Anda di halaman 1dari 9

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

PENAMBAHAN HIDROLISAT PROTEIN IKAN LEMURU


(Sardinella lemuru) PADA PEMBUATAN BISKUIT

Stefiani Nofrida Asare 1, Frans Gruber Ijong 2, Frets Jonas Rieuwpassa 3, Natalia
Prodiana Setiawati 4
1 AlumniProgram Studi Teknologi Pengolahan Hasil Laut Politeknik Negeri Nusa Utara
2Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado
3 Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Laut Politeknik Negeri Nusa Utara
4 Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) Jakarta

stefiani.asare@g.mail.com

Abstrak: Protein ikan dapat diekstrak sehingga memperoleh sediaan protein kering. Salah
satu sediaan protein kering adalah hidrolisat protein ikan. Hidrolisat protein ikan dapat
digunakan dalam memperbaiki karakteristik produk biskuit seperti meningkatkan nilai gizi
dan rasa. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui tahapan pembuatan biskuit dengan
penambahan hidrolisat protein ikan dan mengetahui mutu dari produk biskuit hidrolisat
protein ikan melalui uji proksimat dan uji organoleptik. Tahapan penelitian meliputi
pengolahan biskuit dengan penambahan hidrolisat protein ikan 0% (kontrol), 5%, 10%, dan
15%, uji organoleptik dan analisis proksimat. Data yang diperoleh ditampilkan dalam
bentuk Gambar, Histogram, dan Tabel kemudian dibahas secara deskriptif. Berdasarkan uji
organoleptik biskuit dengan penambahan HPI 10% lebih disukai dibandingkan dengan
perlakuan 0% (kontrol), 5% dan 15%. Analisis proksimat biskuit hidrolisat protein ikan
menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan HPI akan meningkatkan kadar protein
biskuit. Kadar protein tertinggi diperoleh pada penambahan HPI 15%.

Kata kunci: biskuit, hidrolisat protein ikan, ikan lemuru.

PENDAHULUAN Selama ini asupan protein masyarakat


Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Indonesia lebih banyak bersumber dari
merupakan salah satu jenis ikan pelagis protein nabati dibandingkan dengan
kecil penting di Indonesia, terutama protein hewani. Hal ini yang
yang terdapat di Selat Bali yang relatif menyebabkan banyaknya masalah
sempit. Ikan lemuru biasanya dijadikan kekurangan gizi protein. Padahal ikan
bahan baku pembuatan ikan pindang, merupakan sumber protein hewani yang
ikan kaleng dan tepung ikan oleh sangat banyak dan mudah diperoleh.
beberapa industri perikanan (Wujdi Kebiasaan lain yang menyebabkan
2013). Hal ini dikarenakan harga ikan kurang konsumsi ikan adalah
lemuru yang relatif murah tetapi masyarakat masih menganggap bahwa
memiliki kandungan protein yang cukup makan ikan dapat menyebabkan gatal-
tinggi (Wikanta et al. 2011). Kandungan gatal dan cacingan. Oleh sebab itu, telah
protein yang cukup tinggi pada ikan dilakukan inovasi protein ikan dalam
lemuru dapat dijadikan sebagai sumber bentuk tepung yang mudah
protein guna mengatasi masalah yaitu diaplikasikan ke produk pangan. Salah
kurangnya ketersediaan protein. Protein satunya adalah Hidrolisat Protein Ikan
memiliki peranan penting dalam (HPI)
regenerasi jaringan pada saat masa Hidrolisat protein ikan adalah bentuk
pertumbuhan mulai dari anak-anak, sediaan protein kering yang memiliki
remaja, masa hamil dan menyusui, masa kandungan protein lebih dari 60%.
sakit sampai proses penyembuhan, serta Menurut Prabowo et al. (2016)
pada orang dewasa dan lanjut usia penggunaan sediaan bubuk hidrolisat
(Astadi, 2015). protein ikan sebagai bahan substitusi,

