Anda di halaman 1dari 32

ETNOZOOLOGI KONSUMSI, KESENIAN, DAN PENGOBATAN

MASYARAKAT DAYAK TAMAN KAPUAS DI DESA


INGKO’TAMBE KECAMATAN PUTUSSIBAU
SELATAN KABUPATEN KAPUAS HULU

PROPOSAL

FLORENTIO KOMBONG SOEKA PATAMUAN


NIM. G1011181299

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
ETNOZOOLOGI KONSUMSI, KESENIAN, DAN PENGOBATAN
MASYARAKAT DAYAK TAMAN KAPUAS DI DESA
INGKO’TAMBE KECAMATAN PUTUSSIBAU
SELATAN KABUPATEN KAPUAS HULU

FLORENTIO KOMBONG SOEKA PATAMUAN


NIM. G1011181299

Disetujui oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Ir. M. Sofwan Anwari, S.Si, M.Si, IPU Drs. Joko Nugroho Riyono, M.Si
NIP. 197303111999031001 NIP. 196209241988101001

Disahkan oleh:

Ketua Jurusan Fakultas Kehutanan


Universitas Tanjungpura

Dr. Ir. Slamet Rifanjani, S.Hut, M.P, IPM


NIP. 197412072002121004
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang akan saya laksanakan ialah, Etnozologi Konsumsi, Kesenian, dan
Pengobatan Masyarakat Dayak Taman Kapuas Di Desa Ingko’Tambe Kecamatan
Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M. Sofwan Anwari, S.Si, M.Si,
IPU selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Drs. Joko Nugroho Riyono, M.Si
selaku dosen pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan
saran serta mengarahkan penulisan hingga selesai. Ungkapan terimakasih juga
disampaikan kepada orang tua, keluarga, dan rekan mahasiswa yang telah membantu
dalam penyusunan penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Pontianak, November 2023

Florentio Kombong Soeka Patamuan

i
DAFTAR ISI

PRAKATA ....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
LAMPIRAN ................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 4
Pengertian Etnozoologi .................................................................................................... 4
Masyarakat Dayak Taman Kapuas ................................................................................... 4
Pemanfaatan Satwa ........................................................................................................... 5
Jenis Satwa Yang Dimanfaatkan ...................................................................................... 7
Cara Pengolahan Dan Bagian Yang Dimanfaatkan .......................................................... 9
Status Konservasi ........................................................................................................... 10
Penelitian-penelitian Sebelumnya .................................................................................. 12
Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................................... 13
METODE PENELITIAN ............................................................................................ 16
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................................ 16
Alat dan Objek Penelitian ............................................................................................... 16
Jenis Dan Sumber Data .................................................................................................. 16
Metode Pengumpulan Data ............................................................................................ 17
Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................. 17
Analisis Data .................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 15

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tallysheet Pemanfaatan Satwa untuk konsumsi oleh masyarakat


Dayak Taman Kapuas di Desa Ingko'Tambe Kecamatan Putussibau
Selatan Kabupaten Kapuas Hulu .................................................................. 18
Tabel 2. Tallysheet Pemanfaatan Satwa untuk Kesenian oleh masyarakat
Dayak Taman Kapuas di Desa Ingko'Tambe Kecamatan Putussibau
Selatan Kabupaten Kapuas Hulu .................................................................. 18
Tabel 3. Tallysheet Pemanfaatan Satwa untuk Pengobatan oleh masyarakat
Dayak Taman Kapuas di Desa Ingko'Tambe Kecamatan Putussibau
Selatan Kabupaten Kapuas Hulu .................................................................. 19
Tabel 4. Tallysheet Status Konservasi Satwa yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Dayak Taman Kapuas di Desa Ingko'Tambe Kecamatan
Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu................................................ 19
Tabel 5. Tallysheet Identitas Responden .................................................................... 19

LAMPIRAN

Kuisioner Penelitian .................................................................................................. 23


Peta Lokasi Penelitian ............................................................................................... 26
Peta Fungsi Kawasan Hutan ...................................................................................... 27

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masyarakat pedalaman Kalimantan atau yang dikenal dengan masyarakat Dayak
mempunyai ketergantungan dengan alam sekitar yang sangat tinggi. Masyarakat Dayak
memanfaatkan tumbuhan dan hewan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan
manusia dalam memanfaatkan satwa disebut juga etnozoologi (Alves 2012). Etnozoologi
adalah subdisiplin ilmu etnobiologi yang meliputi keseluruhan pengetahuan suatu
kelompok masyarakat tentang sumber daya hewan meliputi persepsi, identifikasi,
pemanfaatan, pengelolaan dan cara berkembang biaknya (Anderson et al. 2011).
Masyarakat Dayak Taman Kapuas Desa Ingko’Tambe Kecamatan Putussibau
Selatan merupakan salah satu sub Suku Dayak yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu
yang masih menjaga dan melestarikan budaya leluhur secara turun temurun. Salah satu
budaya mereka yaitu memanfaatkan hewan yang ada di sekitarnya, baik untuk kebutuhan
konsumsi sehari-hari dan ritual adat yang akan dilangsungkan. Masyarakat Dayak Taman
Kapuas juga sangat erat hubungannya dengan alam, dimana hidup mereka sangat
tergantung pada alam. Salah satu hasil alam yang dimanfaatkan oleh Masyarakat Dayak
Taman Kapuas adalah satwa yang mereka manfaatkan untuk berbagai keperluan seperti
konsumsi, kesenian dan pengobatan.
Pemanfaatan satwa dapat digunakan sebagai bahan untuk keperluan konsumsi,
kesenian, dan pengobatan. Satwa untuk bahan konsumsi dimanfaatkan mencukupi
kebutuhan protein dan sumber makanan pokok, bagian satwa yang paling banyak
dikonsumsi adalah daging (Richardo et al. 2019) . Pemanfaatan satwa untuk kesenian
dapat dilakukan dengan mengambil bagian satwa tertentu. Bagian satwa lain yang
dimanfaatkan sebagai benda seni adalah tulang, tengkorak, tanduk, cangkang, dan buluh
yang di pajang di dalam rumah (Rusmiati et al. 2018). Pemanfaatan satwa juga dilakukan
sebagai bahan obat-obatan yang sudah sejak jaman dahulu digunakan oleh masyarakat
pribumi maupun barat. Bagian yang digunakan yaitu daging, tulang, ekor, bulu, kuku,
lemak, empedu, dan cangkang yang dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Masyarakat di Kalimantan memanfaatkan satwa liar untuk dijadikan sebagai ramuan obat
(lyai et al. 2011).

1
2

Desa Ingko’Tambe memiliki hutan yang relatif luas ditambah masih banyak
terdapat hutan tembawang yang menjadi sumber untuk masyarakat mendapatkan satwa
dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan satwa oleh Masyarakat Dayak
Kapuas Taman sudah menjadi budaya turun temurun dari nenek moyang mereka. Seiring
dengan perkembangan jaman diiringi dengan masuknya teknologi informasi dan juga
masuknya budaya luar yang membuat perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat,
mengakibatkan mulai memudarnya budaya asli Masyarakat Dayak Taman Kapuas.
Penelitian Etnozoologi ini penting untuk dilakukan karena dapat
mendokumentasikan pengetahuan lokal dan memberikan manfaat yang besar dalam
proses pengenalan sumber daya alam satwa khususnya yang ada di Desa Ingko’Tambe.
Dokumentasi tentang informasi dan pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan satwa di
Desa Ingko’Tambe oleh masyarakat Dayak Taman Kapuas dirasa masih kurang, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai Etnozoologi konsumsi, kesenian, dan
pengobatan pada masyarakat Dayak Taman Kapuas di Desa Ingko’Tambe Kecamatan
Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.

Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut; 1) Apa saja jenis satwa yang dimanfaatkan untuk konsumsi,
kesenian, dan pengobatan. 2) Bagaimana pemanfaatan satwa untuk konsumsi, kesenian,
dan pengobatan serta cara pengolahan satwa. 3) Bagaimana status konservasi satwa yang
dimanfaatkan untuk konsumsi, kesenian, dan pengobatan oleh masyarakat Dayak Taman
Kapuas di Desa Ingko’Tambe Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan penilitian ini adalah; 1) Mendata jenis satwa yang dimanfaatkan untuk
konsumsi, kesenian, dan pengobatan. 2) Mengkaji pemanfaatan satwa untuk konsumsi,
kesenian, dan pengobatan. 3) Mendapatkan data status konservasi satwa yang
dimanfaatkan untuk konsumsi, kesenian, dan pengobatan oleh masyarakat Dayak Taman
Kapuas di Desa Ingko’Tambe Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.
Penelitian ini di harapkan dapat membawa manfaat dalam perkembangan informasi
dan dapat dijadikan acuan dalam perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan satwa serta
3

dapat meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat mengenai pemanfaatan satwa sebagai


bahan konsumsi, kesenian, dan pengobatan di Desa Ingko’Tambe Kecamatan Putussibau
Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Etnozoologi
Etnozoologi yaitu studi ilmiah yang mengkaji hubungan yang ada pada masa lampau
dan masa kini antara masyarakat dengan hewan yang ada di sekitarnya. Kajian yang
mempelajari hubungan antara sumber daya hewan dan pemanfaatannya oleh suatu
kelompok masyarakat dikategorikan sebagai Etnozoologi. Etnozoologi adalah penamaan
ilmiah pengunaan serta hubungan budaya antara hewan dan manusia dalam suatu suku
bangsa (Syam 2011).
Pemanfaatan hewan seperti mamalia, reptilia, unggas, ikan, amfibi, insekta, dan
moluska oleh masyarakat hutan yang berada di sekitarnya untuk dijadikan sebagai obat
tradisional. Pemanfaatan hewan seperti ini tidak luput dari suatu kelompok manusia yang
tinggal di daerah sekitar hutan yang biasa disebut masyarakat hutan (Putra et al. 2008).
Hubungan antara kebudayaan manusia dengan hewan-hewan di lingkungannya dikenal
dengan istilah Etnozoologi (Alves 2012).

Masyarakat Dayak Taman Kapuas


Sub suku Dayak Taman atau sering juga dikenal dengan istilah orang Taman adalah
satu diantara sub suku Dayak yang bermukim di hulu sungai Kapuas yang umumnya
terdapat di Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu. Masyarakat Dayak
Taman terdapat empat strata sosial, yaitu samagat, pabiring (bisa juga disebut bala
samagat), banua, dan paangkam. Strata sosial ini lebih mirip dengan kasta. Menurut
masyarakat kasta-kasta yang pernah terbentuk ini telah dihapuskan dan yang menjadi
pemimpin pada suku ini tidak lagi berdasarkan kasta-kasta atas, tetapi sudah berdasarkan
demokrasi.
Suku Dayak Taman Kapuas memiliki keragaman budaya yang sampai saat ini masih
dipertahankan, seperti menganyam manik, tikar, membuat mandau, dan tradisi kesenian
seperti menari, bersyair, dan lain-lain. Salah satu budaya yang masih dipertahankan dan
dilestarikan hingga saat ini yaitu rumah yang masih berbentuk rumah betang panjang
(Alloy et al. 2007).
Wilayah penyebaran Dayak Taman Kapuas salah satunya terdapat di Kecamatan
Putussibau Selatan yang tersebar di sepanjang sungai Kapuas, yaitu Desa Melapi,

4
5

Ingko’Tambe, Sayut, dan Urang Unsa. Desa Ingko’Tambe terdiri dari 2 (dua) dusun yang
terdaftar yaitu Dusun Idulinga dan Dusun Danoyang, adapun Dusun Idulinga Kalomba
yang baru waktu pemekaran dusun akan tetapi belum terdaftar dalam data BPS.
Ingko’Tambe termasuk kedalam wilayah Ketemenggungan sub suku Dayak Taman Ulu
Kapuas yang mencakup 4 (empat) desa yaitu Desa Ingko’Tambe, Melapi, Sayut, dan Desa
Urang Unsa. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi dan kehidupan sehari-hari di
Desa Ingko’Tambe adalah bahasa Banuaka’ Dayak Taman Kapuas. Berdasarkan data dari
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (2023), luas wilayah Desa Ingko’Tambe yaitu
75,55 km2, dengan jumlah penduduk sebanyak 744 penduduk, jumlah kepala keluarga
(KK) sebanyak 253 keluarga pada tahun 2020.

Pemanfaatan Satwa
Beberapa pemanfaatan satwa oleh masyarakat yang ada, antara lain:
1. Pemanfaatan sebagai bahan konsumsi
Pemanfaatan satwa sebagai pemenuh kebutuhan protein, bagian satawa yang
paling banyak dikonsumsi adalah daging. Untuk pemanfaatannya masyarakat Dayak
mengkelompokan daging berdasarkan jumlah, rasa, tekstur, dan aroma. Kelompok suku
cenderung memburu satwa yang dapat dikonsumsi oleh seluruh keluarga dan memiliki
banyak daging. Satwa yang menjadi target utama untuk dikonsumsi dalam pemburuan
adalah babi, rusa, kancil, dan kijang. Satwa tersebut mempunyai daging yang banyak dan
rasa dagingnya lezat. Babi hutan merupakan sumber makan yang paling berharga karena
dapat dijual ke warga desa. Masyarakat menyukai daging rusa dan kancil disebabkan
kedua satwa ini memiliki tekstur daging yang lembut, sedangkan daging kijang bertekstur
agak keras (Masyithah et al. 2016).
Kebutuhan hewan sebagai sumber bahan pangan sebagian besar dipeoleh dengan
cara berburu, sebagian kecil dengan cara memeliharanya hingga layak untuk dikonsumsi.
Berdasarkan pengamatan dilapangan masyarakat suku dayak hampir menjadikan hewan
sebagai sumber bahan makanan pokok, karena hanya sesekali mereka telihat
mengkonsumsi bahan makanan lain sebagai bahan makanan. Berdasarkan tingkat
kesukaan pada hewan sumber bahan pangan dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu
hewan dengan tingkat kesukaan tinggi, sedang dan rendah. Kategori tingkat kesukaan
tinggi adalah hewan yang setiap hari dikonsumsi, hewan dengan tingkat kesukaan sedang
6

adalah hewan yang jarang atau hanya waktu tertentu dikonsumsi, sedangkan hewan
dengan tingkat kesukaaan rendah yaitu hewan yang sangat jarang sekali dikonsumsi.
Tengkuyung mungkin sedikit asing bagi sebagian orang yaitu dari famili
Helicudae adalah sejenis siput yang menempel di bebatuan sungai dan ukuran relatif lebih
kecil dibandingkan siput lainnya. Tengkuyung sering digunakan masyarakat sebagai
penganti daging (Rusmiati et al. 2018).
2. Sebagai kesenian daerah
Pemanfaatan satwa untuk nilai seni tidak dengan memburu satwa liar secara
khusus untuk kebutuhan ini. Akan tetapi bagian tubuh satwa yang dimanfaatkan untuk
kesenian ini diambil dari satwa hasil buruan. Tanok (Tanduk) Rusa atau Kijang ini dapat
di ukir dan dipergunakan sebagai sarang parang. Parang yang di lengkapi ukiran dari
tanok rusa maupun kijang seperti ini merupakan parang yang termahal. Parang seperti ini
biasanya dipergunakan untuk rangkaian upacara pernikahan yaitu untuk melamar
mempelai wanita (Hastiti 2011).
Beberapa satwa yang dimanfaatkan sebagai pajangan di dalam rumah baik dari
segi suara, tulang, tengkorak, tanduk, cangkang dan bulu. Burung serindit dan empuloh
janggot dipelihara masyarakat karena suaranya yang merdu. Bagian satwa lain yang
dimanfaatkan sebagai benda seni adalah tulang, tengkorak, tanduk, cangkang dan bulu
yang dipajang didalam rumah, hal ini merupakan pesan kepada yang melihat bahwa
mereka pernah mendapatkan hewan tersebut (Rusmiati et al. 2018).
Hubungan yang erat antara manusia dan hewan dari zaman ke zaman, maka hewan
telah dilibatkan dalam semua budaya sebagai ceminan dari sifat kemanusiaan yang
melambangkan karakteristik masyarakat dan individu (Merril dalam Alves. 2012). Hal
ini terlihat pada pemanfaatan kulit sapi dan sembilan kambing yang dimanfaatkan sebagai
alat musik misalnya rebana atau kendang karena menghasilkan suara yang khas.
Eksploitasi pada kulit sapi dan ragam hias dayak dengan teknik laser cutting dan laser
engraving untuk aksesoris fashion.
Tulang tengkorak kera juga dimanfaatkan sebagai hiasan yang benilai seni
penggunaannya dengan dipajang pada dinding-dinding rumah, hal ini merupakan pesan
kepada yang melihat bahwa mereka pernah mendapatkan hewan tersebut. Pemanfaatan
bagian hewan seperti suara, tanduk, dan cangkang juga digunakan sebagai kesenian.
Mereka memanfaatkan jenis-jenis burung dan menyimpannya dirumah-rumah. Sama
7

halnya dengan tanduk rusa dan cangkang kerang air tawar yang dipajang di dinding rumah
mereka sebagai simbol kesenian (Pilatus et al. 2017).
3. Sebagai Pengobatan
Pemanfaatan satwa oleh manusia untuk obat-obatan sudah tidak asing lagi oleh
masyarakat pribumi maupun barat. Bagian-bagian yang digunakan yaitu daging, tulang,
ekor, bulu, kuku, lemak, empedu, dan cangkang yang dapat digunakan sebagai bahan
obat-obatan. Masyarakat di Kalimantan memanfaatkan satwa liar untuk dijadikan sebagai
ramuan obat (lyai et al. 2011).
Kadal pohon borneo atau Apterygodon vittatum dipercaya dapat menyembuhkan
penyakit asma Apterygodon vittatum juga berfungsi sebagai tonik bagi organ paru-paru
dan ginjal selain itu ramuan kadal juga mampu meredakan asma dan sebagai obat batuk
berlendir (Widjaja 2014). Empedu labi-labi atau Dogania subplana dapat menyembuhkan
berbagai penyakit seperti asma dan malaria. Cara pengolahanya sangat sederhana yaitu
meminum langsung empedu dengan air hangat.

Jenis Satwa Yang Dimanfaatkan


Reptilia
Reptil adalah kelompok hewan vertabrata berdarah dingin dan memiliki sisik yang
menutupi tubuhnya. Hewan kelas reptile ini yang biasa masyarakat manfaatkan seperti
kadal kebun (Eutropis multifasciata). Pada zaman dahulu, masyarakat mempercayai
bahwa mengonsumsi kadal dapat meringankan gatal-gatal. Selain itu, generasi muda juga
sudah jarang yang mengetahui tentang pemanfaatan kadal sebagai obat gatal, sehingga
kepercayaan atau tradisi zaman dahulu sudah tidak berkembang. Kadal sendiri selain
dapat meringankan gatal-gatal, kadal juga dapat mengobati penyakit ginjal dan
meredakan asma (Krisyanto et al. 2019). Ular sawa (Phyton reticulatus) merupakan
sumber daya fauna yang banyak dimanfaatkan sebagai salah satu komoditi yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Ular dimanfaatkan antara lain sebagai bahan obat,
bagian yang digunakan yaitu empedu dan minyak, serta satwa peliharaan, bahan kerajinan
(tas, sepatu, tali pinggang, dan lain-lain) dan dikonsumsi (Situngkir 2009).
Mamalia
Hewan mamalia merupakan hewan vertebrata yang memiliki rambut di tubuhnya
(Yohanes et al. 2019). Hewan mamalia dapat dinyatakan sebagai hewan bertulang
8

belakang, berdarah panas, bernapas dengan paru-paru dan mempunyai neocortex pada
otaknya. Hewan mamalia juga dikenal sebagai hewan yang berkembang biak dengan cara
melahirkan, namun ada juga yang berkembang biak dengan cara bertelur. Mamalia
memiliki banyak ciri yang beraneka ragam dari bentuk, warna, dan ukuran. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari rambut yang ada di tubuhnya, dan dari bentuk karakteristiknya.
Salah satu karakteristik hewan mamalia, yaitu dari bentuk wajah yang bisa digunakan
sebagai pembeda dari setiap hewan mamalia. Hewan mamalia biasanya dimanfaatkan
oleh Suku Dayak seperti kijang (Muntiacus muntjak) yang dimanfaatkan sebagai bahan
konsumsi dan obat. Bagian dari rusa yang dimanfaatkan adalah daging dan tanduk.
Landak (Erethysonsp) yang dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi dan obat, bagian yang
dimanfaatkan daging dan duri. Babi hutan atau celeng (Susscrof Linnaeus) yang
dimanfaatkan untuk konsumsi dan ritual, bagian yang dimanfaatkan adalah seluruh
bagian dari babi.
Aves
Burung merupakan hewan vertebrata yang memiliki bulu, berkembang biak
dengan cara bertelur dan berperan sebagai polinator, pemakan hama dan penyangga
ekosistem. Burung biasanya dimanfaatkan oleh suku Dayak untuk beberapa hal seperti
untuk dikonsumsi, untuk ritual adat, pertanda mistis, dan untuk obat. Jenis burung yang
biasa digunakan oleh masyarakat suku Dayak adalah ayam kampung (Gallus gallus
domesticus), daging dan telur untuk dikonsumsi, selain itu manfaatkan untuk ritual adat.
Burung cabe atau keto merupakan pertanda pada saat keluar rumah, menurut kepercayaan
masyarakat Dayak Kanayant apabila burung cabe tersebut bersuara saat hendak keluar
rumah diharuskan masuk, yang berarti pertanda buruk (Almey et al. 2020).
Amfibi
Amfibi merupakan salah satu fauna penyusun ekosistem dan merupakan bagian
dari keanekaragaman hayati di perairan habitat terestrial dan arborea (Yani et al. 2015).
Hewan jenis amfibi biasanya dimanfaatkan oleh masayarakat suku Dayak untuk
dikonsumsi seperti kodok atau katak.
Insecta
Serangga atau insecta adalah salah satu jenis hewan avertebrata di dalam filum
arthropoda yang memiliki exoskeleton berkitin, bagian tubuhnya terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu kepala, throax dan abdomen. Tiga pasang kaki yang terhubung ke throax,
9

memiliki mata majemuk, dan sepasang antena. Hewan jenis insecta atau serangga
biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak seperti laba-laba
(Araneusdiadematus) yang dimanfaatkan sebagai mistis, bagian yang digunakan yaitu
seluruh badan karena laba-laba dipercaya masayarakat suku Dayak sebagai hewan
pelindung. Kalajengking (Androchonuscrassicauda) yang dimanfaatkan sebagai bahan
mistis, karena dipercayai dapat mendatangkan hujan deras dan banjir jika membunuhnya
(Farida et al. 2014).
Pisces
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik yang hidup di air dan bernapas
dengan insang. Hewan jenis pisces atau ikan ini yang biasanya dimanfaatkan oleh
masyarakat suku Dayak yaitu belut (Monopterusalbus) yang dimanfaatkan sebagai bahan
konsumsi, dan bagian yang digunakan yaitu daging. Jenis ikan atau pisces lain yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak yaitu betok (Anabas testudineus) yang
dimanfaakan untuk dikonsumsi. Selain itu jenis ikan gabus (Channastriata) dimanfaatkan
untuk dikonsumsi dan obat. Daging ikan gabus selain bermanfaat sebagai pembentuk dan
pertumbuhan otot juga dapat sebagai pengering luka. Ikan lele dagingnya dimanfaatkan
sebagai bahan konsumsi (Rusmiati et al. 2018).
Molusca
Molusca merupakan hewan triploblastic selomata yang bertubuh lunak, molusca
merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang setelah filum Arthropoda.
Hewan jenis molusca yang biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak yaitu
bekicot (Achatinafulica) yang dimanfaakan untuk obat. Bagian daging bekicot yang
dianggap dapat melembabkan kulit, mengatasi jerawat, menyamarkan bekas luka, dan
mencegah penuaan dini (Rusmiati et al. 2018).

Cara Pengolahan Dan Bagian Yang Dimanfaatkan


Cara pengolahan dan pemanfaatan satwa oleh masyarakat Gurung Mali bervariasi
sesuai dengan manfaat satwa tersebut. Cara pengolahan antara lain dibakar, direbus,
dimasak, dan dikikis. Cara pemanfaatan antara lain dioles, diminum, digosok, dimakan,
dan dikumur (Dewin et al. 2017). Beberapa Cara pengolahan dan pemanfaatan satwa oleh
masyarakat Desa Gurung Mali bervariasi sesuai dengan manfaat satwa tersebut. Salah
satu cara pengolahan satwa yaitu cacing tanah. Cacing tanah banyak menyimpan manfaat
10

dikenal sebagai obat tipes. Cara mengolah cacing tanah ini yaitu dimasak, cacing
dibersihkan dan pastikan sudah tidak ada unsur tanah atau kotoran lain. Tuangkan air
kira-kira 3 gelas untuk ukuran diminum 3 kali sehari kemudian masukan cacing dan rebus
hinggah mendidih kemudian saring dan ambil airnya, dinginkan sebentar atau minum
hangat-hangat (Dewin et al. 2017).
Beberapa bagian tubuh satwa dimanfaatkan dengan cara dikeringkan, dimasak atau
dibakar. Cara yang paling umum dilakukan untuk menikmati satwa ialah dengan dimasak
yaitu pada bagian daging serta tulangnya. Bagian selain daging yang dimanfaatkan
dengan cara di bakar dan di keringkan (Novriyanti et al. 2014). Pemanfaatan terbanyak
yaitu pada bagian daging sebanyak 33%. Pemanfaatan bulu seluruh badan 10%, kulit 1%,
empedu 19%, minyak, duri, telur sisik, tanduk masing- masing 5%. sumber pemenuhan
kebutuhan protein yang digunakan setiap hari oleh masyarakat Dayak Seberuang.
Bagian satwa yang dimanfaatkan meliputi seluruh badan, daging, empedu, usus,
lemak, tulang. hati, telur, gigi, kepala, darah, suara, tanduk dan cangkang. Daging adalah
bagian yang banyak digunakan sebanyak 30 bagian (Pilatus et al. 2017). Bagian satwa
yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Kanayant di Desa Temahar mulai dari seluruh
badan seperti daging, suara, tulang, darah, tanduk, lemak, kepala, hati, dan kotoran.
Daging adalah bagian satwa yang paling banyak digunakan oleh masyarat Dayak
Kanayant di Desa Temahar (Almey et al. 2020).

Status Konservasi
Status konservasi merupakan indikator yang digunakan untuk menunjukkan
tingkat keterancaman jenis mahluk hidup dari kepunahan. Status konservasi diterapkan
baik untuk satwa maupun tumbuhan. Penetapan status konservasi bertujuan untuk
memberikan perlindungan dan pelestarian terhadap jenis mahluk hidup. Status tersebut
bisa berbeda-beda di setiap negara, misalnya satwa A bertatus di lindungi pada suatu
negara tetapi tidak di lindungi di negara lain. Menjaga biodiversitas serta kesehatan
lingkungan sekitar kita berarti menjaga seluruh komponen baik ekosistem, habitat,
popolasi, jenis dan variasi genetik. Penyebab utama hilangnya biodiversitas sebagian
besar akibat rusaknya lingkungan dan habitat akibat ulah manusia dalam mengeksploitasi
sumber daya tanpa mengindahkan kelestarian serta laju pertambahan populasi manusia
(Indrawan et al. 2007).
11

IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources).


Uni Internasional Untuk Konservasi Alam adalah sebuah organisasi internasional yang
didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam. IUCN membagi status konservasi
alam kedalam kategori yaitu:
1) Critically Endangered (CR: Kritis) merupakan status konservasi yang diberikan
untuk jenis yang berisiko punah dalam waktu dekat. Contohnya Harimau Sumatra,
Badak Jawa dan Jalak Bali.
2) Endangered (EN: Tercancam) adalah status konservasi untuk jenis yang sedang
menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu dekat.
3) Endangered Near Thareatened (ENT: Hampir Terancam) yaitu kategori status
konservasi yang ditunjukan untuk jenis yang mungkin berada dalam keadaan
terancam punah atau mendekati terancam punah.
4) Extinct In The Wild (EW: Punah Alam Liar) adalah status konservasi yang ditentukan
untuk jenis yang keberadaannya diketahui hanya di penangkaran atau diluar habitat
alaminya.
Menurut dalam UU No.7/1999 tentang Pengawetan dan Pemanfaatan Satwa liar
serta masuk ke dalam daftar baik Appendix I maupun Appendix II CITES. Sementara itu,
jenis yang dimanfaatkan sebagai obat tidak banyak yang dilindungi dalam undang-
undang dan daftar CITES. CITES (Convention on International Trade in Endangered
Spesies of Wild Flora and Fauna), atau yang biasa disebut konservasi perdagangan
internasional untuk jenis satwa liar. Semua jenis yang ditemukan tidak termasuk dalam
daftar larangan diperjual belikan.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan No. P106 tahun
2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa dilindungi. Peraturan ini merupakan perubahan
kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan No.
P20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018. Ada 904 jumlah dari jenis tumbuhan dan satwa
dilindungi yang tercantum dalam P106/2018 diantaranya untuk jenis Mamalia berjumlah
137 jenis, Burung sebanyak 557 jenis, Amphibi sebanyak 1 jenis, Reptil sebanyak 37 jenis,
Ikan sebanyak 20 jenis, Serangga sebanyak 25 jenis, krustacea Sebanyak 1 jenis, Moluska
sebanyak 5 jenis, Xiphosura sebanyak 3 jenis, dan Tumbuhan sebanyak 118 jenis.
12

Penelitian-penelitian Sebelumnya
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh 47 jenis satwa yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Dayak Kanayant di Desa Babane. Rata-rata setiap famili hanya terdiri dari 1
jenis, kecuali untuk famili Columbidae, Muscicapidae, Ranidae dan Trionychidae
masing-masing ditemukan 2 jenis. Berdasarkan tingkat kelas maka diperoleh 8 kelas
satwa yang dimanfaatkan yaitu mamalia, unggas, amfibi, ikan, reptilia, krustasea, insekta,
dan moluska. Kelas terbanyak yang dimanfaatkan adalah jenis mamalia yang terdiri dari
14 jenis. Pemanfaatan bervariasi mulai dari pemanfaatan konsumsi, pengobatan, ritual,
mistis, pertanda, dan nilai seni. Pemanfaatan terbanyak untuk kebutuhan konsumsi
sebanyak 52% dan bagian yang dimanfaatkan meliputi seluruh badan, daging, empedu,
usus, lemak, tulang, hati, telur, gigi, kepala, darah, suara, tanduk dan cangkang (Pilatus
et al. 2017).
Bagian satwa yang dimanfaatkan mulai dari seluruh badan, daging, suara, tulang,
darah, kulit, tanduk, lemak, telur, gigi, kepala, hati, cangkang, kotoran dan bulu. Satwa
yang dimanfaatkan masyarakat lebih dari dua pemanfaatan yaitu Canis lupus, Sus
barbatus, Gallus gallus domesticus sp. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh 45 jenis
satwa dari 41 famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Bakati di Desa Seluas.
Famili-famili tersebut rata-rata setiap famili hanya terdiri atas 1 jenis, kecuali untuk famili
Suidae, Cervidae, Trionychidae, Gekkonidae dan Cannidae yang memiliki masing-
masing 2 jenis. Berdasarkan tingkat kelas maka diperoleh 9 kelas satwa yang
dimanfaaatkan yaitu mamalia, reptilia, oligochaeta, Aves, Amfibi, Pisces, Malacostraca,
Insecta dan Molusca. Kelas terbanyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah jenis
Mamalia yang terdiri dari 15 jenis Pemanfaatan bervariasi mulai dari ritual, mistis,
konsumsi, nilai seni, dan pengobatan dan penmanfaatan (Rusmiati et al. 2018).
Beragam jenis pemanfaatan yang digunakan sebagai pertanda yaitu dari suara,
hewan yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah, dan juga hewan yang terbang melintas di
atas kepala manusia. Berdasarkan dari hasil wawancara terdapat 10 jenis hewan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Simpang sebagai hewan pertanda, yang terdiri atas
famili Suidae, Felidae, Strigidae, Estrildidae, Muscicapidae, Cuculidae, Rallidae,
Monarchidae, Bufonidae, Gekkonidae, yang termasuk kelas mamalia, aves, dan amfibi.
Kelas yang terbanyak dimanfaatkan sebagai hewan pertanda yaitu jenis Aves (Yogi et al.
2019).
13

Berdasarkan tingkat kelas maka diperoleh delapan kelas satwa yang dimanfaatkan
yaitu mamalia, aves, amfibi, reptil, insecta, molusca, pisces, dan crustacea. Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan di Desa Mekar Utama Kecamatan Kendawangan
Kabupaten Ketapang diperoleh sebanyak 9 orang. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data mengenai jenis satwa yang diketahui ada 48 jenis satwa dari 45 famili
yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Famili-famili tersebut rata-rata setiap famili hanya
terdiri atas satu jenis, kecuali untuk famili cervidae, columbidae, muscicapidae,
trionychidae, dan gekkonidae yang memiliki masing-masing dua jenis. Kelas terbanyak
yang dimanfaatkan adalah jenis mamalia yang terdiri atas 14 jenis (Sunaryo et al. 2019).
Menurut Sukma et al. (2019), hasil penelitian dari etnozoologi oleh masyarakat
Melayu Desa Nanga Betung, Kecamatan Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu
sebagai berikut; Jumlah jenis hewan yang dimanfaatkan untuk ritual adat dan mistis yaitu
sebanyak 8 jenis hewan dari 8 famili. Bagian-bagian hewan yang dimanfaatkan yaitu
seluruh tubuh, suara, telur, darah, dan cangkang. Cara pemanfaatannya yaitu dengan
seluruh tubuh dan darah dari hewan tersebut untuk ritual selamatan orang yang ingin
melahirkan dan keselamatan rumah yang ditempati, suara sebagai pertanda dan cangkang
penangkal makhluk halus.
Menurut Sunaryo et al. (2019), hasil penelitian dari etnozoologi oleh suku Dayak
Jelai Hulu Embulu Lima di Desa Mekar Utama Kecamatan Kendawangan Kabupaten
Ketapang sebagai berikut; Jumlah jenis satwa sebanyak 48 jenis dari 45 famili yang
dimanfaatkan. Jumlah untuk konsumsi sebanyak 58%, pengobatan 17%, ritual adat 5%,
mistis 6%, dan nilai seni 14%. Bagian yang dimanfaatkan meliputi daging, seluruh badan,
suara, empedu, darah, lemak, tanduk, tulang, usus, kepala, bulu, gigi, kulit, dan telur.
Bagian yang sering dimanfaatkan yaitu pada bagian daging. Cara pengolahan yaitu
dimasak, ditumis, digoreng dan dibakar. Cara pemanfaatan antara lain, diminum,
dioleskan dan dimakan.

Kerangka Pikir Penelitian


Salah satu etnis asli yang terdapat di Desa Ingko’Tambe Kecamatan Putussibau
Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu adalah Dayak Taman Kapuas. Masyarakat memiliki
keragaman dalam pemanfaatkan satwa baik untuk berbagai keperluan salah satunya untuk
konsumsi, kesenian, dan pengobatan. Informasi dan pengetahuan mengenai pemanfaatan
14

satwa oleh masyarakat Dayak Taman Kapuas untuk konsumsi, kesenian, dan pengobatan
belum dikaji secara mendalam, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian Etnozoologi
untuk konsumsi, kesenian, dan pengobatan oleh masyarakat Dayak Taman Kapuas di
Desa Ingko’Tambe, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Tujuan
penelitian ini untuk mendata jenis satwa yang dimanfaatkan, mengkaji pemanfaatan
satwa, dan mendapatkan data status konservasi satwa yang dimanfaatkan untuk konsumsi,
kesenian, dan pengobatan oleh masyarakat Dayak Taman Kapuas di Desa Ingko’Tambe
Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.
Metode penelitian ini mengunakan metode survei, dengan teknik wawancara.
Penentuan responden secara Purposive sampling, dan jumlah responden ditentukan
dengan rumus Slovin. Kriteria responden antara lain; 1) Masyarakat Dayak Taman
Kapuas, 2) Umur diatas 20 tahun, 3) Kepala keluarga, 4) Sudah tinggal di Desa
Ingko’Tambe minimal 5 tahun. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Hasil yang diharapkan yaitu memperoleh data dan informasi dalam penerapan ilmu
etnozoologi untuk konsumsi, kesenian, dan pengobatan dijadikan acuan dalam
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan satwa. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan dokumentasi tentang pengetahuan lokal etnozoologi untuk
konsumsi, kesenian, dan pengobatan masyarakat Dayak Taman Kapuas, Kecamatan
Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.
15

Etnozologi Konsumsi, Kesenian, Dan Pengobatan Masyarakat Dayak Taman


Kapuas Di Desa Ingko’Tambe Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten
Kapuas Hulu

Latar Belakang Rumusan Masalah


Informasi dan pengetahuan Apa saja jenis satwa yang dimanfaatkan dan
mengenai pemanfaatan satwa bagaimana status konservasi satwa yang
oleh masyarakat Dayak Taman dimanfaatkan untuk konsumsi, kesenian, dan
Kapuas untuk konsumsi, pengobatan oleh masyarakat Dayak Taman
kesenian, dan pengobatan belum Kapuas di Desa Ingko’Tambe Kecamatan
dikaji secara mendalam, oleh Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.
karena itu perlu dilakukan
penelitian Etnozoologi untuk Tujuan Penelitian
konsumsi, kesenian, dan Mendapatkan data jenis-jenis satwa dan
pengobatan masyarakat Dayak pemanfaatanya untuk konsumsi, kesenian,
Taman Kapuas Di Desa dan pengobatan oleh masyarakat Dayak
Ingko’Tambe Kecamatan Taman Kapuas di Desa Ingko’Tambe
Putussibau Selatan Kabupaten Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten
Kapuas Hulu. Kapuas Hulu.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode survei, dengan teknik wawancara.
penentuan responden secara Purposive dan jumlah responden dengan Slovin.

Data Utama: Data Penunjang:


a. Jenis satwa yang a. Jurnal penelitian
dimanfaatkan b. Profil Desa
b. Pemanfaatan satwa c. Keadaan umum
c. Cara pengolahan dan
bagian yang Analisis Data Secara
dimanfaatkan Deskriptif
d. Cara pemakaian satwa
Hasil dan
Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Ingko’Tambe (Dusun Idulingga)
Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu. Waktu yang diperlukan dalam
penelitian ± 4 minggu di lapangan.

Alat dan Objek Penelitian


Alat Penelitian dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daftar
pertanyaan atau Kuesioner untuk Responden yang terpilih, alat tulis untuk mencatat
informasi dan data yang diperoleh di lapangan, alat rekam untuk merekam wawancara
yang dilakukan di lapangan, kamera untuk dokumentasi, buku pengenal jenis satwa, peta
lokasi penelitian, dan Tallysheet pemanfaatan satwa. Objek yang diteliti dalam penelitian
ini adalah Masyarakat Suku Dayak Taman Kapuas di Desa Ingko’Tambe Kecamatan
Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.

Jenis Dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan ada dua macam yaitu data utama dan data penunjang.
Data utama adalah data yang menjadi pokok bahasan utama dalam penelitian. Data utama
yang diambil pada penelitian ini adalah jenis satwa, pemanfaatan satwa, bagian yang
dimanfaatkan, cara pengolahan, cara pemakaian, dan status konservasi satwa.
Data penunjang adalah data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung
data pokok keadaan umum lokasi, tingkat pendidikan, jenjang umur, keadaan sosial
ekonomi masyarakat, sarana dan prasarana, serta data penunjang lainnya yang ada di Desa
Ingko’Tambe Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.

Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah jenis-jenis satwa, pemanfaatan satwa, cara
pengolahan, bagian yang dimanfaatkan, cara pemakaian, dan status konservasi.

16
17

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey dengan teknik wawancara.
Wawancara ditujukan kepada masyarakat yang mengetahui dan memiliki pengetahuan
luas mengenai jenis satwa yang dimanfaatkan untuk konsumsi, kesenian, dan pengobatan.

Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Kapuas Hulu (2021), Desa Ingko’Tambe terdiri dari 2 Dusun yaitu; Dusun Idulingga dan
Dusun Danoyang. Dusun Idulingga terdapat 63 kepala keluarga dan pada Dusun
Danoyang terdapat 85 kepala keluarga, pada penelitian ini saya hanya menggunakan satu
Dusun yaitu Dusun Idulingga, dikarenakan agar lebih spesifik pada masyarakat dusun
Idulingga itu sendiri.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan
menggunakan kuisioner. Penentuan Responden dilakukan secara Purposive Sampling.
Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono 2016).
Pemilihan responden akan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling dengan mengacu pada kriteria responden yaitu:
1. Masyarakat Desa Ingko’Tambe Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten
Kapuas Hulu dan sudah tinggal selama minimal 5 tahun dan etnis Dayak Taman
Kapuas.
2. Kepala keluarga
Jumlah responden ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Slovin adalah
suatu rumus yang digunakan untuk mencari besaran sampel yang dinilai mampu mewakili
keseluruhan populasi (Sugiyono 2017).
N
Rumus Slovin yaitu; n = 1+N(e)2

Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
E = Error (Persen Kelonggaran)
Jumlah sampel penduduk:
18

N
n = 1+N(e)2
63
n = 1+63(0,05)2
63
= 25
1+63 ( )
10.000

63
= 1+0,1575
63
= 1,1575

= 54,42 −> 54 sampel

Tabel 1. Tallysheet Pemanfaatan Satwa untuk konsumsi oleh masyarakat Dayak Taman
Kapuas di Desa Ingko'Tambe Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas
Hulu

Bagian yang Cara


No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili
dikonsumsi pengolahan
1
2
3
Dst.

Tabel 2. Tallysheet Pemanfaatan Satwa untuk Kesenian oleh masyarakat Dayak Taman
Kapuas di Desa Ingko'Tambe Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas
Hulu

Bagian yang
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Makna
dimanfaatkan

1
2
3
Dst.
19

Tabel 3. Tallysheet Pemanfaatan Satwa untuk Pengobatan oleh masyarakat Dayak Taman
Kapuas di Desa Ingko'Tambe Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas
Hulu

Nama Nama Bagian yang Jenis Cara Cara


No Famili
Lokal Ilmiah dimanfaatkan penyakit pengolahan pemakaian

1
2
3
Dst.

Tabel 4. Tallysheet Status Konservasi Satwa yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak
Taman Kapuas di Desa Ingko'Tambe Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten
Kapuas Hulu

Nama Nama Status Konservasi


No Famili Jenis pemanfaatan
Lokal Ilmiah IUCN CITES P.106

1
2
3
Dst.

Tabel 5. Tallysheet Identitas Responden

Jenis Lama Tingkat


No Nama Umur Pekerjaan
Kelamin Menetap Pendidikan

1
2
3
Dst.

Analisis Data
Analisi data dilakukan secara deskriptif kualitatif yang menggambarkan hasil
penelitian tersebut yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Data yang dianalisis
yaitu data hasil wawancara yang meliputi nama jenis (nama daerah, nama lokal, dan nama
ilmiah), untuk bahan konsumsi, kesenian, dan pengobatan, bagian yang dimanfaatkan,
cara pengolahan, dan cara pemakaian berdasarkan manfaatnya dibuat dalam bentuk
tabulasi dan kemudian dianalisis secara deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA

Addrama Putra Sukma, M. Sofwan Anwari, Hafiz Ardian. 2019. Etnozoologi Untuk
Ritual Adat Dan Mistis Masyarakat Melayu Desa Nanga Betung Kecamatan
Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari Vol. 7 (2) : 916 –
922
Alloy S, Albertus, Istiyani PC. 2007. Keragaman Subsuku Dayak Di Kalimantan Barat.
Mozaik Dayak.
Almey GP. Anwari MS, Yani A. 2020. Etozoologi Suku Dayak Kanayant di Desa
Temalar Kecamatan Jelimpo Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari. 8(1):1-9.
Alves, 2012. Relationship Between Fauna And People And The Role Of Ethnozoolgy In
Animal Coservation. Ethnobio Coserv 1 (2): 2238-4782
Anugrah, I., Anwari, M. S., & Yani, A. 2021. Etnozoologi Suku Dayak Benyadu untuk
pengobatan, ritual adat dan mistis di Desa Untang Kecamatan Banyuke Hulu
Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari, 9(2), 222-233.
Dewin VL, Anwari MS, Prayogo H. 2017. Kajian Etnozoologi Masyarakat Dayak
Seberuang Di Desa Gurung Mali Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang.
Jurnal Hutan Lestari 5(4):978-986.
Eko Sunaryo, M. Sofwan Anwari, Ahmad Yani. 2019. Etnozoologi Masyarakat Dayak
Jelai Hulu Embulu Lima Di Desa Mekar Utama Kecamatan Kendawangan
Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari Vol. 7 (3) : 1100 – 1110
Hastiti RD. 2011. Kearifan lokal dalam perburuan satwa liar Suku Dayak Kenyah, di
Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Indrawan M, Primack RB, dan Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta. Yayasan
Obor Indonesia.
Iyai DA, Murwanto AG dan Kilian AM. 2011. Sistem Pemburuan dan Etnozoologi
Biawak (Famili Varanidae) oleh Suku Yaur pasa Taman Nasional Laut Teluk
Cenderawasih. Jurnal Biota 16 (2).
Masyithah, Bambang H, dan Kartika WD. 2016. Kajian Etnozoologi satwa yang di
konsumsi pada Komunitas Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas
Kabupaten Sarolangun. Jurnal Bio-Set 2 (2): 1-50.
Novriyanti, Masy'ud B dan Bismar M. 2014. Pola dan Nilai Lokal Etnis Dala
Pemanfaatan Satwa pada Orang Rimba Bukit Duahelas provinsi Jambi. Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam (11): 299-301
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. 2020. Data Kependudukan Desa Ingko' Tambe.
(Online). https://data.kalbarprov.go.id/dataset/data-kependudukan-desa-ingko-

20
21

tambe-kec-putussibau-selatan-kab-kapuas-hulu-30-juni2020/resource/c0407690-
116f-422f-a93f-e6b27e4d2211 diakses pada 28 September 2023.
Pilatus, Kartikawati SM dan Anwari MS. 2017. Emozoologi Suku Dayak Kanayant di
Desa Babane Bengkayang. Jurnal Hutan Lestari 5 (3): 858-867.
Putra YAE, Masy’ud B dan Ulfah M. 2008. Keanekaragaman Satwa Berkhsiat Obat di
Taman Nasional Betung Kerihun, Kalimantan Barat Indonesia. Media Konservasi.
13 (1) ; 8 – 15.
Richardo Y, Ardian H, dan Anwari MS. 2019. Etnozoologi Untuk Konsumsi Suku Dayak
Kanayant di Desa Lintah Betung Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak. Jurnal
Hutan Lestari. 7(3) :1163.
Rusmiati, Anwari MS, Tavita GE. 2018. Etnozoologi Masyarakat Dayak Bakatik Di Desa
Seluas Kecamatan seluas Kabupaten Bengkayang. Jurnal Hutan Lestari. 6(3):
594- 604.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
Sunaryo E. Anwari MS, Yani A. 2019. Etnozoologi Masyarakat Dayak Jelai Hulu
Embulu Lima Di Desa Mekar Utama Kecamatan Kendawang Kabupaten
Ketapang. Jurnal Hutan Lestari. 7 (3): 1100-1110.
Syam Y. 2011. Etnozoologi avifauna warta. Bantimurung (TNBB). Sulawesi.
Widjaja. 2014. Manfaat Daging Kadal Atasi Asma. (Online).
http://detiklife.com/2014/10/16/manfaat-daging-kadal-atasi-asma/ diakses pada
28 September 2023.
Yogi Y, Anwari MS, Kartikawati SM. 2019. Etnozoologi Sebagai Pertanda Oleh
Masyarakat Dayak Simpakng Di Desa Mekar Raya Kecamatan Simpang Dua
Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari Vol. 7 (2): 716-722
Anderson EN, Pearsal DM, Hunn ES, Turner JN. 2011. Ethnobiology. John Wiley & Sons,
Inc., Hoboken, New Jersey
Farida, Y., Andayani, T. M., & Ratnasari, N. 2013. Analisis penggunaan obat pada
komplikasi sirosis hati. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi (Journal of
Management and Pharmacy Practice), 4(2), 77-84.
Krisyanto, R.D., Ardian, H., & Anwari, M.S. 2019. Kajian Etnozoologi untuk Pengobatan
Suku Dayak Sebaruk di Desa Setunggil Kecamatan Silat Hilir Kabupaten Kapuas
Hulu. Jurnal Hutan Lestari. 7(3): 1287-1289.
Yani, A., & Said, S. 2015. Keanekaragaman Jenis Amfibi Ordo Anura di Kawasan Hutan
Lindung Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak
Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 3(1).
22

Yohannes, Y., Sari, Y. P., & Feristyani, I. 2019. Klasifikasi Wajah Hewan Mamalia
Tampak Depan Menggunakan k-Nearest Neighbor Dengan Ekstraksi Fitur HOG.
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi, 5(1)
23

DAFTAR KUISIONER
ETNOZOOLOGI KONSUMSI, KESENIAN, DAN PENGOBATAN MASYARAKAT
DAYAK TAMAN KAPUAS DI DESA INGKO’TAMBE KECAMATAN
PUTUSSIBAU SELATAN KABUPATEN KAPUAS HULU
Penelitian ini untuk Skripsi Sarjana (S1) Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura

I. Petunjuk:
1. Sebelum Bapak/Ibu menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih
dahulu isi identitas yang telah tersedia.
2. Jawablah tes wawancara dengan jujur dan penuh ketelitian karena jawaban
Bapak/Ibu akan membantu kelengkapan data yang penulis butuhkan. Sebelumnya
tidak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih atas segala bantuannya.
1. Identitas Responden
1. No Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Jabatan di Kampung :
6. Lama Menetap :
7. Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Tidak Sekolah
8. Pekerjaan
Petani/Berkebun
PNS/Pegawai Swasta
Pedagang
Buruh
Ibu Rumah Tangga
Lain-lain (Sebutkan)
24

II. Daftar Pertanyaan


ETNOZOOLOGI KONSUMSI, KESENIAN, DAN PENGOBATAN
MASYARAKAT DAYAK TAMAN KAPUAS DI DESA INGKO’TAMBE
KECAMATAN PUTUSSIBAU SELATAN KABUPATEN KAPUAS HULU

Tallysheet 1. Pemanfaatan Satwa


1. Apakah Bapak/Ibu, mengetahui tentang pemanfaatan satwa secara tradisional?
Ya/Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu, tahu persis jenis-jenis satwa yang terdapat di lingkungan
sekitar? Ya/Tidak
3. Apa jenis satwa yang bisa dimanfaatkan untuk konsumsi, kesenian, dan
pengobatan?
4. Apa makna satwa yang dimanfaatkan untuk kesenian?
5. Apa jenis penyakit yang dapat disembuhkan oleh satwa untuk pengobatan?
6. Bagian tubuh mana yang bermanfaat?
Semua organ tubuh
Daging
Darah
Tulang
Empedu
Isi Perut
Telur
Lain-lain
7. Bagaimana cara pengunaan dari satwa tersebut? Pertanyaan untuk satwa
bermanfaat konsumsi, kesenian, dan pengobatan.
8. Bagaimana cara pengolahan satwa tersebut?
9. Bagaimana memperoleh satwa tersebut?
10. Bagaimana kondisi satwa saat ini di sekitar lingkungan?
25

Tallysheet 2. Pemanfaatan Satwa untuk Konsumsi


1. Apa saja jenis satwa yang dikonsumsi oleh masyarakat?
2. Bagian satwa apa saja yang dikonsumsi masyarakat?
3. Bagaimana cara pengolahan satwa untuk dikonsumsi masyarakat?

Tallysheet 3. Pemanfaatan Satwa untuk Kesenian


1. Apa jenis satwa yang dimanfaatkan untuk kesenian?
2. Bagian tubuh satwa mana yang dapat dimanfaatkan untuk kesenian?
3. Apa makna kesenian satwa tersebut?

Tallysheet 4. Pemanfaatan satwa untuk Pengobatan


1. Apa jenis satwa yang dimanfaatakan untuk pengobatan?
2. Apa jenis penyakitnya?
3. Bagian tubuh satwa yang mana dapat digunakan dalam pengobatan?
4. Bagaimana cara pengolahannya?
5. Bagaimana cara pemakaiannya?
LAMPIRAN

26
LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai