Silvikultur
OLEH:
NAMA : Filda Wandana
NIM : M031211034
KELAS/KLP : Silvikultur B/10
ASISTEN : Andi Ahmad Assi’diq
i
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
I. PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum..............................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1. Deskripsi Angsana (Pterocarpus indicus).................................................3
2.2. Perbanyakan Vegetatif..............................................................................5
2.3. Jenis Dan Teknik Stek...............................................................................7
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stek................................................10
2.5. Zat Pengatur Tumbuh..............................................................................11
III. METODE PRAKTIKUM.............................................................................13
3.1. Waktu dan Tempat..................................................................................13
3.2. Alat dan Bahan........................................................................................13
3.3. Prosedur Praktikum.................................................................................13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................15
4.1. Hasil.........................................................................................................15
4.2. Pembahasan.............................................................................................17
V. PENUTUP.......................................................................................................19
5.1. Kesimpulan..............................................................................................19
5.2. Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
LAMPIRAN..........................................................................................................23
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
I. PENDAHULUAN
1
dinyatakan dengan pertambahan tinggi, jumlah tunas, jumlah daun dan diameter
batang (Jupiter dan Asmarahman, 2021).
Oleh karena itu, pada praktikum ini, praktikan diharapkan dapat melakukan
perbanyakan tanaman dengan metode stek dan mengukur setiap pertumbuhan
diameter serta jumlah daun pada tanaman tersebut.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
Tanaman Angsana memiliki ketinggian yang mencapai 40 m dan diameter
mencapai 3,5 m. Memiliki tajuk yang bulat dan batang yang berbentuk silindris
dengan warna kulit dibagian luar berwarna abu-abu yang kecoklatan. Kayu pada
tanaman angsana mengeluarkan eksudat merah gelap yang disebut ‘kino’ atau
dara naga. Secara umum, batang yang dimiliki oleh tanaman Angsana ini beralur
dangkal serta berbonggol atau biasanya disebut berbonjol. Batang dari tanaman
Angsana ini termasuk pada batang yang cukup unik dan berebeda dengan
beberapa batang tanaman lainnya (Lestari dan Satria, 2017).
Daun tanaman Angsana ini merupakan sebuah daun yang bersifat majemuk
serta menyirip gasal dan berseling. Anak daunnya terdiri atas 5 hingga 15 anak
daun dengan tangkai daun yang berbentuk bulat dan memanjang. Daunnya terlihat
seperti meruncing tumpul dan mengkilat serta pangkal daun yang berbentuk
seperti melingkar. Pada bagian tepinya cukup rata dan dipermukaan atas daun
tanaman Angsana ini memiliki warna yang hijau berkilau (Gunawan, dkk, 2021).
Daun ini bertulang dengan ibu tulang daunnya pendek dan padat serta tulang
daunnya sekunder menyirip dengan jumlah 10-14 pasang. Tulang daun yang
tersier kelihatannya agak kabur, yang memiliki bentuk seperti jala serta penumpu
yang berukuran 1 hingga 2 cm (Yudha, dkk, 2013).
4
Gambar 3. Bunga Angsana
Tanaman Angsana memiliki buah yang berdiameter 4 hingga 6 cm. Disertai
dengan sayap yang mencapai 1 sampai 2,5 cm dan berdiameter 2 hingga 3 cm
dengan ketebalan yang mencapai 5-8 mm. Bakal buah memiliki rambut yang
lebat, tangkai pendek, dan bakal biji dengan jumlah 2-6 (Danarto, 2013).
5
yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya
tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman
secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan merunduk
(layering). Selain itu, perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara okulasi
dan sambung (grafting) (Margareta, dkk, 2019).
Stek merupakan metode penggandaan tanaman dengan memanfaat bagian
tanaman baik batang, daun dan akar. Tujuan dalam penggandaan tanaman melalui
stek adalah untuk mendapatkan peluang penurunan sifat indukan tinggi, serta
adanya peningkatan sistem pertumbuhan perakaran serta bibit tanaman yang
ditanam lebih mampu dan cepat beradaptasi dengan lingkungan. Kendala yang
ada pada perbanyakan tanaman melalui stek ini yaitu batang stek tidak tumbuh
tunas, mudah busuk, dan pertumbuhan yang relatif melambat serta perakaran sulit
terbentuk. Keberhasilan setek dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
Faktor internal antara lain adalah genotip suatu tanaman, pemilihan jaringan
tanaman dan umur fisiologis setek, panjang setek, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman setek tidak hanya di pengaruhi oleh unsur hara
(makro/mikro) secara cukup, teapi juga faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban dan intensitas cahaya (Ananda, 2021).
