Anda di halaman 1dari 22

ETNOBOTANI TUMBUHAN LUKAI (Goniothalamus Macrophyllus)

SUKU DAYAK KERABAT DI DESA NANGA PEMUBUH

PROPOSAL

TINO JUNIAR
G1011201358

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
ETNOBOTANI TUMBUHAN LUKAI (Goniothalamus Macrophyllus)
SUKU DAYAK KERABAT DI DESA NANGA PEMUBUH

TINO JUNIAR
G1011201358

Disetujui oleh:

Dosen pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr SM Kartikawati SHut,MSi Lolyta Sisillia, SHut, MSi


NIP.197207092006042001 NIP.197607072003122001

Disahkan oleh:
Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura

Dr Slamet Rifanjani, SHut, MP


NIP.197412072002121004
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul proposal penelitian ini Etnobotani
Tumbuhan Lukai (Goniothalamus Macrophyllus) Suku Dayak Kerabat Di Dusun
Sepanjang Desa Nanga Pemubuh.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Siti Masitoh Kartikawati S.Hut,MSi
sebagai pembimbing pertama dan ibu Lolyta Sisillia S.Hut, MSi sebagai pembimbing
kedua yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
proposal penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Pontianak, Maret 2023

Tino Juniar

i
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 2
Latar Belakang............................................................................................ 3
Rumusan Masalah....................................................................................... 3
Tujuan dan Manfaat.................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 5
METODE PENELITIAN ................................................................................ 6
Lokasi dan Waktu....................................................................................... 7
Bahan dan Alat atau Objek Penelitian........................................................ 8
Jenis dan Sumber Data................................................................................ 9
Prosedur Penelitian .................................................................................... 11
Analisis Data............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Daun Lukai...................................................................................... 1
Gambar 2 Bunga Lukai..................................................................................... 2
Gambar 3 Kulit Lukai....................................................................................... 3
Gambar 4 Batang Lukai.................................................................................... 4
Gambar 5 Bagan Alir........................................................................................ 5

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data mengenai tumbuhan Lukai.............................................................. 1
Tabel 2 Data mengenai bagian yang dimanfaatkan dan pemanfaatanya.......... 2
Tabel 3 Penggunaan dan makna tumbuhan dalam berbagai ritual adat............ 2

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian...................................................................... 1
Lampiran 2 Peta Penelitian............................................................................... 2

iii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pohon lukai (Goniothalamus macrophyllus) merupakan famili Annonaceae berupa


