Anda di halaman 1dari 7

FILUM CRUSTACEA

Rizky Halalan Thoyba1, dan Nurmiati2


1
Jurusan Budidaya Perairan, Lalolara, Lorong Anawai rizkyhalalanthoyba@gmail.com
2
Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan, Jl. Dewi sartika, Nunurrr047@gmail.com

Abstrak
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Avertebrata suatu hewan yang hidup di lingkungan perairan yang habitat


hidup di perairan, organisme initidak memiliki tulang belakang. Hewan avertebrata
mencangkup semua hewan yang tidak mempunyai tulang belakang dan hidupnya di
lingkungan perairan. Avertebrata di dunia perikanan biasanya dikenal dengan
avertebrata air. Avertebrata termaksud dalam hewan yang tidak mempunyai tulang
belakang yang sebagian hidupnya atau seluruh hidupnya berada di air, salah satu
filum dalam avertebrata air ini adalah filum Arthropoda. (Sartono et al., 2016).
Krustasea (Crustacea) adalah hewan yang termasuk dalam filum Arthropoda
(hewan beruas-ruas). Sebagian besar Krustasea hidup akuatis, dan bernapas dengan
insang. Eksoskeleton keras, terdiri dari kitin yang berlendir dan mempunyai antena
sepasang. Alat-alat tambahan bersifat tipikal biramus (bercabang dua). Kepala
terbentuk sebagai persatuan segmen-segmen, kadang-kadang bersatu dengan dada
membentuk sefalotoraks (cephalus: kepala, thorax: dada). Contoh organisme yang
masuk dalam filum Krustasea yaitu Kepiting Bakau (Scylla serrata), Kepiting
Rajungan (Portunus pelagicus), Lobster (Panulirus sp), dan Udang Putih
(Paneaus merguiensis) (Setiawan dan Fujianor, 2019).
Kepiting Bakau (Scylla serrata) tergolong dalam famili Portunidae yang
hidup hampir di seluruh perairan pantai terutama pada pantai yang ditumbuhi
mangrove, perairan dangkal yang dekat dengan hutan mangrove, estuari, dan pantai
berlumpur yang berperan dalam peranan ekologis lainnya. Kepiting Bakau
(Scylla serrata) adalah hewan yang beradaptasi kuat dengan hutan mangrove dan
memiliki daerah penyebaran yang luas (Rina, 2016).
Udang Jerbung (Penaeus merguiensis) merupakan jenis Udang yang
tergolong dalam kelas Kraustasea, ordo Decapoda dan famili Penaeidae. Secara
umum, Udang Jerbung (P. merguiensis) memiliki satu atau lebih gerigi di bawah
rostrum yang tidak ditemukan pada beberapa jenis udang lainnya. Udang Jerbung
(P. merguiensis) merupakan komoditas penting karena memiliki nilai permintaan
dan ekonomi yang tinggi (Tirtadanu dan Ernawati, 2016).
Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus) adalah sejenis kepiting renang atau
swimming crab, disebut demikian karena memiliki sepasang kaki belakang yang
berfungsi sebagai kaki renang, berbentuk seperti dayung. Karapasnya memiliki
tekstur yang kasar, karapas melebar dan datar, sembilan gerigi disetiap sisinya, dan
gigi terakhir dinyatakan sebagai tanduk. Karapasnya tersebut umumnya berbintik
biru pada jantan dan berbintik coklat pada betina, tetapi 4 intensitas dan corak dari
pewarnaan karapas berubah-ubah pada tiap individu (Suhernis et al., 2020).
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat penting untuk dilakukan praktikum
avertebrata air mengenai filum Krustasea dengan tujuan untuk mengamati dan
mengenal lebih jauh mengenai struktur tubuh morfologi dan anatomi filum
Krustasea.
B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi dan


anatomi filum Krustasea.
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai bahan masukan untuk menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum Krustasea.
II. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu 17 Desember 2022, pukul 10.00-
12.00 WITA bertempat di Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan,
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu; pisau bedah berfungsi untuk
membedah bahan, baki berfungsi tempat membedah bahan, pinset berfungsi untuk
mengambil objek yang di amati, tisu berfungsi untuk membersihkan alat-alat
praktikum, kertas laminating sebagai tempat untuk meletakkan objek pengamatan,
pensil digunakan untuk menggambar objek pengamatan.
Bahan yang digunakan pada praktikum filum Krustasea Kepiting Bakau
(Scylla serrata), Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus), Lobster (Panulirus sp),
dan Udang Putih (Paneaus merguiensis) yang digunakan sebagai objek
pengamatan, tisu berfungsi untuk membersihkan alat-alat praktikum serta sunlight
berfungsi untuk membersihkan meja praktikum.
C. Metode Pengamatan