10
P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Asare, Ijong, Rieuwpassa, setiawati, Penambahan Hidrolisat Protein Ikan Lemuru .. 11

fortifikasi dan penambahan dalam Tujuan dari penelitian ini adalah


pembuatan produk pangan merupakan mengetahui uji organoleptik dan
alternatif untuk meningkatkan konsumsi proksimat biskuit yang ditambahkan
protein dan kualitas gizi produk. Selain hidrolisat protein ikan dengan
itu, penggunaan HPI dapat memperbaiki konsentrasi berbeda.
karakteristik produk pangan, salah
satunya biskuit. METODE PENELITIAN
Biskuit merupakan salah satu makanan Alat dan Bahan
ringan atau snack yang banyak Alat dan bahan yang akan digunakan
dikonsumsi oleh masyarakat. Menurut meliputi alat pencampur adonan mixer
Saksonom (2012) dalam Mayasari (merk philips), timbangan (merk AND
(2015), berdasarkan data asosiasi EK.3000), pan (merk aluminium), alat
industri tahun 2012 konsumsi biskuit penipis adonan (roll kayu), alat pencetak
diperkirakan meningkat 5-8% didorong biskuit (aluminium), sodet, loyang
oleh kenaikan konsumsi domestik. plastik, oven (merk Yoek’s), dan mesin
Biskuit dikonsumsi oleh seluruh pengemas (merk impulse sealer PCS-
kalangan usia, baik bayi hingga dewasa 400), serta bahan tepung terigu kunci
namun dengan jenis yang berbeda-beda biru, tepung jagung, hidrolisat protein
(Sari, 2013). Berbagai jenis biskuit telah ikan Tamban/Lemuru, butter, telur, gula
dikembangkan untuk menghasilkan pasir, dan baking soda (kopoe-kopoe).
biskuit yang tidak hanya enak tetapi Tahapan Penelitian
menyehatkan (Qoniah 2014). Guna Tahap penelitian, meliputi: pembuatan
meningkatkan nilai gizi dan rasa dari biskuit dengan konsentrasi hirolisat
biskuit maka perlu adanya penelitian protein ikan 5%, 10%, 15%. Formulasi
tentang inovasi penambahan hidrolisat biskuit dapat dilihat pada Tabel 1.
protein ikan pada biskuit.
Tabel 1. Formulasi biskuit
F3 (HPI
Kontrol F1 (HPI 5%) F2 (HPI 10%)
15%)
No Bahan
berat berat berat berat
% % % %
(gr) (gr) (gr) (gr)
Tepung
1 40 80 40 80 36 72 32 64
terigu
tepung
2 10 20 10 20 9 18 8 16
jagung
3 HPI - - 5 10 10 20 15 30
4 Butter 17 34 17 34 17 34 17 34
5 Telur 15 30 15 30 15 30 15 30
Gula
6 12.5 25 12.5 25 12.5 25 12.5 25
pasir
7 Soda kue 0.5 1 0.5 1 0.5 1 0.5 1

Selanjutnya biskuit dianalisis Analisis Data


organoleptik (Soekarto dan Hubies Data yang diperoleh ditampilkan dalam
1982) dengan parameter warna, bau, bentuk Gambar, Tabel, Diagram
rasa, dan tekstur. Jumlah panelis maupun Histogram dan dibahas secara
sebanyak 15 orang yang merupakan deskriptif.
golongan panelis semi terlatih. Analisis
proksimat biskuit hidrolisat protein ikan
meliputi kadar air, kadar protein, kadar
lemak, kadar abu (AOAC, 2005),
karbohidrat (by different) (Winarno
1992).

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
12 JURNAL ILMIAH TINDALUNG, Volume 4, Nomor 1, Maret 2018 hlm. 10 - 18

HASIL DAN PEMBAHASAN (Soekarto, 1985 dalam Mayasari, 2015).


Uji Organoleptik Rata-rata daya terima panelis pada
Warna parameter warna produk biskuit
Warna mempunyai arti dan peranan hidrolisat protein ikan dapat dilihat pada
penting pada komoditas pangan. Gambar 1.

10
9
8
7
6
Warna

5
4
3
2
1
0
Kontrol F1 F2 F3
Gambar 1. Histogram Nilai Sensori Warna Biskuit Hidrolisat Protein Ikan
Ket: F1= HPI 5%, F2= HPI 10%, F3= HPI 15%
Berdasarkan histogram di atas, diperoleh warnanya menjadi lebih gelap (Winarni,
keterangan bahwa rata-rata kesukaan 1991 dalam Mayasari, 2015).
panelis terhadap warna dari biskuit
hidrolisat protein ikan yang paling tinggi Aroma
adalah penambahan HPI 10% dengan Aroma merupakan salah satu parameter
kategori warna suka yaitu (7,0). Warna yang diamati dalam uji sensori.
biskuit terbentuk dari proses (Winarno, 1997 dalam Mayasari, 2015).
pemanggangan. Pemanggangan dalam Rata-rata daya terima panelis pada
suhu tinggi dan waktu terlalu lama akan produk biskuit hidrolisat protein ikan
menyebabkan kelembaban biskuit dan dapat dilihat pada Gambar 2.

10
9
8
7
6
Aroma

5
4
3
2
1
0
Kontrol F1 F2 F3
Gambar 2. Histogram Nilai Sensori Aroma Biskuit Hidrolisat Protein Ikan
Ket: F1= HPI 5%, F2= HPI 10%, F3= HPI 15%
Berdasarkan histogram di atas, diperoleh panelis terhadap aroma dari biskuit
keterangan bahwa rata-rata kesukaan hidrolisat protein ikan sama, dengan

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Asare, Ijong, Rieuwpassa, setiawati, Penambahan Hidrolisat Protein Ikan Lemuru .. 13

kategori agak suka (6,0). Aroma pada Rasa


produk pangan dapat dipengaruhi oleh Rasa yang ditimbulkan oleh produk
bahan-bahan yang digunakan dan proses pangan dapat berasal dari bahan pangan
pengolahannya. Penggunaan suhu tinggi itu sendiri (deMan, 1997 dalam
pada proses pembuatan biskuit Mayasari, 2015). Rata-rata daya terima
menyebabkan senyawa-senyawa volatile panelis pada produk biskuit hidrolisat
hilang karena menguap. Soekarto (1985) protein ikan dapat dilihat pada Gambar
dalam Mayasari (2015) menyatakan 3.
bahwa komponen penyusun aroma
terdiri dari senyawa volatile yang mudah
menguap pada suhu tinggi.

10
9
8
7
6
Rasa

5
4
3
2
1
0
Kontrol F1 F2 F3

Gambar 3. Histogram Nilai Sensori Rasa Biskuit Hidrolisat Protein Ikan Ket: F1= HPI
5%, F2= HPI 10%, F3= HPI 15%
Berdasarkan histogram di atas, maka kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi
nilai tertinggi kesukaan penelis terhadap dengan komponen rasa lain.
rasa diperoleh pada perlakuan HPI 5%
dan HPI 10% dengan kategori suka Tekstur
(7,0). Umumnya bahan pangan tidak Daya terhadap tekstur merupakan hasil
hanya terdiri dari salah satu rasa, tetapi reaksi fisiopsikologis berupa tanggapan
gabungan dari berbagai macam rasa atau kesan pribadi seorang panelis atau
secara terpadu sehingga menimbulkan penguji mutu dari suatu komoditi atau
cita rasa yang utuh. Winarno (1991), produk makanan yang akan diuji
menyatakan bahwa rasa dipengaruhi (Soekarto, 1990 dalam Mayasari, 2015).
oleh beberapa faktor yaitu senyawa Histogram nilai tekstur dapat dilihat
pada Gambar 4.

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
14 JURNAL ILMIAH TINDALUNG, Volume 4, Nomor 1, Maret 2018 hlm. 10 - 18

10
9
8
7
6

Tekstur
5
4
3
2
1
0
Kontrol F1 F2 F3

Gambar 11. Histogram Nilai Sensori Tekstur Biskuit Hidrolisat Protein Ikan
Ket: F1= HPI 5%, F2= HPI 10%, F3= HPI 15%
Berdasarkan histogram di atas, maka (Winarno, 1991 dalam Mayasari, 2015).
nila tertinggi kesukaan panelis terhadap Persentasi kadar protein pada produk
tekstur diperoleh pada perlakuan HPI biskuit hidrolisat protein ikan dapat
5% dan 10 HPI 10% dengan kategori dilihat pada Gambar 5.
suka (7,0). Tekstur makanan banyak Berdasarkan histogram di atas, maka
ditentukan oleh kadar air, lemak dan nilai kadar protein tertinggi diperoleh
jumlah karbohidrat (selulosa, pati, pada perlakuan HPI 15% (9,40%) dan
pektin) serta proteinnya. Perubahan terendah ialah perlakuan tanpa HPI
tekstur dapat disebabkan oleh hilangnya (kontrol). Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan air atau lemak, pecahnya penambahan HPI sangat memberi
emulsi, hidrolisis karbohidrat dan berpengaruh terhadap kadar protein
koagulasi atau hidrolisis protein biskuit, semakin banyak penambahan
(Fellow, 1990 dalam Mayasari, 2015). HPI semakin tinggi protein. Berdasarkan
Analisis Proksimat persyaratan mutu biskuit SNI 2973-1992
Kadar Protein dengan syarat : 6,5%, maka semua
Protein berfungsi sebagai zat perlakuan biskuit memenuhi standar
pembangun dan pengatur dalam tubuh. mutu.

100
90
80
Kadar Protein (%)

70
60
50
40
30
20
8,54 8,75 9,14 9,4
10
0
Kontrol F1 F2 F3
Gambar 5. Histogram Presentase Kadar Protein Biskuit HPI
Ket: F1= HPI 5%, F2= HPI 10%, F3= HPI 15%

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Asare, Ijong, Rieuwpassa, setiawati, Penambahan Hidrolisat Protein Ikan Lemuru .. 15

Kadar Lemak ini menunjukkan hubungan antara


Hasil pengujian kadar lemak dapat protein dan lemak, semakin tinggi
dilihat pada Gambar 6. protein pada suatu bahan pangan maka
semakin rendah kandungan lemaknya.
Berdasarkan histogram di atas, maka Lemak dalam biskuit memiliki fungsi
nilai kadar lemak tertinggi diperoleh sebagai pengemulsi dan memiliki efek
pada perlakuan tanpa HPI (control) shortening sehingga biskuit menjadi
sedangkan perlakuan HPI memiliki nilai lezat dan renyah.
kadar lemak berkisar 17,34-20,05%. Hal
100
90
80
70
Kadar Lemak (%)

60
50
40
30 20,05 19,5 18,03 17,34
20
10
0
Kontrol F1 F2 F3
Gambar 6. Histogram Presentase Kadar Lemak Biskuit HPI
Ket: F1= HPI 5%, F2= HPI 10%, F3= HPI 15%
Menurut Mayasari, (2015), lemak Kadar Air
nantinya akan memecah strukturnya Air merupakan komponen utama dalam
kemudian melapisi pati dan gluten, bahan makanan yang sehat
sehingga dihasilkan biskuit yang renyah. mempengaruhi tekstur, rupa maupun
Fungsi utama lemak dalam pembuatan cita rasa dalam makanan (Mayasari
biskuit adalah sebagai pengemulsi, 2015). Persentasi kadar air pada produk
tetapi selain itu lemak juga berfungsi biskuit hidrolisat protein ikan dapat
sebagai pembentuk cita rasa dan dilihat pada Gambar 7.
memberikan tekstur pada makanan
(Isnaini et al. 2011).

100
90
80
70
Kadar Air (%)

60
50
40
30
20
10 2 3,79 4,15 4,56
0
Kontrol F1 F2 F3

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
16 JURNAL ILMIAH TINDALUNG, Volume 4, Nomor 1, Maret 2018 hlm. 10 - 18

Gambar 7. Histogram Presentase Kadar Air Biskuit HPI


Ket: F1= HPI 5%, F2= HPI 10%, F3= HPI 15%
Berdasarkan histogram di atas, maka penampakan yang kurang baik (gosong
diperoleh kadar air tertinggi pada dan terlalu gelap). Sebaliknya jika
perlakuan HPI 15% dan kadar air terlalu tinggi maka strukturnya tidak
terendah pada perlakuan Kontrol. akan menjadi renyah, dapat mengalami
Kandungan kadar air dipengaruhi oleh pata (cheking) dan perubahan flavor
proses penyerapan udara selama selama penyimpanan akan terjadi lebih
penyimpanan biskuit. Selain itu, cepat (Manley, 2000 dalam Mayasari
tingginya kadar air juga dipengaruhi 2015).
oleh aktifitas air (AW) dan kelembaban Kadar Abu
(RH) pada sampel dikeluarkan dari Kadar abu produk biskuit
dalam oven dan didinginkan. hidrolisat protein ikan yang dapat dilihat
Kandungan kadar air yang terlalu rendah pada Gambar 8.
dapat menyebabkan biskuit memiliki

100
90
80
Kadar Abu (%)

70
60
50
40
30
20
10 0,88 1,07 1,15 1,32
0
Kontrol F1 F2 F3

Gambar 8. Histogram Presentase Kadar Abu Biskuit HPI


Ket: F1= HPI 5%, F2= HPI 10%, F3= HPI 15%
Berdasarkan histogram di atas kadar abu masih dalam batas toleransi kadar abu
yang dihasilkan berkisar antara 0,88- suatu produk berkisar antara 2% hingga
1,32%. Jika dibandingkan dengan 3% dari komponen penyususn suatu
persyaratan kadar abu maksimum produk. Kadar abu produk menunjukkan
biskuit (SNI), maka kadar abu biskuit banyaknya mineral yang terbakar
control dan HPI berada di atas kadar menjadi zat yang dapat menguap
maksimum abu pada SNI biskuit, namun (Balaka, 2017)
Kadar Karbohidrat perlakuakn kontrol dan terendah pada
Kadar karbohidrat produk biskuit Hasil perlakuan HPI 15%. Semakin tinggi
pengujian kadar karbohidrat dapat HPI yang ditambahkan semakin rendah
dilihat pada Gambar 9. persentase karbohidrat pada biskuit.
Berdasarkan histogram diperoleh kadar
karbohidrat tertinggi diperoleh pada

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Asare, Ijong, Rieuwpassa, setiawati, Penambahan Hidrolisat Protein Ikan Lemuru .. 17

100
90

Kadar Karbohidrat (%)


80
68,53 66,89 67,53 67,38
70
60
50
40
30
20
10
0
Kontrol F1 F2 F3

Gambar 9. Histogram Presentase Kadar Karbohidrat Biskuit HPI


Ket: F1= HPI 5%, F2= HPI 10%, F3= HPI 15%
Karbohidrat memiliki peranan penting
dalam menetukan karakteristik bahan DAFTAR PUSTAKA
makanan misalnya warna, rasa, tekstur, Astadi N G A S. 2015. Tingkat
dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, Konsumsi Energi Protein dan
karbohidrat berguna untuk mencegah Status Gizi Vegetarian Di Asram
timbulnya ketosis, pemecahan protein Sri-Sri Radha Gopisvara
tubuh yang berlebihan, kehilangan Madhava Banyuning Singaraja
mineral dan berguna untuk membantu Bali. [Skripsi]. Fakultas Teknik,
metabolisme lemak dan protein Universitas Negeri Yogyakarta
(Winarno 1991, dalam Mayasari, 2015). [IDN]..

KESIMPULAN AOAC. 2005. Official Metods and


Berdasarkan penelitian yang Analysis. Association of Official
dilaksanakan maka dapat disimpulkan Analytical Chemists. Benjamin
bahwa : (1) uji organoleptik Franklin Station, Washington.
menunjukkan bahwa biskuit dengan Unaited State.
penambahan HPI 10% lebih disukai Balaka S, Ahmad, Rasmaniar. 2017.
dibandingkan perlakuan 0% (kontrol), Analisis Proksimat Dan
5% dan 15%. (2) semakin tinggi Organoleptic Biskuit Dari
penambahan HPI akan meningkatkan Tepung Ubi Jalar Kuning
kadar protein biskuit. Kadar protein (Ipoema Batatas), Tepung
tertinggi diperoleh pada perlakuan HPI Kacang Hijau Dan Tepung
15%. Rumput Laut Sebagai Sarapan
Sehat Anak Sekolah. J. Sains dan
Teknologi Pangan. Vol. 2, No. 1,
P.315-324.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional.
1992. Cara Uji Makanan dan
Minuman. SNI 01-2891-1992.
Jakarta (IND). Badan
Standarisasi Nasional.

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
18 JURNAL ILMIAH TINDALUNG, Volume 4, Nomor 1, Maret 2018 hlm. 10 - 18

Hidayat T, Ella, S, Taty, N. 2007. Sari O F. 2013. Formula Biskuit Kaya


Karakteristik Hidrolisat protein Protein Berbasis Spirulina dan
Ikan selar (Caranx Leptolepis) Kerusakan Mikrobiologis Selama
yang diproses secara enzimatis. Penyimpanan. [Skripsi]. Program
Buletin teknologi hasil Studi Teknologi Hasil Perairan
perikanan, Vol. X, No.1. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB. Bogor [IDN].
Isnaini, Syahrul, Dewita. 2011.
Pemanfaatan Konsentrat Protein Soekarto S T, Hubeis M. 1982.
Ikan Patin (Pangasius Metodologi Penelitian
hypopthalmus) Untuk Pembuatan Organoleptik. Bogor (ID) :
Biskuit dan Snack. Jurnal Institut Pertanian Bogor.
Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia. Vol. XIV Nomor 1 Wikanta K D, Arifan F. 2011.Optimasi
Tahun 2011: 30-34. Produksi Ikan Lemuru
(Sardinella longiceps) Tinggi
Mayasari, R. 2015. Kajian Karakteristik Asam Lemak Omega-3 Dengan
Biskuit Yang Dipengaruhi Proses Fermentasi Oleh Bakteri
Perbandingan Tepung Ubi Jalar Asam Laktat. Porsiding Seminar
(Ipomea batatas L.) dan Tepung Nasional Sains dan Teknologi
Kacang Merah (Phaseolus ke-2 Tahun 2011. Fakultas
vulgaris L.). Program Studi Teknik Universitas Wahid
Teknologi Pangan Fakultas Hasyim Semarang [IDN].
Teknik, Universitas Pasundan
Bandung [IDN]. Winarno F G. 1991. Kimia Pangan dan
Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Perbowo N, Ibrahim, R H S, Andriyani Jakarta
R, Mindrawati E, Setiawati N,
P, Kurnia, G E, Supriyanto A, Winarno F G. 1992. Kimia Pangan dan
Abdillah J, Candra M A, Gizi. Jakarta [ID]. Penerbit : PT.
Rohayati S, Soleh K, Chaidir R Gramedia.
N, Trilaksani W, Chasanah E, Wujdi A. 2013. Beberapa Parameter
Fawzya Y N. 2016. Inovasi Populasi Ikan Lemuru
Teknologi Pengolahan (Sardinella lemuru) Di Perairan
Kerjasama Penelitian/Riset Selat Bali. Widyariset, Vol. 16,
Perguruan Tinggi dan Litbang No. 2, Agustus 2013:211-218.
(Hidrolisat Protein Ikan).
Direktorat Jendral Penguatan
Daya Saing Produk Kelautan
dan Perikanan. Jakarta [IDN].
Qoniah E W. 2014. Uji Kadar Protein
Dan Uji Organoleptik Biskuit
Dengan Ratio Tepung Terigu
Dan Tepung Daun Kelor
(Moringa oleifera) Yang
Itambahkan Sari Buah Nanas
(Ananas comosus). Program
Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
[IDN].

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Anda mungkin juga menyukai