Oleh Kelompok 2:
Dosen Pengampu:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
nikmat-Nya kami dapat merampungkan makalah Ilmu dan Teknologi Produksi
Ternak Potong yang berjudul “Bangsa-Bangsa Ternak Potong Ruminansia Besar
dan Kecil yang Ada di Indonesia dan Ternak Herbivora (Kudan dan Babi)” dalam
rangka memenuhi tugas kelompok 2 mata kuliah Ilmu dan Teknologi Produksi
Ternak Potong paralel 05.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Yetmaneli, S.Pt, MP
selaku dosen pengampu di kelas Ilmu dan Teknologi Produksi Ternak Potong
paralel 05, sumber-sumber serta semua yang turut andil dalam pengerjaan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................................
I. PENDAHULUAN.................................................................................................
I.1 Rumusan masalah...................................................................................................
I.2 Tujuan.....................................................................................................................
II. PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Ruminansia Besar............................................................................................
a. Sapi............................................................................................................
b. Kerbau.......................................................................................................
B. Ruminansia Kecil..........................................................................................
a. Kambing..................................................................................................
b. Domba.....................................................................................................
C. Ternak Herbivor Non Ruminansia (Babi dan Kuda).....................................
a. Babi............................................................................................................
b. Kuda..........................................................................................................
III. PENUTUP...........................................................................................................
Kesimpulan..........................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
iii
I. PENDAHULUAN
2. Peternak adalah orang atau badan hukum dan atau buruh peternakan yan
g mata pencaharian nya sebagian atau seluruhnya bersumber kepada petern
akan.
iv
Manfaat atau kegunaan Ternak
v
10. Sebagai Sumber Sosial Budaya
Di Indonesia masih sangat banyak dibutuhkan ternak-ternak sebagai
kelengkapan dalam sesaji, kepercayaan yang berkaitan dengan tatacara
atau adat daerah.
I.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
mempelajari lebih dalam mengenai bangsa-bangsa ternak potong beserta
karakteristiknya, baik pada ruminansia besar ataupun pada ruminansia kecil
yang ada di Indonesia.
vi
II. PEMBAHASAN
A. Ruminansia Besar
a. Sapi
1. Bangsa Sapi Potong Tropis
Bangsa sapi potong tropis adalah bangsa sapi potong yang berasal dari
belahan dunia yang berasal dari belahan dunia beriklim tropis. Bos indicus (sapi
bangsa Zebu) (sapi bangsa Zebu) merupakan bangsa sapi potong be merupakan
bangsa sapi potong berponok dari rponok dari daerah tropis di Asia yang kita
kenal sekarang ini. Bangsa sapi potong tropis merupakan salah satu bangsa yang
menjadi bibit satu bangsa yang menjadi bibit sapi potong. Bibit t sapi potong.
Bibit ternak merupakan salah satu fakt ernak merupakan salah satu faktor yang or
yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan sapi potong, selain f ng, selain
faktor pakan, perkandanga aktor pakan, perkandangan, penyakit, limbah dan
penanganan panen. (Sudarmono dan Sugeng , an Sugeng , 2008).
Ciri-ciri umum bangsa sapi potong tropis adalah sebagai berikut:
1)Umumnya berponok disebut juga istilah berkelas, walaupun ada yang
tidak berponok
2) Pada bagian ujung telinga meruncing, kepala panjang dengan dahi
sempit.
3) Kulit longgar dan tipis (5-6 mm), Kelenjar keringat besar.
4) Timbunan lemak rendah.
5) Garis punggung bagian tengah berbentuk cekung dan bagian
tunggingnya miring.
6) Bahu pendek, halus dan rata.
7) Kakinya panjang sehingga bergerak lincah.
8) Lambat dewasa, rata-rata berat maksimal 250-650 kg dapat dicapai
pada umur 5 tahun. 9) Bentuk tubuh sempit dan kecil.
10) Ambing kecil. dan produksi susu rendah.
11)Tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan. dan kehausan.
12)Kadar air yang terkandung dalam kotoran rendah.
13)Toleran berbagai jenis pakan sederhana yang kandungan serat kasar
tinggi.
14)Tahan terhadap gigitan nyamuk dan caplak.
a) Sapi Aceh
vii
Sapi Aceh adalah sapi potong turunan dari grading-up persilangan antara
sapi Ongole dengan sapi lokal setempat. Bangsa sapi yang juga banyak ditemukan
di Sumatera Utara selain di Aceh ini memiliki bobot badan dewasa yang dapat
mencapai rata-rata 300 kg – 450 kg pada jantan dan 200 kg – 300 kg pada betina.
Adapun ciri-ciri fisik sapi Aceh sbb :
Berponok, bertanduk, bulu berwarna cokelat merah atau warna menjangan.
Sapi Aceh merupakan salah satu bangsa sapi potong daerah tropis yang digunakan
peternak Indonesia sebagai bibit sapi potong.
b) Sapi Bali
Sapi Bali, menurut Hardjosubroto dan Astuti (1994) adalah bangsa sapi
potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari banteng (Bibos banteng) yang
telah dijinakkan berabad-abad yang lalu. Sapi Bali mempunyai angka reproduksi
yang tinggi, tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan yang jelek
dan lingkungan yang panas serta mempunyai % karkas dan kualitas daging bagus
(Anonimus, 1985). Kelemahan sapi Bali adalah rentan terhadap penyakit
jembrana dan MCF serta tingkat kematia pedet pra sapih yang mencapai mencapai
15 sampai 20 % (Anonimus, 1987). Ciri fisik sapi bali :
Warna bulu merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa
Ada warna putih dengan batas yang jelas pada belakang paha, pinggiran
bibir atas, kaki bawah mulai tarsus dan carpus
Mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang
jelas pada bagian atas punggung (Hardjosubroto, 1994)
Sapi bali ini merupakan sapi lokal yang memiliki tipe pedaging karena
persentase karkas dapat mencapai 56,9 %.
Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang.
Kepala agak pendek dengan dahi datar.
Badan padat dengan dada yang dalam.
viii
Tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir
Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau.
c) Sapi Madura
Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang
terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu
(Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran
terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan
caplak (Anonimus, 1987). Karak-teristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu
bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak
kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan
peralihan yang kurang jelas ; bertanduk khas dan jantannya bergumba.
Sapi Madura adalah salah satu sapi asli Indonesia. Sapi Madura berasal
dari pulau madura dan pulau-pulau di sekitarnya. Pulau Sapudi sangat dikenal
sebagai tempat sapi Madura berkembang pesat. Sapi Madura merupakan
persilangan Bos sondaicus dengan Bos indicus. Ciri-ciri punuk diperoleh dari Bos
indicus sedangkan warna diwarisi dari Bos sondaicus. Namun penelitian Popescu
dan Smith (1998) menunjukkan bahwa pola karyotipik sapi Madur menunjukkan
adanya kemiripan dengan Bos taurus, kecuali pada kromosom Y- nya yang mirip
dengan Bos indicus.. Sehingga Popescu dan Smith menyimpulkan sapi Madura
merupakan hasil perkawinan silang antara indukan Bos taurus atau Bos javanicus
dengan pejantan Bos indicus.
Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura :
1) Baik jantan ataupun betina sama-sama berwarna merah bata.
2) Paha belakang berwarna putih
3) Kaki depan berwarna merah muda
4) Tanduk pendek beragam. Pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm,
sedangkan pada jantannya berukuran 15-20 cm
5) Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki pun tetapi memiliki punuk
walaupun berukuran kecil.
6) Persentase karkas dari sapi madura ini dapat mencapai 48 %.
ix
Mudah dipelihara.
Mudah berbiak dimana saja.
Tahan terhadap berbagai penyakit.
Tahan terhadap pakan kualitas rendah.
d) Sapi Ongole
x
e) Sapi Peranakan Ongole
Sapi Peranakan Ongole atau sapi PO adalah sapi potong hasil grading up,
sapi lokal setempat dengan sapi Ongole. Pada perkembangannya sapi ini banyak
ditemukan di Grobogan, Wonogiri dan Gunung Kidul (Jawa Tengah), di Magetan,
Nganjuk dan Bojonegoro Magetan, (Jawa Timur), serta di Aceh dan Tapanuli
Selatan. Bangsa sapi yang diyakini populasinya jauh lebih banyak dibandingkan
dengan sapi lokal lain ini memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai
berikut :
BB dewasa mencapai 584 kg – 600 kg,
masa fattening 3 bulan – 5 bulan, PBB 0,8 kg – 1 kg,
persentase karkas 45%,
tahan terhadap panas dan parasit,
mampu berproduksi dengan baik dalam kondisi jelek,
daya hidup pedet sangat baik,
dapat dimanfaatkan juga sebagai sapi pekerja dan jinak
f) Sapi Brahman
Sapi Brahman (sapi pedaging) impor, berasal dari India dan berkembang
dengan sangat baik di Amerika Serikat, sehingga dikenal pula sebagai sapi pula
sebagai sapi American Brahman. Pada perkembangannya sapi Brahman telah
tersebar di daerah tropis dan subtropis termasuk Australia dan Indonesia. Bangsa
sapi yang termasuk sapi Zebu ini memiliki keunggulan dan performa produksi
sebagai berikut : masa fattening 3 bulan – 4 bulan, PBB bisa mencapai 0,83
kg – 1,5 kg per hari, bahkan ada juga yang menyebut dapat 1,5 kg – 2 kg per hari,
BB jantan dewasa mencapai 800 kg dan betina 550 kg, persentase karkas
48,6% – 54,2%, tingkat fertilitas yang tinggi, mampu tumbuh sama baiknya di
daerah tropis dan subtropis, mampu tumbuh cepat di daerah yang kurang subur
xi
dengan pakan yang sederhana, tahan terhadap panas dan parasit, bobot pascasapih
dan daya hidup pedet yang baik.
Ciri – ciri fisik sapi ciri fisik sapi brahman sebagai berikut:
tubuh berukuran besar dan panjang dengan kedalaman panjang yang
sedang, punggung lurus,
kaki berukuran sedang sampai panjang, bulu berwarna abu-abu muda
atau merah atau hitam, dimana pada jantan menunjukkan warna yang
lebih gelap daripada pada betina,
kepala panjang,
telinga menggantung,
tanduk berukuran sedang,
lebar dan besar,
kulit longgar dan halus dengan ketebalan yang sedang,
ponok berukuran besar pada jantan dan berukuran kecil pada betina,
gelambir berukuran besar dan tumbuh hingga bawah perut dan tali pusar
b. Kerbau
Kerbau adalah binatang memamah biak yang menjadi ternak bagi banyak
bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah domestikasi dari kerbau liar
(orang India menyebutnya arni) yang masih dapat ditemukan di daerah-daerah
Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, Bhutan, Vietnam, Cina, Filipina, Taiwan,
Indonesia, dan Thailand.
Kerbau dewasa dapat memiliki berat sekitar 300 kg hingga 600 kg. Kerbau
liar dapat memiliki berat yang lebih, kerbau liar betina dapat mencapai berat
hingga 800 kg dan kerbau liar jantan dapat mencapai berat hingga 1200 kg. Berat
rata-rata kerbau jantan adalah 900 kg dan tinggi rata-rata di bagian pundak kerbau
adalah 1,7 meter.
Salah satu ciri yang membedakan kerbau liar dari kerbau peliharaan adalah
bahwa kerbau peliharaan memiliki perut yang bulat. Dengan adanya percampuran
keturunan antara kerbau-kerbau antara populasi yang berbeda, berat badan kerbau
dapat bervariasi.
Klasifikasi kerbau masih belum pasti, tetapi Bubalus bubalis biasa
dikelompokkan menjadi tiga anakjenis: Kerbau liar (B. bubalis arnee), moyang
bagi kerbau sungai.
Rumpun Kerbau di Indonesia:
Rumpun Ternak Kerbau Sumbawa (Provinsi Nusa Tenggara Barat)
Rumpun Kerbau Kalimantan Selatan (Provinsi Kalimantan Selatan)
Rumpun Kerbau Kalimantan Timur (Provinsi Kalimantan Timur)
Rumpun Ternak Kerbau Moa (Provinsi Maluku)
Rumpun Kerbau Toraya (Provinsi Sulawesi Selatan)
Rumpun Kerbau Pampangan (Provinsi Sumatera Selatan)
xii
Kerbau Tapanuli Utara (Provinsi Sumatera Utara)
Kerbau Badegur (Provinsi Banten)
Kerbau Murrah (Provinsi Sumatera Utara)
4) Bos Arni, adalah kerbau yang terdapat di asia tenggara dan hampir
identik dengan kerbau lumpur dan merupakan keturunannya.
xiii
B. Ruminansia Kecil
Dalam pengklasifikasian ternak ada yang disebut ternak kecil.Ternak kecil
adalah adalah jenis ternak yang tergolong pada ternak yang berbadan kecil ,
seperti : kambing, domba dan babi.
a. Kambing
1. Kambing Kacang
xiv
7. memiliki warna tunggal hitam, putih, coklat atau kombinasi dari
ketiga warna tersebut.
8. Kambing Kacang betina maupun jantan memiliki tanduk yang
pendek.
9. Berat badan kambing jantan dewasa bisa mencapai 35 kg,
dan kambing betina dewasa bisa mencapai 30 kg.
10.Tinggi kambing jantan berkisar 60 - 70 cm, dan yang
betina hingga 50 cm.
