Anda di halaman 1dari 43

ILMU DAN TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK POTONG

“BANGSA-BANGSA TEKNAK POTONG RUMINANSIA BESAR


DAN KECIL YANG ADA DI INDONESIA DAN TERNAK
HERBIVORA NON RUMINANSIA (KUDA DAN BABI)”

Oleh Kelompok 2:

1. Cahya Khairani 2010611108 5. Rhamadul Ulul Azmi 2010611094

2. Della Rahma J. 2010611109 6. Rini Hasanah 2010611105

3. Firdaus 2010612001 7. Salsa Andila Putri 2010612002

4. Hamdani Saputra2010611089 8. Tiara Putri Artha 2010611079

Dosen Pengampu:

Dr. Yetmaneli, S.Pt, MP

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
nikmat-Nya kami dapat merampungkan makalah Ilmu dan Teknologi Produksi
Ternak Potong yang berjudul “Bangsa-Bangsa Ternak Potong Ruminansia Besar
dan Kecil yang Ada di Indonesia dan Ternak Herbivora (Kudan dan Babi)” dalam
rangka memenuhi tugas kelompok 2 mata kuliah Ilmu dan Teknologi Produksi
Ternak Potong paralel 05.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Yetmaneli, S.Pt, MP
selaku dosen pengampu di kelas Ilmu dan Teknologi Produksi Ternak Potong
paralel 05, sumber-sumber serta semua yang turut andil dalam pengerjaan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih terdapat kekurangan


dalam penulisannya, untuk itu saran dan masukkan yang bersifat membangun dari
pembaca sangat dibutuhkan demi tercapainya makalah yang sempurna.

Padang, 8 Maret 2022

Penulis

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................................

I. PENDAHULUAN.................................................................................................
I.1 Rumusan masalah...................................................................................................
I.2 Tujuan.....................................................................................................................
II. PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Ruminansia Besar............................................................................................
a. Sapi............................................................................................................
b. Kerbau.......................................................................................................
B. Ruminansia Kecil..........................................................................................
a. Kambing..................................................................................................
b. Domba.....................................................................................................
C. Ternak Herbivor Non Ruminansia (Babi dan Kuda).....................................
a. Babi............................................................................................................
b. Kuda..........................................................................................................
III. PENUTUP...........................................................................................................
Kesimpulan..........................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................................

iii
I. PENDAHULUAN

Pada Undang-Undang Pokok kehewanan, Undang-Undang Nomor 6 Tahu


n 1967, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, p
ada Bab I Pasal 1,dikemukakan beberapa istilah diantaranya :

1. Ternak adalah hewan piara yang kehidupannya yakni mengenai tempat,


perkembang biakan serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia dan
dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa-jasa yang bergu
na bagi kepentingan hidup manusia.

2. Peternak adalah orang atau badan hukum dan atau buruh peternakan yan
g mata pencaharian nya sebagian atau seluruhnya bersumber kepada petern
akan.

3. Peternakan adalah pengusahaan/pembudidayaan/pemeliharaan ternak de


ngan segala fasilitas penunjang bagi kehidupan ternak.

4. Peternakan murni adalah cara peternakan dimana perkembangbiakan ter


nak-ternaknya dilakukan dengan jalan pemacekan antara ternak/hewan yan
g termasuk dalam satu rumpun.

5. Perusahaan peternakan adalah usaha peternakan yang dilakukan pada te


mpat tertentu serta perkembang biakannya dan manfaatnya diatur dan diaw
asi oleh peternakpeternak.

6. Kelas Ternak adalah sekumpulan atau sekelompok bangsa-bangsa


ternak yang dibentuk dan dikembangkan mula-mula disuatu daerah
tertentu.

7. Bangsa Ternak (Breed) adalah Suatu kelompok dari ternak yang


memiliki persamaan dalam bentuk morphologis, sifat-sifat fisiologis ddan
bentuk anatomis yang karakteristik untuk tiap-tiap bangsa dan sifat-sifat
persamaan ini dapat diturunkan pada generasi selanjutnya.

Arti dari istilah tersebut dikemukakan terlebih dahulu untuk


menghindarkan salah pengertian sekaligus untuk membedakan pengertian
“ternak” dengan “hewan” yang sering salah dalam penggunaan sehari-hari. Tidak
semua hewan tergolong ternak dan dengan sendirinya tidak semua hewan dapat
diusahakan sebagai ternak. Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat
baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar. Jadi bisa dikatakan bahwa
hewan adalah ternak dalam arti luas.

iv
Manfaat atau kegunaan Ternak

Ternak-ternak yang ada sekarang bermula dari hewan-hewan yang liar.


Karena adanya kepentingan manusia terhadap hewan-hewan liar tersebut, maka
manusia melakukan penjinakan (domestikasi) agar menjadi hewan piara (ternak)
yang berguna dan bermanfaat bagi manusia. Adapun manfaat atau kegunaan dari
usaha ternak yaitu :

1. Sebagai Sumber gizi


Produksi ternak seperti telur, daging dan susu merupakan bahan makanan
yang bergizi tinggi karena banyak mengandung protein, mudah dicerna
dan lezat. Bahkan air susu merupakan komponen penyempurna dari
pemenuhan 4 sehat 5 sempurna.
2. Sebagai sumber Tenaga
Keberadaan ternak besar dan kecil dimanfaatkan untuk sumber tenaga
menarik alat-alat pertanian dan alat transportasi. Keberadaan sumber
tenaga ternak sebagai pembajak sawah masih dipertahankan karena
topografi tanah pertanian yang berbukit-bukit sehingga sangat sulit
penerapan mekanisasi pertanian modern.
3. Sebagai Sumber Pupuk
Hasil samping kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang
bagi tanaman.
4. Sebagai Sumber Penghasilan
Dengan memelihara ternak maka dapat merupakan sumber untuk
memperoleh uang.
5. Sebagai Sumber Bahan Industri
Hasil utama dan samping dari ternak dapat digunakan untuk bahan baku
industri. Telur, daging dan susu dapat digunakan dalam berbagai industri
makanan. Kulit, Bulu, tulang dan lainnya dapat digunakan untuk industri
kerajinan.
6. Sebagai Sumber Lapangan Kerja
Dengan semakin berkembangnya usaha peternakan maka akan
membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Industri peternakan adalah
industri biologis sehingga campur tangan manusia mutlak diperlukan.
7. Sebagai Sumber Penelitian Ilmu
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, maka ternak merupakan sarana
penelitian yang efektif bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
8. Sebagai Sumber Pariwisata
Dari segi sosial, maka ternak merupakan daya tarik wisata tersendiri,
khususnya terkait dengan hobi atau kesenangan (Funcy).
9. Sebagai Sumber Status Sosial
Kepemilikan Ternak dapat meningkatkan status sosial bagi seseorang atau
sekelompok orang khususnya kepemilikan ternak-ternak pilihan.

v
10. Sebagai Sumber Sosial Budaya
Di Indonesia masih sangat banyak dibutuhkan ternak-ternak sebagai
kelengkapan dalam sesaji, kepercayaan yang berkaitan dengan tatacara
atau adat daerah.

