Anda di halaman 1dari 13

PERAMPASAN HABITAT ASLI ORANG UTAN DEMI KEPENTINGAN MANUSIA

OLEH :

KELAS A

KELOMPOK 5

1. NI LUH PUTU SUARNITI (1909511003)


2. RAHMA ANISSA PRAYOKO (1909511005)
3. I KETUT TEGUH ARINATA (1909511021)
4. DESAK GEDE SANTHI CAHAYANI (1909511022)
5. AHMAD MU’AZ MU’AMMAR (1909511028)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan
judul “Perampasan Habitat Asli Orang utan Demi Kepentingan Manusia” guna memenuhi
kebutuhan tugas Bahasa Indonesia, Seiring dengan berakhirnya penyusunan karya tulis ilmiah
ini, sepantasnyalah kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut
membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Kami juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini, oleh karena itu kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam
karya tulis ilmiah ini. Selain itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Denpasar, 18 November 2019

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 5
1.4 Manfaat .............................................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 6
2.1 Orang utan dan Karakteristiknya ................................................................................... 6
2.2 Peranan Orang utan Dalam Keseimbangan Ekosistem ................................................ 7
2.3 Kondisi Habitat Asli Orang utan Kalimantan ............................................................... 8
2.4 Solusi untuk Melindungi Populasi serta Habitat Asli Orang utan ............................... 9
BAB III................................................................................................................................................. 12
PENUTUP........................................................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 12
3.4 Saran ................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki beragam flora dan fauna yang menghuni bumi pertiwi ini. Habitat
asli mereka merupakan kumpulan dari pepohonan dan tanah yang gembur, seperti hutan di
Kalimatan yang sering dijuluki sebagai paru-paru dunia. Hutan ini dihuni oleh berbagai
macam hewan, salah satunya adalah orang utan yang merupakan hewan endemik Indonesia.
Orang utan Kalimantan yang memiliki nama latin Pongo pygmaeus ini memiliki ciri-ciri,
yaitu bertubuh besar yang diselimuti rambut merah kecoklatan, lengan yang panjang dan
kuat untuk meraih makanan seperti buah-buahan serta untuk berayun dari satu pohon ke
pohon lainnya.

Orang utan menyandang status sebagai kera terbesar se-Asia Tenggara, sehingga
banyak masyarakat yang menaruh simpati kepada hewan endemik Indonesia ini. Namun,
populasi orang utan terus mengalami penurunan yang drastis. Berdasarkan data World
Wide Fund for Nature (WWF), dalam 20 tahun terakhir populasi, orang utan Kalimantan
telah berkurang hingga 55% dengan populasi tersisa sebanyak 57.000 individu. Hal ini
menyebabkan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources
(IUCN) menaikan status orang utan yang sebelumnya berstatus “endangered” menjadi
“critically endangered”.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan berkurangnya populasi orang utan. Salah
satunya adalah adanya pengalihan fungsi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Padahal hutan merupakan habitat asli mereka. Faktor lainnya seperti adanya kebakaran
hutan, perburuan liar, dan perdagangan satwa di pasar gelap.

Kita sebagai warga masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda harus


berkontribusi dalam upaya pelestarian orang utan. Langkah awal yang harus kita lakukan
adalah dengan cara menyelamatkan habitatnya terlebih dahulu. Semua kalangan harus
berperan serta dan saling bekerja sama dalam pelestarian hewan endemik ini, baik dari
pemerintah maupun masyarakat. Dengan terjaminnya populasi orang utan maka kehidupan
di bumi ini pasti akan tetap berlangsung dan terjaga.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan orang utan dan bagaimana karakteristiknya?


2. Bagaimana peranan orang utan dalam keseimbangan ekosistem?
3. Bagaimana kondisi dari habitat asli orang utan Kalimantan?
4. Apa saja solusi yang dapat dilakukan untuk melindungi populasi serta habitat
asli orang utan agar tidak punah?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang orang utan dan karakteristiknya.


2. Untuk memahami peranan orang utan dalam keseimbangan ekosistem.
3. Untuk mengetahui kondisi dari habitat asli orang utan Kalimantan.
4. Untuk mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk melindungi populasi serta
habitat asli orang utan.

1.4 Manfaat

Dari karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi serta ilmu
pengetahuan tentang orang utan dan karakteristiknya, dan juga dapat memberikan
gambaran tentang kondisi habitat asli orang utan, pentingnya peran orang utan dalam
ekosistem, dan solusi untuk menjaga habitat serta populasi orang utan. Sebagai pacuan
untuk ikut melestarikan dan menjaga habitat orang utan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Orang utan dan Karakteristiknya

Orang utan merupakan salah satu kera besar yang masih bertahan di wilayah Asia
Tenggara. Kera besar lainnya hidup di Afrika yaitu gorilla (Gorilla gorrila), simpanse
(Pan troglodytes) dan bonobo (Pan paniscus). Istilah "orang utan" diambil dari bahasa
Melayu, yang berarti manusia (orang) hutan. Orang utan mencakup dua spesies, yaitu
orang utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan kalimantan (borneo) (Pongo
pygmaeus). Yang unik adalah orang utan memiliki kekerabatan dekat dengan manusia
pada tingkat kingdom animalia, dimana orang utan memiliki tingkat kesamaan DNA
sebesar 96.4%. Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan
yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak
mempunyai ekor. Orang utan memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter. Tubuh orang utan
diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka mempunyai kepala yang besar dengan
posisi mulut yang tinggi.

Orang utan sangat tergantung dengan kondisi hutan yang masih bagus dan sebagai
primata frugivorus orang utan membutuhkan buah buahan sebagai sumber makanan
utamanya. Orang utan hidup di atas pepohonan, nyaris 95% waktunya dihabiskan di
atas pohon. Mayoritas waktunya dihabiskan untuk makan, tidur dan bepergian dari satu
pohon ke pohon di kanopi-kanopi hutan hujan tropis.

Orang utan jantan dewasa berukuran lebih besar ketimbang betina. Orang utan
jantan dewasa bisa mencapai berat 150 kg dan yang betina biasanya mencapai
setengahnya. Kaki dan tangan orang utan sempit namun panjang, morfologi yang sangat
berguna untuk menggenggam dan bergelantungan di cabang-cabang pepohonan.
Bentangan kedua tangan orang utan jantan dewasa bisa mencapai 2 meter. Orang utan
juga bisa dengan mudah melakukan posisi yoga, seperti menaruh kakinya di belakang
kepala, yang hanya bisa dilakukan pemain sirkus dan akrobat profesional bila itu
dilakukan manusia. Satu yang khas dari orang utan ini, tidak seperti kebanyakan
primata besar lain yang berbulu hitam, orang utan diselimuti bulu-bulu merah
kecoklatan. Usia hidup orang utan itu bisa mencapai 35-40 tahun di alam liar, atau
bahkan 50 tahun di penangkaran.

6
Anak orang utan, umumnya berusia 0-6 tahun, harus terus bergantung ke induknya
sebelum mereka bisa dilepas secara mandiri. Hal ini karena banyak hal yang harus
diajarkan pada anak orang utan agar bisa bertahan di alam. Tak heran, orang utan adalah
mamalia yang terlama waktu bergantung pada induknya. Orang utan, baik jantan
maupun betina sudah mulai matang secara seksual pada usia 8 tahun. Namun demikian
orang utan betina tidak bisa hamil hingga usianya belasan tahun. Seperti halnya
manusia, orang utan betina juga mengalami menstruasi yang siklusnya 22-30 hari. Masa
hamil orang utan, juga seperti manusia, 9 bulan. Dan, orang utan betina hanya bisa
melahirkan anak setiap 8 tahun sekali, menjadikan orang utan sebagai mamalia yang
jarak kelahirannya terlama di Bumi. Jadi satu betina maksimal bisa melahirkan 4-5 bayi
orang utan selama hidupnya. Masa reproduksi dan pengasuhan bayi orang utan yang
lama tersebut menjelaskan betapa rapuhnya populasi orang utan. Pemulihan satu
generasi orang utan bisa sangat lama.

2.2 Peranan Orang utan Dalam Keseimbangan Ekosistem

Pada dasarnya terdapat berbagai alasan terkait pentingnya orang utan untuk
dilestarikan. Secara ringkasnya alasan orang utan perlu dilestarikan adalah karena
keberadaan atau peranan orang utan sangat besar terhadap hutan, lingkungan, alam, dan
untuk manusia.
Orang utan tidak bisa disangkal sebagai spesies dasar bagi konservasi dengan
sebutannya sebagai umbrella species. Hal ini dikarenakan karena hilangnya orang utan
mencerminkan hilangnya ratusan spesies tanaman dan hewan pada ekosistem hutan
hujan. Hal ini berarti orang utan memiliki peranan penting dalam mempertahankan
keragaman spesies di muka bumi dan keseimbangan ekosistem.
Adapun peranan utama yang dimiliki orang utan, yaitu melakukan regenerasi hutan
yang nantinya sekaligus menjaga keragaman jenis tanaman liar lainnya. Orang utan
berperan dalam penyebaran biji-bijian yang berasal dari buah-buahan sebagai makanan
mereka (seed disperser). Penyebaran biji-biji dari buah yang mereka makan ini akan
menyebabkan pertumbuhan pohon meningkat sehingga keseimbangan alam tetap
terjaga.

Salah satu keunikan orang utan adalah dapat menyembuhkan atau mengobati
penyakit mereka sendiri dengan memakan buah atau tumbuhan lainnya di hutan. Jika
hal ini diteliti lebih lanjut oleh para peneliti maka akan ditemukan orat-obatan untuk

7
penyakit tertentu. Upaya pelestarian atau konservasi orang utan perlu dilakukan agar
tersedia waktu yang lebih lama bagi para peneliti untuk meakukan penelitian terkait hal
ini.

Jadi, sangatlah penting untuk tetap menjaga kelestarian populasi orang utan demi
kelangsungan hidup ini. Jika kita menyelamatkan populasi orang utan, maka secara
tidak langsung kita telah menolong mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman,
dan berbagai macam spesies lainnya yang hidup di hutan hujan Indonesia

2.3 Kondisi Habitat Asli Orang utan Kalimantan

Pada umumnya habitat orang utan berada di hutan-hutan primer dataran rendah
hingga hutan dataran tinggi. Habitat orang utan merupakan habitat yang didominasi
oleh tanaman dari famili dipterocarpaceae. Dimana habitat asli primata ini sebagai
tempat membuat sarang, untuk tidur, kawin, melahirkan, dan membesarkan anak-anak
mereka.

Orang utan kalimantan lebih banyak ditemukan di hutan dataran rendah (di bawah
500 meter di atas permukaan laut). Hutan dan lahan gambut merupakan pusat dari
daerah jelajahan orang utan, karena banyak menghasilkan tanamam buah besar. Namun
populasi orang utan di pulau Kalimantan semakin berkurang. Kini keberadaan orang
utan di Kalimantan memasuki tahap kritis. Selama 20 tahun terakhir hampir 55%
habitat orang utan berkurang. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya habitat asli orang
utan, yang di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perubahan iklim dan perampasan
habitat orang utan.

Perubahan iklim juga berdampak terhadap orang utan secara tidak langsung
terhadap ketersediaan sumber dan kelimpahan pakan. Perubahan iklim berpotensi
terhadap habitat orang utan akibat munculnya kebakaran hutan yang dipicu oleh adanya
perubahan suhu yang mengakibatkan banyak hutan habitat asli orang utan hilang .

Perampasan habitat asli orang utan untuk kepentingan manusia. Dimana habitat asli
orang utan hampir seluas dua kali Singapura hutan dialih fungsikan sebagai lahan
pertanian, perkebunan, pertambngan, dan permukiman. Hal ini menyebabkan tidak
sedikit orang utan mati karena kehilangan habitat hidupnya. Pembukaan lahan dengan
cara membakar hutan bahkan tidak sedikit orang utan mati karena ikut terbakar, dan
karena kurangnya habitat mereka untuk mereka tinggal dan mencari makan yang

8
menyebabkan banyaknya orang utan mati karena kelaparan tidak ada tempat untuk
mencari makan.

Sejak 2013 tercatat 130.000 hektar hutan hilang sebagai perkebunan kelapa sawit,
yang menyebabkan banyak orang utan kehilangan habitat asli mereka. Sehingga tidak
sedikit orang utan yang keluar ke perkebunan warga untuk mencari makan demi
kelangsungan hidup mereka.

2.4 Solusi untuk Melindungi Populasi serta Habitat Asli Orang utan

Indonesia memiliki posisi yang sangat penting dalam konservasi orang utan di
dunia, karena sebagian besar populasi orang utan yang masih bertahan hidup hingga
saat ini berada di wilayah Republik Indonesia. Hilangnya habitat yang kini beralih
fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit, perburuan, dan perdagangan merupakan
ancaman utama terhadap keberlangsungan hidup orang utan di Indonesia. Orang utan
menyukai hutan hujan tropis dataran rendah sebagai tempat hidupnya, sehingga
perlindungan ekosistem tersebut sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup
satwa itu. Meskipun Pemerintah telah membangun sistem kawasan konservasi, tetapi.
upaya pengelolaan kawasan hutan yang menjadi habitat orang utan di luar taman
nasional dan cagar alam tidak kalah pentingnya. Berikut merupakan upaya dalam
mengatasi penurunan populasi dan hilangnya habitat orang utan.
1. Penegakkan Kebijakan dan Aturan yang Terkait dengan Orang utan

Salah satu undang-undang yang sangat penting adalah Undang-undang Nomor 5


Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
termasuk turunannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar dan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999
tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar. Hukum yang dibuat pemerintah ini
harus ditegakkan oleh pelaku hukum agar tidak ada penyuapan untuk pembukaan lahan
yang merusak atau mengambil alih habitat orangutan agar tidak terjadi konflik antara
manusia dan orang utan. Pembantaian dan penjualan orang utan juga harus ditindak
secara hukum yang berlaku bagi pihak yang melanggarnya.

2. Memperbaiki habitat orang utan

Langkah awal dalam penyelamatan orang utan dari kepunahan adalah dengan cara
menyelamatkan habitatnya terlebih dahulu. Mustahil jika kita ingin melestarikan orang

9
utan tanpa melestarikan habitatnya karena orang utan adalah satwa liar yang lebih suka
hidup di alam bebas daripada di penangkaran atau di kebun binatang. Penelitian
membuktikan orang utan yang tinggal di penangkaran dan karantina umurnya lebih
pendek dari orang utan yang hidup di alam bebas. Jadi, rehabilitasi habitat orang utan
adalah nilai mutlak dalam usaha pelestarian orang utan.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara penghentian pembukaan hutan untuk lahan
perkebunan sawit. Namun, pelarangan kelapa sawit tidak akan berguna selama dunia
masih memerlukan minyak dari tumbuhan. Mengurangi penanaman minyak kelapa
sawit dianggap bukan sebagai jalan keluar dalam permasalahan ini. Para ahli IUCN
mengatakan bahwa penanaman pohon kelapa sawit melonjak karena pembuatan
minyak yang sangat efisien. Pada kenyataannya minyak kelapa sawit dapat digantikan
dengan kacang kedelai atau minyak biji bunga matahari. Namun, hal tersebut akan lebih
banyak menggunakan lahan, bahkan kemungkinan hingga sembilan kali lipat yang
dibutuhkan minyak kelapa swait. Kemungkinan besar langkah ini akan menyebabkan
pemindahan kehilangan keanekaragaman, dimana semakin banyak spesies di tempat
berbeda menjadi terancam.

Adapun upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah solusi dengan adanya minyak
kelapa sawit berkelanjutan. Berbagai usaha telah dilakukan lewat kepemimpinan
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Namun, kajian baru ini menyatakan
langkah tersebut dibatasi rendahnya permintaan, kesulitan menemukan produk
berkelanjutan serta keburukan pengawasan, pelaporan dan pengujian. RSPO
menyatakan bahwa pihaknya selalu berusaha memperkuat standar, tetapi hal ini sulit
dilakukan jika dukungan masyarakat luas tidak ada.

Upaya lainnya seperti berperang melawan illegal logging, melakukan reboisasi,


membatasi jarak habitat orangutan dengan pemukiman penduduk, dan menggalakkan
gerakan tanam seribu pohon.

3. Konservasi

Upaya konservasi terhadap populasi orang utan Kalimantan dan orang utan
Sumatera terus dilakukan oleh berbagai pihak untuk mencegah penurunan populasinya.
WWF Indonesia bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melindungi orang utan
Kalimantan. Upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut.

10
a) Memfasilitasi terciptanya sebuah jaringan dari kawasan-kawasan lindung seperti
adanya koridor satwa yang dikelola secara teliti dan memastikan orang utan dapat
bergerak dengan leluasa di dalamnya.
b) Memastikan semua kawasan lain di dalam maupun di perbatasan Heart of
Borneo yang statusnya tidak dilindungi dapat dipertahankan sama seperti kawasan
hutan yang dikelola berkelanjutan kerena diperkirakan 70% pupulasi orang utan
Kalimantan diperkirakan berada diluar kawasan yang dilindungi.
c) Melakukan kampanye penyadartahuan konservasi orang utan kepada kelompok
masyarakat.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada 2 jenis spesies orang utan, yaitu orang utan Kalimantan/Borneo (Pongo
pygmaeus) dan orang utan Sumatra (Pongo abelii ). Orang utan masih termasuk
dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse. Golongan kera besar masuk
dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak yang besar, mata yang
mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan genggaman.
Peranan utama yang dimiliki orang utan, yaitu melakukan regenerasi hutan yang
nantinya sekaligus menjaga keragaman jenis tanaman liar lainnya. Orang utan
berperan dalam penyebaran biji-bijian yang berasal dari buah-buahan sebagai
makanan mereka (seed disperser). Penyebaran biji-biji dari buah yang mereka
makan ini akan menyebabkan pertumbuhan pohon meningkat sehingga
keseimbangan alam tetap terjaga.
Ancaman terbesar yang tengah dialami oleh orang utan adalah habitat yang
semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya
dijadikan sebagai lahan kelapa sawit, pertambangan dan pepohonan ditebang untuk
diambil kayunya. Orang utan telah kehilangan 55% wilayah habitatnya dalam
waktu kurang dari 20 tahun. Tak jarang mereka juga dilukai dan bahkan dibunuh
oleh para petani dan pemilik lahan karena dianggap sebagai hama. Jika seekor
orang utan betina ditemukan dengan anaknya, maka induknya akan dibunuh dan
anaknya kemudian dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Pusat rehabilitasi
didirikan untuk merawat orang utan yang sakit, terluka dan yang telah kehilangan
induknya. Mereka dirawat dengan tujuan untuk dikembalikan kehabitat aslinya.

3.4 Saran
Rusaknya habitat orang utan akibat lahan kelapa sawit harus segera dicarikan
solusinya agar keberadaan hewan endemik Indonesia ini tidak semakin punah.
Pembantaian dan penjualan orang utan juga harus segera diberantas dan ditindak
lanjuti oleh pemerintah agar tidak ada lagi pembantaian dan penjualan orang utan.
Hukum di Indonesia juga harus ditegakkan agar tidak ada lagi penyuapan untuk
kepentingan pembukaan lahan yang mengabaikan lingkungannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Desy Lailatul. 2012. Makalah Upaya Pelestarian Orang utan di Kalimantan.

http://deeyoonaa.blogspot.com/2012/05/makalah-upaya-pelestarian-orangutan-
di.html?m=1 Diakses pada 17 November 2019

McGrath, Matt. 2018. Kelapa sawit: Apakah kosmetik Anda bunuh orang utan?
https://www.bbc.com/indonesia/amp/majalah-44620126

Diakses pada 17 November 2019

Wijayanti, Irma. 2011. Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatera
(Pongo abelii).

http://irmawijayanti26.blogspot.com/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
Diakses pada 17 November 2019

Rianti. 2013. Makalah Kerusakan Habitat dan Spesies.

https://www.academia.edu/5234121/MAKALAH_KERUSAKAN_HABITAT_DAN_SP
ESIS Diakses pada 18 November 2019

13

Anda mungkin juga menyukai