Perbanyakan dengan stek batang cenderung memberikan produksi biomassa
yang lebih banyak karena tanaman cenderung menghasilkan banyak cabang yang
rimbun. Stek batang yang digunakan sebaiknya berasal dari tanaman yang sehat
dan berumur antara 15-20 tahun. Ukuran stek berpengaruh terhadap keberhasilan
perbanyakan tanaman. Semakin besar lingkaran stek batang semakin besar
peluangnya untuk hidup. Hal ini disebabkan kontribusi perbedaan akumulasi
karbohidrat pada bagian bawah stek dan jumlahnya akan optimal untuk
pembentukan akar pada stek yang panjang dibandingkan stek pendek
(Astiko, 2018).
Stek merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara memotong bagian
vegetatif untuk ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa yang sifatnya mirip dengan
sifat induknya. Dengan kata lain, Stek merupakan perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya, yang apabila
ditanam pada kondisi yang menguntungkan akan beregenerasi dan berkembang
6
menjadi tanaman yang sempurna. Perbanyakan vegetatif secara stek umumnya
digunakan untuk memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak dengan biji,
melestarikan klon tanaman unggul dan untuk memudahkan serta mempercepat
perbanyakan tanaman. Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan cara
pembiakan tanaman yang sederhana, cepat dan tidak memerlukan teknik tertentu
(Jayati, 2021).
Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam pembibitan secara vegetatif
secara umum adalah ukuran bahan tanaman yang digunakan. Secara umum
semakin panjang atau besar ukuran bahan tanaman dapat meningkatkan
kemampuan tumbuhnya. Akan tetapi dengan ukuran stek yang panjang maka
kebutuhan bahan tanaman menjadi lebih banyak. Oleh karena itu, upaya efisiensi
bahan tanaman untuk perbanyakan secara vegetatif harus diperhatikan tanpa
menurunkan kemampuan tumbuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan 7
mengembangkan teknik pembibitan yang tepat sehingga dapat diperoleh jumlah
bibit yang optimal. Kemampuan tumbuh akar stek cabang setiap jenis
berbedabeda, ada yang dapat berakar dengan panjang stek 5-8 cm, ada juga baik
pertumbuhannya dengan panjang stek 15-25 cm. Ada juga yang memerlukan
ukuran lebih panjang yaitu 30-60 cm, dan 50-75 cm (Ariefin, 2021).
7
bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah
disbanding pembentukan tunas-tunas adventif. Secara teknis stek daun dilakukan
dengan cara memotong daun dengan panjan 7,5-10 cm atau memotong daun
beserta petiolnya kemudian ditanam pada media.
Cara memotong beberapa tanaman memiliki perbedaan, tapi biasanya
dipotong beserta tangkai daunnya (bukan lembaran daunnya saja), sebab biasanya
akar dapat tumbuh berasal dari bagian tangkai daun tersebut. Jika hendak
mengembangbiakan secara vegetatif dengan stek daun, pemilihan daun yang dapat
digunakan yakni pada umur yang telah cukup tua.
2.3.2. Stek Batang
Stek batang dilakukan dengan cara diambil dari batang atau cabang pohon
induk. Beberapa tanaman yang bisa di perbanyak dengan teknik ini diantaranya 15
kedondong, jambu air, jeruk, bougenvil, kembang sepatu, mawar, dan melati.
Kadang- kadang stek batang yang ditanam sulit mengeluarkan akar sehingga perlu
diberi perlakuan khusus.
Teknik stek batang sendiri dibagi lagi menjadi empat macam, yaitu
hardwood (tanaman berkayu keras), semi hardwood (tanaman berkayu setengah
keras), softwood (tanaman berkayu lunak) dan herbaceous (tanaman herbal dan
rempah-rempah).
2.3.3. Stek Akar
Umunya bahan stek akar yang diambil adalah akar sekunder yang terbuka
dan telah menumbuhkan tunas baru serta potongan akar sekunder. Cara yang
dilakukan adalah dengan menggali dan memotong bagian akar sekunder. Apabila
bahan stek yang diambil berasal dari bagian akar yang telah menumbuhkan tunas
yaitu dengan cara menggali tanah sekitar tegakan,setelah terubusan akar terlihat
baru dilakukan pemotongan bagian akar dengan menyisakan sebagian akar dan
sebagian akar,sehingga berbentuk stump yang siap ditanam dalam polybag.