2. Kambing Jawarandu
a. warna bulu hitam, putih, coklat atau kombinasi dari ketiga warna.
b. punggungnya melengkung kebawah.
c. kepala terliaht besar dan lancap, bertanduk, telinga lebar dan
menggantung.
d. Bobot badan kambing jantan dewasa dapat mencapai lebih dari
40 kg, sedangkan bobot dewasa betina di bawah 40 kg.
xv
3. Kambing Marica
4. Kambing Samosir
xvi
Karakteristik morfologik tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan
betina 26,23 ± 5,27 kg, panjang badan 57,61 ± 5,33 cm; tinggi pundak 50,65 ±
5,28 cm; tinggi pinggul 53,22 ± 5,43 cm; dalam dada 28,67 ± 4,21 cm dan lebar
dada 17,72 ± 2,13 cm. Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing
spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di
Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu fenotipe
warna tubuh yang dominan putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh
putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam. Dari warna belang putih hitam
didapatkan rataan sebaran warna berdasarkan luasan permukaan tubuh 92,68%
kurang lebih 4,23% warna putih dan 7,32 kurang lebih 4,11% warna hitam.
5. Kambing Muara
6. Kambing Kosta
xvii
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi
Banten. Kambing ini dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata
dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing
ini diduga hasil persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing
impor). Hasil pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah
coklat tua sampai hitam. Dengan presentase terbanyak hitam (61 %), coklat tua
(20%), coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola
warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi
oleh warna putih.
Ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada
bagian kiri dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh
Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada
Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada
Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing
Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk
dijadikan tipe pedaging.
7. Kambing Gembrong
xviii
Banyak dugaan bahwa kambing Gembrong merupakan persilangan antara
kambing Kashmir dengan kambing Turki. Dugaan ini didasarkan pada ciri-ciri
fisik kambing yang hampir mirip dengan kambing gembrong. Alasannya,
kambing ini kesulitan untuk makan akibat mata dan mulutnya tertutup oleh bulu.
Kesulitan ini mengakibatkan makanan sulit masuk ke mulut hingga tidak bisa
menerima masukan gizi yang memadai. Akibatnya, kambing mudah terserang
penyakit hingga mati.
8. Kambing Boer
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang
ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kambing Boer merupakan satu-satunya
kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya
yang cepat. Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35–45 kg pada umur 5
hingga 6 bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02–0,04 kg per
hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum
pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase
daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40 %–50 % dari
berat tubuhnya.
Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar,
panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga
panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda
hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di
wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit
akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di
siang hari. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai
dari suhu sangat dingin (-25oC) hingga sangat panas (43oC) dan mudah
beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit dan
dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di
padang rumput.
Kambing Boer jantan dapat menjadi hewan yang jinak, terutama jika terus
berada di sekitar manusia sejak lahir, meskipun ia akan tumbuh dengan berat
xix
badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun. Boer jantan dewasa (2 – 3
tahun) dapat melayani 30 – 40 betina. Kambing Boer betina sangat jinak dan pada
dasarnya tidak banyak berulah. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak
kembar dua, tiga, bahkan empat. Kambing Boer betina mampu menjadi induk
hingga selama 5–8 tahun. Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat
80–90 kg. Kambing Boer betina maupun jantan bertanduk.
9. Kambing Berawa
Ciri-ciri umum kambing Berawa yaitu; warna dominan adalah putih pada
bagian leher sampai kepala berwarna hitam, memiliki tanduk. Kambing jantan
tanduknya melingkar ke bawah dan ujung tanduk menghadap ke depan, telinga
yang panjang dan terkulai, kaki panjang yang menopang tubuhnya sehingga
terlihat kompak, bobot kambing jantan dewasa dapat mencapai 80 Kg, dan bobot
betina dewasa dapat mencapai 60 kg.
b. Domba
xx
1. Domba Ekor Tipis
Tubuh domba ini tidak berlemak sehingga daging yang dihasilkan pun sedikit.
Namun, beberapa orang menyatakan bahwa daging domba kacang ini lebih enak
dari domba lainnya.
2. Domba Priangan
Domba ini berasal dari Jawa Barat, yaitu Kabupaten Garut dan sekitarnya
sehingga disebut juga domba garut. Apabila dibandingkan dengan domba ekor
xxi
tipis, domba ini termasuk domba tipe besar. Ciri lain dari domba priangan sebagai
berikut.