semak atau pohon kecil yang tingginya mencapai 10 meter. Daunnya yang agak kasar
berukuran 26-59 kali 6-15,5 sentimeter dan bentuknya bervariasi dari sempit hingga
elips lebar. Permukaan atas daun tidak berbulu atau berbulu jarang. Bagian bawah daun
tidak berbulu dan memiliki tekstur granular yang khas. Ujung daun meruncing dan
pangkal daunnya runcing atau berbentuk baji. Bunga soliternya tumbuh pada tangkai 5-
11,5 kali 1,2-3 milimeter sedikit di atas posisi ketiak. Pedisel tidak berbulu atau berbulu
jarang. Sepal tidak berbulu atau berbulu jarang di permukaan atas dan bawahnya.
Bunganya memiliki 6 kelopak dalam dua baris tiga. Buahnya bertangkai berbentuk elips
dengan warna kuning hingga merah berukuran 8-15 kali 7,5-10 milimeter dan memiliki
1-2 biji. Pangkal buahnya berbentuk baji dan ujungnya membulat atau meruncing.
Benih yang agak pipih, elips, berukuran 8,5-12 kali 6,5-8,5 milimeter. Permukaan biji
halus sampai agak berkerut, tidak berbulu sampai jarang ditumbuhi uban. (Saunders
2003).
Keluarga Annonaceae terdiri dari 50-130 spesies yang tersebar dari Asia Tenggara
dan Malaysia hingga daerah tropis utara Australia (Jessup 1986; Saunders 2003;
Nakkhuntod et al 2009; Tang et al 2013). Goniothalamus tersebar di hutan dataran
rendah dan sub-tropis Asia Tenggara: Malesia barat, Kalimantan (Mat-Salleh 2001;
Turner dan Saunders 2008), Sumatera (Saunders 2002), Semenanjung
Malaysia/Thailand, selatan Isthmus of Kra (Saunders 2003; Saunders dan Chalermglin
2008), dan India selatan dan Sri Langka (Huber 1985: Mitra 1997). Dari jumlah
tersebut, Goniothalamus macrophyllus (Blume) Hook.f. & Thomson adalah semak atau
pohon kecil setinggi 8 m. Di Asia Tenggara, G. macrophyllusis terutama tersebar di
semenanjung Thailand dan Malaysia, serta Kalimantan, Sumatera, dan Jawa di
Indonesia.
Pohon lukai Goniothalamus macrophylus habitatnya adalah hutan terganggu
primer dan sekunder kering atau basah dengan lempung lempung atau tanah berpasir di
atas granit, dan ditemukan pada ketinggian 0-1300 m. Goniothalamus macrophylus
teridentifikasi pada tingkat pertumbuhan tingkat semai serta pancang pada bebarapa
ketinggian tempat tertentu, jika berada pada tingakat semai tanaman ini dominan
ditemukan pada ketingiian 442 m dpl, 859 m dpl, serta 1.175 m dpl. Pada tingkat
pancang tumbuhan ini dominan pada ketinggian 864 m dpl, 997 m dpl, dan 1.175 m dpl.
Pada tingkat pancang Goniothalamus macrophylus tidak mendominasi dan pada tingkat
pohon tidak ditemukan jenis tersebut. Yusuf. R. (2005).
Berdasarkan penelitian Adhya et al., (2020) Tendani (Goniothalamus
macrophyllus) pada tingkatan semai, pancang dan tiang ditemukan pada kawasan hutan
Gunung Tilu. Beberapa spesies Goniothalamus dilaporkan mengandung senyawa yang
berguna bagi pengobatan (Tantithanaporn et al., 2011; Tip-pyang et al., 2010; Tai et al.,
2010). Terdapat sepuluh spesies Goniothalamus yang telah dikenal sebagai bahan obat
tradisional yaitu G. curtisii, G. dolichocarpus, G. fulvus, G. giganteus, G. macrophyllus,
G. malayanus, G. scortechinii, G. tapis, G. terniifolius dan G. umbrosus (Mat Salleh
2

dan Latiff, 2002). Menurut Mat Salleh dan Latiff (2002), Goniothalamus merupakan
hasil hutan yang mempunyai potensi sebagai tanaman obat yang belum dimanfaatkan
secara maksimal. Goniothalamus yang merupakan famili Annonaceae diketahui
menghasilkan senyawa bioaktif berupa acetogenins, alkaloids, sytryl lactones dan
flavoniods (Chen et al., 1998; Ee et al., 1999; Tian et al., 2006). Beberapa spesies genus
goniothalamus digunakan oleh masyarakat pedalaman dari berbagai negara untuk
mengobati demam, kudis dan rematik (Perry, 1980). Akar dari G. tapis Miq. di Pulau
Jawa, telah digunakan sebagai infus untuk mengobati demam tifoid. (Efdi et al., 2010).
Beberapa spesies yang termasuk dalam famili Annonaceae, diantaranya genus
Goniothalamus mengandung berbagai acetogenins baru dan dapat dipergunakan sebagai
pestisida yang aman, efektif, ekonomis, dan ramah lingkungan (McLaughlin et al.,
1997). Aktivitas larvicidal dari beberapa spesies tumbuhan Annonaceae merupakan
produk kombinasi bioaktiv alami yang digunakan untuk mengontrol hama (Ee et al.,
2006). Seperti halnya Goniothalamus spp lainnya, akar dan daun G. uvariodes King
telah digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai obat setelah melahirkan. (Burkill,
1935). Masyarakat suku Dayak Punan di Kalimantan Timur sering menggunakan
daunnya sebagai obat infeksi luka dan akarnya sebagai obat demam (Yusuf, 2005).
Burkill dan Haniff (1930) juga menyatakan akar tendani dimanfaatkan untuk obat flu,
demam dan malaria, dan daunya dimanfaatkan untuk mengobati kulit yang bengkak.
Bagi masyarakat suku Sakai, tanaman ini digunakan sebagai obat setelah bersalin untuk
membersihkan darah nifas. Tanaman ini juga biasa dimanfaatkan sebagai obat penurun
panas, pereda maag, dan membantu pemulihan wanita bersalin. Dayak Derabat
meyakini bahwa kulit pohon lukai dapat digunakan untuk melindungi perempuan hamil
dari gangguan roh jahat dan digunakan sebagai upaya meredakan apabila sedang terjadi
cuaca buruk yang menimpa daerah tersebut. Sementara masyarakat etnis Dayak Iban
memanfaatkan tanaman tersebut sebagai pewarna alami.

Rumusan Masalah

Pohon dengan nama latin Goniothalamus macrophylus atau lebih sering di


sebut dengan pohon lukai memiliki nilai budaya tersendiri oleh beberapa suku yang ada
di Kalimantan Barat salah satunya yaitu Suku Dayak Kerabat di Desa Nanga Pemubuh
Kecamatan Sekadau Hulu kabupaten Sekadau. Suku dayak ( Dayak Kerabat) meyakini
bahwa pohon lukai memiliki petuah yaitu salah satunya menganggap bahwa pohon
lukai dapat menjadi salah satu media yang dapat digunakan sebagai penagkal pada saat
cuaca sedang buruk dan dapat menjadi pelindung bagi wanita yang baru saja melahirkan
dari ganguan mahkluk halus yang dari dahulu hingga sekarang masih menjadi suatu
kebudayaan yang masih rutin di lakukan. Kemajuan zaman dan pergeseran budaya
menyebabkan nilai pengetahuan lokal masyarakat Dayak kerabat di Desa Nanga
Pemubuh terhadap pohon lukai cenderung menurun, dibuktikan dengan ketidaktahuan
sebagian golongan masyarakat terhadap fungsi yang dimiliki pohon lukai itu sendiri.

Tujuan Dan Manfaat


3

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali etnobotani pohon lukai dan
tingkat pengetahuan masyarakat tentang pohon lukai masyarakat di Desa Nanga
Pemubuh Dusun Sepanjang. Manfaat penelitian ini adalah untuk pengayaan mata
kuliah etnobiologi dan Hasil Hutan Bukan Kayu serta memberikan informasi
kepada masyarakat setempat mengenai fungsi lain dari pohon lukai, serta
memberikan pemahaman tentang penggunaan tanaman secara tradisional. Kajian
ini memberikan informasi tentang kegunaan tanaman, baik yang tidak diketahui
maupun yang telah diketahui.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Pohon Lukai (Gonithalamus macrophylus)

Berikut klasifikasi tumbuhan Lukai (Goniothalamus macrophylus)


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledones
Ordo : Magnoliales
Family : Annonaceae
Genus : Goniothalamus
Species : Macrophylus

A B

C D

Gambar 1. (a) daun lukai, (b) bunga lukai, (c) Kulit pohon lukai, (d) batang pohon
lukai
5

Persebaran Jenis Goniothalamus macrophylus

Keluarga Annonaceae terdiri dari 50-130 spesies yang tersebar dari Asia Tenggara
dan Malaysia hingga daerah tropis utara Australia (Jessup 1986; Saunders 2003;
Nakkhuntod et al. 2009; Tang et al. 2013). Goniothalamus tersebar di hutan dataran
rendah dan sub-tropis Asia Tenggara: Malesia barat, Kalimantan (Mat-Salleh 2001;
Turner dan Saunders 2008), Sumatera (Saunders 2002), Semenanjung
Malaysia/Thailand, selatan Isthmus of Kra (Saunders 2003; Saunders dan Chalermglin
2008), dan India selatan dan Sri Langka (Huber 1985: Mitra 1997). Dari jumlah
tersebut, Goniothalamus macrophyllus (Blume) Hook.f. & Thomson adalah semak atau
pohon kecil setinggi 8 m. Di Asia Tenggara, G. macrophyllusis terutama tersebar di
semenanjung Thailand dan Malaysia, serta Kalimantan, Sumatera, dan Jawa di
Indonesia. Revisi taksonomi yang komprehensif dari spesies Goniothalamus (Blume)
Hook. F. & Thomson (Annonaceae) yang terdapat di Sumatera dan pulau-pulau
sekitarnya. Empat belas spesies dikenali, termasuk enam spesies endemik yang
dideskripsikan sebagai baru dalam ilmu pengetahuan (G. acehensis, G. alatus, G.
dewildei, G. loerzingii, G. longistaminus dan G. miquelianus). Selain itu, dua spesies
baru tercatat dari Sumatera, yaitu. G.pararelivenius Ridl. (sebelumnya dilaporkan dari
Kalimantan), dan G. wrayi King (sebelumnya dilaporkan dari Semenanjung Malaysia).

Habitat Pohon Lukai Goniothalamus macrophylus

Habitatnya adalah hutan terganggu primer dan sekunder kering atau basah dengan
lempung lempung atau tanah berpasir di atas granit, dan ditemukan pada ketinggian 0-
1300 m. Goniothalamus macrophylus teridentifikasi pada tingkat pertumbuhan tingkat
semai serta pancang pada bebarapa ketinggian tempat tertentu, jika berada pada tingakat
semai tanaman ini dominan ditemukan pada ketingiian 442 m dpl, 859 m dpl, serta
1.175 m dpl. Pada tingkat pancang tumbuhan ini dominan pada ketinggian 864 m dpl,
997 m dpl, dan 1.175 m dpl. Pada tingkat pancang Goniothalamus macrophylus tidak
mendominasi dan pada tingkat pohon tidak ditemukan jenis tersebut. Indeks
keanekaragaman jenis berdasarkan tempat ketinggian yaitu didominasi tingkat
keanekaragaman jenis sedang, indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan pada
ketinggian pada tingkat pancang di ketinggian 895 m dpl. Yusuf. R. (2005).

Fungsi tumbuhan lukai Goniothalamus macrophylus

Spesies ini digunakan secara luas oleh manusia untuk tujuan pengobatan.
Daunnya sebagai insektisida alami (van Valkenburg dan Bunyapraphatsara 2002).
Alabsi et al. 2013 mengemukakan bahwa ekstrak alami G. macrophyllus memiliki sifat
anti kanker terhadap sel tumor, dan penangkal gigitan ular di daerah Serampas Jambi,
Indonesia (Hariyadi dan Ticktin 2012). Tabib tradisional di Provinsi Patthalung,
Thailand, menggunakan spesies ini untuk mengobati perut kembung, kelelahan umum,
dan nyeri tubuh (Maneenoon et al. 2015). Ini juga digunakan untuk tujuan anti-penuaan
(Ong et al. 2012) dan sebagai pengobatan untuk demam tifoid (Setyowati dan Wardah
2010). Daun dan kulit kayu yang ditumbuk digunakan untuk mengobati keluhan kulit
(Chong et al. 2012), dan minyak atsiri yang dihasilkan dari ranting dan akar telah
menunjukkan sifat antimikroba yang kuat terhadap Staphylococcus aureus,
6

Staphylococcus epidermidis, dan Candida albicans yang resisten terhadap vankomisin


(Humeirah et al. 2010 ). Balunas dan Kinghorn (2005) melaporkan bahwa peningkatan
penggunaan obat spesies ini telah meningkatkan risiko pemusnahan atau kepunahan di
alam liar. Banyak spesies tanaman obat yang terancam punah akibat pemanenan
berlebihan dan perusakan habitat, dan 20% sumber daya tanaman obat liar telah hilang
akibat konsumsi berlebihan dan aktivitas antropogenik (Zerabruk dan Yirga 2012)
macrophyllus dikenal mempunyai watak embriotoksik. Pemanfaatan minyak Gram.
Macrophyllus ialah salah satu bahan aktif buat produk perawatan individu, sebaliknya
senyawa kimiawi dari minyak esensial Gram. Di Indonesia, warga suku Dayak Punan
di Kalimantan Timur kerap memakai daunnya selaku obat peradangan cedera serta
akarnya selaku obat demam( Yusuf 2005). Bagi Burkill( 1953) daun tendani digunakan
buat meredakan sakit demam serta rebusan akarnya bisa menimbulkan aborsi,
menghindari serta menyembuhkan sakit demam, serta daun yang telah dipanaskan bisa
digunakan buat menyembuhkan pembengkakan pada kulit( Wiart 2007). Warga Taiwan
memakai biji tendani buat menggobati penyakit kudis( Heyne 1950).

Dayak Kerabat di Desa Nanga Pemubuh

Suku Dayak Kerabat adalah suatu kelompok masyarakat dayak yang bermukim di
kecamatan Sekadau Hulu kabupaten Sekadau provinsi Kalimantan Barat, tepatnya di
hulu sungai Kerabat dan sungai Engkulun. Suku Dayak Kerabat dulunya disebut
sebagai Dayak Penyapat, yang berawal dari peristiwa perang antar suku Dayak
Seberuang dan suku Dayak Jawatn. Suku Dayak Kerabat diminta oleh Kerajaan
Sekadau untuk menjadi penengah untuk menghentikan pertikaian antara suku Dayak
Seberuang dengan suku Dayak Jawatn. Karena posisi suku ini sebagai penyapat
(penengah atau benteng) maka disebutlah saat itu sebagai suku Dayak Penyapat. Tetapi
di tanah asal mereka berada, yaitu di sungai Ngkulun (Engkulun), mereka dikenal
sebagai Dayak Kerabat, maka istilah Kerabat ini lah yang bertahan sampai sekarang.
Sedangkan sungai yang menjadi daerah pemukiman suku Dayak Kerabat ini juga
disebut sebagai sungai Kerabat. Suku Dayak Kerabat berbicara menggunakan bahasa
Dayak Kerabat, yang sekilas kedengaran mirip dengan bahasa Melayu Sekadau (bahasa
Dayak Senganan atau komunitas dayak yang muslim), tetapi sebenarnya bahasa Dayak
Kerabat berbeda dengan bahasa Dayak Senganan (Melayu Sekadau), hanya saja gaya
mengucapkannya yang terdengar mirip. Suku Dayak Kerabat, pada masa lalu
mempercayai dunia roh dan segala sesuatu hal gaib di alam, seperti kepercayaan
terhadap suatu pohon mistis di Desa Nangan Pemubuh Dusun sepanjang yang
mempercayai bahwa pohon lukai berguna untuk suatu hal yang berbau mistis seperti
penangkal cuaca buruk dan penjaga wanita hamil.
7

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakasanakan selama kurang lebih 4 Minggu di lapangan yang


berlokasi di Dusun Sepanjang Desa Nanga Pemubuh Kecamatan sekadau Hulu
Kabupaten Sekadau.

Alat dan Bahan Penelitan

Alat Penelitian
Alat rekam digunakan untuk merekam apa yang disampaikan oleh informan.
Buku tulis dan alat tulis digunakan untuk mencatat pernyataan-pernyataan informan
yang ditanyakan peneliti. Kamera atau handphone digunakan untuk mendokumentasi
kegiatan di lapangan untuk melengkapi data yang diperoleh. Kuisioner digunakan
sebagai acuan dalam pertanyaan. Peta penelitian sebagai gambaran awal lokasi
penelitian.
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pengetahuan masyrakat tentang pohon lukai dan obyek
penelitian adalah masyrakat Dusun Sepanjang.

Jenis dan Sumber Data

Data Primer
Data primer penelitian ini merupakan data hasil dari pengamatan secara
langsung yang diperoleh melaui diskusi dan wawancara langsung dengan masyarakat
sebagai responden yang telah di pilih dan dengan bantuan pedoman wawancara berupa
tallysheet sebagai berikut.

Tabel 1. Data mengenai Pengetahuan tumbuhan Lukai


Umu Pola
Laki/ r persebara Keteranga
Responden perempuan Habitat n n
1
2
3
dst.
8

Tabel 2. Data mengenai bagian yang dimanfaatkan dan pemanfaatanya


No
Responde Bagian yang
n dimanfaatkan Pemanfaatan Proses Pengolahan
1 Akar
2 Batang
3 Kulit
4 Daun
5 Bunga
6 Buah
7 Biji

Tabel 3. Penggunaan dan makna tumbuhan dalam berbagai ritual adat


No Makn
Responde Cara a
n Bagian yang Cara Penggunaa
Jenis Ritual Digunakan mendapatkan n
1
2
3
dst.

Data Sekunder
Data sekunder diperoleh tidak langsung oleh peneliti dari subjek penelitianya.
Data sekunder yang mendukung penelitian ini meliputi data penganut agama, fasilitas
peribadahan, mata pencaharian, dan data monografi desa.

Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian dilakukan dengan metode survey dengan teknik pengumpulan


data wawancara, observasi dan studi literatur. Wawancara dilakukan dengan teknik key
person dan purposive sampling. Kepala Adat dan tokoh masyrakat sebagai responden
key person untuk menggali informasi terkait dengan nilai religi dan norma terkait pohon
lukai. Teknik purposive sampling dilakukan untuk menentukan masyrakat yang
menjadi responden untuk menggali tingkat pengetahuan terkait dengan pohon lukai.
Jumlah responden ditentukan dengan rumus Slovin berdasar jumlah Kepala Keluarga
(KK) sebagai berikut:

Sampel dihitung dengan menggunakan teknik Slovin menurut Sugiyono, 2011.


Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :
N
n=
1+ N ( e ) 2
9

N
n=
1+ 92 ( 0 , 2 ) 2

92
¿
4 , 68

= 20 sampel/KK

Keterangan:
n = ukuran sampel/jumlah responden
N = ukuran populasi
e = persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa
ditolerir.
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut :
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Setelah jumlah responden diketahui, pemilihan responden dilakukan secara acak.

Wawancara ialah tata cara berbentuk tanya jawab antara peneliti dengan informan
supaya mendapatkan data yang diperlukan( Nasution serta Usman 2007). Tata cara
wawancara dibagi jadi sebagian metode spesial ialah wawancara leluasa serta terbuka
open- ended, terstruktur serta semistruktural( Purwanto 2010). Wawancara open- ended
serta semistruktural digunakan buat memperoleh informasi berbentuk sejarah warga,
kearifan lokal serta aktivitas subsisten.
Kuesioner Pemberian kuesioner berbentuk catatan beberapa persoalan terpaut
pemanfaatan tanaman digunakan agar memperoleh informasi kuantitatif semacam
tingkatan kepuasan serta tingkatan kesukaan warga terpaut pemakaian tanaman di
warga. Tidak hanya itu, kuesioner pula dibuat agar mendapatkan perbandingan
informasi antara sebagian jenis informan, sehingga bisa diformulasikan faktor- faktor
yang pengaruhi pengetahuan etnoforestry warga di dalam sesuatu daerah( Purwanto
2010).
Observasi ataupun pengamatan merupakan tata cara pengambilan informasi
dengan metode mengobservasi ataupun mengamati objek riset secara langsung di
lapangan( Silalahi 2009). Riset etnobotani memahami terdapatnya 2 tipe metode
observasi ialah participan observation serta non- participan observation( Puri et al.
2015). Participan observation ialah tata cara observasi lewat keikutsertaan langsung
periset pada kegiatan- kegiatan warga tiap hari( Anderson 2011), sebaliknya non-
participan observation merupakan pengamatan tanpa turut dan dalam aktivitas
warga( Satori serta Komariah 2011).
Riset dokumentasi merupakan metode pengambilan informasi dengan metode
mengumpulkan informasi dari lembaga tertentu semacam pemerintahan kota ataupun
kabupaten. Informasi yang dikumpulkan berbentuk file tertulis yang ditulis secara
formal ataupun tidak formal. Riset dokumentasi umumnya berguna untuk memperoleh
informasi sosial budaya warga semacam profil daerah ataupun informasi ( Purwanto
10

2010).
11

Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu penelitian
yang menggambarkan, mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena dengan data (angka)
apa adanya tanpa bermaksud menguji suatu hipotesis tertentu. Untuk analisis tingkat
pengetahuan menggunakan analisa kuantitatif dengan menggunakan rumus ICS atau
IFL.
Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu etnobotani pohon lukai dan
tingkat pengetahuan masyarakat tentang pohon lukai masyarakat di Desa Nanga
Pemubuh Dusun Sepanjang.

Prosedur Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey dengan teknik wawancara.


Penentuan responden ini dilakukan dengan menggunakan purvosive sampling yaitu
dengan menentukan responden kunci untuk menentukan responden lainnya berdasarkan
informasi dari responden sebelumnya, demikian juga untuk seterusnya. Wawancara ini
ditujukan pada masyarakat yang dianggap mengetahui dan memiliki pengetahuan
mengenai pemanfaatan dari pohon lukai. Pengumpulan informasi secara teliti serta
lengkap digunakan instrumen ataupun perlengkapan pengumpul informasi sebagai
berikut: pertama catatan wawancara serta observasi,dilanjutkan dengan perlengkapan
perekam wawancara, kemudian dokumentasi berbentuk potret- potret aktivitas serta
dokumen tertulis yang lain.
12

Pohon lukai Desa …. Isinya rumusan masalah (tulis poin2nya


saja)

Tujuan dan
Manfaat

Data

Primer Teknik Pengambilan Sekunder


Data
-Survei,PRA,
Penurunan Pengetahuan Wawancara, literatur Propil Desa
Masyarakat Tentang Lukai
-
Sesuai isi tallysheet, sebutkan

Analisis Data

-Tabulasi
-Deskriptif Kuantitatif

Etnobotani Tumbuhan
Lukai Suku Dayak …..

Gambar 5. Bagan alir penelitian


13

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Norkamilah; Sahibul-Anwar, Hamidah; Ideris, Sarinah; Hasuda, Tomoyo;


Hitotsuyanagi, Yukio; Takeya, Koichi; Diederich, Marc; Choo, Cheeyan (2013).
"Goniolandrene A dan B dari Goniothalamus macrophyllus". Fitoterapia . 88 :
1–6. doi : 10.1016/j.fitote.2013.03.028 . ISSN 0367- 326X . PMID 23570840
Adhya I, Widodo P, Kusmana C, Sudiana E, Widhiono I, Supartono T. 2020. Short
Communication: Population Structure and habitat characteristics of
Goniothalamus macrophyllus in Bukit Pembarisan forest, West Java, Indonesia.
Biodiversitas 21: 1130-1135.
Anggraini, R. (2018). Kajian Etnobotani Tumbuhan Yang Digunakan Dalam Ritual
Adat Dan Tumbuhan Obat Di Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin.
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Hlm 4
Cahyaningsih, R., Brehm, J.M., & Maxted, N. (2022). “Gap analysis of Indonesian
priority medicinal plant species as part of their conservation planning”, Global
Ecology and Conservation 26 (2021) e01459.
Elfrida, Dkk. 2017. Etnobotani Tumbuhan Berkhasiat Obat Berdasarkan Pengetahuan
Local Pada Suku Jawa Di Desa Sukarejo Kecamatan Loangsa Timur Tahun
2016. Vol 4(1)
Harvie, Timothy. “A Politics of Connected Flesh: Public Theology, Ecology, an
Merleau-Ponty.”International Journal of Public Theology13, no. 4 (December
2019): 494–512. Accessed
April 22, 2021. https://brill.com/view/journals/ijpt/13/4/article-p494_7.xm
Suswita, Denilya.dkk. 2013. Studi Etnobotani dan bentuk upaya pelestarian tumbuhan
yang digunakan dalam upacara adat kendurisko di beberapa kecematan di
kabupaten kerinci, Jambi. Jurnal Biologika Vol. 2, Nomor 1
Yuldiati, M., Zulfan Saam, Mubarak. (2016). Kearifan Lokal Masyarakat dalam
Pemanfaatan Pohon Enau di Desa Siberakun Kecamatan Benai Kabupaten
Kuantan Singing. Dinamika Lingkungan Indonesia 3 (2): 77-81.
Yusuf. R. 2005. Keanekaragaman dan Potensi Tumbuhan Hutan Sekunder di Kuala
Ran, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur. Bio SMART, 7, 37-43.
Zhao X.Z., Chen, H., Wu, J., Ren, H., e Rei, J., Ye, P., & Si, Q. (2022). “Ex situ
conservation of threatened higher plants in Chinese botanical gardens”, Global
Ecology and Conservation 38 (2022)e02206.
Ziraluo, Y.P.B. (2020). “Tanaman Obat Keluarga dalam Perspektif Masyarakat
Transisi (Studi Etnografis pada Masyarakat Desa Bawodobara)”, Jurnal Inovasi
Penelitian(JIP), Volume 1, Nomor 2, Juli 2020
14

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

ETNOFORESTRY TUMBUHAN LUKAI (Goniothalamus


Macrophyllus) DALAM KEPERCAYAAN SUKU DAYAK KERABAT
DI DUSUN SEPANJANG DESA NANGA PEMUBUH

Identitas Responden

1. No. Responden :..................................

2. Nama :..................................

3. Umur :..................................

4. Jenis Kelamin : laki- Perempuan


laki

5. Lama Tinggal atau Bermukim di Desa


................................................................................................................
Tahun

6. Tingkat Pendidikan

a. SD b. SMP c. SLTP d. Peguruan tinggi

e. Tidak tamat/tidak sekolah

7. Pekerjaan

Petani/ Pedagan Buruh/tukang


berkebun g

Lain-lain (sebutkan):................................................

Daftar pertanyaan dibawah ini bertujuan untuk mengumpulkan Data


mengenai seberapa besar pemanfaatan satwa oleh masyarakat Dayak Kerabat, di
Desa Nanga Pemubuh Dusun Sepanjang Kecamatan Sekadau Hulu. Manfaat dari
hasil penelitian adalah dapat mengungkapkan informasi tentang pemanfaatan
tumbuhan lukai serta informasi ini dapat digunakan oleh masyarakat umum atau
pihak berwenang.
15
16

a. Pemanfaatan tumbuhan lukai sebagai Ritual adat di Desa Nanga Pemubuh


Dusun Sepanjang Kecamatan Sekadau Hulu.
Pemanfaatan merupakan cara penggunaan yang dijadikan sebagai Ritual Adat
yang ada
1. Bagian apa pada tumbuhan lukai yang yang dapat digunakan dalam
kegiatan ritual adat?
2. Apa makna dari tumbuhan lukai tersebut dalam kegiatan ritual adat ?
b. Pemanfaatan tumbuhan lukai sebagai Mistis di Desa Nanga Pemubuh
Dusun Sepanjang Kecamatan Sekadau Hulu.
Pemanfaatan tumbuhan lukai sebagai mistis yang ada di Desa Nanga Pemubuh
Dusun Sepanjang Kecamatan Sekadau Hulu.
1. Bagian apa dari satwa yang dipercayai?
2. Apa makna mistis satwa tersebut?
c. Pemanfaatan tumbuhan lukai sebagai Pengobatan di Desa Nanga
Pemubuh Dusun Sepanjang Kecamatan Sekadau Hulu.
Pemanfaatan tumbuhan lukai sebagai pengobatan yang ada di Nanga Pemubuh
Dusun Sepanjang Kecamatan Sekadau Hulu.
1. Jenis penyakit apa saja yang dapat diobati?
2. Bagian apa saja yang dapat dijadikan sebagai obat?
3. Bagaimana cara pengelolahannya?
4. Bagaimana cara penggunanya?
17

Lampiran 2. Peta Penelitian

Anda mungkin juga menyukai