Metode yang dilakukan pada praktikum avertebrata air tentang filum


Krustasea yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap
morfologi dan anatomi organisme filum Krustasea yaitu Kepiting Bakau (Scylla
serrata), Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus), Lobster (Panulirus sp), dan
Udang Putih (Paneaus merguiensis) yang telah diambil dari perairan. Adapun
prosedur kerja dari filum Krustasea, yaitu menyiapkan alat dan bahan, meletakkan
organisme tersebut di atas kertas laminating, mendokumentasikan bagian morfologi
organismenya, mencatat hasil pengamatan morfologi organisme, selanjutnya
melakukan pembedahan kemudian mengidentifikasikan bagian anatomi,
mendokumentasikan bagian dari anatomi organisme, mencatat hasil pengamatan
anatomi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pengamatan morfologi dan anantomi filum Krustasea dapat dilihat


pada gambar berikut:
B. Pembahasan
Hasil pengamatan yang dilakukan Kepiting Bakau (S. serrata) nampak
morfologi memiliki struktur morfologi terdiri dari mata majemuk, kaki renang, kaki
jalan, duri, abdomen, karapas dan capit. Pada umumnya kepiting bakau memiliki
sepasang capit besar yang digunakan untuk mengambil makanan, beberapa pasang
kaki renang dan kaki jalan, dan karapas yang dilenkapi dengan duri. Hal ini sesuai
dengan penyataan (Herlina, 2017) bahwa kepiting bakau ditutupi oleh karapas yaitu
kulit yang terdiri atas khitin bercampur bahan kapur yang telah mengeras. Karapas
berbentuk bulat pipih, dilengkapi dengan sembilan duri pada sisi kiri dan kanan.
Empat duri yang lain terdapat diantara kedua matanya. Mempunyai sepasang kaki
jalan yang bentuknya besar disebut capit yang berfungsi untuk memegang, tiga
pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang berbentuk bulat telur dan pipih seperti
alat pendayung.
Pada pengamatan kepititng rajungan (Portunus merguensis), morfologi terdiri
dari mata, mulut, kaki renang, kaki jalan, duri, abdomen, karapas dan capit. Bagian
tubuh luar kepiting rajungan (Portunus merquensis) mirip dengan kepiting bakau
(Scylla serrata) hanya saja terdapat perbedaan ukuran baik lebar, bentuk tubuh
maupun panjang kaki jalan, kaki renang dan capitnya. Hal ini di dukung pula oleh
pernyataan (Santoso et al., 2016) yang menyatakan bahwa ciri morfologi rajungan
mempunyai karapaks berbentuk bulat pipih dengan warna yang sangat menarik kiri
kanan dari karapas terdiri atas duri besar, jumlah duri-duri sisi belakang matanya 9
buah. Rajungan dapat dibedakan dengan adanya beberapa tanda-tanda khusus,
diantaranya adalah pinggiran depan di belakang mata, rajungan mempunyai 5 pasang
kaki, yang terdiri atas 1 pasang kaki (capit) berfungsi sebagai pemegang dan
memasukkan makanan kedalam mulutnya, 3 pasang kaki sebagai kaki jalan dan
sepasang kaki terakhir mengalami modifikasi menjadi alat renang yang ujungnya
menjadi pipih dan membundar seperti dayung. Oleh sebab itu, rajungan dimasukan
kedalam golongan kepiting berenang (swimming crab).
Hasil pengamatan lobster (Panulirus sp.), morfologi terdiri dari antenna,
antennula, mata,kaki jalan, kaki renang, abdomen dan uropod. Pada umumnya tubuh
lobster terbagi dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan
terdiri dari bagian kepala dan dada. Kedua bagian itu disebut chepaalotorax. Kepala
lobster terdiri dari enan ruas. Pada bagian itu terdapat beberapa organ lain. Sepasang
mata berada pada ruas pertama. Kedua mata itu memiliki tangkai dan bisa bergerak.
Pada ruas kedua dan ketiga terdapat sungut kecil, yang disebut antenula, dan sungut
besar yang disebut antena. Bagian belakang terdiri dari badan dan ekor. Kedua bagian
itu disebut abdomen. Pada bagian atas abdomen ditutupi dengan enam buah kelopak.
Sedangkan bagian bawahnya tidak tertutu, tetapi berisi kaki enam kaki renang. Ekor
terdiri dari bagian tengah yang disebut telson, dan bagian samping yang disebut
uropod. Hal ini didukung oleh pernyataan (Pranata et al., 2017) bahwa tubuh lobster
(Panulirus sp.) terbagi dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian
depan terdiri dari bagian kepala dan dada. Kedua bagian itu disebut chepaalotorax.
Kepala udang ditutupi oleh cangkang kepala, yang disebut carapace.
Hasil pengamatan udang putih (Panaeus merguensis) nampak morfologi
terdiri dari kepala, dada, mata, antenna, tentakel, kaki jalan, kaki renang, abdomen
dan uropod. Hal ini di dukung pula oleh pernyataan (Syukri, 2016) yang menyatakan
bahwa pada umumnya udang putih memiliki bentuk tubuh yang terdiri dari 2 bagian
yaitu, bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang
terdiri dari bagian kepala dan dada (cephalothorax). Bagian belakang, terdiri dari
perut (abdomen) dan ekor (telson). Memiliki antenna, rostum yang runcing dengan
di lengkapi duri-duri kecil dan kulit kepala di tutupi oleh kulit kepala yang di sebut
karapaks. Seluruh anggota badan terdiri dari ruas-ruas (segmen) yang
keseluruhannya berjumlah 19 ruas, bagian cephalothorax terdiri dari kepala 5 ruas
dan dada 8 ruas, serta bagian perut 6 ruas. Keseluruhan tubuhnya ditutupi oleh
kerangka luar yang disebut dengan eksoskleton dan terbuat dari khitin. Kerangka
tersebut mengeras, kecuali pada sambungansambungan antar dua ruas

Anda mungkin juga menyukai