4. Domba Merino
xxii
Domba Merino berasal dari daerah Asia kecil. Domba ini berkembang
baik di Spanyol, Inggris, dan Australia. Domba merino terkenal sebagai domba
penghasil wol terbaik dengan panjang bulu mencapai 10 cm. Pada saat bulu
mencapai 10 cm, produksi wol dapat mencapai 10 kg wol/ekor. Ciri lain dari
domba ini yaitu betina yang tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk
besar, kokoh, dan kuat. Berat badan domba jantan 64—79 kg, sedangkan domba
betina sekitar 45—57 kg.
5. Domba Suffolk
Domba Suffolk berasal dari Inggris. Domba ini terkenal dengan bobot
badannya yang tinggi. Di Inggris, berat domba jantan dapat mencapai 135—200
kg dan domba betina sekitar 100—150 kg. Akan tetapi, di Indonesia beratnya
hanya mencapai 60—80 kg. Domba ini lebih unggul karena persentase daging
yang tinggi, yaitu sekitar 55—65% dari bobot badan. Domba ini telah disilangkan
dengan domba merino, hasilnya adalah domba sufmer.
6. Domba Dorset
xxiii
Domba Dorset merupakan tipe pedaging yang bagus dan tipe wol dengan
kualitas sedang. Di Inggris yang merupakan negara asalnya, bobot domba jantan
mencapai 100—125 kg dan domba betina 70—90 kg. Persentase dagingnya 50—
65% dari berat badan hidup. Secara umum, domba dorset jantan dan betina
mempunyai tanduk yang melingkar. Persilangan antara domba dorset dan merino
disebut domba dormer.
Domba lokal yang dipilih untuk persilangan adalah domba jawa (G) yang
mempunyai keunggulan dapat beranak tiga kali dalam dua tahun dengan rata-rata
dua ekor setiap kelahiran dan tahan terhadap parasit cacing. Domba lokal ini
mempunyai kelemahan, yaitu produksi air susunya rendah sehingga pertumbuhan
anaknya relatif lambat. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dipilih domba impor
dari Perancis, yaitu jenis moulton charollais (M). Keunggulan domba charollais
adalah produksi air susunya banyak sehingga laju pertumbuhan anaknya tinggi.
Domba hasil persilangan tersebut diharapkan dapat beranak tiga kali dalam
dua tahun dengan rata-rata dua ekor setiap beranak dan laju pertumbuhan anaknya
pun relatif tinggi. Dari hasil persilangan yang telah dilakukan, pada umur 10
bulan, berat domba jantan sekitar 32,2 kg dan domba betina 22,1 kg. Pada umur
yang sama, berat domba jantan lokal 20,2 kg dan domba betina 16,9 kg.
xxiv
TERNAK HERBIVORA NON RUMINANSIA (BABI DAN
KUDA)
A. Babi
1. Sejarah Domestikasi Babi
xxv
g. Hampshire berkembang cukup bagus dan dalam Kelompok babi ini banyak
diternakkan di AS
Bangsa Babi
1. Yorkshire
Dikenal dengan Large White Babi Large White dikembangkan di Inggris
pada akhir tahun 1700-an. Ada hampir 4.000 ekor jenis babi large white yang
terdaftar di Inggris pada tahun 1981., dikenal juga sebagai babi Large White
Inggris yang merupakan jenis babi lokal yang berasal dari Yorkshire oleh karena
itu dikenal juga sebagai babi Yorkshire, termasuk termasuk tipe bacon (dwiguna).
Babi Yorkshire dan merupakan babi yang paling dicari karena cepat berkembang
biak.
Ciri-ciri yang dimiliki antara lain:
a. Babi ini berwarna putih dengan muka oval, telinga tegak, termasuk type
keibuan karena litter sizenya banyak dan keibuannya bagus,
b. Persentase karkasnya tinggi,
c. Berat jantan 320-455kg, betina 225- 365kg.
2. Landrace
Berasal dari Denmark, warna putih, bertubuh panjang dan kakinya
panjang, tampilan yang khas telinganya rebah ke depan. Panjang tubuh 16 sampai
xxvi
17 tulang rusuk, subur mempunyai puting susu yang lebih banyak , jantan dewasa
berbobot 320 – 410 kg dan betina 250-340 kg. Karkas panjang, paha besar, daging
dibawah dagu gemuk dengan kaki pendek dikenal karena konversi pakannnya
sangat baik dan berat badan yang tinggi.
Kelemahan kaki belakang yang lemah saat bunting dan daging pucat, lembek dan
exsudatif ini karena inbreeding yang terlalu lama, termasuk babi bacon berkualitas
tinggi.
Ciri-ciri yang dimiliki antara lain:
a. Tubuh panjang, besar (lebar) dan dalam
b. Warna putih dengan bulu yang agak panjang, dengan telinga terkulai
c. Leher panjang, punggung membentuk seperti busur panjang dan lebar ,bahu
rata, halus, kaki letaknya baik dan kuat, dengan paha yang bulat dan tumit
yang kuat pula, Putting susu 6-7 buah
d. Berat jantan dewasa 320-410 betina 250-340 kg.
3. Chester White
Memiliki ukuran medium dengan telinga droopy dan biasanya memiliki
taring besar untuk mencari makan, kemampuan mereka untuk bereproduksi tinggi.
Babi dari breed ini biasanya agresif.
4. Duroc
Berasal dari Amerika Serikat, warna merah mulus, tubuh padat dan
prolifik, babi siap potong 90 kg, dapat dicapai 5 bulan atau lebih,
xxvii
5. Saddleback
Ciri-ciri yang dimiliki antara lain:
a. Tubuh panjang, besar, warna merah yang bervareasi mulai dari merah muda
sampai merah tua,
b. Punggung berbentuk busur yang dimulai dari leher sampai ekor dengan titik
tertinggi di tengah.
c. Kepala sedang dengan telinga terkulai kedepan dan mukanya agak cekung
d. Produksi susu cukup baik dan banyak anak
e. Berat jantan 295 –455kg, betina 295 – 455kg.
f. Warna diantara Landrace hitam dan putih dengan Wessex-Saddleback. Jalur
putih di atas badan yang hitam.
g. Ukuran besar. Jantan 350kg, betina 300kg
h. Tipe lemak
i. Kesuburan tinggi. Maternitas yang baik dengan susu yang banyak.
j. Bangsa babi yang sudah berkurang dan hampir punah
6. Poland China
xxviii
Mempunyai bentuk seperti Berkshire, breed ini memiliki enam titik putih
pada tubuh, telinga berukuran sedang/droopy dan menghasilkan daging dengan
mata rusuk yang besar. Ada juga yang memilki pola warna dasar putih dengan
bercak hitam, breed ini memiliki tipe telinga yang sama dikenal sebagai Spoted
Poland China. Babi ini digunakan untuk menghasilkan ternak babi dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi
7. Berkshire
Mempunyai tubuh berwana hitam dengan enam titik putih (hidung, ekor,
dan kaki), babi ini memiliki telinga tegak dan moncong pendek.dished. Dapat
berproduksi dengan b aik dalam fasilitas tertutup.
8. Hampshire
Mempunyai ciri yaitu berwarna hitam dengan sabuk putih yang
membentang dari satu kaki depan, di bahu, dan di bawah kaki depan lain.
Mempunyai telinga yang tegak dan sangat populer karena memilki banyak daging
9. Babi Lokal
xxix
Babi Batak
Ciri-ciri:
a. Tinggi pundak 54-51 cm, panjang 71-95 cm
b. Telinga tengah warna rata-rata hitam walaupun ada warna bercak-bercak
putih
c. Bulu pada bagian bahu dan leher agak tebal.
Babi Bali:
Babi di Bali terdapat dua tipe yaitu tipe pertama terdapat di bagian timur
pulau Bali yang diduga berasal dari Sus vittatus setempat. Babi ini berwarna
hitam dan bulunya agak kasar. Punggungya sedikit melengkung ke bawah namun
tidak sampai menyentuh tanah dan moncongnya relative panjang. Tipe yang
kedua terdapat di Pulau Bali bagian utara, tengah, barat dan. Babi ini
punggungnya sampai melengkung ke bawah (lordosis), perutnya besar dan sering
menyentuh Tanah dalam keadaan bunting atau gemuk. Warnanya hitam kecuali di
garisWarnanya hitam kecuali di garis perut bagian bawah dan keempat kakinya
dan kadang-kadang di dahinya berwarna putih.. Babi Bali memiliki kelebihan bila
sepenuhnya diberikan pakan berupa limbah dapur. Babi inilah yang umumnya
disebut babi Bali
Ciri-ciri babi Bali meliputi :
a. Warna kulit mayoritas hitam, perut buncit
b. Postur tubuh pendek dan kecil
c. Kepala pendek sekitar 24-28 cm, telinga tegak dan pendek, yakni sekitar 10-
11 cm.
d. Warna hitam dan bulu agak kasar.
e. Rata-rata banyaknya anak adalah 12 ekor per kelahiranproduksi daging
(karkas) relatif kecil
f. Induk babi bali mampu menghasilkan anak seba nyak 8-10 ekor (dalam satu
kali melahirkan).
g. Punggung melengkung kebawah, tidak sampai ketanah, cungurnya relatif
pendek
h. Telinga tegak tinggi
i. Pundak 48-54 cm, panjang tubuh 94 cm
xxx
j. Puting susu 12-14 buah dengan jumlah anak perkelahiran 12 ekor
Babi Hutuan (sebutan untuk babi Bali berumur satu bulan) banyak
digunakan upacara mecaru termasuk jenis upacara lainnya. Babi Bali yang sudah
menginjak usia 6 bulan sudah bisa mencapai berat 80 kg. Babi Bali yang berumur
1 bulan untuk kebutuhan upacara bisa dihargai Rp 400.000 per ekor.
Babi Nias
Babi nias masih dekat hubungan dengan babi liar. Badannya sedang,
ukuran kepalanya lebih pendek dari babi Sumba. Telinganya tegak,kecil,
mulutnya runcing, bulunya agak tebal, terutama pada leher dan bahu sedang babi
ini berwarna putih atau belang hitam. Ada satu fenomena yang akhir-akhir ini
dilakoni masyarakat di Nias Barat yaitu beternak babi di pinggir pantai. Hanya
memberi makan daging buah kelapa sekali sehari sekedarnya saja. Peternak babi
di pantai ini memelihara ternaknya di pinggir laut dan membatasi areal ternaknya
dengan membuat parit selebar 1 meter (inoo) sehingga ternak babi mereka tidak
bisa pergi jauh. Karena dalam beternak ini boleh dikatakan beternak secara massal
maka areal yang dibatasi dengan inoo bisa luas mencapai 3 km persegi dan ini
dikerjakan oleh orang se kampung dan tiap keluarga dapat memelihara babi 10
ekor atau lebih dengan membiarkan berkeliaran di areal yang sudah dibatasi
sehingga di areal itu ada ratusan ekor babi dengan berbagai ukuran dan
pemiliknya berbeda-beda.
Makanan babi adalah bulu gowinasi/daun ubi jalar laut yang secara
otomatis tumbuh dipinggir pantai tanpa dipelihara sehingga babi tumbuh dengan
sendirinya. Namun untuk kesegaran ternak babi ini sekali sehari diberikan
makanan variasi berupa kelapa parut sekedarnya saja oleh pemiliknya. Cara
memberikan makanan kelapa ini juga sangat unik yaitu pemilik memanggil
ternaknya dan menjaga agar hanya ternaknya yang memakan kelapa yang yang
diberikan, setelah habis baru pemiliknya pulang. Peternakan yang sangat
menguntungkan karena biaya sangat murah dan tidak membutuhkan tenaga
manusia yang banyak. Ubi jalar laut tumbuh dengan sendirinya dan sangat banyak
serta cepat pertumbuhannya dan buah kelapa sangat banyak di Nias dan tidak
xxxi
terlalu banyak dibutuhkan. Salah satu desa yang telah melaksanakan peternakan
massal ini adalah Desa Togimbögi Kecamatan Sirombu sehingga orang yang
membutuhkan babi selalu datang kesana karena hampir satu kampung memiliki
ternak babi. a) Babi Tana Toraja. a. Babi kecil (minipig) b. Tinggi pundak 45 cm,
panjang 71 cm c. Warna hitam putih dan ada yang hitam semua.
B. KUDA
Kuda Sub-Tropis
xxxii
2. Kuda appaloosa
Kuda appaloosa berasal dari Bahasa Perancia, yaitu Palouse yang
berarti padang rumput. Ciri khas kuda ini yaitu warna tubuhnya totol-totol,
terutama di atas punggung dan pinggangnya.
3. Kuda Arabian
Kemungkinan kuda arabian berasal dari Mesir dan dikembangkan di Arab.
Ciri khas kuda ini adalah kecepatan larinya, daya tahan tubuhnya, dan
kecantikannya. Sifatnya jinak dan lebih suka bersahabat dengan manusia.
xxxiii
5. Kuda ehoroughbred
Kuda ehoroughbred digunakan untuk lomba karena penampilannya
bagus dan kecerdasannya tinggi. Kecepatan larinya kencang dan daya
tahan tubuhnya tinggi.
6. Kuda clydesdale
Kuda clydesdale terkenal sebagai penarik kereta angkut dengan
ukuran besar. Penampilan kuat dan warna tubuhnya cerah.
7. Hackney
Keturunan kuda jantan Thoroughbred ><kuda betina asli Inggris
Kuda pekerja berat
Ada yang besar dan kecil
Kecepatan 17 mil/jam, mampu berjalanlama & jalan jelek
xxxiv
8. Morgan
Namanya berasaldari pemiliknyaJustin Morgan
Kuda tunggang yangtenang
Dapat berlari cepat,melompat jauh danbekerja keras
9. Palomino
Kuda para bangsawanSpanyol
Hasil persilanganChestnut >< Albino
Warna keemasan,bervariasi dariterang hingga gelap
10. Pinto/Piebald/Paint
Warna coklat dan putih Yang ada warna hitamdi atas warna putih:
PiebaldMatanya putih sepertisusu
mata kaca
xxxv
12. Standarbred
Mengandung darah kudaArab, Barb, Hackney,dan Morgan
Namanya berasal daristandard waktu lari 1mil selama 2 menit 30detik
Merupakan kuda pacu
xxxvi
Gagah, gerakannyamulus & enak bagipenunggangnya
14. Thoroughbred
Dikembangkan olehkel. KerajaanInggris
Cerdas, lari cepat &daya tahannya baik
15. Belgia
Berasal dari Belgia
Kuda tarik yangbesar, berat 850– 1000 kg
16. Percheron
Berasal dariPerancis Utara,distrik La Perche
Ada darah kudaFlemish dan Arab
xxxvii
Warna hitam/abu-abu
17. Shire
Berasal dariLincolnshire,Inggris
Badannya tinggi,tertinggi diantarakuda Tarik
Dikembangkan olehRobert Bakewell
18. Suffolk
Berasal dari daerahSuffolk, Inggris
Warna chestnut,berani dan kuat
Kuda di Indonesia
xxxviii
Diduga keturunan kuda Arab, Eropa, danMongol, penamaannya berdasarkan
tempat.
1. Kuda Makasar
Berasal dari Jawa
Temperamen stabil, daya tahan baik
Tubuh sempurna, kaku tegap dan kuat
Tinggi 1,25 m, otot kaki kuat, persendiankuku jarang sakit
Hampir punah
2. Kuda Sumba
Keturunan kuda Australi
Pinggang agak tinggi
Kuda yang baik pernah diekspor keSingapura, Malaysia, Filipina, dan
AfrikaTimur
Ada 2 jenis: badan kecil (Daerah Selatandan Timur), dan badan agak
besar(Daerah Utara dan Barat
3. Kuda Sumbawa
Tinggi 1,15 m, temperamen panas, dapatberlari tanpa lelah
Sebagai kuda tarik
Langka, karena banyak diekspor danadanya penyakit menular
4. Kuda Bima
Tubuh kecil, dan pinggang terlalu pendek
xxxix
Langkahnya cepat, dan daya tahannyatinggi
5. Kuda Flores
Kecil dan jinak
Di Ende dikawinkan dengan kuda Sandel
6. Kuda Sabu
Tinggi 1,13 m, tegap, serasi, kaki kuat,otot dan kuku baik
Kuda tarik yang baik dan banyak dibawake Jjaw
Banyak dikawinkan dengan kuda Sandel
8. Kuda Timor
Semula dipelihara secara liar di hutan-hutan dalam kelompok-kelompok
Saat diternakkan, perawatan kurang,sehingga mutunya rendah
xl
9. Kuda Sumatera
Ada 4 jenis: Kuda Padang Mangatas, Kuda Batak, Kuda Agam, dan Kuda
Gayo
Kuda Batak mirip kuda Sandel, tubuh serasi, tidak terlalubinal, daya tahan
kuat, mampu mengangkut 2 penumpang.Tinggi yang jantan 1,25-1,50 m,
betina 1,25 m
Warna coklat/coklat tua kemerah-merahan, rambut ekordan kaki bawah
berwarna hitam.
Kepala besar, leher lebar dan pendek
Rambut kepala kasar dan berdiri
Kaki langsing dan berbulu di persendiannya
Kuda Agam dan Gayo bertubuh kecil dan jinak
xli
III. PENUTUP
Kesimpulan
xlii
Daftar Pustaka
Fikar, S. dan D, Ruhyadi. 2010. Buku Pintar Beternak dan Berbisnis Sapi Potong.
PT. Agromedia Pustaka, Jakarta
Hardjosubroto. 1984. Ternak Sapi Bali Dan Ciri-ciri Sapi Bali yang Perlu
Diketahui www.peternakankita.com Diakses 13 April 2016.
Isya. 1991. Menggemukkan Domba, Kambing dan Sapi Potong. PT. Agromedia.
Jakarta Selatan.
xliii