I.1 Rumusan Masalah


1. Mengetahui lebih luas mengenai bangsa-bangsa ternak potong
ruminansia besar dan kecil terutama yang ada di wilayah Indonesia
dan ternak herbivora nonruminansia (kuda dan babi)
2. Mengetahui dan mempelajari karakteristik ternak potong yang ada
di Indonesia

I.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
mempelajari lebih dalam mengenai bangsa-bangsa ternak potong beserta
karakteristiknya, baik pada ruminansia besar ataupun pada ruminansia kecil
yang ada di Indonesia.

vi
II. PEMBAHASAN

A. Ruminansia Besar
a. Sapi
1. Bangsa Sapi Potong Tropis
Bangsa sapi potong tropis adalah bangsa sapi potong yang berasal dari
belahan dunia yang berasal dari belahan dunia beriklim tropis. Bos indicus (sapi
bangsa Zebu)  (sapi bangsa Zebu) merupakan bangsa sapi potong be merupakan
bangsa sapi potong berponok dari rponok dari daerah tropis di Asia yang kita
kenal sekarang ini. Bangsa sapi potong tropis merupakan salah satu bangsa yang
menjadi bibit satu bangsa yang menjadi bibit sapi potong. Bibit t sapi potong.
Bibit ternak merupakan salah satu fakt ernak merupakan salah satu faktor yang or
yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan sapi potong, selain f ng, selain
faktor pakan, perkandanga aktor pakan, perkandangan, penyakit, limbah dan
penanganan panen. (Sudarmono dan Sugeng , an Sugeng , 2008).
Ciri-ciri umum bangsa sapi potong tropis adalah sebagai berikut:
1)Umumnya berponok disebut juga istilah berkelas, walaupun ada yang
tidak berponok
2) Pada bagian ujung telinga meruncing, kepala panjang dengan dahi
sempit.
3) Kulit longgar dan tipis (5-6 mm), Kelenjar keringat besar.
4) Timbunan lemak rendah.
5) Garis punggung bagian tengah berbentuk cekung dan bagian
tunggingnya miring.
6) Bahu pendek, halus dan rata.
7) Kakinya panjang sehingga bergerak lincah.
8) Lambat dewasa, rata-rata berat maksimal 250-650 kg dapat dicapai
pada umur 5 tahun. 9) Bentuk tubuh sempit dan kecil.
10) Ambing kecil. dan produksi susu rendah.
11)Tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan. dan kehausan.
12)Kadar air yang terkandung dalam kotoran rendah.
13)Toleran berbagai jenis pakan sederhana yang kandungan serat kasar
tinggi.
14)Tahan terhadap gigitan nyamuk dan caplak.

a) Sapi Aceh

vii
Sapi Aceh adalah sapi potong turunan dari grading-up persilangan antara
sapi Ongole dengan sapi lokal setempat. Bangsa sapi yang juga banyak ditemukan
di Sumatera Utara selain di Aceh ini memiliki bobot badan dewasa yang dapat
mencapai rata-rata 300 kg – 450 kg pada jantan dan 200 kg – 300 kg pada betina.
Adapun ciri-ciri fisik sapi Aceh sbb :
Berponok, bertanduk, bulu berwarna cokelat merah atau warna menjangan.
Sapi Aceh merupakan salah satu bangsa sapi potong daerah tropis yang digunakan
peternak Indonesia sebagai bibit sapi potong.

b) Sapi Bali

Sapi Bali, menurut Hardjosubroto dan Astuti (1994) adalah bangsa sapi
potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari banteng (Bibos banteng) yang
telah dijinakkan berabad-abad yang lalu. Sapi Bali mempunyai angka reproduksi
yang tinggi, tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan yang jelek
dan lingkungan yang panas serta mempunyai % karkas dan kualitas daging bagus
(Anonimus, 1985). Kelemahan sapi Bali adalah rentan terhadap penyakit
jembrana dan MCF serta tingkat kematia pedet pra sapih yang mencapai mencapai
15 sampai 20 % (Anonimus, 1987). Ciri fisik sapi bali :
 Warna bulu merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa
 Ada warna putih dengan batas yang jelas pada belakang paha, pinggiran
bibir atas, kaki bawah mulai tarsus dan carpus
 Mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang
jelas pada bagian atas punggung (Hardjosubroto, 1994)
 Sapi bali ini merupakan sapi lokal yang memiliki tipe pedaging karena
persentase karkas dapat mencapai 56,9 %.
 Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang.
 Kepala agak pendek dengan dahi datar.
 Badan padat dengan dada yang dalam.

viii
 Tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir
 Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau.

c) Sapi Madura

Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang
terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu
(Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran
terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan
caplak (Anonimus, 1987). Karak-teristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu
bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak
kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan
peralihan yang kurang jelas ; bertanduk khas dan jantannya bergumba.
Sapi Madura adalah salah satu sapi asli Indonesia. Sapi Madura berasal
dari pulau madura dan pulau-pulau di sekitarnya. Pulau Sapudi sangat dikenal
sebagai tempat sapi Madura berkembang pesat. Sapi Madura merupakan
persilangan Bos sondaicus dengan Bos indicus. Ciri-ciri punuk diperoleh dari Bos
indicus sedangkan warna diwarisi dari Bos sondaicus. Namun penelitian Popescu
dan Smith (1998) menunjukkan bahwa pola karyotipik sapi Madur menunjukkan
adanya kemiripan dengan Bos taurus, kecuali pada kromosom Y- nya yang mirip
dengan Bos indicus.. Sehingga Popescu dan Smith menyimpulkan sapi Madura
merupakan hasil perkawinan silang antara indukan Bos taurus atau Bos javanicus
dengan pejantan Bos indicus.
Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura :
1) Baik jantan ataupun betina sama-sama berwarna merah bata.
2) Paha belakang berwarna putih
3) Kaki depan berwarna merah muda
4) Tanduk pendek beragam. Pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm,
sedangkan pada  jantannya berukuran 15-20 cm
5) Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki pun tetapi memiliki punuk
walaupun berukuran kecil.
6) Persentase karkas dari sapi madura ini dapat mencapai 48 %.

Sedangkan Keunggulan Sapi Madura secara umum :

ix
 Mudah dipelihara.
 Mudah berbiak dimana saja.
 Tahan terhadap berbagai penyakit.
 Tahan terhadap pakan kualitas rendah.

d) Sapi Ongole

Sapi Ongole sapi potong impor berasal dari India, dibudidayakan di


Indonesia secara murni di pulau Sumba, sapi ini dikenal pula sebagai sapi Sumba
Ongole. Pada perkembangannya selain di pulau Sumba, saat ini sapi Ongole telah
tersebar di Sulawesi Utara, Kalimantan dan Jawa. Sapi ini dikenal sebagai sapi
Benggala. Bangsa sapi yang dikenal di Eropa sebagai sapi Zebu ini memiliki
keunggulan dan performa produksi sebagai berikut : Pertambahan Berat Badan
(PBB) bisa mencapai 0,47 kg – 0,81 kg per hari, Berat Badan jantan dewasa rata-
rata 550– 600 kg dan betina 350 – 450 kg. Tahan terhadap panas dan parasit,
Daya hidup pedet sangat baik, Daya produksi yang baik dalam kondisi kondisi
jelek, dapat dimanfaatkan juga sebagai sapi pekerja dan jinak.
Ciri – ciri fisik sapi ongole adalah
1) Bulu berwarna variasi setelah berumur 1 tahun dari putih sampai putih kelabu
dengan campuran kuning oranye kekelabuan, dimana pada leher, ponok dan
kepala sapi jantan berwarna putih keabu-abuan serta lututnya berwarna hitam.
2) Anak sapi yang yang baru lahir sering berwarna cokelat, kepala berukuran
panjang, telinga sedang agak menggantung.
3) Tanduk berukuran pendek pada jantan dan berukuran lebih panjang pada
betina.
4) Ponok bulat dan besar.
5) Gelambir lebar dan menggantung serta berlipat-lipat mulai dari leher melalui
perut sampai dengan ambing atau tali pusar.
6) Tinggi badan dapat mencapai 150 cm pada jantan dan 135 cm pada betina
7) Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,4-0,6 kg/
hari dengan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat
mencapai 0,28 kg/hr.
8) Adanya warna hitam yang mengelilingi lubang mata yang biasa disebut cicin
mata

x
e) Sapi Peranakan Ongole

Sapi Peranakan Ongole atau sapi PO adalah sapi potong hasil grading up,
sapi lokal setempat dengan sapi Ongole. Pada perkembangannya sapi ini banyak
ditemukan di Grobogan, Wonogiri dan Gunung Kidul (Jawa Tengah), di Magetan,
Nganjuk dan Bojonegoro Magetan, (Jawa Timur), serta di Aceh dan Tapanuli
Selatan. Bangsa sapi yang diyakini populasinya  jauh lebih banyak dibandingkan
dengan sapi lokal lain ini memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai
berikut :
 BB dewasa mencapai 584 kg – 600 kg,
 masa fattening 3 bulan – 5 bulan, PBB 0,8 kg – 1 kg,
 persentase karkas 45%,
 tahan terhadap panas dan parasit,
 mampu berproduksi dengan baik dalam kondisi jelek,
 daya hidup pedet sangat baik,
 dapat dimanfaatkan juga sebagai sapi pekerja dan jinak

f) Sapi Brahman

Sapi Brahman (sapi pedaging) impor, berasal dari India dan berkembang
dengan sangat baik di Amerika Serikat, sehingga dikenal pula sebagai sapi pula
sebagai sapi American Brahman. Pada perkembangannya sapi Brahman telah
tersebar di daerah tropis dan subtropis termasuk Australia dan Indonesia. Bangsa
sapi yang termasuk sapi Zebu ini memiliki keunggulan dan performa produksi
sebagai berikut : masa fattening 3 bulan – 4 bulan, PBB bisa mencapai 0,83
kg – 1,5 kg per hari, bahkan ada juga yang menyebut dapat 1,5 kg – 2 kg per hari,
BB jantan dewasa mencapai 800 kg dan betina 550 kg, persentase karkas
48,6% – 54,2%, tingkat fertilitas yang tinggi, mampu tumbuh sama baiknya di
daerah tropis dan subtropis, mampu tumbuh cepat di daerah yang kurang subur

xi
dengan pakan yang sederhana, tahan terhadap panas dan parasit, bobot pascasapih
dan daya hidup pedet yang baik.
Ciri – ciri fisik sapi  ciri fisik sapi brahman sebagai berikut:
 tubuh berukuran besar dan panjang dengan kedalaman panjang yang
sedang, punggung lurus,
 kaki berukuran sedang sampai panjang, bulu berwarna abu-abu muda
atau merah atau hitam, dimana pada jantan menunjukkan warna yang
lebih gelap daripada pada betina,
 kepala panjang,
 telinga menggantung,
 tanduk berukuran sedang,
 lebar dan besar,
 kulit longgar dan halus dengan ketebalan yang sedang,
 ponok berukuran besar pada jantan dan berukuran kecil pada betina,
 gelambir berukuran besar dan tumbuh hingga bawah perut dan tali pusar

b. Kerbau
Kerbau adalah binatang memamah biak yang menjadi ternak bagi banyak
bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah domestikasi dari kerbau liar
(orang India menyebutnya arni) yang masih dapat ditemukan di daerah-daerah
Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, Bhutan, Vietnam, Cina, Filipina, Taiwan,
Indonesia, dan Thailand.
Kerbau dewasa dapat memiliki berat sekitar 300 kg hingga 600 kg. Kerbau
liar dapat memiliki berat yang lebih, kerbau liar betina dapat mencapai berat
hingga 800 kg dan kerbau liar jantan dapat mencapai berat hingga 1200 kg. Berat
rata-rata kerbau jantan adalah 900 kg dan tinggi rata-rata di bagian pundak kerbau
adalah 1,7 meter.
Salah satu ciri yang membedakan kerbau liar dari kerbau peliharaan adalah
bahwa kerbau peliharaan memiliki perut yang bulat. Dengan adanya percampuran
keturunan antara kerbau-kerbau antara populasi yang berbeda, berat badan kerbau
dapat bervariasi.
Klasifikasi kerbau masih belum pasti, tetapi Bubalus bubalis biasa
dikelompokkan menjadi tiga anakjenis: Kerbau liar (B. bubalis arnee), moyang
bagi kerbau sungai.
Rumpun Kerbau di Indonesia:
 Rumpun Ternak Kerbau Sumbawa (Provinsi Nusa Tenggara Barat)
 Rumpun Kerbau Kalimantan Selatan (Provinsi Kalimantan Selatan)
 Rumpun Kerbau Kalimantan Timur (Provinsi Kalimantan Timur)
 Rumpun Ternak Kerbau Moa (Provinsi Maluku)
 Rumpun Kerbau Toraya (Provinsi Sulawesi Selatan)
 Rumpun Kerbau Pampangan (Provinsi Sumatera Selatan)

xii
 Kerbau Tapanuli Utara (Provinsi Sumatera Utara)
 Kerbau Badegur (Provinsi Banten)
 Kerbau Murrah (Provinsi Sumatera Utara)

Berdasarkan Mason, 1969, kerbau di bagi menjadi 4 golongan , yakni :

1) Anoa (buballus depresicronis), khususnya terdapat disulawesi

2) Borneo Buffalo (Buballus arneehosei), khususnya kerbau lumpur


yang terdapat di Kalimantan.

3) Kerbau – banteng Delhi, merupakan kerbau yang terdapat di


Sumatra dan dikenal sebagai kerbau sungai.

4) Bos Arni, adalah kerbau yang terdapat di asia tenggara dan hampir
identik dengan kerbau lumpur dan merupakan keturunannya.

Pada umumnya kerbau di Indonesia tidak menunjukan jenis tersendiri,


melainkan bervariasi , baik dalam ukuran , konformasi tubuh, cirri-ciri tanduk,
warna kulit dan bulu. Dengan demikian kerbau di Indonesia dapat dibagi menjadi
2 kelompok yakni ; kerbau liar dan kerbau jinak.

Berdasarkan karakteristiknya kerbau jinak dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Kerbau sungai (river Buffalo)


> memiki kulit hitam pekat;
> tubuh padat dan pendek, leher dan kepala relative kecil;
> punggungnya lebar:serta
> tanduk melingkar rapat seperti spiral.

2) Kerbau Lumpur (swamp buffalo)


Kerbau ini memiliki ciri sebagai berikut:
> Warna kulit coklat kehitam-hitaman
> Tubuhnya relatif pendek dan
> Kaki pendek serta tanduknya agak melenkung

xiii
B. Ruminansia Kecil
Dalam pengklasifikasian ternak ada yang disebut ternak kecil.Ternak kecil
adalah adalah jenis ternak yang tergolong pada ternak yang berbadan kecil ,
seperti : kambing, domba dan babi.
a. Kambing
1. Kambing Kacang

Kambing Kacang (Capra Hircus) adalah ras unggul kambing yang pertama


kali dikembangkan di Indonesia. Badannya kecil. Kambing Kacang merupakan
kambing lokal Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi
alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing
kacang jantan dan betina merupakan tipe kambing pedaging yang baik.

Ciri-ciri kambing Kacang antara lain:

1. ukuran badan relatif lebih kecil dari jenis kambing lainnya.


2. memiliki kepala yang kecil, telinga tegak.
3. mempunyai bulu yang lurus dan pendek.
4. bulu kambing pendek untuk seluruh tubuhnya, namun bulu
panjang pada ekor dan dagu.
5. Kambing Kacang jantan memiliki bulu yang panjang sebatas
garis leher sampai pundak.
6. punggung hingga ekor dan pantat.

xiv
7. memiliki warna tunggal hitam, putih, coklat atau kombinasi dari
ketiga warna tersebut.
8. Kambing Kacang betina maupun jantan memiliki tanduk yang
pendek.
9. Berat badan kambing jantan dewasa bisa mencapai 35 kg,
dan kambing betina dewasa bisa mencapai 30 kg.
10.Tinggi kambing jantan berkisar 60 - 70 cm, dan yang
betina hingga 50 cm.

2.  Kambing Jawarandu

Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara


kambing Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri separuh mirip
kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing Kacang. Kambing ini dapat
menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari. Kambing Jawa Randu memiliki
nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Kambing Jawa Randu terkenal
dengan makannya yang rakus. Kambing Jawarandu  sering dipelihara untuk
diperah susunya tetapi banyak pula peternak menggunakannya sebagai ternak
pedaging (menghasilkan daging). Produksi susu kambing Jawarandu sebanyak 1,5
liter per hari.

Ciri-Ciri Kambing Jawa Randu  antara lain:

a. warna bulu hitam, putih, coklat atau kombinasi dari ketiga warna.
b. punggungnya melengkung kebawah.
c. kepala terliaht besar dan lancap, bertanduk,  telinga lebar dan
menggantung.
d. Bobot badan kambing jantan dewasa dapat mencapai lebih dari
40 kg, sedangkan bobot dewasa betina di bawah 40 kg.

xv
3.  Kambing Marica

Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari kambing Kacang.


Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu
genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk
kategori langka dan hampir punah (endargement). Daerah populasi kambing
Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten
Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan.

Kambing Marica memiliki potensi genetik yang mampu beradaptasi baik


di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun
sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau
hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang
paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek
dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan
lincah dan agresif.

4. Kambing Samosir

Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara


turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir,
Provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir bisa menyesuaikan diri dengan
kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau
biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang
topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang
biak dengan baik.

xvi
Karakteristik morfologik tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan
betina 26,23 ± 5,27 kg,  panjang badan 57,61 ± 5,33 cm; tinggi pundak 50,65 ±
5,28 cm; tinggi pinggul 53,22 ± 5,43 cm; dalam dada 28,67 ± 4,21 cm dan lebar
dada 17,72 ± 2,13 cm. Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing
spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di
Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu fenotipe
warna tubuh yang dominan putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh
putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam. Dari warna belang putih hitam
didapatkan rataan sebaran warna berdasarkan luasan permukaan tubuh 92,68%
kurang lebih 4,23% warna putih dan 7,32 kurang lebih 4,11% warna hitam.

5. Kambing Muara

Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten


Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini
nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna
bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing
Muara ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing
Muara ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun
anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu
tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu
jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga
disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak
kambing 4 ekor.

6. Kambing Kosta

xvii
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi
Banten. Kambing ini dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata
dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing
ini diduga hasil persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing
impor). Hasil pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah
coklat tua sampai hitam. Dengan presentase terbanyak hitam (61 %), coklat tua
(20%), coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola
warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi
oleh warna putih.

Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan wilayah


Tangerang dan DKI Jakarta.

Ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada
bagian kiri dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh
Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada
Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada
Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing
Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk
dijadikan tipe pedaging.

7. Kambing Gembrong

Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali


terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu
panjang. Panjang bulu sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian
kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada
kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-
3 cm. Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%)
sebahagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna
tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua
warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing Gembrong
adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar dua 1,5 kg.

xviii
Banyak dugaan bahwa kambing Gembrong merupakan persilangan antara
kambing Kashmir dengan kambing Turki. Dugaan ini didasarkan pada ciri-ciri
fisik kambing yang hampir mirip dengan kambing gembrong. Alasannya,
kambing ini kesulitan untuk makan akibat mata dan mulutnya tertutup oleh bulu.
Kesulitan ini mengakibatkan makanan sulit masuk ke mulut hingga tidak bisa
menerima masukan gizi yang memadai. Akibatnya, kambing mudah terserang
penyakit hingga mati.

8. Kambing Boer

Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang
ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kambing Boer merupakan satu-satunya
kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya
yang cepat. Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35–45 kg pada umur 5
hingga 6 bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02–0,04 kg per
hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum
pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase
daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40 %–50 % dari
berat tubuhnya.

Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar,
panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga
panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda
hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di
wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit
akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di
siang hari. Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai
dari suhu sangat dingin (-25oC) hingga sangat panas (43oC) dan mudah
beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit dan
dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di
padang rumput.

Kambing Boer jantan dapat menjadi hewan yang jinak, terutama jika terus
berada di sekitar manusia sejak lahir, meskipun ia akan tumbuh dengan berat

xix
badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun. Boer jantan dewasa (2 – 3
tahun) dapat melayani 30 – 40 betina. Kambing Boer betina sangat jinak dan pada
dasarnya tidak banyak berulah. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak
kembar dua, tiga, bahkan empat. Kambing Boer betina mampu menjadi induk
hingga selama 5–8 tahun. Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat
80–90 kg. Kambing Boer betina maupun jantan bertanduk.

9. Kambing Berawa

Kambing Berawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing


Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina. Ternak hasil
persilangan kedua jenis kambing tadi disebut Boerawa yakni singkatan dari kata
Boer dan Peranakan Etawah. Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang
dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung. Tujuan dari persilangan ini adalah
untuk mendapatkan produksi daging yang tinggi dan memperoleh kambing yang
berpostur besar dan tinggi. Selain itu untuk mendapatkan kambing yang mampu
beradaptasi dengan segala macam lingkungan, serta pertumbuhan yang cepat.

Ciri-ciri umum kambing Berawa yaitu; warna dominan adalah putih pada
bagian leher sampai kepala berwarna hitam, memiliki tanduk. Kambing jantan
tanduknya melingkar ke bawah dan ujung tanduk menghadap ke depan, telinga
yang panjang dan terkulai, kaki panjang yang menopang tubuhnya sehingga
terlihat kompak, bobot kambing jantan dewasa dapat mencapai 80 Kg, dan bobot
betina dewasa dapat mencapai 60 kg.

b. Domba

Domba atau biri-biri adalah ruminansia dengan rambut tebal. Tujuan


utama pemeliharaan untuk dimanfaatkan rambut (wool,daging dan susunya).
Domba peliharaan (Ovis aries) diduga keturunan dari domba liar , dan masuk
dalam genus Ovis aries.

Domba tipe potong (pedaging) pada umumnya mempunyai ciri-cirinya


sebagai berikut :Bentuk badan padat, Dada lebar dan dalam, Leher pendek,
Seluruh tubuh berurat daging yang baik.

xx
1. Domba Ekor Tipis

Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar80% populasinya


ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini  mampu hidup di daerah yang
gersang. Tubuhnya kecil sehingga disebut domba kacang atau domba jawa.

Tubuh domba ini tidak berlemak sehingga daging yang dihasilkan pun sedikit.
Namun, beberapa orang menyatakan bahwa daging domba kacang ini lebih enak
dari domba lainnya.

Ciri-ciri lain dari domba ekor tipis sebagai berikut.

a. Ekor relatif kecil dan tipis.


b. Biasanya bulu badan berwarna putih, hanya kadang-kadang
ada warna lain, misalnya belang-belang hitam di sekitar mata,
hidung, atau bagian lainnya.
c. Domba betina umumnya tidak bertanduk, sedangkan
domba jantan bertanduk kecil dan melingkar.
d. Berat domba jantan dewasa berkisar 30—40 kg dan berat
domba betina dewasa sekitar 15—20 kg.

2. Domba Priangan

Domba ini berasal dari Jawa Barat, yaitu Kabupaten Garut dan sekitarnya
sehingga disebut juga domba garut. Apabila dibandingkan dengan domba ekor

xxi
tipis, domba ini termasuk domba tipe besar. Ciri lain dari domba priangan sebagai
berikut.

a. Berat domba jantan hidup dapat mencapai 60—80 kg dan


berat domba betina sekitar 30—40 kg.
b. Daun telinga relatif kecil dan kokoh.
c. Bulu cukup banyak.
d. Domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan
mempunyai tanduk besar, kokoh, kuat, dan melingkar.

Domba priangan jantan yang baik performansinya digunakan sebagai domba


aduan. Penilaian dalam kontes ada beberapa kriteria, misalnya cara jalan, cara
mundur, cara adu kepala/tanduk, dan berapa kali pasangan aduan domba ini
mampu mengadu kepala.

3. Domba Ekor Gemuk

Domba ekor gemuk(DEG) banyak ditemui di Jawa Timur, Madura, Sulawesi,


da n Lombok. Ciri khas dari DEG ini adalah bentuk ekor yang panjang, lebar,
tebal, besar, dan semakin ke ujung makin kecil. Ekor ini digunakan sebagai
tempat penimbunan lemak (cadangan energi). Pada saat banyak pakan, ekor
domba ini penuh dengan lemak sehingga terlihat membesar. Namun, bila pakan
kurang, ekornya akan mengecil karena cadangan energinya dibongkar untuk
mensuplai energi yang diperlukan tubuh. Ciri lain dari DEG sebagai berikut.

a. Domba jantan dan domba betina tidak mempunyai tanduk.


b. Sebagian besar domba berwarna putih, tetapi ada beberapa
pada anaknya yang berwarna hitam atau kecokelatan.
c. Domba jantan mampu mencapai berat sekitar 50—70 kg,
sedangkan berat domba betina sekitar 25—40 kg.

4. Domba Merino

xxii
Domba Merino berasal dari daerah Asia kecil. Domba ini berkembang
baik di Spanyol, Inggris, dan Australia. Domba merino terkenal sebagai domba
penghasil wol terbaik dengan panjang bulu mencapai 10 cm. Pada saat bulu
mencapai 10 cm, produksi wol dapat mencapai 10 kg wol/ekor. Ciri lain dari
domba ini yaitu betina yang tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk
besar, kokoh, dan kuat. Berat badan domba jantan 64—79 kg, sedangkan domba
betina sekitar 45—57 kg.

5. Domba Suffolk

Domba Suffolk berasal dari Inggris. Domba ini terkenal dengan bobot
badannya yang tinggi. Di Inggris, berat domba jantan dapat mencapai 135—200
kg dan domba betina sekitar 100—150 kg. Akan tetapi, di Indonesia beratnya
hanya mencapai 60—80 kg. Domba ini lebih unggul karena persentase daging
yang tinggi, yaitu sekitar 55—65% dari bobot badan. Domba ini telah disilangkan
dengan domba merino, hasilnya adalah domba sufmer.

6. Domba Dorset

xxiii
Domba Dorset merupakan tipe pedaging yang bagus dan tipe wol dengan
kualitas sedang. Di Inggris yang merupakan negara asalnya, bobot domba jantan
mencapai 100—125 kg dan domba betina 70—90 kg. Persentase dagingnya 50—
65% dari berat badan hidup. Secara umum, domba dorset jantan dan betina
mempunyai tanduk yang melingkar. Persilangan antara domba dorset dan merino
disebut domba dormer.

7. Persilangan domba lokal dengan domba charollais

Domba lokal yang dipilih untuk persilangan adalah domba jawa (G) yang
mempunyai keunggulan dapat beranak tiga kali dalam dua tahun dengan rata-rata
dua ekor setiap kelahiran dan tahan terhadap parasit cacing. Domba lokal ini
mempunyai kelemahan, yaitu produksi air susunya rendah sehingga pertumbuhan
anaknya relatif lambat. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dipilih domba impor
dari Perancis, yaitu jenis moulton charollais (M). Keunggulan domba charollais
adalah produksi air susunya banyak sehingga laju pertumbuhan anaknya tinggi.

Domba hasil persilangan tersebut diharapkan dapat beranak tiga kali dalam
dua tahun dengan rata-rata dua ekor setiap beranak dan laju pertumbuhan anaknya
pun relatif tinggi. Dari hasil persilangan yang telah dilakukan, pada umur 10
bulan, berat domba jantan sekitar 32,2 kg dan domba betina 22,1 kg. Pada umur
yang sama, berat domba jantan lokal 20,2 kg dan domba betina 16,9 kg.

xxiv
TERNAK HERBIVORA NON RUMINANSIA (BABI DAN
KUDA)

A. Babi
1. Sejarah Domestikasi Babi

Sejarah Domestikasi Babi di Indonesia Pendapat umum menyatakan


bahwa bangsa babi merupakan hewan yang paling awal dijinakkan, bukan kucing
ataupun anjing. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penemuan lukisan dan ukiran
babi yang berumur lebih dari 25.000 tahun yang lalu. Asal – usul ternak babi yang
dikenal sekarang adalah keturunan dari dua jenis babi liar; Sus Vittatus dari India
timur, Asia Tenggara, China dan Sus Scrofa dari Eropa yang didomestikasi pada
4900 tahum SM. Hingga kini masih ditemukan 2 (dua ) spesies babi liar ini hidup
bergerombol dan membentuk kelompok besar di hutan Eropa dan India Timur.
Data terakhir menunjukkan bahwa sudah ada 25 sub spesies Sus Scrofa yang
diketahui, dan perkembangannya telah beradaptasi dengan lingkungan lokal. Babi
lokal (indigenous) diberbagai daerah tropis sekarang ini sulit dijumpai karena
pada umumnya telah mengalami grading up dengan babi ras atau breed eksotik
yang berasal dari Ingris, Amerika dan Skandinavia; karena babi ras ini ternyata
lebih cocok untuk daerah tropis. Tipe dan Bangsa Ternak Babi Ternak babi dibagi
menjadi tiga tipe yakni:

 Tipe lemak ( Lard Type ),


Memiliki ciri-ciri:

a. Ukuran tubuh berlebihan, lebar dan dalam

b. Cepat atau mudah menjadi gemuk, kemampuan dalam pembentukan lemak


cukup tinggi, ukuran kaki pendek.

 Tipe daging ( Meat Type = Pork Type ),


Memiliki ciri-ciri:

a. Ukuran tubuh panjang, dalam, halus.

b. Bagian sisi tubuh panjang, dalam halus

c. Punggung berbentuk busur, kuat dan lebar.

d. Susunan badan padat, lemak sedikit

e. Kepala dan leher ringan, halus

f. Ukuran kaki panjang sedang, tumit pendek kuat.

xxv
g. Hampshire berkembang cukup bagus dan dalam Kelompok babi ini banyak
diternakkan di AS

Contoh: Hampshire, Polan China, Spotted Poland China, Berkshire, Chester


White, Duroc.

 Tipe dwiguna ( Bacon Type ).


Termasuk kelompok babi type sedang ialah yang memiliki tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Ukuran tubuh panjang dan dalamnya tubuh sedang dan halus.
b. Ukuran lebar tubuh sedang, timbunan lemak sedang, halus Kelompok
babi tipe bacon banyak diternakkan di Inggris, Belanda, Kanada dan
Polandia.
Contoh : Yorkshire, Landrace, Tamworth.

Bangsa Babi

1. Yorkshire
Dikenal dengan Large White Babi Large White dikembangkan di Inggris
pada akhir tahun 1700-an. Ada hampir 4.000 ekor jenis babi large white yang
terdaftar di Inggris pada tahun 1981., dikenal juga sebagai babi Large White
Inggris yang merupakan jenis babi lokal yang berasal dari Yorkshire oleh karena
itu dikenal juga sebagai babi Yorkshire, termasuk termasuk tipe bacon (dwiguna).
Babi Yorkshire dan merupakan babi yang paling dicari karena cepat berkembang
biak.
Ciri-ciri yang dimiliki antara lain:
a. Babi ini berwarna putih dengan muka oval, telinga tegak, termasuk type
keibuan karena litter sizenya banyak dan keibuannya bagus,
b. Persentase karkasnya tinggi,
c. Berat jantan 320-455kg, betina 225- 365kg.

2. Landrace
Berasal dari Denmark, warna putih, bertubuh panjang dan kakinya
panjang, tampilan yang khas telinganya rebah ke depan. Panjang tubuh 16 sampai

xxvi
17 tulang rusuk, subur mempunyai puting susu yang lebih banyak , jantan dewasa
berbobot 320 – 410 kg dan betina 250-340 kg. Karkas panjang, paha besar, daging
dibawah dagu gemuk dengan kaki pendek dikenal karena konversi pakannnya
sangat baik dan berat badan yang tinggi.
Kelemahan kaki belakang yang lemah saat bunting dan daging pucat, lembek dan
exsudatif ini karena inbreeding yang terlalu lama, termasuk babi bacon berkualitas
tinggi.
Ciri-ciri yang dimiliki antara lain:
a. Tubuh panjang, besar (lebar) dan dalam
b. Warna putih dengan bulu yang agak panjang, dengan telinga terkulai
c. Leher panjang, punggung membentuk seperti busur panjang dan lebar ,bahu
rata, halus, kaki letaknya baik dan kuat, dengan paha yang bulat dan tumit
yang kuat pula, Putting susu 6-7 buah
d. Berat jantan dewasa 320-410 betina 250-340 kg.

3. Chester White
Memiliki ukuran medium dengan telinga droopy dan biasanya memiliki
taring besar untuk mencari makan, kemampuan mereka untuk bereproduksi tinggi.
Babi dari breed ini biasanya agresif.

4. Duroc
Berasal dari Amerika Serikat, warna merah mulus, tubuh padat dan
prolifik, babi siap potong 90 kg, dapat dicapai 5 bulan atau lebih,

xxvii
5. Saddleback
Ciri-ciri yang dimiliki antara lain:
a. Tubuh panjang, besar, warna merah yang bervareasi mulai dari merah muda
sampai merah tua,
b. Punggung berbentuk busur yang dimulai dari leher sampai ekor dengan titik
tertinggi di tengah.
c. Kepala sedang dengan telinga terkulai kedepan dan mukanya agak cekung
d. Produksi susu cukup baik dan banyak anak
e. Berat jantan 295 –455kg, betina 295 – 455kg.
f. Warna diantara Landrace hitam dan putih dengan Wessex-Saddleback. Jalur
putih di atas badan yang hitam.
g. Ukuran besar. Jantan 350kg, betina 300kg
h. Tipe lemak
i. Kesuburan tinggi. Maternitas yang baik dengan susu yang banyak.
j. Bangsa babi yang sudah berkurang dan hampir punah

Negara Asal: Angeln, Bagian Utara Jerman. B) . C) . D) E)

6. Poland China

xxviii
Mempunyai bentuk seperti Berkshire, breed ini memiliki enam titik putih
pada tubuh, telinga berukuran sedang/droopy dan menghasilkan daging dengan
mata rusuk yang besar. Ada juga yang memilki pola warna dasar putih dengan
bercak hitam, breed ini memiliki tipe telinga yang sama dikenal sebagai Spoted
Poland China. Babi ini digunakan untuk menghasilkan ternak babi dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi

7. Berkshire
Mempunyai tubuh berwana hitam dengan enam titik putih (hidung, ekor,
dan kaki), babi ini memiliki telinga tegak dan moncong pendek.dished. Dapat
berproduksi dengan b aik dalam fasilitas tertutup.

8. Hampshire
Mempunyai ciri yaitu berwarna hitam dengan sabuk putih yang
membentang dari satu kaki depan, di bahu, dan di bawah kaki depan lain.
Mempunyai telinga yang tegak dan sangat populer karena memilki banyak daging

9. Babi Lokal

xxix
 Babi Batak
Ciri-ciri:
a. Tinggi pundak 54-51 cm, panjang 71-95 cm
b. Telinga tengah warna rata-rata hitam walaupun ada warna bercak-bercak
putih
c. Bulu pada bagian bahu dan leher agak tebal.

 Babi Bali:
Babi di Bali terdapat dua tipe yaitu tipe pertama terdapat di bagian timur
pulau Bali yang diduga berasal dari Sus vittatus setempat. Babi ini berwarna
hitam dan bulunya agak kasar. Punggungya sedikit melengkung ke bawah namun
tidak sampai menyentuh tanah dan moncongnya relative panjang. Tipe yang
kedua terdapat di Pulau Bali bagian utara, tengah, barat dan. Babi ini
punggungnya sampai melengkung ke bawah (lordosis), perutnya besar dan sering
menyentuh Tanah dalam keadaan bunting atau gemuk. Warnanya hitam kecuali di
garisWarnanya hitam kecuali di garis perut bagian bawah dan keempat kakinya
dan kadang-kadang di dahinya berwarna putih.. Babi Bali memiliki kelebihan bila
sepenuhnya diberikan pakan berupa limbah dapur. Babi inilah yang umumnya
disebut babi Bali
Ciri-ciri babi Bali meliputi :
a. Warna kulit mayoritas hitam, perut buncit
b. Postur tubuh pendek dan kecil
c. Kepala pendek sekitar 24-28 cm, telinga tegak dan pendek, yakni sekitar 10-
11 cm.
d. Warna hitam dan bulu agak kasar.
e. Rata-rata banyaknya anak adalah 12 ekor per kelahiranproduksi daging
(karkas) relatif kecil
f. Induk babi bali mampu menghasilkan anak seba nyak 8-10 ekor (dalam satu
kali melahirkan).
g. Punggung melengkung kebawah, tidak sampai ketanah, cungurnya relatif
pendek
h. Telinga tegak tinggi
i. Pundak 48-54 cm, panjang tubuh 94 cm

xxx
j. Puting susu 12-14 buah dengan jumlah anak perkelahiran 12 ekor

Babi Hutuan (sebutan untuk babi Bali berumur satu bulan) banyak
digunakan upacara mecaru termasuk jenis upacara lainnya. Babi Bali yang sudah
menginjak usia 6 bulan sudah bisa mencapai berat 80 kg. Babi Bali yang berumur
1 bulan untuk kebutuhan upacara bisa dihargai Rp 400.000 per ekor.

 Babi Nias
Babi nias masih dekat hubungan dengan babi liar. Badannya sedang,
ukuran kepalanya lebih pendek dari babi Sumba. Telinganya tegak,kecil,
mulutnya runcing, bulunya agak tebal, terutama pada leher dan bahu sedang babi
ini berwarna putih atau belang hitam. Ada satu fenomena yang akhir-akhir ini
dilakoni masyarakat di Nias Barat yaitu beternak babi di pinggir pantai. Hanya
memberi makan daging buah kelapa sekali sehari sekedarnya saja. Peternak babi
di pantai ini memelihara ternaknya di pinggir laut dan membatasi areal ternaknya
dengan membuat parit selebar 1 meter (inoo) sehingga ternak babi mereka tidak
bisa pergi jauh. Karena dalam beternak ini boleh dikatakan beternak secara massal
maka areal yang dibatasi dengan inoo bisa luas mencapai 3 km persegi dan ini
dikerjakan oleh orang se kampung dan tiap keluarga dapat memelihara babi 10
ekor atau lebih dengan membiarkan berkeliaran di areal yang sudah dibatasi
sehingga di areal itu ada ratusan ekor babi dengan berbagai ukuran dan
pemiliknya berbeda-beda.
Makanan babi adalah bulu gowinasi/daun ubi jalar laut yang secara
otomatis tumbuh dipinggir pantai tanpa dipelihara sehingga babi tumbuh dengan
sendirinya. Namun untuk kesegaran ternak babi ini sekali sehari diberikan
makanan variasi berupa kelapa parut sekedarnya saja oleh pemiliknya. Cara
memberikan makanan kelapa ini juga sangat unik yaitu pemilik memanggil
ternaknya dan menjaga agar hanya ternaknya yang memakan kelapa yang yang
diberikan, setelah habis baru pemiliknya pulang. Peternakan yang sangat
menguntungkan karena biaya sangat murah dan tidak membutuhkan tenaga
manusia yang banyak. Ubi jalar laut tumbuh dengan sendirinya dan sangat banyak
serta cepat pertumbuhannya dan buah kelapa sangat banyak di Nias dan tidak

xxxi
terlalu banyak dibutuhkan. Salah satu desa yang telah melaksanakan peternakan
massal ini adalah Desa Togimbögi Kecamatan Sirombu sehingga orang yang
membutuhkan babi selalu datang kesana karena hampir satu kampung memiliki
ternak babi. a) Babi Tana Toraja. a. Babi kecil (minipig) b. Tinggi pundak 45 cm,
panjang 71 cm c. Warna hitam putih dan ada yang hitam semua.

B. KUDA

Amerika Serikat merupakan negara yang memiliki jenis-jenis kuda sangat


bervariasi. Kuda tersebut berasal dari berbagai tempat di dunia, kemudian
dikembangkan sendiri di Amerika Serikat. Beberap jenis masih tetap sama dengan
keadaan di daerah asalnya.

Jenis jenis kuda:

Kuda Sub-Tropis

1. Kuda american saddle


Bangsa kuda ini merupakan kuda tunggang yang berasal dari
Denmark. Karakteristik yang menonjol adalah enak dinaiki untuk jarak
jauh dan dapat dipekerjakan sambil membawa beban.

xxxii
2. Kuda appaloosa
Kuda appaloosa berasal dari Bahasa Perancia, yaitu Palouse yang
berarti padang rumput. Ciri khas kuda ini yaitu warna tubuhnya totol-totol,
terutama di atas punggung dan pinggangnya.

3. Kuda Arabian
Kemungkinan kuda arabian berasal dari Mesir dan dikembangkan di Arab.
Ciri khas kuda ini adalah kecepatan larinya, daya tahan tubuhnya, dan
kecantikannya. Sifatnya jinak dan lebih suka bersahabat dengan manusia.

4. Kuda american quarter


Bangsa kuda ini merupakan hasil inovasi dari Amerika. Saat ini,
dikenal ada dua tipe kuda quarter, yaitu tipe pacuan dan tipe pekerja. Tipe
pacuan merupakan kuda american quarter yang dipersilangkan dengan
kuda thoroughbred untuk meningkatkan kecepatan larinya. Sementara tipe
pekerja ditujukan untuk dinaiki sebagai kesenangan.

xxxiii
5. Kuda ehoroughbred
Kuda ehoroughbred digunakan untuk lomba karena penampilannya
bagus dan kecerdasannya tinggi. Kecepatan larinya kencang dan daya
tahan tubuhnya tinggi.

6. Kuda clydesdale
Kuda clydesdale terkenal sebagai penarik kereta angkut dengan
ukuran besar. Penampilan kuat dan warna tubuhnya cerah.

7. Hackney
 Keturunan kuda jantan Thoroughbred ><kuda betina asli Inggris
 Kuda pekerja berat
 Ada yang besar dan kecil
 Kecepatan 17 mil/jam, mampu berjalanlama & jalan jelek

xxxiv
8. Morgan
 Namanya berasaldari pemiliknyaJustin Morgan
 Kuda tunggang yangtenang
 Dapat berlari cepat,melompat jauh danbekerja keras 

9. Palomino
 Kuda para bangsawanSpanyol
 Hasil persilanganChestnut >< Albino
 Warna keemasan,bervariasi dariterang hingga gelap

10. Pinto/Piebald/Paint
 Warna coklat dan putih Yang ada warna hitamdi atas warna putih:
 PiebaldMatanya putih sepertisusu
 mata kaca

xxxv
 

11. Welsh Pony


 Berasal dari Wales,daerah yang berat,bergunung-gunungdan
tumbuhan jarang
 Lebih besar dariShetland Pony
 Digunakan untukpacuan, kerja, danberburu

12. Standarbred
 Mengandung darah kudaArab, Barb, Hackney,dan Morgan
 Namanya berasal daristandard waktu lari 1mil selama 2 menit 30detik
 Merupakan kuda pacu

13. Tennessee Walking Horse


 Mengandung darahStandardbred,Thoroughbred,American SaddleHorse,
dan Morgan

xxxvi
 Gagah, gerakannyamulus & enak bagipenunggangnya

14. Thoroughbred
 Dikembangkan olehkel. KerajaanInggris
 Cerdas, lari cepat &daya tahannya baik

15. Belgia
 Berasal dari Belgia
 Kuda tarik yangbesar, berat 850– 1000 kg

16. Percheron
 Berasal dariPerancis Utara,distrik La Perche
 Ada darah kudaFlemish dan Arab

xxxvii
 Warna hitam/abu-abu

17. Shire
 Berasal dariLincolnshire,Inggris
 Badannya tinggi,tertinggi diantarakuda Tarik
 Dikembangkan olehRobert Bakewell

18. Suffolk
 Berasal dari daerahSuffolk, Inggris
 Warna chestnut,berani dan kuat

Kuda di Indonesia

xxxviii
Diduga keturunan kuda Arab, Eropa, danMongol, penamaannya berdasarkan
tempat.

1. Kuda Makasar
 Berasal dari Jawa
 Temperamen stabil, daya tahan baik
 Tubuh sempurna, kaku tegap dan kuat
 Tinggi 1,25 m, otot kaki kuat, persendiankuku jarang sakit
 Hampir punah

2. Kuda Sumba
 Keturunan kuda Australi
 Pinggang agak tinggi
 Kuda yang baik pernah diekspor keSingapura, Malaysia, Filipina, dan
AfrikaTimur
 Ada 2 jenis: badan kecil (Daerah Selatandan Timur), dan badan agak
besar(Daerah Utara dan Barat

3. Kuda Sumbawa
 Tinggi 1,15 m, temperamen panas, dapatberlari tanpa lelah
 Sebagai kuda tarik
 Langka, karena banyak diekspor danadanya penyakit menular

4. Kuda Bima
 Tubuh kecil, dan pinggang terlalu pendek

xxxix
 Langkahnya cepat, dan daya tahannyatinggi 

5. Kuda Flores
 Kecil dan jinak
 Di Ende dikawinkan dengan kuda Sandel

6. Kuda Sabu
 Tinggi 1,13 m, tegap, serasi, kaki kuat,otot dan kuku baik
 Kuda tarik yang baik dan banyak dibawake Jjaw
 Banyak dikawinkan dengan kuda Sandel

7. Kuda Roti (Kuda Kori)


 Tubuh lebih kecil dari kuda Sabu
 Jinak, sebagai kuda Tarik

8.  Kuda Timor
 Semula dipelihara secara liar di hutan-hutan dalam kelompok-kelompok
 Saat diternakkan, perawatan kurang,sehingga mutunya rendah

xl
9. Kuda Sumatera
 Ada 4 jenis: Kuda Padang Mangatas, Kuda Batak, Kuda Agam, dan Kuda
Gayo
 Kuda Batak mirip kuda Sandel, tubuh serasi, tidak terlalubinal, daya tahan
kuat, mampu mengangkut 2 penumpang.Tinggi yang jantan 1,25-1,50 m,
betina 1,25 m
 Warna coklat/coklat tua kemerah-merahan, rambut ekordan kaki bawah
berwarna hitam.
 Kepala besar, leher lebar dan pendek
 Rambut kepala kasar dan berdiri
 Kaki langsing dan berbulu di persendiannya
 Kuda Agam dan Gayo bertubuh kecil dan jinak

Gambar kuda padang

Gambar kuda batak

xli
III. PENUTUP

Kesimpulan

Ternak adalah hewan piara yang kehidupannya yakni mengenai te


mpat, perkembang biakan serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manus
ia dan dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa-jasa yang
berguna bagi kepentingan hidup manusia. Peternak adalah orang atau bada
n hukum dan atau buruh peternakan yang mata pencaharian nya sebagian a
tau seluruhnya bersumber kepada peternakan. Peternakan adalah pengusah
aan/pembudidayaan/pemeliharaan ternak dengan segala fasilitas penunjang
bagi kehidupan ternak. Peternakan murni adalah cara peternakan dimana p
erkembangbiakan ternak-ternaknya dilakukan dengan jalan pemacekan ant
ara ternak/hewan yang termasuk dalam satu rumpun. Perusahaan peternaka
n adalah usaha peternakan yang dilakukan pada tempat tertentu serta perke
mbang biakannya dan manfaatnya diatur dan diawasi oleh peternakpeterna
k. Kelas Ternak adalah sekumpulan atau sekelompok bangsa-bangsa
ternak yang dibentuk dan dikembangkan mula-mula disuatu daerah
tertentu. Bangsa Ternak (Breed) adalah Suatu kelompok dari ternak yang
memiliki persamaan dalam bentuk morphologis, sifat-sifat fisiologis ddan
bentuk anatomis yang karakteristik untuk tiap-tiap bangsa dan sifat-sifat
persamaan ini dapat diturunkan pada generasi selanjutnya. Macam-macam
ruminansia besar adalah sapi, kerbau dan ruminansia kecil adalah
kambing, domba. dan babi.

xlii
Daftar Pustaka

Fikar, S. dan D, Ruhyadi. 2010. Buku Pintar Beternak dan Berbisnis Sapi Potong.
PT. Agromedia Pustaka, Jakarta

Bambang S.Y. 2005. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Jakaria, 2007. Sapi Pesisir .http://kamicintapeternakan.co.id/sapi_pesisir.hatml


Diakses 18 April 2016.

Hardjosubroto. 1984. Ternak Sapi Bali Dan Ciri-ciri Sapi Bali yang Perlu
Diketahui www.peternakankita.com Diakses 13 April 2016.

Dwiyanto. ect. Erfan. 2004. Pengamatan ukuran permukaan domba di Kabupaten


Garut serta hubungan dengan bobot badan. Prosiding Pertemuan Ilmiah
Penelitian Ruminansia Kecil. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Bogor.

Isya. 1991. Menggemukkan Domba, Kambing dan Sapi Potong. PT. Agromedia.
Jakarta Selatan.

xliii

Anda mungkin juga menyukai