DISUSUN OLEH
KELAS D
1. Felin fadillah (12280121314)
2. Ismail sayuti (12280111670)
3. Khoirunnisadamanik (12280125748)
4. Mohammad azhar (1228011134)
5. M A yudistira S (12280113069)
6. Ramadhan sukoyo (12280115769)
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 . Taksonomi...............................................................................................3
2.2 Perbedaan Sapi dan Kerbau Berdasarkan Taksonominya.........................7
2.3 Sebaran dan Populasi sapi di indonesia.....................................................8
2.5 Kebiasaan hidup sapi.................................................................................9
2.6 Kebutuhan Pakan dan Nutrisi sapi potong................................................9
2.7 Reproduksi sapi.......................................................................................11
2.8 Tata laksana Pemeliharaan sapi potong...................................................13
2.9 Sistem Penggemukan..............................................................................14
2.10 Perkandangan..........................................................................................15
2.11 Pakan sapi................................................................................................18
2.12 Sanitasi dan Pencegahan Penyakit..........................................................19
2.13 Jenis dan Karakteristik sapi iklim tropis dan sub tropis..........................20
BAB III..................................................................................................................26
A Kesimpulan.................................................................................................26
B.Saran............................................................................................................26
Daftar Pustaka.................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
diharapkan kebutuhan pakan ternak tercukupi untuk menjamin kebutuhan nutrisi
ternak. Pakan merupakan salah satu bagian penting dalam menentukan kesuksesan
usaha peternakan. Ternak ruminansia memerlukan hijauan sebagai sumber serat
dan bahan untuk ruminasi.
Hijauan makanan ternak merupakan semua bahan yang berasal dari tanaman
dalam bentuk daun daunan. Kelompok hijauan makanan ternak meliputi famili
rumput (gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuhan lain (seperti daun
waru, nangka, dll) serta limbah industri pertanian
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Taksonomi
Sapi Aberdeen Angus merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus yang berasal
daratan Scotlandia Utara. Sapi Aberdeen Angus memiliki karakteristik kulit
berwarna hitam, tidak bertanduk, tubuh rata, lebar dan dalam, seperto balok, padat
dengan urat daging yang baik. Berat badan betina dewasa mencapai 1600 pounds
sedang jantan dewasa 2000 pounds.
2. Bos Indicus
Bos Indicus (Zebu : sapi berpunuk) saat ini berkembang biak di India, dan
akhirnya sebagian menyebar ke berbagai negara, terlebih di daerah tropis seperti
Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Afrika, dan Amerika. Di Indonesia terdapat
sapi keturunan Zebu, yakni sapi Ongole dan Peranakan Ongole (PO), serta
Brahman. dll
4
Ongole. Persilangan sapi Ongole jantan dengan sapi betina Jawa menghasilkan
keturunan yang disebut sapi Peranakan Ongole (PO). Ciri-ciri sapi ini adalah
punuk yang besar dan kulit longgar dengan banyak lipatan di bawah leher dan
perut, telinga panjang serta menggantung adalah ciri khas sapi Ongole.
Warna bulu sapi Ongole umumnya putih kusam atau agak kehitam-hitaman
dan warna kulit kuning, di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang
besar menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat
badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg. Bobot hidup Sapi.
Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai 220 kg hingga mencapai sekitar
600 kg. Keunggulan Sapi Ongole ini antara lain : Tahan terhadap panas,
tahan terhadap ekto dan endoparasit; Pertumbuhan relatif cepat walau pun
adaptasi terhadap pakan kurang; Prosentase karkas dan kualitas daging baik. Jenis
sapi ini SUDAH diternakkan di DOMPI, dan menjadi salah satu primadona
utama,relatif paling banyak dicari di pasaran.
3. Bos Sondaicus
Sapi Bali adalah sapi keturunan Bos Sondaicus, yang merupakan hasil
domestikasi dari Banteng (Bibos Banteng) dan mengalami perkembangan pesat di
5
pulau Bali. Sapi Bali tergolong sapi yang cukup subur sehingga sebagai pilihan
ternak sapi bibit cukup potensial. Ciri-ciri sapi Bali pada usia pedet memiliki bulu
coklat muda/gelap, sedangkan yang betina dewasa berbulu merah/putih dan
tanduknya agak ke dalam dari kepala. Sedangkan sapi jantan mempunyai warna
bulu hitam dan tanduknya agak di bagian luar kepala. Berat badan rata-rata
mencapai 350 kg.
Hingga saat ini Sapi Bali masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat,
Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Ujung Kulon. Sapi asli Indonesia
ini sudah lama didomestikasi suku bangsa Bali di pulau Bali dan sekarang sudah
tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Kekhasan fisik dari Sapi Bali, berukuran sedang, dadanya dalam, tidak
berpunuk dan kaki-kakinya ramping. Kulitnya berwarna merah bata. Cermin
hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Kaki di bawah persendian
karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada
bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut
berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam
membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali
betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi
coklat tua atau hitam legam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin. Warna
hitam dapat berubah menjadi coklat tua .
A. Sapi
6
Sapi yang memiliki nama binomial Bos taurus ini kadang juga disebut
sebagai lembu di beberapa daerah di Indonesia. Jadi lembu dapat dikatakan sama
dengan sapi, dan hanya merupakan istilah penyebutan lain bagi sapi.
Sapi dipelihara sebagai hewan ternak untuk dimanfaatkan terutama susu
dan dagingnya sebagai bahan pangan. Di sejumlah tempat, sapi juga biasa dipakai
untuk membantu bercocok tanam, seperti menarik gerobak atau bajak.
Menariknya, sapi Bali yang paling banyak dimanfaatkan dagingnya di Indonesia,
meski memiliki nama sapi, sebenarnya bukan lah sapi melainkan seekor banteng.
Hal ini dikarenakan sapi Bali merupakan domestikasi dari banteng dan lebih
memiliki ciri seekor banteng dibanding dengan seekor sapi.
B. Kerbau
Meskipun kerbau berasal dari subfamilia yang sama dengan sapi, tapi
kerbau berasal dari genus yang berbeda. Jika sapi berasal dari genus Bos, maka
kerbau berasal dari genus Bubalus. Kerbau sendiri memiliki nama ilmiah Bubalus
bubalis. Kerbau dapat hidup dengan efisien dalam masa-masa kekurangan pakan,
yang menyebabkan hewan itu lebih tahan hidup jika dibandingkan dengan sapi.
7
2.3 Sebaran dan Populasi sapi di indonesia
8
2.4 Kebiasaaan hidup sapi
Mengetahui dan memahami naluri alami dan perilaku umum sapi menjadi
dasar penanganan sapi yang efektif dan minum stres. Oleh karena itu setiap orang
yang terlibat dalam penanganan sapi harus belajar dan memahami prinsip-prinsip
penanganan sapi minimum stres.
1. Tapi merupakan komponen, mereka merasa lebih aman jika dikerumuni dan
melihat satu sama lain.
2. Sepi Tenggarong saling mengikuti satu sama lain dan seekor sapi di depan
sebagai pemimpin akan membantu pergerakan mereka tetap mengalir.
3. Sepi suka dipindahkan dalam kawanan dan mereka tidak suka diasingkan.
Jangan mengisolasi sapi dari kawanan. Mereka menjadi stres dan tidak dapat
dikontrol
4. Tapi selalu memerlukan akses makanan dan air segar yang bersih untuk
memenuhi nutrisi.
Pakan ternak adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan
ternak atau hewan peliharaan. Pakan ternak merupakan faktor yang sangat penting
dalam kegiatan budidaya di sektor peternakan. Oleh karena itu, pemilihan pakan
ternak yang tepat sangat menentukan keberhasilan dalam usaha ternak tersebut.
Demikian halnya dengan usaha ternak sapi, kualitas pakan yang diberikan
sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha ternak tersebut. Kalaupun bibit
sapi yang digunakan berasal dari bibit unggul dan memiliki sifat genetis yang
baik, tetapi jika tidak diimbangi dengan pemberian pakan yang tepat dan
berkualitas, maka kelebihan yang dimiliki tidak akan memberikan nilai tambah
yang signifikan. Pemberian pakan yang tepat dan berkualitas dapat meningkatkan
potensi keunggulan genetis pada sapi yang dipelihara sehingga dapat
meningkatkan hasil produksi agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Pemberian pakan yang tepat dan berkualitas harus dilakukan secara
konsisten. Jika pemberiannya tidak dilakukan secara konsisten, maka akan
mengakibatkan pertumbuhan sapi tersebut terganggu. Hal ini sering terjadi
terutama di negara-negara tropis, seperti Indonesia, dimana pada umumnya pakan
ternak yang diberikan pada saat musim kemarau memiliki kualitas yang lebih
rendah dibanding dengan pakan ternak yang diberikan saat musim hujan. Dengan
demikian, pertumbuhan sapi peliharaan akan mengalami kurva naik turun, pada
saat musim kemarau pertumbuhan ternak akan mengalami penurunan, sementara
pada musim hujan pertumbuhan ternak akan meningkat dengan cepat, karean
pakan yang diberikan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.
Pada musim kemarau, biasanya terjadi penurunan energi, minaral, dan
protein yang terkandung dalam pakan hijauan akibat tanaman hijauan mengalami
9
kekurangan air, bahkan pada musim tersebut sering kali terjadi kekurangan
volume pemberian pakan akibat kelangkaan bahan pakan berupa hijauan. Dengan
demikian, pakan yang diberikan pada saat musim kemarau sering kali tidak
memenuhi syarat dan berkualitas rendah. Kondisi seperti ini mengakibatkan
pertumbuhan ternak menjadi terhambat, pada sapi dewasa akan mengalami
penurunan berat badan dan prosentase karkas yang rendah. Selain itu,
perkembangbiakan ternak juga akan mengalami penurunan karena terjadi
penurunan fertilasasi Oleh karena itu, peternak atau pembudidaya sapi harus
memberikan pakan yang memenuhi syarat bagi pertumbuhan sapi. Pakan yang
memenuhi syarat dan berkualitas adalah pakan yang mengandung protein,
karbohidrat, lemak, vitamin-vitamin, mineral, dan air. Pakan tersebut bisa
disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat.
Bila kita memelihara sekitar 10 ekor sapi yang beratnya 400 kg, maka keperluan
pakan atau rumput per ekor sapi adalah 10% dari berat badan sapi atau 10% x 400
kg = 40 kg. Kebutuhan rumput untuk 10 ekor sapi = 40 kg x 10 ekor sapi = 400
kg.
Pakan hijauan tersebut harus dipenuhi setiap hari agar performa kebutuhan pakan
sapi bisa terpenuhi, jika kebutuhan pakannya kurang dari itu maka penambahan
bobot badan bisa menurun tidak sesuai dengan targetnya.
10
Seorang petani ternak mengetahui jumlah kebutuhan pakan ternaknya sangat besar
manfaatnya, anatara lain :
Setelah mengetahui jumlah kebutuhan pakan hijauan atau rumput, peternak harus
mempertimbangkan ketersediaan rumput lapangan atau hijauan yang ada dilokasi
kandang atau lahan Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang ditanam khusus,
sehingga hijauan tersedia terus menerus jangan sampai kehabisan. Jika kondisi ini
tidak sesauai yang diharapkan maka kondisi ternak tidak akan maksimal sehingga
akan mempengaruhi harga jual ternak sapi.
Bila peternak sulit mendapatkan konsentrat, dapat membeli pakan ternak instan
yang sudah sesuai dengan kebutuhan ternak dan sudah banyak tersedia saat ini.
11
c. Mau menerima pejantan untuk kopulasi;
d. Keluar lendir bening dan transparan yang banyak pada serviks dan mengalir
pada vagina;
e. Vagina dan vulva bengkak dan kemerah-merahan.
Pengetahuan tentang estrus atau berahi ini penting karena menyangkut ketepatan
waktu inseminasi buatan, maka penting bagi peternak untuk segera melapor ke
inseminator jika sudah melihat tanda-tanda estrus atau berahi pada ternaknya.
Pembangunan peternakan ditujukan untuk meningkatkan produksi hasil ternak
yang sekaligus meningkatkan pendapatan peternak, menciptakan lapangan
pekerjaan serta meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak. Berdasarkan dan
mengacu pada visi pembangunan peternakan, maka telah digariskan Misi
Pembangunan Peternakan yaitu :
1) memfasilitasi penyediaan pangan asal ternak yang cukup baik secara kuantitas
maupun kualitasnya.
2) memberdayakan sumberdaya manusia peternakan agar dapat menghasilkan
produk yang berdaya saing tinggi.
3) menciptakan peluang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan peternakan.
4) membantu menciptakan lapangan kerja di bidang agribisnis peternakan dan
5) melestarikan serta memanfaatkan sumber-daya alam pendukung peternakan.
-Sementara itu tujuan khusus pembangunan peternakan tersebut adalah
1) meningkatkan kuantitas dan kualitas bibit ternak,
2) mengembangkan usaha budidaya untuk meningkatkan populasi, produktivitas
dan produksi ternak,
3) meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan,
4) meningkatkan jaminan keamanan pangan hewani yang ASUH (aman, sehat,
utuh dan halal) dan
5) meningkatkan pelayanan prima pada masyarakat peternakan.
12
ciri-ciri sapi pedaging adalah seperti berikut: tubuh besar, berbentuk persegi
empat atau balok, kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan, laju
pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa, efisiensi pakannya tinggi (Santosa,
1995). Menurut Abidin (2006) sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara
ntuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan
kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi
bakalan, dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh
pertambahan badan ideal untuk dipotong.
Sistem pemeliharaan sapi potong dapat dibedakan menjadi 3, yaitu sistem
pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. Sistem ekstensif semua
aktivitasnya dilakukan di padang penggembalaan yang sama. Sistem semi intensif
adalah memelihara sapi untuk digemukkan dengan cara digembalakan dan pakan
disediakan oleh peternak, atau gabungan dari sistem ekstensif dan intensif.
Sementara sistem intensif adalah sapi-sapi dikandangkan dan seluruh pakan
disediakan oleh peternak (Susilorini, 2008). Kriteria pemilihan sapi potong yang
baik adalah : sapi dengan jenis kelamin jantan atau jantan kastrasi, umur
sebaiknya 1,5-2,5 tahun atau giginya sudah poel satu, mata bersinar, kulit lentur,
sehat, nafsu makan baik, bentuk badan persegi panjang, dada lebar dan dalam,
temperamen tenang, dari bangsa yang mudah beradaptasi dan berasal dari
keturunan genetik yang baik (Ngadiyono, 2007).
13
hanya dapat dilakukan di daerah yang mempunyai padang rumput yang luas dan
rumput yang berkualitas baik tiap areal ditemtukan daya tampungnya dan lamanya
Dapat digembalai (carrying capacity) sehingga tidak terjadi overgrazing
(Sostroamidjojo, 1997). Dijelaskan lebih lanjut oleh Rianto dan purbowati (2010)
yang menyatakan bahwa sistem pemeliharaan pasture fattening labih murah
dibanding drylot fattening karena biaya pakan dan tenaga kerja yang dibutuhkan
tidak terlalu banyak namun waktu yang dibutuhkan oleh sapi untuk mencapai
bobot badan yang diinginkan lebih lama.
Drylot fattening adalah cara penggemukan yang dilakukan dengan jalan
mengutamakan pemberian pakan dengan mempergunakan biji-bijian seperti
jagung, kacang-kacangan, gandum, dan sebagainya (Sostroamidjojo, 1997).
Rianto dan purbowati (2010) menambahkan bahwa pada sistem drylot fattening,
sapi yang digemukkan ditempatkan dalam kandang sepanjang waktu. Pakan
hijauan dan konsentrat diberikan kepada sapi di dalam kandang. di Jawa Tengah
terdapat metode penggemukan yang disebut kereman, metode ini sebenarnya
merupakan bentuk dari metode drylot fattening.
Sistem penggemukan yang ketiga adalah kombinasi dari pasture fattening
dan drylot fattening. Penggemukan sistem ini dilakukan dengan dua cara yaitu
pada musim penghujan saat hijauan berlimpah, sapi digembalakan di padang
rumput. Sementara pada musim kemarau, sapi dikandangkan dan dipelihara
sacara drylot fattening (Rianto dan purbowati, 2010).
Keberhasilan usaha ternak sapi potong ini antara lain juga sangat tergantung dari
bakalan yang memenuhi syarat. Berbagai kriteria yang pada umumnya digunakan
untuk memilih sapi bakalan adalah sebagai berikut : umur sapi, bangsa sapi, jenis
kelamin, ukuran kerangka, bobot lahir, faktor genetis, kesehatan (Sugeng dan
Sudarmono, 2008).
2.9 Perkandangan
14
• 2% kepemilikan ternak nasional merupakan usaha penggemukan (feedlot),
hampir tidak ada investasi pembiakan berskala besar, terutama yang mandiri
(tidak didukung usaha lainnya)
• Usaha pembiakan di Indonesia dianggap tidak efisien dan rugi.
a. Model Pembiakan Sapi
• Sistem Intensif
o Sistem pembiakan dengan cara dikandangkan terus-menerus
o Menggunakan sapronak secara intensif
o Ketersediaan lahan yang terbatas
o Ternak dipelihara di dalam kandang yang terbatas
o Kehidupan ternak sangat tergantung campur tangan peternak
o Biaya tinggi, hasil tinggi
• Sistem Semi-intensif
o Kombinasi antara dikandangkan dan digembalakan
o Biasa dilakukan oleh peternak kecil
o Pagi-sore digembalakan, malam dikandangkan
o Penggembalaan secara terbatas/ditambat di lahan atau kebun
• Sistem ekstensif
o Pemeliharaan sapi dengan basis padang penggembalaan (ranching systems)
o Biaya modal tinggi (lahan), tenaga kerja rendah
o Produktivitas rendah
o Biaya untuk menghasilkan pedet cukup rendah
b. Sistem Perkandangan
Kandang ternak yang baik harus berjarak sekitar 10-20 m dari rumah atau sumber
air (Deptan, 2001). Ukuran kandang untuk jantan dewasa yaitu (1,5x2) m/ekor
atau (2,5x2) m/ekor, sapi betina dewasa (1,8x2) m/ekor, dan anak sapi (1,5x1)
m/ekor.
Arah kandang sedapat mungkin bagi bangunan kandang tunggal dibangun
menghadap ke timur dan kandang ganda membujur ke arah utara selatan, sehingga
15
memungkinkan sinar matahari pagi bisa masuk ke dalam ruangan atau lantai
kandang secara leluasa (Sugeng dan Sudarmono, 2008).
1. Fungsi kandang
Drainase/lorong kandang
16
Tempat Pakan sapi
• Mudah dijangkau ternak dan pekerja
• Mampu menampung pakan
• Tidak bisa digerakkan oleh ternak
Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor ternak yang
mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh,
pertumbuhan, penggemukan, reproduksi serta lakasi (Blakely dan Bade, 1994).
Sugeng dan Sudarmono (2008) dengan adanya pakan, tubuh hewan akan mampu
bertahan hidup dan kesehatan terjamin. Maksud pemberian pakan kepada ternak
sapi adalah untuk perawatan tubuh atau kebutuhan pokok hidup dan keperluan
berproduksi.
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun
tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga
17
(Sugeng, 1998). Menurut Lubis (1992) pemberian pakan pada ternak sebaiknya
diberikan dalam keadaan segar. Pemberian pakan yang baik diberikan dengan
perbandingan 60 : 40 (dalam bahan kering ransum), apabila hijauan yang
diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat menjadi 55 : 45 dan hijauan
yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat menjadi
64 : 36 (Siregar 2008).
Konsentrat adalah pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar SK yang
relatif rendah dan mudah dicerna (Sugeng dan Sudarmono, 2008). Menurut
Darmono (1999) konsentrat adalah bahan pakan yang mengandung serat kasar
kurang dari 18%, berasal dari biji- bijian, hasil produk ikutan pertanian atau dari
pabrik dan umbi- umbian. Fungsi konsentrat adalah meningkatkan dan
memperkaya nilai gizi pada pakan lain yang nilai gizinya rendah (Sugeng, 1998).
Kebutuhan zat pakan sapi tergantung dari berat, fase pertumbuhan atau
reproduksi dan laju pertumbuhan (Rianto dan purbowati, 2010). Ditmbahkan oleh
Blakely dan Blade (1994) yang menyatakan bahwa semua jenis ternak pada
dasarnya membutuhkan 6 nutrien esensial yang terdiri dari air, protein,
karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin.
Bobot badan mempunyai hubungan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi,
hubungan tersebut adalah setiap pertambahan bobot badan per 100 kg konsumsi
bahan kering ternak bertambah 1,07kg (Tillman et al., 1998).
Sapi potong yang dipelihara dengan bobot badan 350kg dengan PBBH 0,75kg
membutuhkan TDN sebesar 4,8kg. Kebutuhan mineral Ca dan P untuk ternak
yang dipelihara dengan bobot badan 300kg dan PBBH 0,75kg adalah 23g Ca dan
P 18g P (Kearl, 1982).
18
Pakan kosentrat
19
terutama penyakit Brucellosis dan Tubercollosis, desinfeksi kandang dan
peralatan dan vaksinasi teratur. Beberapa penyakit ternak yang sering menyerang
sapi seperti : Antrax, ngorok, keluron dan lain-lain. Untuk pencegahan penyakit
dapat dilakukan vaksinasi secara teratur (Syukur, 2010).
2.12 Jenis dan Karakteristik sapi iklim tropis dan sub tropis
Beberapa bangsa sapi potong subtropis yang sudah dikenal sebagai bibit sapi
potong di kalangan masyarakat peternakan Indonesia adalah : 1) Sapi Shorthorn
2) Sapi Hereford 3) Sapi Charolais 4) Sapi Aberdeen Angus 5) Sapi Simmental 6)
Sapi Limousin
Bangsa sapi potong tropis yang dikenal sebagai bibit sapi potong di masyarakat
peternakan Indonesia adalah : 1) Sapi Bali, 2) Sapi Madura, 3) Sapi Aceh, 4) Sapi
Ongole, 5) sapi Peranakan Ongole, 6) Sapi Brahman.
Bangsa-bangsa sapi di dunia ini bisa dikelompokkan dalam dua kelompok besar
berdasarkan daerah asal dan persebarannya, yaitu Bangsa Sapi Potong Tropis dan
Sub Tropis. Sapi apa saja yang termasuk dalam bangsa sapi potong tropis dan
jenis sapi apa saja yang masuk bangsa sapi potong sub tropis? Berikut ini uraian
selengkapnya mengenai bangsa-bangsa sapi didunia.
Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anaksuku Bovinae. Sapi
yang telah dikebiri dan biasanya digunakan untuk membajak sawah dinamakan
Lembu. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai
pangan manusia.
Adapun ciri-ciri dari bangsa sapi tropis sebagai berikut :
a. Pada umumnya sapi memiliki ponok.
b. Pada bagian ujung telinga meruncing.
20
c. Kepalanya longgar dan tipis, kurang lebih 5-6 mm.
d. Timbunan lemak terdapat di bawah maupun dalam kulitnya dan otot-ototnya
rendah.
e. Garis punggung pada bagian tengah berbentuk cekung.
f. Bahunya pendek, halus, dan rata.
g. Kakinya panjang sehingga gerakannya lincah.
h. Pertumbuhannya lambat sehingga pada umur 5 tahun baru bisa dicapai berat
maksimal.
i. Bentuk tubuh sempit dan kecil serta berat timbangan sekitar 250-650 kg.
j. Ambingnya kecil sehingga produksi susu rendah.
k. Tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan.
Bangsa sapi tropis memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda dengan sapi subtropis
hal tersebut disebabkan karena adanya pengaruh genetik. Adapun ciri-ciri dari
bangsa sapi subtropis adalah sebagai berikut :
a. Sapi subtropis tidak memiliki punduk.
b. Ujung telinga berbentuk tumpul atau bulat.
c. Kepala pendek dan berdahi lebar.
d. Kulit tebal yang rata-ratanya 7-8 mm.
e. Garis punggung lurus dan rata.
f.Tulang pinggang lebar dan menonjol keluar, serta rongga dada berkembang
baik.
g. Memiliki bulu panjang dan kasar.
h. Kaki pendek sehingga gerakannya lambat.
i. Sapi ini cepat tumbuh dewasa kerena umur 4 tahun bisa dicapai pertumbuhan
maksimal.
j. Tidak tahan terhadap suhu tinggi, relatif banyak minum, dan kotorannya basah.
k. Sapi dewasa bisa mencapai 800-900 kg.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis sapi dari bangsa tropis, beberapa jenis sapi
tropis yang sudah cukup populer dan banyak berkembang biak di indonesia adalah
sebagai berikut :
21
1. Sapi Bali
Sapi bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng (Bos Bibos
atau Bos sondaicus) yang telah mengalami proses penjinakkan (Domestikasi)
berabad-abad lamanya. Sapi Bali termasuk tipe sapi pedaging dan pekerja. Sapi
Bali memiliki bentuk tubuh menyerupai banteng, tetapi ukuran tubuh lebih kecil
akibat proses domestikasi, dadanya dalam, dan badannya padat. warna tubuh pada
masih pedet sawo matang atau merah bata. Akan tetapi, setelah dewasa warna
pada bulu berubah menjadi kehitaman. Tanduk pada jantan tumbuh 11 ke bagian
luar kepala, sedangkan pada betina tumbuh kebagian dalam kepala. Tinggi sapi
dewasa mencapai 130 cm dan berat rata-rata sapi jantan 450 kg, sedangkan pada
betina beratnya mencapai 300-400 kg (Santoso, 2006).
2. Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil persilanngan antara Bos sondaicus dan Bos
indicus. Daerah atau lokasi penyebaran terutama di pulau Madura dan Jawa
Timur. Sapi ini termasuk sapi pedaging dan pekerja, sapi Madura memiliki warna
merah bata baik pada jantan maupun pada yang betina. Sapi jantan memiliki
tanduk yang pendek dan beragam lebih kurang 15-20 cm, sedangkan pada yang
betina tanduk lebih kecil dan pendek lebih kurang 10 cm. Panjang badan mirip
sapi Bali tetapi berponok kecil, dengan tinggi badan kira-kira 118 cm. berat sapi
jantan sekitar 300-450 kg sedangkan yang betina 200-300 kg (Santoso, 2006).
22
Sapi madura
3. Sapi Ongole
Bangsa sapi ini berasal dari India (Madras) yang beriklim tropis dan bercurah
hujan rendah. Sapi ongole ini di Eropa disebut zebu, sedangkan di Jawa sapi ini
disebut sapi benggala. Sapi ini termasuk tipe sapi pedaging dan pekerja, sapi
ongole memiliki tubuh besar dan panjang, ponoknya besar, leher pendek, dan kaki
panjang. Warna putih, tetapi yang jantan pada leher dan ponok sampai kepala
berwarna putih keabu-abuan, sedangkan lututnya hitam. Ukuran kepala panjang
dan ukuran telinga sedang. Tanduk pendek dan tumpul yang pada bagian pangkal
berukuran besar, tumbuh ke arah luar belakang. Berat sapi jantan sekitar 550 kg,
sedangkan yang betina sekitar 350 kg (Awaluddin dan Panjaitan, 2010).
23
Sapi subtropics di Indonesia sebagai beikut:
1. sapi Simental
Sapi Simental adalah bangsa Bos Taurus, Sapi Simental namanya berasal
dari daerah di mana ternak pertama kali dibiakkan yaitu Lembah Simme yang
terletak di Oberland Berner di Swiss. Sementara itu di Jerman dan Austria
Sapi Simental dikenal dengan nama Fleckvieh, dan di Perancis sebagai Pie
Rouge (Talib dan Siregar, 1999).
Menurut Talib dan Siregar (1999) sapi Simental termasuk sapi tipe
pedaging dan tipe perah, terkadang juga dimanfaatkan tenaganya dalam dunia
pertanian. Ciri-ciri sapi simental warna kulit bervariasi dari coklat, kuning
keemasan, putih, dimana warna merata seluruh tubuh., kepala berwarna putih
pada bagian atasnya, mayoritas memiliki pigmen di sekitar mata, gunanya
untuk membantu mengurangi masalah mata apabila terkena sinar matahari,
memiliki tanduk, kaki berwarna puih, dan dada berwarna putih. Bobot
pejantan dewasa mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasa
800 kg.
Pendugaan umur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melihat
lingkar tanduk dan keadaan atau susunan giginya. Cara pendugaan umur
dengan melihat lingkar tanduk adalah dengan menghitung jumlah lingkar
tanduk ditambah 2 (Abidin, 2004).
24
sapi simental
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat mengetahui hal yang mendasar dipeternakan ruminansia besar dari 8
point tersebut.
1. Taksonomia
2. Sebaran sapi di Indonesia
3. Kebiasaan hidup
4. Kebutuhan pakan dan Nutrisi sapi
5. Dapat Mengetahui Reprduksi sapi
6. Tujuan Produksi sapi
7. Tata laksana Pemeliharaan
8. Jenis dan Karakteristik sapi iklim tropis dan sub tropis.
B. Saran
Karena pengetahuan teknis beternak sapi potong sudah baik Dinas Pertanian
setempat hendaknya lebih menggiatkan lagi program penyuluhan kepada peternak
tentang cara pemeliharaan yang lebih baik dan benar sehingga produktivitas
ternak sapi potong dapat ditingkatkan lagi.
1. Untuk Dinas Peternakan
a. Diharapkan memberi bantuan bibit sapi yang unggul terutama sapi jantan
terutama diUIN SUSKA sebagai bahan praktek mahasiswa.
b. Memberikan teknik penyuluhan dan pelatihan kepada anak muda yang
menari.
c. dan menyiapkan pemasaran untuk para peternak.
2. Untuk Peternak
a. lebih memperhatikan kandungan nutrisinya pada pakan ternak
b. memperluas wawasan dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan tentang
cara beternak sapi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
27