2.3.4. Stek Pucuk
Stek pucuk adalah metode perbanyakan vegetatif secara makro dengan
menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas axilar pada media persemaian sampai
berakar sebelum dipindahkan ke lapangan. Dalam perkembangannya teknik ini
dilakukan dengan menggunakan materi yang berukuran kecil sehingga dikenal
8
mini cuttings dan micro cuttings seperti telah dikembangkan secara komersial
untuk jenis Eucalyptus spp di Brazil.
2.3.5. Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan yang digunakan adalah umbi batang, umbi akar,
umbi sisik dan lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh
atau dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya mengandung calon tunas.
Untuk menghindari busuk pada setiap potongan umbi, maka umbi perlu
dierandam bakterisida dan fungisida.
Perbanyakan tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman
dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu
bisa berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu
sendiri cukup mudah. Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan
menggunakan pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan permukaan yang
halus. Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada beberapa milliliter dari
mata tunas (Prastyo, 2016).
Sedangkan pemotongan stek bagian pangkal harus meruncing. Ketika
membuat potongan meruncing. Hendaknya kita usahakan potongan itu sedikit
menyentuh again mata tunas, dengan demikian nantinya stek yang diharapkan
akan berhasil. Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan
menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga
menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman
buah- buahan. Dengan kata lain setek atau potongan adalah menumbuhkan bagian
atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru (Prastyo, 2016).
Penyetekan adalah suatu perlakuan atau pemotongan beberapa bagian dari
tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar organ-organ
tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna
dalam waktu yang relative cepat dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya
(Prastyo, 2016).
Menurut Prastyo (2016) ada beberapa perlakuan untuk mempercepat
pertumbuhan akar pada setek antara lain :
1. Pengeratan (girdling) pada batang
9
Penimbunan karbohidrat pada cabang pohon induk yang akan dijadikan setek
dapat dilakukan dengan cara pengeratan kulit kayu sekeliling cabang dibuang
secara melingkar. Lebar lingkaran sekitar 2 cm. Jarak dari ujung cabang ke
batas keratan kirakira 40 cm. Biarkan cabang yang sudah dikerat selama 2-4
minggu. Pada dasar keratan akan tampak benjolan atau kalus. Pada benjolan
inilah terjadi penumpukan karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber tenaga
pada saat pembentukan akar dan hormon auksin yang dibuat di daun. Setelah
terlihat benjolan barulah cabang bisa dipotong dari induknya. Bagian pangkal
cabang sepanjang 20 cm bisa dijadikan sebagai setek.
2. Penggunaan hormon tumbuh
Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau
terjadinya akar. Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan hormon, yaitu
auksin endogen.Akan tetapi banyaknya auksin yang dihasilkan belum cukup
memadai untuk mendorong pembentukan akar.Tambahan auksin dari luar
diperlukan untuk memacu perakaran setek.
3. Persemaian setek Setek yang sudah diberi perlakuan hormon penumbuh akar
siap untuk disemaikan. Untuk itu kita perlu menyediakan tempat yang
kondisinya sesuai. Usaha untuk menumbuhkan setek perlu dilakukan pada
lingkungan yangmempunyai cahaya baur atau terpencar (diffuse light).
Kelembaban udara sebaiknya tinggi, sekitar 70-90%, Suhu mendekati suhu
kamar, 25- 270C. Selain itu dalam pembentukan akar setek diperlukan juga
oksigen 18 yang cukup. Oleh karena itu media yang digunakan harus cukup
gembur, sehingga aerasinya baik.
Stek, yaitu bagian batang, daun, atau akar tanaman yang digunakan untuk
perbanyakan, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa
faktor paling umum yang dapat mempengaruhi keberhasilan stek:
2.4.1. Spesies tanaman
Spesies tanaman yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda-beda
untuk berakar dari stek. Beberapa tanaman berakar dengan mudah, sementara
yang lain lebih sulit untuk diperbanyak (Mariana, 2017).
10
2.4.2. Umur bahan tanaman
Tanaman yang lebih muda umumnya lebih mudah diperbanyak dengan
stek daripada tanaman yang lebih tua. Ini karena tanaman yang lebih muda
memiliki hormon pertumbuhan yang lebih aktif, yang dapat membantu mereka
berakar lebih cepat (Akoit, 2018).
2.4.3. Waktu tahun
Waktu terbaik tahun untuk mengambil stek bervariasi tergantung pada
spesies tanaman. Secara umum, musim semi dan musim panas adalah waktu
terbaik untuk melakukan stek, karena tanaman aktif tumbuh selama ini (Ramadan,
dkk, 2016).
2.4.4. Panjang pemotongan
Panjang pemotongan juga dapat memengaruhi kemampuannya untuk
berakar. Stek yang terlalu panjang mungkin tidak mampu menyerap cukup air
untuk mendukung pertumbuhan akar, sedangkan stek yang terlalu pendek
mungkin tidak memiliki cadangan energi yang cukup untuk menghasilkan akar
(Mariana, 2017).
2.4.5. Perawatan hormonal
Beberapa hormon tanaman, seperti auksin, dapat diterapkan pada stek
untuk mendorong pertumbuhan akar. Namun, keefektifan perawatan ini dapat
bervariasi tergantung pada spesies tanaman dan konsentrasi hormon yang
digunakan (Ramadan, dkk, 2016).
2.4.6. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan tempat stek disimpan juga dapat memengaruhi
kemampuannya untuk berakar. Faktor-faktor seperti kelembapan, suhu, dan
tingkat cahaya semuanya dapat berperan dalam keberhasilan pemotongan
(Mariana, 2017).
11
sel. Hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada
tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu
sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia.
Pemberian zat pengatur tumbuh bertujuan untuk merangsang pembentukan dan
pertumbuhan akar dalam melakukan stek. Salah satu zat pengatur tumbuh yang
sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar adalah
jenis auksin (Rostiwati, 2013).
Jenis auksin yang sering digunakan untuk keperluan tersebut adalah IAA
(Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid) dan NAA (Napthalene Acetic
Acid). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan
auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam
pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside,
kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA
atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam
pengakaran stek (Rostiwati, 2013).
Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh jenis pupuk. Selain unsur hara, zat
pengatur tumbuh (ZPT) juga diperlukan untuk memicu pembelahan sel yang
selanjutnya berdiferensiasi membentuk jaringan meristem dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik yang
mengatur dan mengkoordinasi proses pertumbuhan dan perkembangan. ZPT
biasanya aktif dalam konsentrasi kecil dan perkembangan dalam tanaman itu
sendiri (endogenous). Selain itu, ZPT juga dapat meningkatkan aktivitas fisiologis
tanaman, sehingga dapat mempertinggi efisiensi penggunaan energi surya dan
unsur hara (Rosalia, 2016).
Aktivitas zat pengatur tumbuh di dalam pertumbuhan tergantung dari jenis,
struktur kimia, konsentrasi, genotipe tanaman serta fase fisiologi tanaman. ZPT
terdiri dari lima yaitu auksin yang mempunyai kemampuan dalam mendukung
perpanjangan sel, giberelin dapat menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel
atau keduanya, sitokinin mendukung terjadinya pembelahan sel, ethilen berperan
dalam proses pematangan buah, dan asam absisat (Rosalia, 2016).
12
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum kedua ini dilaksanakan pada hari Minggu, 16 April 2023, pukul
10.00 WITA sampai selesai, bertempat di Persemaian, Hutan Rimba, Universitas
Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan, Tamalanrea Indah, Kec. Tamalanrea, Kota
Makassar, Sulawesi Selatan 90245.
3.2.1. Alat
3.2.2. Bahan
1. Menyiapkan media tanaman yang berupa top soil dan arang sekam, dengan
perbandingan 2:1.
2. Menyiapkan 1 batang tanaman induk sepanjang 10 cm yang sehat, bebas hama
dan penyakit, terlihat agak tua serta memiliki 2-3 mata tunas
13
3. Memotong ujung cabang batang yang akan berada di dalam tanah dengan
arah miring pada tanaman induk
4. Meendam pangkal stek yang telah di potong miring dengan larutan
perangsang perakaran (growtone) selama 10-15 menit dengan perbandingan
10 ml : 1 liter air.
5. Membuat lubang tanam pada media tanam, kemudian tanamkan stek batang
ke media sedalam 5 cm.
6. Menyungkup menggunakan plastik dan diamkan selama beberapa hari hingga
tunas muncul batang tanaman yang di stek.
7. Merawat dan amati pertumbuhan tunas pada stek.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Murbei/
Vira
Murbei/
Amin
Angsana/
BTT
Rehan
20 April Angsana/
1
2023 Sasi
Angsana
BTT
/Wiwil
Jati/ Inna BTT
Jati Haira BTT
Sukun/
BTT
Maruli
Sukun /
BTT
Sul
2 25 April 1 2,2 1,3 5
2023 2 2,8 1,6 5
Murbei/
3 3,8 2,1 6
Vira
1 3,4 1,7 4
Murbei/
Amin
1 0,9 2,6 4
Angsana/
Rehan
Angsana/
Sasi
Angsana/
Wiwil
Jati/ Inna
Jati/ BTT
Haira
15
Sukun/
BTT
Maruli
Sukun/
BTT
Sul
1 3,4 4,7 9
2 0 0 0
Murbei/
3 3,2 2,4 8
Vira
1 3,8 3,5 7
Murbei/ 2 1,6 1,3 4
Amin
1 1,8 3,0 6
Angsana/
30 April Rehan
3
2023
Angsana/ 1 0,9 1,9 6
Sasi 1 1,1 2,5 5
Angsana/
Wiwil
Jati/ Inna
Jati/
TTT
Haira
Sukun/
TTT
Maruli
Sukun/
TTT
Sul
Keterangan:
BTT = Belum Tumbuh Tunas, TTT = Tidak Tumbuh Tunas
IV.1.1. Diagram Diameter
16
Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Diameter Stek Batang
IV.1.2. Diagram Panjang Tunas
3 Angsana (Rehan)
2.5 Angsana (Sasi)
2 Angsana (Wiwil)
1.5 Jati (Inna)
1 Jati (Haira)
0.5 Sukun (Maruli)
0 Sukun (Sul)
0 1 2 3
Pengukuran Ke-
Jumlah Daun
18
Murbei (Vira)
16
Murbei (Amin)
14
Angsana (Rehan)
12
Jumlah Daun
Angsana (Sasi)
10
Angsana (Wiwil)
8
Jati (Inna)
6
Jati (Haira)
4
Sukun (Maruli)
2
Sukun (Sul)
0
0 1 2 3
Pengukuran Ke-
17
batang yang dilakukan dengan cara mengambil bagain tengah batang tanaman
yang akan distek dengan umur batang tanaman muda tetapi tidak terlalu muda.
Hal ini akan berpengaruh pada pertumbuhan stek batang.. Tanaman yang akan
dijadikan bahan praktikum adalah batang tanaman angsana (Pterocarpus indicus
L.). Perbanyakan tanaman dengan metode stek batang di amati selama 14 hari
dengan 3 kali pengukuran. Untuk pengukrannya digunakan jangka sorong digital
dan penggaris. Jangka sorong digital digunakan untuk mengukur diameter tunas,
sedangkan penggaris digunakan untuk mengukur panjang tunas.
Dari hasil pengamatan hari ke-4 yaitu Kamis, 20 April 2022 terlihat belum
ada tunas yang tumbuh pada stek tanaman angsana. Pada pengamatan hari ke-10
yaitu Selasa, 25 April 2022 terlihat tumbuhnya tunas pada stek tanaman angsana
dengan jumlah tunas yaitu 3 dan rata-rata diameter tunas tersebut adalah 1,3 mm,
rata-rata panjang tunasnya yaitu 0,5 cm tetapi belum ada daun yang muncul pada
ke tiga tunas tersebut. Pada pengamatan hari terakhir yaitu hari ke-14 yaitu
Minggu, 30 April 2022 terlihat jumlah tunas pada stek tanaman angsana tidak
bertambah, tetapi rata-rata diameternya bertambah yaitu 1,8 mm, rata-rata panjang
tunasnya 1 cm dan sudah muncul daun pada tunasnya dengan jumlah daun
sebanyak 10 daun.
Dari hasil pengamatan selama 14 hari tersebut, praktikum perbanyakan
vegetatif dengan metode stek pada batang tanaman angsana bisa dikatakan
berhasil karena terdapat tunas yang tumbuh pada tanaman angsana yang ditanam,
serta bertambahnya besar diametr tunas, panjang tunas, dan jumlah daun setiap
kali melakukan pengukuran. Hal ini dapat diartikan bawa tidak adanya faktor
yang menghampat munculnya tunas pada stek tanaman angsana.
18
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan
V.2. Saran
Adapu saran untuk praktikum ini yaitu agar pada saat penyiraman stek
tanaman harus dilakukan dengan hati-hati, karena jika stek tersebut goyomh maka
potensi kegagalan stek untuk tumbuh tunas sangat besar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, H. S., Tripama, B., & Wijaya, I. 2021. Respon Pertumbuhan Tanaman
Puring (Codiaeum Variegatum L.) Dengan Metode Stek Batang Terhadap
Bentuk Pemotongan Bahan Stek Dan Komposisi Media. Universitas
Muhammadiyah Jember.
Ariefin, M. N., Adinugraha, H. A., Basuki, B., & Srilestari, R. 2021. Pertumbuhan
Stek Batang Empat Kultivar Sukun (Artocarpus altilis) dengan Variasi
Panjang Stek. In Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS,
5(1), (pp. 1318-1330).
Arif, A., Tuheteru, F. D., Basrudin, B., & Albasri, A. (2018). Pertumbuhan dan
Ketergantungan Tanaman Angsana (Pterocarpus Indicus Willd.) dengan
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Glomus Spp. In Prosiding Seminar
Nasional Mikoriza (pp. 221-236).
Astiko, W., Taqwim, A., & Santoso, B. B. (2018). Pengaruh Panjang dan
Diameter Stek Batang Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelor (Moringa
oleifera Lam.). J. Sains Tek. Lingk, 4(3), hal: 120-131.
Faizin, R. (2018). Pengaruh Jenis Stek dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh
Growtone Terhadap Pertumbuhan Tanaman Nilam (Pogestemon cablin
Benth). Jurnal Agrotek Lestari, 2(1), hal: 55-67.
Gunawan, S., Karyati, K., & Syafrudin, M. (2021). Kandungan Polutan Pada
Daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) Di Kota Samarinda. Jurnal
Riset Pembangunan, 3(2), 46-54.
20
Hidayat, P. W., Baskara, M., & Sitawati, S. (2017). Keberhasilan Pertumbuhan
Stek Geranium (Pelargonium sp) Pada Aplikasi 2 Jenis Media dan Zat
Pengatur Tumbuh. PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science, 2(1),
hal: 47-54.
Jayati R., D., (2021). Efektivitas Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami dan Kimiawi
Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Mawar Jepang. Ahlimediabook:
Malang.
Jupiter, L., & Asmarahman, C. (2021). Pengaruh Bahan Yang Mengandung Zat
Pengatur Pertumbuhan Alami Terhadap Keberhasilan Stek Cabang\
Aangsana (Pterocarpus Indicus Willd.). In Prosiding Seminar Nasional
Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan dan Komunitas Manajemen
Hutan Indonesia 2021 (Vol. 1, pp. 335-342). UHO EduPress.
Margareta, F., Budianto, B., & Sutoyo, S. (2019). Studi Tentang Metode
Perbanyakan Tanaman Jeruk Siam Pontianak (Citrus nobilis var
microcarpa) Secara Vegetatif Di Kebun Percobaan Punten Desa
Sidomulyo Kota Batu. Berkala Ilmiah Pertanian, 2(1), hal: 26-29.
Prastyo, K. A. (2016). Efektivitas beberapa auksin (NAA, IAA dan IBA) terhadap
pertumbuhan tanaman zaitun (Olea europaea L.) melalui teknik stek 35
mikro (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).
21
Ramadan, V. R., Kendarini, N., & Ashari, S. (2016). Kajian pemberian zat
pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek tanaman buah naga
(Hylocereus costaricensis) (Doctoral dissertation, Brawijaya University).
Rosalia F. (2016). Pengaruh Konsentrasi ZPT dan Jumlah Mata Tunas terhadap
Pertumbuhan Stek Melati (Jasminum sambac). Skripsi. Sekolah Tinggi
Ilmu Pertanian. (Stiper) Dharma Wacana Metro.
Rostiwati, T., & Efendi, R. 2013. Mendulang uang tanpa tebang, Lima jenis
HHBK unggulan. (G. Pari & P. Setio, Eds.). Bogor: Forda Press.
Yudha, G. P., Noli, Z. A., & Idris, M. (2013). Pertumbuhan daun Angsana
(Pterocarpus indicus Willd) dan akumulasi logam timbal (Pb). Jurnal
Biologi UNAND, 2(2), hal: 26-34.
22
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Praktikum
23
Gambar 11. Merendam Stek Dengan Larutan Growtone
24
2. Dokumentasi Peraatan dan Pengukuran
25
26
4. Sampul Jurnal/Buku
27
28
29
30
31