Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL JOUNAL REPORT

BUKU: PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI


OLEH: DRS.SUKARNA

DOSEN PENGAMPU

Dra.Dilinar Adlin,M.Pd.
Disusun oleh :
ANGELITA S.W SIMARMATA(2193141001)
SRI AMELIA(2193141004)
FITRIANI SIAGIAN(2192141004)
BUNGA GRASIA (2193141008)
DEWI PEBRIANI(2193341004)
SEJAHTRA EMIA BR MANALU(2192441003)

KELAS A
JURUSAN SENDRATASIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan pada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
yang memberikan kesehatan dan hikmah kepada saya sehingga tugas Review Jurnal untuk mata
kuliah ilmu sosial dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Saya telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugas ini.
Namun, saya menyadari masih banyak kelemahan dari Review Jurnal saya ini, baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan laporan saya.

Medan, Desember 2019

Tim Penulis

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Rasionalisasi pentingnya CJR....................................................... 1


1.1.1 Tujuan penulisan CJR ................................... 1
1.1.2 Manfaat penulis CJR ...................................... 1
1.1.3 Identitas artikel dan jurnal yang di reviewer.... 2

BAB II Ringkasan Isi Artikel................................................................... 3

2.1 PENDAHULUAN.................................................................... 3
2.2 Deskripsi Isi Artikel................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN/ ANALISIS..................................................... 6

3.1 Pembahasan isi jurnal......................................................... 6

3.2 Kelebihan dan kekurangan isi artikel CJR........................... 6

3.2.1 Kelebihan .................................................... 6


3.2.2 Kekurangan................................................. 6
BAB IV PENUTUP.................................................................................. 7
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 7
4.2 Saran ............................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.2 Rasionalisasi pentingnya CJR

1.1.1 Tujuan penulisan CJR

Agar pembaca dapat memahami jurnal dengan lebih mudah di pahami karena reviewer
telah merinci kan jurnal dengan poin-poin penting.

1.1.2 Manfaat penulis CJR

Agar reviewer dapat meneliti lebih lanjut dan tugas CJR membantu reviewer
mengerjakan penelitian yang nantinya bekal untuk membuat skripsi.

1.1.3 Identitas artikel dan jurnal yang di reviewer

JUDUL : Pengetahuan Kearifan Lokal dalam Bercocok Tanam


(Nuan-Nuan) Suku Karo di Desa Keling Kecamatan
Merdeka Kabupaten Karo
JURNAL : Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya

DOWNLOAD : http://jurnal.unimed.ac.id/2012/inder.php/anthropos

VOLUME : 3 no. 1

HALAMAN : 19-24

NO. ISSN : 2460-4585

TAHUN : 2017

TANGGAL : Desember 2019


BAB II

RINGKASAN ISI ARTIKEL

2.3 PENDAHULUAN

Manusia memiliki unsur-unsur kebudayaan termasuk pengetahuan yang menjadi


kekhasan masyarakat tertentu. Pengetahuan tersebut termasuk salah satu bagian yang menjadi
budaya dan hasil karya, cipta dan karsa dalam menjalani kehidupannya. Budaya menurut
Koentjaraningrat (1990:203) tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada setiap suku
bangsa dapat dirangkum dalam isi pokok dari tiap kebudayaan menjadi tujuh bagian yaitu
bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Dalam kajian ini difokuskan tentang kebudayaan
dalam sistem pengetahuan dan sistem mata pencaharian. Sistem pengetahuan yang menjadi
fokusnya adalah sistem pengetahuan yang terdapat didalam bidang bercocok tanam yang
sekaligus menjadi sistem mata pencaharian bagi masyarakat setempat.
Maka pada jurnal ini membahas tentang bagaiman tradisi yang diwariskan oleh leluhur
pada satu suku yaitu karo tentang bagaimana cara bertani yang baik tanpa ada pengetahuan dan
sosialisasi dari pemerintah. Tradisi dan pengetahuan ini bernama nuan-nuan. Seperti yang
diketahui bahwa tanah karo ini sangat kaya dan dipenuhi dengan tanah yang subur. Jadi tak
mengherankan bahwa tanah karo menjadi pusat pertanian. Seperti yang diketahui juga tanah karo
memiliki suhu yang sangat cocok untuk pertumbuhan sayur-mayur beserta buah-buahan. Untuk
itu, karena kondisi tanah mendorong maka dimanfaatkan untuk lahan pertanian.

2.4 Deskripsi Isi Artikel


Pengetahuan bercocok tanam (nuan-nuan) memiliki nilai-nilai kearifan lokal untuk
dikembangkan sehingga bisa menjadi sebuah identitas suku Karo dan dapat dijadikan sebagai
pengetahuan baru yang dapat digunakan didalam kegiatan bercocok tanam yang dilakukan oleh
masyarakat luas diluar suku Karo dapat dipopulerkan di tingkat nasional maupun internasional,
bahwa pengetahuan bercocok tanam (nuan-nuan) memiliki nilai pengetahuan yang sangat
bermanfaat untuk kehidupan manusia sehari-hari kedepannya. Desa Keling Kecamatan Merdeka
adalah salah satu desa yang ada di daerah Brastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Sebagian
besar penduduk di desa ini adalah masyarakat bersuku Karo. Desa ini terletak di kaki gunung
Sinabung. Penduduk di desa ini berjumlah 1894 jiwa. Dan memiliki berbagai jenis mata
pencaharian. Dan sebagaian besar masyarakatnya mata pencahariannya sebagai Rendahnya
tingkat perekonomian mereka menyebabkan mereka harus mampu mengelola sumber daya alam
yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.
Disamping banyaknya tanaman yang mereka tanam, namun anehnya di Desa Keling tidak
terdapat tanaman padi, padahal seharusnya padi adalah sumber makanan pokok masyarakat.
Tetapi, padi tidak dikembangkan dan ditanam di desa ini. Ada satu alasan lain dari narasumber
yang menyatakan bahwa jika mereka menanam padi, maka perputaran uang atau modal mereka
akan lamban. Karena padi adalah tanaman yang dapat dipanen dengan jangka waktu yang
panjang, sehingga dapat disimpulkan bahwa padi tidak perlu ditanam di daerah tersebut.
Kearifan lokal sering sekali dikonsepkan sebagai kebijakan setempat (local genious). Kearifan
lokal dapat dimaknai sebagai sebuah pemikiran tentang hidup. Hayati Soebadio berpendapat
bahwa kearifan lokal adalah suatu identitas/keribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa
tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan
sendiri. Rahyono (2009:7) kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh
kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal
adalah hasil dari masyarakat tertentu akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai
itu sudah melalui perjalanan panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tertentu.
Dalam suku Karo, terdapat sebuah pengetahuan dalam bercocok tanam yang mereka
gunakan secara turun-temurun. Masyarakat setempat menyebut pengetahuan ini dengan sebutan
Nuan-nuan. Pengetahuanpengetahuan ini tidak jauh berbeda dengan pengetahuan yang
digunakan pada sistem pertanian pada umumnya. Yang membedakannya adalah mereka
memperoleh pengetahuan ini dari para orang tua mereka, para leluhur yang menerapkan
pengetahuan bercocok tanam tersebut secara alami. Dan yang membuktikan hal ini adalah ketika
melakukan penelitian, pernyataan yang mengejutkan dilontarkan oleh narasumber. Menurutnya
Desa Keling yang menjadi lokasi penelitian memiliki organisasi kelompok tani yang pasif. Dan
dapat dikatakan bahwa mereka tidak pernah mendapat sosialisasi mengenai tata cara bercocok
tanam yang baik. Tetapi daerah ini adalah daerah
penghasil bahan pangan yang terbesar untuk wilayah sumatera dan Aceh. Pengetahuan kearifan
lokal mereka ini masih diterapkan hingga saat ini. Menurut Mundardjito (1986:40) menjelaskan
secara implisit hakikat local genius, yaitu: (1) mampu bertahan terhadap budaya luar. Dan
pengetahuan kearifan lokal yang ada dalam suku Karo ini masih bertahan dengan bukti
penjelasan dari narasumber bahwa ada beberapa petani dan buruh yang sudah mulai menerapkan
pengetahuan modern dalam bercocok tanam, untuk upaya yang lebih mudah dan cepat seperti
pestisida. Desa Keling menerapkan sistem pengetahuan kearifan lokal yang telah dijelaskan
dapat dilihat dari hasil produksi pertanian dari daerah mereka yang diakui kebeberapa daerah
wilayah di Sumatera Utara termasuk kedaerah Aceh. Hasil pertanian yang dominan dikirim
keluar kota ini yang menjadi andalan dari masyarakat Keling. Mereka menggunakan
pengetahuan yang mereka miliki untuk kemajuan sektor pertanian mereka. Dalam nuan-nuan ini
masyarakat memfungsikannya sebagai sarana mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Dengan kata lain, nuan-nuan merupakan sumber mata pencaharian suku Karo di desa Keling.
BAB III

PEMBAHASAN/ ANALISIS

3.3 Pembahasan isi jurnal

Jurnal pertama:
Pengetahuan bercocok tanam (nuan-nuan) memiliki nilai-nilai kearifan lokal untuk
dikembangkan sehingga bisa menjadi sebuah identitas suku Karo dan dapat dijadikan sebagai
pengetahuan baru yang dapat digunakan didalam kegiatan bercocok tanam yang dilakukan oleh
masyarakat luas diluar suku Karo dapat dipopulerkan di tingkat nasional maupun internasional,
bahwa pengetahuan bercocok tanam (nuan-nuan) memiliki nilai pengetahuan yang sangat
bermanfaat untuk kehidupan manusia sehari-hari kedepannya. Desa Keling Kecamatan Merdeka
adalah salah satu desa yang ada di daerah Brastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Sebagian
besar penduduk di desa ini adalah masyarakat bersuku Karo. Desa ini terletak di kaki gunung
Sinabung. Penduduk di desa ini berjumlah 1894 jiwa. Dan memiliki berbagai jenis mata
pencaharian. Dan sebagaian besar masyarakatnya mata pencahariannya sebagai Rendahnya
tingkat perekonomian mereka menyebabkan mereka harus mampu mengelola sumber daya alam
yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.

Jurnal kedua:
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan lingkungan pertanian
masyarakat di Kabupaten Karo lebih tinggi dari pengetahuan lingkungan masyarakat di
Kabupaten Deli Serdang, hal itu dapat disebabkan Karena mayoritas penduduk di Kabupaten
Karo mata pencahariannya adalah bertani. Kabupaten Karo adalah salah satu daerah penghasil
pangan, sayuran dan buah-buahan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat. Dengan banyaknya
jumlah tanaman sayuran dan buah-buahan tentunya pengetahuan lingkungannya lebih tinggi
karena mereka harus mengetahui cara mengelola perladangan mereka dengan baik dan benar
sesuai dengan jenis tanaman yang mereka tanam.

3.4 Kelebihan dan kekurangan isi artikel CJR

3.2.1 Kelebihan
 Secara keseluruhan jurnal ini sudah terlihat sangat baik.
 Pemaparan isi jurnal terlihat sangat jelas.
 Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan kaidah pembuatan penulisan Jurnal
 Kata yang digunakan juga dalam Jurnal ini bersifat baku dan sesuai dengan kamus EYD
bahasa Indonesia
 Banyak mencakup pendapat para ahli
 Menerangkan kelebihan serta permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
3.2.2 Kekurangan

 Tidak ada dicantumkan bagaimana usaha pemerintah untuk mengatasi permasalahan


yang terjadi didaerah masyarakat.
 Sejumlah isi artikel jurnal menggunakan bahasa karo
 Tidak adanya foto atau dokumen didalam jurnal yang membenarkan penelitian ini
 Tidak adanya penjelasan yang benar dengan asal mula dan latar belakang yang
memunculkan pengetahuan nuan-nuan pada masyarakat karo
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Hasil penelitian ini ditemukan sebuah pengetahuan yang mulai jarang digunakan.
Masyarakat sekitar lebih memilih menggunakan pengetahuan bercocok tanam yang modern
dengan sistem pengerjaan yang lebih singkat dan praktis. Tetapi pengetahuan ini tidak lebih baik
dan tidak lebih unggul dari pada nuan-nuan. Dapat disimpulkan bahwa suku Karo sudah
mengetahui pengetahuan dalam bercocok tanam jauh sebelum lahirnya para ilmuwan di bidang
terkait dengan pengetahuan-pengetahuannya yang baru. Dan untuk menggunakan pengetahuan
tersebut suku Karo mendapatkannya secara otodidak.

Saran
Baiknya jurnal ini dilengkapi dengan dokumentasi berupa foto yang akan membuktikan
bahwa benar telah diadakan penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin,Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif – Aktualisasi Metodologis ke Arah
Ragam Varian Kontemporer. Jakarta : Grafindo
Danandjaja, 2002, Folklor Indonesia, Ilmu gosip, dongeng dan lain lain, Grafiti, Jakarta
Ihromi,T.O. 2006. Pokok – Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor
Kaplan, D.&Manners, R.A. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
-----------------------2003. Pengantar antropologi. Jakarta:Rineka Cipta.
Storey Jhon. 2008. Culture Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta :Jalasutra
Sibarani Robert. 2012. Kearifan Lokal, Hakikat, Peran, dan Metode Tradis Lisan. Jakarta : Citra
Aditya Bakti
http://pangeranarti.blogspot.co.id/2014/11/ Pengertian-kearifan-lokallengkap.html (diakses pada
21 februari 2016)
http://salmensembiring.blogspot.co.id/2011/10/permasalahan-pertanian-Karo secara.html
(diakses pada 31 maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai