Disusun oleh
Kelompok A.2018.12 Gelombang I
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan Koasistensi Klinik Interna Hewan
Besar di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Laporan ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar dokter hewan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sehubungan dengan berakhirnya pelaksanaan Koasistensi Klinik Interna
Hewan Besar di KRKB Gembira Loka Yogyakarta dan penyusunan laporan ini,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pimpinan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka yang telah
memberikan izin pelaksanaan kegiatan koasistensi;
2. drh. Yuriadi, M. P. selaku Penanggung jawab Koasistensi Klinik Interna
Hewan Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan saran selama
pelaksanaan Kegiatan Koasistensi;
3. Seluruh staf dokter hewan dan karyawan Kebun Raya dan Kebun Binatang
Gembira Loka Yogyakarta yang membantu terlaksananya Kegiatan
Koasistensi Klinik Interna Hewan Besar;
4. Rekan-rekan koasistensi kelompok A.2018.12 atas bantuan, kerjasama,
dan kebersamaan yang telah diberikan;
5. Semua pihak yang membantu baik selama pelaksanaan koasistensi dan
dalam penyusunan laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Yayasan Gembira Loka ……….5
Gambar 10. Wadah berukuran besar (atas) dan Wadah berukuran kecil (bawah)
……………………………………………………………………...34
iv
PENDAHULUAN
Sejarah
dari keinginan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun 1933 akan sebuah
tempat hiburan, yang di kemudian hari dinamakan Kebun Rojo. Ide tersebut
direalisasikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan bantuan Ir. Karsten,
disebelah barat sungai Winongo, karena dianggap sebagai tempat paling ideal
untuk pembangunan Kebun Rojo tersebut. Namun, akibat dampak Perang Dunia
Jakarta di tahun 1949 setelah selesainya Perang Dunia II, tercetus lagi sebuah ide
sebuah tempat hiburan dari pemerintah pusat yang dipelopori oleh Januismadi dan
Hadi, SH. Ide tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat Yogyakarta,
1953, dengan berdirinya Yayasan Gembira Loka Yogyakarta (sesuai akta notaris
RM. Wiranto No. 11 tanggal 10 September 1953) yang diketuai oleh Sri Paduka
KGPAA Paku Alam VIII, maka pembangunan Kebun Rojo yang tertunda baru
1
Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya 1959, KGPAA Paku Alam VIII
terhadap alam dan minat yang besar terhadap perkembangan Gembira Loka.
Ternyata sumbangsih Tirtowinoto yang tidak sedikit, baik dalam hal pemikiran
maupun material, terbukti mampu membawa kemajuan yang pesat bagi Gembira
Loka. Puncaknya di tahun 1978, ketika koleksi satwa yang dimiliki semakin
Tujuan
untuk mengumpulkan berbagai jenis hewan dari berbagai macam spesies dan
daerah, serta tanaman yang dilestarikan dan diperagakan untuk umum. Hal ini
Visi
Misi
2
3. Sebagai lembaga konservasi yang mampu mensejahterakan satwa dengan
satwa, habitat satwa, pakan, cara reproduksi dan perawatan satwa guna
lembaga konservasi.
kunjungan.
3
Fungsi
dan hewan yang terancam punah. Usaha perlindungan dan pelestarian jenis
tumbuhan dan hewan tidak terbatas pada jenis yang terancam punah saja,
4. Tempat rekreasi dan apresiasi terhadap alam. Sebuah Kebun Raya dan
4
Struktur Organisasi dan Tata Kerja yayasan Gembira Loka
5
KEGIATAN KOASISTENSI DI KEBUN RAYA DAN KEBUN BINATANG
GEMBIRA LOKA
dilaksanakan pada tanggal 16-21 September 2019 yang terdiri dari 8 orang yang
kemudian dibagi menjadi 3 kelompok kecil yang akan ditempatkan pada bagian
poliklinik, kandang reptil, dan kandang aves. Satu kelompok kecil dibagi 2-3
koasistensi di kebun raya dan kebun binatang Gembira Loka adalah sebagai
berikut.
21 September 2019. Kegiatan secara umum disajikan pada tabel sebagai berikut:
42
Hari Kegiatan yang dilakukan
16 September 2019 - Membersihkan kandang poliklinik.
- Racik pakan.
- Merendam dan menjemur kura-kura, ular dan iguana.
- Pengobatan garangan, musang, kura-kura leher panjang, kura-kura
callagur. Pengobatan berada di poliklinik dan kandang reptil.
43
20 September 2019 - Membersihkan kandang poliklinik.
- Racik pakan.
- Merendam dan menjemur kura-kura, ular dan iguana.
- Pemberian obat cacing pada primata
- Pengobatan garangan, musang biul, kura-kura leher panjang, kura-kura
callagur, linsang, dan kadal salak. Pengobatan berada di poliklinik dan
kandang reptil.
- Visit Albino reticulated python flu dan luka pada sulcata tortoise
- Diskusi
21 September 2019 - Membersihkan kandang poliklinik.
- Racik pakan.
- Merendam dan menjemur kura-kura, ular dan iguana.
- Pengobatan garangan, musang biul, kura-kura leher panjang, kura-kura
callagur, linsang, dan kadal salak. Pengobatan berada di poliklinik dan
kandang reptil.
- Rontgen Kura-kura
- Diskusi
Kegiatan di poliklinik Gembira Loka Zoo pada pagi hari dimulai pada
dan sekitarnya. Tempat makan dan minum hewan dikeluarkan, dibersihkan, dan
hari. Setelah itu, disediakan pakan-pakan untuk hewan dalam kandang poliklinik
dan iguana dibersihkan dan hewan direndam dalam air selama sekitar 20-30
44
diberikan kepada kura-kura, iguana dan juga ular yang mengalami luka pada
tubuh.
2014). FPV adalah parvovirus yang termasuk dalam genus Parvovirus dalam
cepat, seperti usus, sumsum tulang, dan jaringan limfoid (Kiupel and Perinan,
2014).
tetapi mampu makan dan minum. FPV pada musang bersifat teratogenik
Selain itu disarankan agar kucing sebisa mungkin divaksin FPV demi
45
Gambar 2. Sebelum pengobatan musang biul suspect panleukopenia
Enrofloxacine untuk musang adalah 5-15 mg/kg BB, diberikan bisa secara
spektrum anti bakteri yang luas. Zat ini aktif terhadap bakteri gram positif
46
et.al., 2018). Pemberian antibiotik ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
sejak 1 hari lalu hewan muntah meski belum diberi pakan. Untuk itu, sampel
lainnya. Oleh dokter hewan, hewan diberi terapi berupa injeksi Enrofloxacin
47
Ranitidin diberikan sebagai obat untuk mengatasi efek samping
sekresi asam, antasid digunakan untuk menetralkan asam yang tersekresi dan
bakteri. Enrofloxacin mempunyai spektrum anti bakteri yang luas. Zat ini
aktif terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif, bakteri intraseluler
hewan.
(Testudinata). Kura-kura dibagi ke dalam dua sub ordo yaitu Cryptodira dan
perisai, sedangkan sub ordo Pleurodira bagian kepala dan lehernya hanya
48
dibelokkan ke samping (Iskandar 2000). Kura-kura leher panjang dan kallagur
termasuk jenis kura-kura sub ordo Cryptodira. Bagian tubuh kura-kura dilindungi
tempurung yang terdiri dari karapas (bagian punggung) dan plastron (bagian
perut) (Goin et al. 1978). Pada bagian tubuh lainnya yaitu bagian tungkai, kepala
panjang terdapat bercak putih pada bagian kaki (gambar 4a). Pada kura-kura
kallagur terdapat bercak putih di bagian plastron (gambar 4b). Penyebab jamuran
a. b.
kedalam air yang telah diberikan iodin (sebagai desinfektan) dan dibersihkan
dengan sikat setelah itu dikeringkan dan diberikan antiseptik. Icthyol salep
digunakan untuk mengobati luka pada kulit dengan cara dioles tipis-tipis.
spesies linsang asli Asia Tenggara dan Selatan, merupakan spesies linsang
49
terkecil di dunia. Linsang hidup di habitat sungai, rawa-rawa, dan hutan
bakau. Pada keempat kaki terdapat selaput antar jari yang digunakan untuk
hingga 12 individu dalam satu koloni. Tiap koloni dipimpin oleh satu
individu jantan alpha. Perkelahian biasa terjadi antar individu jantan dalam
50
di bawah humus dan kayu yang lembab di lantai hutan, di bawah batu dan
kadal sulit membuka kelopak mata (Mader, 2006). Leleran serous dari
mata kanan terjadi secara terus menerus (epifora) selama beberapa hari.
Kadal direndam selama beberapa menit pada pagi hari dan dijemur
Terramycin yang terdiri dari Oksitetrasiklin 1%, diberikan satu kali sehari.
51
6. Rontgen kura-kura
Pada tanggal 21/9/2019, seekor kura-kura dibawa dari Klinik Hewan Jogja
ke Gembira Loka Zoo dengan gejala klinis nafsu makan turun. X-ray dilakukan
al., 1994). Pengikatan pyrantel dengan reseptor kurang reversible kalau dibanding
dengan asetilkolin, dan ini menyebabkan kelebihan stimulasi otot nematoda, dan
52
Primata di karantina Gembira Loka Zoo diberi obat cacing secara rutin 3
bulan sekali dengan obat pyrantel dengan dosis 1 mg/kg berat badan, dan diberi
PBFD atau Psittacine Beak and Feather Disease menurut Razmyar et al.
berawal dari bulu yang tidak juga tumbuh setelah rontok, bulu rontok belum
waktunya, bulu tumbuh tidak normal, burung mencabuti bulu sendiri, dan
hilangnya selongsong di pangkal bulu. Gejala lain adalah paruh tumbuh tidak
seimetris, bengkok tidak pada tempatnya, dan kadang-kadang hal yang sama
terjadi pada kuku. Pada stadium ini, bisa juga burung terlihat stres dan menjadi
kurus dalam waktu cepat, sehingga kondisi daya tahan tubuh burung turun drastis
seperti inilah kemudian muncul infeksi sekunder (susulan) virus lain atau juga
jamur dan bakteri. Tindakan kuratif yang diberikan berupa mengkarantina kakatua
atau cacatuidae di poliklinik agar virus tidak menyebar lebih banyak lagi ke
burung lainnya.
adalah centrochelys sulcata di display unit reptil pada tanggal 20 September 2019
terdapat seekor yang terluka pada bagian extremitas cranial pada regio scapulo
53
humeralis yang diduga disebabkan karena bertengkar dengan sulcata tortoise yang
lain dalam satu kandang yang berisi empat ekor dengan jenis yang sama.
kemampuan oksidasi kuat dari iodine bebas terhadap asam amino, nukleotida,
ikatan ganda, dan juga lemak bebas tidak jenuh. Hal ini menyebabkan povidone
iodine mampu merusak protein dan DNA mikroba. Kemampuan povidone iodine
dalam hal inflamasi adalah menghambat interleukin-1 beta (IL-1 beta) dan
Sarcoptes scabiei pada kelinci sering ditemukan pada bagian tubuh yang
kurang berambut seperti wajah, telinga, kaki dan infestasi parasit ini biasanya
ditandai dengan pruritis, pyoderma, alopecia parah, dan penurunan berat badan
berbentuk oval, pipih rata, dan berbentuk convex pada dorsal, setae dorsal kekar,
beberapa duri kutikula, dan lekukan kutikula transversal bergerigi (Arlian, 1989).
54
Pada tanggal 18 September 2019 , beberapa kelinci dan marmut di
Gembira Loka Zoo menunjukkan gejala klinis lalala dan sampel kulit diambil
lalala
berasal dari Asia. Pengambilan sampel darah dari pheasant diambil dari vena
Unta adalah spesies hewan berkuku genap yang banyak terdapat pada daerah
yang beriklim kering. Hewan ini ada dua jenis, yaitu unta punuk satu (C.
dromedarius) yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika bagian utara serta unta
punuk ganda (C. bactrianus) yang berasal dari daerah gurun di Asia bagian 4
timur. Unta punuk satu memiliki klasifikasi sebagai berikut. kingdom Animalia,
seekor unta berjenis lalala. Menurut Naga dan Bargash (2016) pengambilan
sampel darah unta diambil di vena jugularis. Pengambilan sampel darah ini
dilakukan dengan tujuan lalala. Sampel darah diambil pada vena jugularis unta
55
sebanyak lalalala dan disimpan dalam tabung edta yang kemudian pemeriksaan
Myasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan hidup
penyebab penyakit ini, namun yang bersifat obligat parasit adalah Chrysomya
bezziana sehingga perlu diperhatikan. Awal infestasi larva terjadi pada daerah
kulit yang terluka, selanjutnya larva bergerak lebih dalam menuju ke jaringan otot
tubuh ternak menjadi lemah, nafsu makan menurun, demam serta diikuti
penurunan produksi susu dan bobot badan bahkan dapat terjadi anemia (Wardhana
Reticulated Python yang bernama Milo. Penyebab penyakit flu pada ular biasanya
terjadi karena perubahan suhu yang terjadi secara drastis. Ular adalah jenis hewan
Gejala yang biasa terlihat adanya gelembung pada lubang hidung ular atau hidung
ular tersebut terlihat basah. Ular yang pilek juga akan terlihat mendengkur saat
56
bernafas. Dalam keadaan parah, pilek pada ular akan membuat ular kesulitan
bertanggung jawab terhadap pembentukan dinding sel bakteri tersebut. Selain itu,
sehingga antibiotik tidak dapat bekerja. Ceftazidime juga aktif terhadap beberapa
ayam dan jenis unggas lainnya dengan gejala klinis berupa gangguan pernafasan,
pencernaan dan syaraf disertai mortalitas yang sangat tinggi. Penyebab ND adalah
virus yang tergolong Paramyxovirus, termasuk virus ssRNA yang berukuran 150-
memiiki amplop dan kapsid berbentuk heliks yang simetris. Di alam virus ND
57
menyerang unggas dan burung-burung. Ayam ras dan ayam kampung, baik
Seekor burung merak dibawa ke klinik dalam keadaan tidak ada nafsu makan,
dan bekerja dengan cara memengaruhi enzim DNA girase bakteri. Enrofloxacin
mempunyai spektrum anti bakteri yang luas. Zat ini aktif terhadap bakteri gram
2018).
Keadaan merak memburuk karena dehidrasi akibat tidak mau makan dan
minum sehingga merak diberi penanganan suprotif dengan pemberian NaCl intra
kloaka karena pembuluh darah mengalami kolaps dan sulit untuk infus intra vena.
58
Keesokan harinya merak ditemukan sudah mati. Diperkirakan merak tersebut mati
patologi anatomi pada merak tersebut dan terlihat seperti gambar dibawah ini:
a b c
Gambar. (a) Hemoragi pada lien (b) Hemoragi ptechiae pada proventrikulus (c)
hemoragi pada sekal tonsil
Menurut Dirjen PKH (2014), patologi anatomi tergantung pada strain virus
yang menulari. Perubahan yang disebabkan oleh infeksi virus velogenik strain
proventrikulus (perut kelenjar) dan nekrosa pada usus. Berdasarkan gejala dan
hasil nekropsi untuk melihat patologi anatomi, dapat disimpulkan bahwa merak
yang tidak kebal, perubahan iklim yang menyebabkan stress, perubahan musim
kurang baik atau sanitasi dan tatalaksana yang kurang baik. Penularan dari satu
tempat ke tempat lain terjadi melalui alat transportasi, pekerja kandang, burung
dan hewan lain, debu kandang, angin, serangga, makanan dan karung makanan
59
yang tercemar. Dapat pula melalui transportasi dari karkas ayam yang tertular
virus ND dan ayam dalam masa inkubasi. Belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan ND. Usaha yang dapat dilakukan adalah membuat kondisi badan
Vertebrata, Sub phylum Gnathostomata, Class Aves, Sub Class Neornithes, Super
mulut, faring, esofagus, dan crop. Gejala klinis terdiri dari disfagia, regurgitasi,
60
Kegiatan Koasistensi Bagian Reptil dan Amfibi
Data Satwa
Pendataan satwa-satwa di Kebun Binatang Gembira Loka dilakukan per
keberadaan satwa dan melihat rekam jejak kegiatan yang dilakukan. Pendataan
satwa di Unit Reptil dan Amfibi dimonitor dan dievaluasi untuk perencanaan
yaitu :
61
Ular
Kura-kura
62
12 Hamilton 1
13 Indiana star 1
14 Kepala cherry 5
15 Leher panjang 7
16 Leopard / pardalis 3
17 Matahari 3
18 Moncong babi 10
19 Pancake 2
20 Pipi putih 1
21 Radiata 5
22 Sulcata 17
23 Labi-labi bintang 1
24 Bulus albino 1
yang menjadi prioritas dan membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Satwa-
satwa yang telah mati juga di data dan dilaporkan ke Kepala Unit (Kanit) untuk
63
Manajemen Kandang
Kegiatan di Unit Reptil dan Amfibi yang dilakukan pada pukul 08.00 –
10.30 adalah sanitasi kandang beserta grooming hewan. Hewan dikeluarkan dari
Ruang Akomodasi lalu ditata agar mempermudah grooming hewan seperti pada
Tempat pakan dan minum berupa Loyang alumunium dicuci dengan sabun
dan dibilas pada air mengalir. Ular dibersihkan dengan dimasukkan ke dalam
wadah besar yang telah diisi air kemudian direndam selama beberapa saat lalu
64
dilap menggunakan kanebo. Iguana dimandikan dengan cara disiram dengan air
plastron dengan pengecualian pada bagian yang ada bekas operasi tidak disikat
wadah yang kering. Penjemuran dilakukan agar reptil mendapatkan suhu tubuh
65
Gambar 10. Wadah berukuran besar (atas) dan Wadah berukuran kecil (bawah)
(Dokumentasi Pribadi, 2019).
Wadah besar digunakan untuk hewan yang berukuran besar dan wadah kecil
digunakan untuk hewan yang berukuran kecil dan biasanya dalam jumlah banyak
Wadah lainnya yang digunakan pada saat proses pemandian dan penjemuran
hewan adalah wadah berukuran 150 Liter yang berjumlah 23 buah dan wadah
yang kurang dari 150 Liter berjumlah 13 buah. Masing-masing wadah tersebut
biasanya diisi dengan ular (Molurus dan Retic) dan dilubangi untuk
untuk kura-kura leher panjang. Kandang lainnya yang terdapat pada Unit Reptil
dan Amfibi adalah Kandang Iguana dengan ukuran sekitar 60x60x100 cm dan
terdapat 9 unit dengan 3 unit yang terisi seperti pada Gambar 11.
66
Gambar 11. Kandang berukuran 60 x 60 x 100 cm (Dokumentasi Pribadi, 2019)
Reptil dan amphibia diberikan pakan sebanyak dua kali setiap harinya,
pakan diberikan pada pukul 09.00 dan 15.00. Bahan pakan yang berasal dari unit
membersihkan kandang reptil pada pukul 09.00, lalu pakan yang akan disiapkan
untuk makan siang biasanya diproses setelah jam istirahat (12.00-13.00 WIB) .
Bahan pakan berupa buah pepaya, buah semangka, buah pisang, buah melon,
tongkol jagung, sawi, kangkung, tomat, wortel, rumput, daging ayam dan daging
kerbau. Persiapan untuk pakan hewan dilakukan dengan mencuci dan memotong
bahan pakan menjadi ukuran yang lebih kecil, kemudian membagi bahan pakan ke
Pakan untuk iguana berupa pepaya yang telah dipotong kecil-kecil, serutan
wortel, sawi hijau yang dipotong ukuran sedang, dan beberapa tangkai kangkung.
Pakan kura-kura terdiri atas potongan pepaya berukuran lebih besar, rumput,
potongan sawi, serta tongkol jagung. Kura-kura Brazil dan kura-kura lain yang
67
berukuran lebih kecil diberikan pakan jangkrik, setiap satu ekor kura-kura diberi
empat ekor jangkrik. Kura-kura air diberi pakan irisan daging ayam. Kadal lidah
biru diberi pakan pepaya, pisang, dan daging. Satwa yang berada di dalam
kandang display yaitu kura-kura radiata, sulcata, aldabra, dan buaya rawa
diberikan pakan mulai pukul 15.00 WIB sampai selesai. Kura-kura diberi pakan
BIRD PARK
macau merah, angsa hitam, elang jawa, kakatua tanimbar, nuri, belibis,
pinguin Afrika, merak hijau dan lain-lain. Kawasan Bird Park terbagi
menjadi beberapa titik, yaitu kandang dome, lory kingdom dan interaksi.
Interaksi terbagi menjadi 2, yaitu di bagian utara dan selatan. Burung Macau
68
Gambar 13. Peta Bird Park (Anonim, 2019)
beradaptasi dan belum siap dilepaskan. Pakan diambil dari ruang nutrisi untuk
kebutuhan burung. Pakan berupa sayuran dan buah seperti kacang panjang,
wortel, sawi hijau, sawi putih, jagung, apel, pisang, pepaya, jeruk dibersihkan
dan dipotong kecil-kecil, selain sayuran dan buah ada juga udang khusus
Pakan yang diberikan pada tiap hewan berbeda sesuai dengan kebutuhan
masing-masing hewan.
69
Gambar 14. Pembagian pakan untuk burung (dokumentasi pribadi)
habitat aslinya. Kandang ini didesain khusus agar burung dapat terbang bebas
dengan atap kandang dibuat dengan tinggi tertentu agar burung tetap merasa
70
Lory Kingdom berisi banyak jenis burung nuri dan beberapa merak
hijau. Kawasan ini terdapat beberapa merak hijau yang sengaja dikeluarkan
Pemberian pakan di kedua kandang ini dilakukan setiap pagi dan juga
siang hari. Pakan yang sudah disiapkan diletakan ke dalam wadah yang tersedia,
sayuran dan buah di letakan di kayu-kayu yang tersedia agar burung dapat dengan
mudah menjangkaunya. Tempat pakan didesain khusus dan dapat dilihat pada
Gambar 17.
71
Gambar 17. Pemberikan pakan di kandang lory
Pemberian pakan yang kedua dilakukan pada siang hari sekitar pukul
13.00 WIB. Buah-buahan seperti apel, jeruk dan pepaya diberikan kembali
untuk burung-burung yang berada di lory kingdom. Ikan lele juga diberikan
untuk burung elang dan sejenisnya, pinguin Afrika juga diberikan pakan ikan
pada siang hari. Pemberian pakan juga dilakukan dikandang yang berada di
karantina. Burung hantu dan elang biasanya diberikan ikan lele atau anak
ayam (DOC), burung macau dan kakak tua diberikan sayuran dan buah-
buahan. Jangkrik dan ulat biasanya diberikan sebagai pakan tambahan pada
72
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
tiga bagian, yaitu Unit Poliklinik dan Karantina, Unit Reptil dan Amphibi, serta
Saran
73
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2017.http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL2017/Kese
hatanPertanianKajian20Hewan/BAB-V-Kekebalan-dan-Vaksinasi-
pada-Hewan.pdf. Diakses 18 September 2019 : 21.30
Anonim. 2019. Peta Gembira Loka Zoo. Diakses di www.gembiralokazoo.com
pada tanggal 18 September 2019 pukul 20.00 WIB
Banks, R.E., Sharp, J.M., Doss, S.D., Vanderford, D.A. 2010. Exotic Small
Mammal Care and Husbandry. Singapore : Wiley-Blackwell
Brown, R., Diesmos, M., Afuang, L., Rico, E. & Duya, M.R. 2009.
Tropidophorus grayi. The IUCN Red List of Threatened Species 2009:
e.T169770A6671760.
Courtney, C.H., dan Roberson, E.L. 1995. In: Adams, H.R. (Ed.), Chemotherapy
of Parasitic Diseases. Veterinary Pharmacology and Therapeutics.
Iowa State University Press, Ames. 904–908.
Delaney, C.A.J. 2008. Exotic Companion Medicine Handbook For Veterinarians.
Florida : Zoological Education Network
Goin, C. J., Zu, G. R. 1987. Introduction to Herpetologi 3rd Ed. San Francisco :
Freeman and Company.
Halisa, S., Prayitnaningsih, S. 2016. “Perbandingan Efek Ranitidin,
Dexamethason dan Kombinasinya terhadap Kadar Asam Format
Darah dan Pelepasan Sitokrom C Retina pada Model Tikus Intoksikasi
Metanol Akut”. Laboratorium Ilkes Kesehatan Mata RSU Dr.Saiful
Anwar, Malang.
Hoeve, W. V. 2003. Ensiklopedia Indonesia Fauna Reptilia dan Amfibia. Jakarta :
PT Ikrar Mandiri
Iskandar, D. T. 2000. Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini .
Bandung L Palmedia Citra
Kiupel, M., Perpiñan, D. 2014. “Viral Disease of Ferrets”. Article Research Gate.
Koepfli KP, Deere KA, Slater GJ, et al. (2008). "Multigene phylogeny of the
Mustelidae: Resolving relationships, tempo and biogeographic history
of a mammalian adaptive radiation". BMC Biol. 6: 4–
5. doi:10.1186/1741-7007-6-10.
Mader DR. 2006. Reptile Medicine and Surgery. Philadelphia: WB Saunders.
Meidianthi, K.P., Ardana, I.B.K., Budiasa, K. 2018. “Kombinasi Tylosin dan
Enrofloxacin dalam Ransum terhadap Total Leukosit dan Diferensial
Leukosit Babi Landrace Pascasapih”. Indonesia Medicus Veterinus 7
(5) : 508-514
Plumb, D.C. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook Sixth Edition. Iowa:
Blackwell Publishing Professional
74
Razmyar, J; Dezfoulian, O; Bassami, M. R; Zamani, A; Peighambari, S. M.
2008. Psittacine beak and feather disease in Iran, molecular and
histopathologic detection. J.Vet.Res. 63,2:31-35.
Rondhianto, Wantiyah , dan Putra F.M. 2016. Penggunaan chlorhexidine 0,2 %
dengan Povidone Iodine 1%. NurseLine Journal Vol. 1 No. 1 Mei
2016 ISSN 2540-7937.
Robertson, S.J., Pennington, A.J., Evans, A.M., dan Martin, R.J. 1994. The action
of pyrantel as an agonist and an open channel blocker atacetylcholine
receptors in isolated Ascaris suum muscle vesicles. European Journal
of Pharmacology. 271: 273–282.
Wardaniati, I., Almahdy, A., Dahlan, A. 2016. “Gambaran Terapi Kombinasi
Ranitidin dengan Sukralfat dan Ranitidin dengan Antasida dalam
Pengobatan Gastritis di SMF Penyakit dalam Rumah Sakit Umum
(RSUD) Ahmad Mochtar Bukittinggi”. Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8,
No. 1
Aiello S.E., Mays A., dan Amstutz H.E. 1998. Rabbits. In: Aiello SE ed. Merck
Veterinary Manual. New Jersey: Merck, Inc. 1386–1396.
Arlian, L.G. 1989. Biology, Host Relations, and Epidemiology of Sarcoptes
scabiei. Annual Review of Entomology. 34(1): 139–159.
Naga, T.R.A.E dan Bargash, S.M. 2016. Blood Parasites in Camels (Camelus
dromedarius) in Northern West Coast of Egypt. El-Naga and Barghash, J
Bacteriol Parasitol 2016, 7:1 DOI: 10.4172/2155-9597.1000258
Naumann. 1999. Camelus dromedarius. US: University of Michigan.
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Camelus
_dromedarius.html [24 September 2019]
Schmidt E.M., Paulillo A.C., Santin E., Dittrich R.L., dan Oliveira E.G. 2007.
Hemotological and Serum Chemistry Values for the Ring-necked
Pheasant (Phasianus colchicus): Variation with Sex and Age.
International Journal of Poultry Science. 6(2): 137-139.
Soulsby E.J.L. 1982. ed. Helminthes, Arthropods and Protozoa of Domesticated
Animals. 7th edn. London: Bailliere Tindall. 482–6.
Wardhana dan Muharsini. 2005. Kasus Myasis yang disebabkan oleh Chrysomya
bezziana di Pulau Jawa. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2005.
Deem S.L. 2003. Fungal diseases of birds of prey. Veterinary Clinics of North
America: Exotic Animal Practice. 6(2): 363-376
Siddique Y.H. 2008. Breeding Behaviour of Copsychus saularis in Indian-Sub-
Continent: A Personal Experience. International Journal of Zoological
Research. 4(2): 135-137
75
Anonim. 2019. https://www.generasibiologi.com/2019/02/garangan-jawa-ciri-
deskripsi-klasifikasi.html. Diakses 18 September 2019 : 22.15
76