasan
mengenai kajian semiotik ragam hias masyarakat Dayak Kenyah di Desa Pampang,
Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu, Motif binatang menjadi tiga macam yaitu, motif naga
simbolisasi dunia bawah yang membawa kesuburan dan kemakmuran, motif burung
enggang sebagai simbol dunia atas dan filosofi sikap rendah hati dan kesetiaan terhadap
keluarga, motif harimau sebagai simbol kekuatan, keberanian, kepemimpinan dan
perlindungan dari pengaruh buruk kekuatan luar, dan yang terakhir motif anjing berkepala
naga yang dimaknai sebagai simbolisasi sikap setia kawan dan patuh pada ketetapan-
ketetapan adat. Motif tumbuhan terdiri motif kawang yang mengambil bentuk buah pohon
tengkawang sebagai simbolisasi harapan tanah Kalimantan yang senantiasa terjaga
kesuburannya, serta motif pilin.

B. RINGKASAN ISI JURNAL PEMBANDING


I. ABSTRACK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pesan heroik pada foto Tari
Perang Suku Dayak Kayan Uma‟ Lekan di Desa Miau Kalimantan Timur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, pesan heroik pada foto tari perang Suku Dayak Kayan Uma‟ Lekan di
Desa Miau Kalimantan Timur terdapat pada 4 atribut yaitu: Beluko, Besunung, Kelempit
dan Malat. Dari 4 atribut ini, menyampaikan pesan heroisme menurut suku Dayak Kayan,
bahwa pahlawan adalah seorang pria Dayak yang gesit lincah, dan gagah perkasa dalam
berperang.

II. PENDAHULUAN
Suku Dayak sejak awal peradabannya dikenal sebagai suku yang memiliki kekayaan
budaya dan kearifan lokal yang tetap terjaga sampai sekarang. Kekayaan budaya dan
kearifan lokal itu tergambar dari jumlah sub suku Dayak yang mencapai 450 sub suku yang
tersebar terutama di pulau Kalimantan baik di wilayah Indonesia maupun negara tetangga
Malaysia.
Sepulang dari perang yang telah dimenangkan, mereka akan di sambut dengan
ritual-ritual adat yang kemudian diselingi oleh tarian-tarian yang termasuk salah satu
bagian dari ritual adat. Tarian yang digunakan dalam merayakan kemenangan mereka
disebut Hifan Kebitang atau Tari Perang. Tari ini bercerita tentang seorang pahlawan suku
Dayak Kayan yang sedang berperang melawan musuh.

Dengan melihat permasalahan yang ada, maka timbul ide untuk mengadakan
penelitian dengan judul: “Pesan heroik pada foto Tari Perang Suku Dayak Kayan Uma‟
Lekan di Desa Miau Kalimantan Timur”.

III. KERANGKA DASAR TEORI

Pesan Heroik/Heroisme
Pesan Heroik/Heroisme adalah suatu komponen dalam proses komunikasi yang
dikirimkan secara langsung dari pengirim ke penerima, panduan dari pikiran dan perasaan
seseorang dengan menggunakan bahasa atau lambanglambang lainnya disampaikan kepada
orang lain, yang digambarkan karena keberanian dan pengorbanan seseorang dalam
membela kebenaran, pejuang gagah yang gagah berani bersifat pahlawan.

Atribut Tari
Sifat yang menjadi ciri khas dalam atribut Tari Perang pada suku Dayak Kayan
Uma‟Lekan berupa:
1. Mandau (malat)
2. Topi (beluko)
3. Perisai (kelembit)

Filosofi Baju Dayak


Baju Tari Perang suku Dayak, mempunyai makna tersendiri yang melambangkan
kekuatan, keberanian, keperkasaan, kewibawaan dan kesederhanaan. Baju adat suku Dayak
juga bermakna keberanian dan kekokohan pribadi pemimpin yang dalam kepemimpinannya
mengutamakan kedamaian dan menjunjung tinggi nilai kesatuan dan keharmonisan bagi
rakyatnya. Baju adat Dayak mengandung filosofi keperkasaan, keberanian, dan tanggung
jawab serta tanggung dalam berperang untuk melindungi sukunya dari ancaman musuh.
Baju adat laki-laki suku Dayak dilengkapi oleh perisai dan mandau, untuk wanita di suku
Dayak memakai aksesoris berupa ta‟a. Ta‟a sendiri adalah sebutan untuk ikatan kepala khas
suku Dayak yang dibuat dari anyaman rotan atau daun pandan dan dihiasi oleh bulu
enggang.

Tari Perang/Hifan Kebitang


Dalam tarian ini, penari menggunakan pakaian tradisional suku Dayak Kayan
dilengkapi dengan peralatan perang seperti Mandau, perisai dan baju perang. Pakaian
tradisional Dayak Kayan terdiri dari: besunung, baju yang terbuat dari kulit
domba/kambing; beluko, topi dengan hiasan bulu-bulu burung enggang; belavit (lapisan
baju belakang), kelempit (perisai), malat (pedang) atau Mandau (parang). Tari Perang ini
diiringi dengan instrumental dan hanya menggunakan alat musik petik sejenis gitar yang
disebut sampeq.

Kebudayaan
Kebudayaan adalah sebuah sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan
diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui manusia berkomunikasi, mengekalkan
dan mengembangkan pengetahuan tentang kehidupan ini dan bersikap terhadap dunia ini.
Titik sentral rumusan kebudayaan Geertz terletak pada simbol, bagaimana manusia
berkomunikasi lewat simbol.

IV. METODE PENELITIAN


Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelititan
deskriptif kualitatif yaitu suatu cara dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan berupa
katakata tertulis atau lisan dan bukan dari hipotesis-hipotesis yang diukur dengan kata-kata.

Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Representament/Sign (tanda) yang terdapat pada foto tersebut.
2. Object (sesuatu yang dirujuk) yang mencakup: ikon, indeks, dan simbol.
3. Interpretant (“hasil” hubungan Representament dengan Object) yang mencakup:
rhema, decisign, dan argument.

Tehnik Pengumpulan
Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah Teknik
Analisis Semiotika dimana peneliti melakukan kajian semiotika melalui teori yang
dikemukakan oleh C.S. Pierce. Dengan penggunaan teori yang dikemukakan Pierce,
peneliti dapat melakukan analisis pesan heroik atribut Tari Perang melalui segitiga triadic
dimana dipaparkan dengan sangat deskriptif mengenai arti dan makna tanda-tanda yang
terdapat pada atribut.

V. HASIL PENELITIAN
Tari perang merupakan gambaran cara berperang para leluhurnya dan hanya
dilakukan oleh laki-laki, orang tua dan pemuda, jumlah penarinya adalah 10-12 orang.
Tarian perang dimulai dengan cerita jaman kegelapan dan penyembahan berhala yang
dianut warga Dayak pada masa lampau, dilanjutkan dengan perang antar suku yang sering
terjadi dalam kehidupan masyarakat Dayak pada masa lampau mengandalkan kekuatan
kegelapan dukun-dukun. Suku dayak Kayan memiliki tarian yang bertemakan perang.
Tarian ini dikenal dengan tarian Hifan Kabitang. Tari perang merupakan tarian tradisional
suku dayak yang menceritakan tentang seorang pahlawan dayak kenyah yang sedang
berperang melawan musuh. Dalam masyarakat Dayak Kayan, tarian dilaksanakan selalu
dalam konteks ritual dan seremonial. Tarian dayak banyak berhubungan dengan alam
sekitar termasuk pakaian dan bahan-bahan (aksesoris) lain yang digunakan menarik. Tarian
dayak banyak di ilhami oleh gerak-gerik binatang seperti burung enggang (Hornbill). Para
penari menggunakan hiasan yang berasal dari bulu-bulu atau kepala burung. Burung
enggang adalah salah satu binatang yang dipuja oleh orang dayak karena dinilai sebagai
lambang dan simbol dari kegagahan, kejayaan dan persatuan.
VI. KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan terhadap masalah penelitian, dapat disimpulkan


bahwa pesan heroik pada foto tari perang Suku Dayak Kayan Uma‟ Lekan di Desa Miau
Baru Kalimantan Timur terdapat pada 4 atribut yaitu: Beluko, Besunung, Kelempit dan
Malat. Dari 4 atribut ini, menyampaikan pesan heroisme menurut suku Dayak Kayan,
bahwa pahlawan adalah seorang pria Dayak yang gesit lincah, dan gagah perkasa dalam
berperang. Pria yang mampu membawa pulang kepala musuh dalam berperang. Seseorang
yang rela mengorbankan dirinya untuk kepentingan kelompoknya dan seseorang yang
menang dalam berperang melawan musuh.
BAB III
PENILAIAN ISI JURNAL

A. JURNAL UTAMA
Pada isi jurnal utama ini, bersisikan tentang kajian motif yang terdapat pada pakaian
baju adat suku Dayak Kenya Kalimantan Timur. Dalam pembahasan yang dipaparkan oleh
peneliti, pembaca akan mengetahui sejharah perkembangan motif-motif yang terdapat pada
pakaian adat suku Dayak Kenya, Kalimantan Timur. Peneliti memberikan penjelasan yang
mudah dipahami untuk para pembaca dan isinya yang tidak terlalu panjang, sehingga para
pembaca tidak cepat merasa jenuh ketika membaca jurnal tersebut, apalagi penjelasan yang
diberikan dilengkapi dengan penjelsan yang akurat dan disertakan dengan beberapa
gambar. Akan tetapi pada susunan paragraf pada jurnal ini masih kurang rapih, sehingga
sedikit menyulitkan para pembaca dalam membaca jurnal ini. Selain itu isi dan pembahasan
terlalu panjang sehingga membuat para pembaca memiliki rasa ambigu untuk memahami
seluruh pesan tersurat maupun tersirat dalam artikel tersebut. Kekurangan pada jurnal ini
juga terfokus kepada penomoran atau nomor ISSN yang tidak terdapat dalam jurnal serta
edisi terbit jurnal pada saat kapan.

B. JURNAL PEMBANDING
Dalam isi dari jurnal kedua ini, isinya membahas tentang pesan heroik yang terdapat
dalam foto tarian perang suku Dayak Kalimantan Timur. Dalam jurnal ini, penulis
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua orang dan menggunakan kata
kata yang sangat sederhana sehinga akan memudahkan pembaca untuk lebih memahami isi
dari jurnal ini. Namun disamping kelebihan dari jurnal ini, kelemahan yang terdapat pada
jurnal ini yaitu, Penulis tidak menjelaskan secara terperinci tentang pembuatan apa saja
yang tersurat didalam arti foto tarian perang tersebut, dan tidak mencantumkan foto yang
dimaksud dalam artikel. Serta isi dari artikel terlalu panjang dan fukus tujuannya tidak
terlihat dengan jelas karena membahasa banyak sekali topik bahasan selain tujuan utama
pembuatan artikel.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berbagai ragam bentuk dan makna berbeda yang terkandung dalam bentuk baju
adat dan tiap motif pakaian adat suku Dayak di Kalimantan Timur secara semiotik
mengandung dua tahap pemaknaan yang sangat mendalam dan memiliki nilia adat istiadat
yang tinggi dan berbeda debgan etnik lainnya. Suku Dayak merupakan representasi alam
yang memberikan pengaruh kekuatan-kekuatan tersendiri dalam kehidupan masyarakat
suku Dayak Kenyah. Dalam pemaknaan yang terkandung pada motif pakaian adat serta
bentuk busana suku Dayak biasanya mewakili nilai filosofis yang diterapkan oleh
masyarakat suku Dayak untuk dapat hidup selaras dengan alam (hutan) sehingga kehidupan
akan senantiasa diwarnai dengan perasaan damai, nyaman, dan sejahtera hingga generasi-
generasi selanjutnya.

B. SARAN

Sebagai generasi muda yang berkembang dan berpengaruh pada teknologi yang
tidak ada hentinya, generasi muda harus selalu melestarikan keberagaman budaya suku adat
daerah yang menjadi ciri khas dan pedoman hidup bangsa. Pemuda saat ini harus benar-
benar ingat akan jati dirinya, asal suku atau etnik dirinya berasal walaupun saat ini banyak
sekali perkembangan dan perubahan akan budaya yang ada dimasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Marlina, Herlinda. 2019. “Kajian Semiotik Motif Pakaian Adat Dayak Kenyah Di Desa
Pampang Samarinda Kalimantan Timur” dalam Jurnal Seni Rupa Dan Desain Vol, 22
Nomor 11 (halaman 45 – 56). Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai