Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI DINAMIKA POPULASI HEWAN KUTU BERAS

(Sitophylus oryzae)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Tahun Ajaran 2015/2016

Dosen Pengampu : Drs. Nugroho Edi Kartiyono, M.Si


Drs. Bambang Priyono M.Si

Disusun oleh:

Syahrizal Ramadhan 4411414008

Devi Candrawati 4411414018

Mega Salfia 4411414026

Susanti 4411414038

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016
A. TUJUAN
1. Mengetahui cara penghitungan populasi dan dinamika populasi.

2. Mengetahui laju pertumbuhan populasi kutu pada beras.

B. LANDASAN TEORI
Setiap organisme di muka bumi akan selalu dan terus berusaha untuk

mempertahankan agar jenisnya lestari. Hubungan organisme dengan lingkungannya

sebenarnya tidak lain adalah upaya pemanfaatan sumber daya lingkungan. Kelangsungan

hidup bagi organisme menyangkut kelangsungan hidup individu, kelangsungan hidup

jenis (populasi) dan kelangsungan hidup komunitas. Agar tetap lestari suatu organisme

akan mengeksploitasi lingkungannya, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

(Ewusi 1990)

Dalam hal ini terjadi interaksi antara spesies tersebut dengan segala faktor

lingkungan, baik faktor lingkungan biotik maupun abiotik. Dari lingkungannya itulah

spesies tersebut mendapat energi (sumber makanan) untuk dapat bertahan hidup, tumbuh

dan berkembangbiak. Keadaan faktor lingkungan itulah yang menentukan kelimpahan

spesies tersebut di lingkungannya itu. Bila semua faktor lingkungan itu optimal bagi

suatu spesies, maka suatu spesies tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal

pula. Demikian pula sebaliknya jika kompleksitas faktor lingkungan tersebut kurang,

pertumbuhan tidak akan optimal. (Suin 2003)

Populasi adalah sekelompok individu sejenis yang terdapat di suatu daerah

tertentu. Populasi dapat didefinisikan pada berbagai skala ruang. Bahkan seluruh individu

sejenis dapat di pandang sebagai sebuah populasi. Beberapa populasi lokal atau deme

yang dihubungkan oleh individu-individu yang menyebar disebut metapopulasi. Populasi

sementara yang terdiri atas tahap tertentu dari daur hidup suatu organisme membentuk

hemipopulasi. Beberapa karakteristik populasi diantaranya adalah kehidupan, ukuran,

dispersi, rasio kelamin, struktur atau komposisi umur, dan dinamika. (Campbell 2010)
Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dalam waktu tertentu

disebut populasi. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam

populasi ini disebut dengan dinamika populasi. Perubahan ini dihitung dengan

menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu,. Hasilnya adalah kecepatan

perubahan dalam populasi. Penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai

hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit,

sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi

mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-

masing individu anggotanya. Karakteristik tersebut antara lain kepadatan (densitas), laju

kelahiran (natalis), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan

bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan

populasi. (Waluya 2011)

Dinamika poulasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khususnya

untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya hewan dan manusia hewan dan manusia.

Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa yang

didatanginya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi. (Waluya 2011)

Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya individu

lain yang berasal dari daerah lain (imigrasi). Pengurangan terhadap suatu populasi dapat

disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya individu dari populasi

tersebut ke luar wilayah. (Campbell 2010)

Semua populasi dengan data jangka panjang yang tersedia menunjukkan sejumlah

fluktuasi dalam hal jumlah. Fluktuasi-fluktuasi dari tahun ke tahun atau dari tempat ke

tempat ini mempengaruhi panen musiman atau tahunan ikan dan berbagai spesies lain

yang penting secara komersial. Fluktuasi juga memberikan wawasan kepada para ahli

ekologi mengenai apa yang mengatur ukuran populasi. Penelitian terhadap dinamika

populasi (population dynamics) berfokus pada interaksi-interaksi komplek antara faktor


biotik dan abiotik yang menyebabkan variasi dalam hal ukuran populasi. (Campbell

2010)

Natalitas adalah munculnya individu muda, baik berupa lahirnya anak, peneluran

telur, perbanyakan secara aseksual, produksi spora serta biji. Laju natalitas adalah jumlah

anak yang dilahirkan oleh satu induk per satuan waktu. Natalitas tergantung pada ukuran

per sarang (clutch size) atau jumlah dihasilkan pada tiap kelahiran, waktu antara satu

kejadian reproduksi dengan kejadian selanjutnya dan umur reproduksi yang pertama.

(Soegianto 1994)

Mortalitas adalah kematian individu di alam populasi. Laju mortalitas setara

dengan kelahiran. Selain mortalitas juga dikenal migrasi atau perpindahan individu dalam

populasi. Migrasi dapat dilakukan sebagai bagian dari pemencaran. Pemencaran

merupakan bagian yang penting dalam siklus hidup organisme. Hal ini dapat mencegah

inbreeding dan proses ekologi yang menghasilkan aliran gen antara populasi lokal.

Pemencaran ini diatur oleh pembatasan distribusi geografik dan komposisi komunitas.

(Soegianto 1994)

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan serangga menurut Sukarman

(2012) antara lain:

1. Kemampuan berkembang biak

Kemampuan berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh kecepatan

berkembang biak, keperidian dan fekunditas. Serangga umumnya memiliki

keperidian yang cukup tinggi. Semakin kecil ukuran serangga, biasanya semakin

besar keperidiannya. Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuan yang

dimiliki oleh seekor serangga betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah

telur yang dihasilkan, maka akan lebih tinggi kemampuan perkembangbiakannya.

2. Perbandingan kelamin
Perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina yang

diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, misalnya antara jenis serangga

betina dengan serangga jantan dari keturunan penggerek batang (Tryporyza) adalah

dua berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang

menunjukkan jumlah serangga betina lebih besar dari jumlah serangga jantan,

diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang lebih besar, bila

dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan yang menunjukkan

jumlah serangga jantan yang lebih besar dari pada jumlah serangga betina.

3. Sifat mempertahankan diri

Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga memiliki alat atau

kemampuan untuk melindungi diri dari serangan lainnya. Kebanyakan serangga akan

berusaha menghindar atau meloloskan diri bila terganggu atau diserang oleh serangga

lain yang dianggap sebagai musuhnya dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang

atau menyelam.

Beberapa perlindungan serangga untuk melawan musuhnya adalah :

a) Kamuflase (penyamaran), digunakan serangga berbaur pada lingkungan mereka

agar terhindar dari pendeteksian pemangsa, seperti menyerupai ranting atau daun

tanaman.

b) Taktik menakuti musuh, yaitu serangga tertentu mampu mengelabui musuh dengan

cara meniru spesies serangga lain agar terhindar dari pemangsanya, yang dikenal

dengan istilah serangga mimikri. Cara meniru serangga mimikri terhadap serangga

lain, misalnya perilaku, ukuran tubuh, maupun bentuk pola warna.

c) Pengeluaran senyawa kimia dan alat penusuk (penyengat) adalah kemampuan

serangga mengeluarkan senyawa kimia beracun atau bau untuk menghindari serangan

musuhnya. Terdapat alat penusuk pada serangga digunakan untuk menyengat atau

membunuh lawan/ mangsanya.


4. Daur hidup

Daur hidup adalah waktu yang dibutuhkan semenjak terbentuknya telur sampai

serangga menjadi dewasa yang siap untuk berkembang biak. Daur hidup serangga

umumnya pendek. Serangga yang memiliki daur hidup yang pendek, akan memiliki

frekuensi bertelur yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan serangga lainnya yang

memiliki daur hidup lebih lama.

5. Umur imago (serangga dewasa)

Pada umumnya imago dari seekor serangga berumur pendek, misalnya ngengat

(imago) Tryporyza innotata yang berumur antara 4–14 hari. Umur imago yang lebih

lama, misalnya kumbang betina Sitophylus oryzae umurnya dapat mencapai antara 3–

5 bulan, sehingga akan mempunyai kesempatan untuk bertelur lebih sering.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

 Toples

 Plastik

 Karet gelang

 Data sheet

2. Bahan

 Beras

 Kutu

D. CARA KERJA

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Siapkan toples dan isi dengan sedikit beras. Kemudian pada toples tersebut diisi
dengan 20 ekor kutu beras.
3. Tutup toples dengan menggunakan plastic dan ikat dengan karet gelang.
4. Lubangi bagian atas toples yang ditutup dengan plastic sebagai jalan pernafasan bagi
kutu beras.
5. Setelah itu amati laju pertumbuhan natalitas dan mortalitasnya setiap 3 hari sekali
dalam jangka waktu dua minggu.
6. Catat hasil pengamatan laju pertumbuhannya dalam data sheet.

E. TABEL HASIL PENGAMATAN


Pengamatan ke- Jml individu Jml mortalitas Jml natalitas ∑ total individu
awal
1
2
3
4
5

F. ANALISIS DATA

Anda mungkin juga menyukai