Anda di halaman 1dari 20

HISTOLOGI VETERINER II

SALURAN PENCERNAAN BABI

Disusun Oleh

Anggota Kelompok:

1. Ririn Trivelicia Carolin 2209511001


2. R.sa Sagita Mayunerma 2209511002
3. I Gusti Ayu Putu Cinthia Andara Devi 2209511003

KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

JIMBARAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga paper ini dapat diselesaikan dengan baik. Paper ini merupakan bagian
dari kegiatan pembelajaran mahasiswa Kedokteran Hewan dalam mengikuti perkuliahan untuk
mendapatkan gambaran secara jelas mengenai saluran pencernaan pada babi.

Terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes, Prof. Dr. drh. I Ketut
Puja ,M.Kes, dan Dr. drh. NL Eka Setiasih, M.Si selaku dosen histologi Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana yang telah memberikan tugas ini serta semua pihak yang telah ikut
membantu dalam penyelesaiannya.

Penulis menyadari sebagai manusia dengan pengetahuan yang terbatas dan tidak lepas dari
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang instruktif agar paper ini
dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat untuk kedepannya.

Jimbaran, 29 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 2
2.1 Hewan Non Ruminansia ........................................................................................................ 2
2.2 Saluran Pencernaan ............................................................................................................... 2
BAB 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
3.1 Saluran Pencernaan Babi ....................................................................................................... 4
3.2 Struktur Histologi Saluran Pencernaan Babi ......................................................................... 4
BAB 4 PENUTUP ........................................................................................................................ 15
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 15
4.2 Saran .................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ................................................................................................................................ 15


Gambar 3.1 ................................................................................................................................ 15
Gambar 3.2.4. 1 ......................................................................................................................... 15
Gambar 3.2.4. 2 ......................................................................................................................... 15
Gambar 3.2.5.1 a ....................................................................................................................... 15
Gambar 3.2.5.1 b ....................................................................................................................... 15
Gambar 3.2.5.1 c ....................................................................................................................... 15
Gambar 3.2.5.1 d ....................................................................................................................... 15
Gambar 3.2.5.1 e ....................................................................................................................... 15
Gambar 3.2.5.1 f ........................................................................................................................ 15
Gambar 3.2.5.1 g ....................................................................................................................... 15
Gambar 3.2.6.1 Caecum (Babi) ................................................................................................ 15
Gambar 3.2.6.1 Colon (Babi) ................................................................................................... 15

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Babi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan. Babi memiliki sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain
pertumbuhan yang cepat, jumlah anak per kelahiran (litter size) yang tinggi dan efisiensi ransum
yang baik (75-80%) serta persentase karkas yang tinggi (65- 80%) (Satriavi et al., 2013). Babi
mampu memanfaatkan sisa-sisa makanan atau limbah pertanian menjadi daging yang bermutu
tinggi (Budaarsa et al., 2016). Babi memiliki saluran pencernaan tersusun atas lima bagian utama
yaitu: mulut, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Kajian mengenai struktur histologi
dan histomorfometri saluran pencernaan dari spesies babi masih terbatas.

Babi memiliki sistem pencernaan yang tergolong sebagai monogastrik, atau non
ruminansia. Manusia juga memiliki tipe ini dari sistem pencernaan. Mereka memiliki satu perut
(mono = satu, gastrik = lambung). Monogastrik berbeda dengan poligastrik, atau ruminansia,
sistem pencernaan yang ditemukan pada sapi dan domba. Hewan-hewan ini memiliki satu perut
yang dipecah menjadi empat kompartemen. Karena perbedaan pencernaan sistem, ternak dapat
memanfaatkan berbagai jenis pakan dari babi, sapi dan domba dapat hidup di atas jerami dan
padang rumput, sedangkan babi harus makan biji-bijian yang bisa dicerna lebih mudah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pencernaan makanan melalui saluran pencernaan babi?


2. Bagaimana struktur histologi organ-organ dalam saluran pencernaan babi?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui proses pencernaan makanan melalui saluran pencernaan.


2. Untuk mengetahui struktur histologi organ-organ dalam saluran pencernaan.

1.4. Manfaat Penulisan

Paper ini dibuat untuk memberikan informasi dan menambah wawasan pembaca terkait
saluran pencernaan pada babi, dimulai dari proses pencernaan makanan pada saluran pencernaan,
beserta dengan karakteristik histologi dari organ-organ dalam saluran pencernaan babi.

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hewan Non Ruminansia

Babi merupakan jenis ternak non ruminansia sebagai penyumbang protein yang telah
diakui seluruh dunia (Kojo et al., 2014). Masyarakat memelihara babi untuk memenuhi kebutuhan
akan daging dan untuk kepentingan adat dan tradisi masyarakat di beberapa daerah salah satunya
di Pulau Bali (Sumardani dan Ardika, 2016).

Saluran pencernaan babi memiliki lima bagian utama: mulut, kerongkongan, lambung, dan
usus kecil dan usus besar. Mulut adalah tempat makanan memasuki saluran pencernaan dan
dimana proses mekanis makanan dimulai. Gigi mengunyah dan menggiling makanan menjadi
potongan-potongan kecil. Air liur, diproduksi di mulut, bertindak untuk melembutkan dan
melembabkan partikel makanan kecil. Air liur juga mengandung enzim yang memulai pencernaan
pati. Lidah membantu dengan mendorong makanan menuju esofagus, esofagus adalah tabung
yang membawa makanan dari mulut ke lambung. Selanjutnya dari lambung akan menuju ke usus,
dan proses pengeluaran berupa feses melalui anus.

2.2 Saluran Pencernaan

Sistem pencernaan terdiri dari rongga mulut, esofagus, lambung, usus kecil dan besar, serta
anus, dan kelenjar yang terkait yaitu kelenjar saliva, hati, dan pankreas. Juga disebut saluran
gastrointestinal (GI) atau saluran pencernaan, fungsinya adalah untuk mendapatkan molekul dari
makanan yang dicerna yang diperlukan untuk pemeliharaan, pertumbuhan, dan kebutuhan energi
tubuh. Selama pencernaan protein, karbohidrat kompleks, asam nukleat, dan lemak dipecah
menjadi subunit molekul kecilnya yang mudah diserap melalui molekul kecil lapisan usus.
Sebagian besar air dan elektrolit diserap usus besar. Selain itu, lapisan dalam keseluruhan saluran
pencernaan membentuk penghalang pelindung penting antara isi lumen saluran dan lingkungan
internal jaringan ikat dan pembuluh darah tubuh.

Seluruh bagian dari saluran pencernaan memiliki susunan struktur. Saluran pencernaan
merupakan saluran berongga yang terdapat lumen yang memiliki diameter yang beragam dan
memiliki dinding yang terbentuk dari empat lapisan utama: tunica mucosa, tunica submucosa,
tunica muscularis, dan tunica serosa/adventisia (gambar 2.1).

● Tunica Mucosa terdiri dari lapisan epitel yang terdapat di bawah lamina
propria dari jaringan ikat longgar. Dan lapisan tipis otot polos yang disebut
dengan muscularis mucosa yang memisahkan mucosa dari submucosa dan
dapat memberikan gerakan pada mucosa.
● Tunica Submucosa terdiri dari jaringan ikat padat. Sebagian kecil memiliki
kelenjar dan jaringan limfoid.

2
● Tunica Muscularis (muscularis externa) adalah susunan dari sel otot polos
yang tersusun atas dua atau lebih sublayer. Dalam sub-lapisan dalam,
bentuk dari serat biasanya sirkuler, sedangkan pada sub-lapisan luar
berbentuk longitudinal.
● Tunica Serosa/Adventisia adalah lapisan tipis dari jaringan ikat longgar
yang kaya pembuluh darah, saluran limfe, dan jaringan lemak, dengan
epitel squamous simpleks.

(Gambar 2.1 mucosa, submucosa, muscularis, serosa.)

Sumber : Junqueira’s Basic Histology, Text and Atlas, 14th Edition :297

3
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Saluran Pencernaan Babi

Sistem pencernaan babi merupakan sistem pencernaan monogastrik, dimana sistem


pencernaan babi sangat sesuai untuk pakan berbasis konsentrat yang biasanya diberikan kepada
ternak babi. Dalam hal organ-organ yang terlibat, seluruh saluran pencernaan relatif sederhana
yang terhubung dalam tabung muskulo-membranous berurutan dari mulut sampai ke anus. Namun
sistem pencernaan yang seperti ini melibatkan banyak fungsi interaktif yang kompleks. saluran
pencernaan babi memiliki beberapa bagian utama yaitu mulut, kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar dan anus.

(Gambar 3.1 Outline of the porcine digestive system (illustration by Mads


Salicath))
3.2 Struktur Histologi Saluran Pencernaan Babi

3.2.1 Mulut

Mulut adalah tempat dimana pakan pertama kali memasuki sistem pencernaan. Disini
terjadi pemecahan secara mekanis dimana pakan dikunyah dan dipecah menjadi berukuran lebih
kecil menggunakan gigi. Air ludah (saliva) yang diproduksi dalam mulut berfungsi melembabkan
dan melunakan pakan. Saliva juga mengandung enzim amilase dalam pakan. Lidah dalam mulut
membantu mendorong makanan masuk ke kerongkongan atau esophagus. Rongga mulut tersusun
atas epitel squamous kompleks berkeratin, sebagian berkeratin, dan non-keratin bergantung pada
lokasinya. Lapisan sel yang berkeratin berfungsi untuk menahan kerusakan akibat dari abrasi, dan
dapat dengan baik dijumpai pada masticatory mucosa di gingiva (gum) dan palatum durum. Epitel
squamous non-keratin sebagian kecil mendominasi pada lapisan mukosa di palatum mole, pipi,
dasar mulut, faring, dan bagian posterior dari saluran mulut yang menuju esofagus.

4
● Lidah

Lidah tersusun atas otot skeletal yang dibungkus dengan mukosa, di mana
fungsinya adalah untuk mencerna makanan yang masuk ke dalam rongga mulut
dan mendorongnya ke saluran berikutnya ketika tahap mastikasi. Epitel yang
menyusun lidah adalah squamouse kompleks berkeratin dan tebal yang terdapat
pada bagian punggung, dan non-keratin dan tipis yang terdapat pada bagian
permukaan perut. Terdapat banyak papila – papila pada punggung lidah. Papilla
dibedakan berdasarkan bentuk, karakteristik morfologi, dan berdasarkan cara kerja
atau fungsinya. Papila filliform, conical, dan leticular adalah papilla yang
memfasilitasi pergerakan dari proses mencerna di dalam rongga mulut. Papilla
fungiform, vallate, dan foliate memliki kuncup pengecap yang bertanggungjawab
terhadap rasa. (Dellmann's Textbook of Veterinary Histology, 6th Edition :174)

- Papilla filiform memiliki ciri bentuk yang oval dan panjang, sebagian besar
berkeratin, dan berfungsi untuk mendorong makanan saat mastikasi.
- Papilla fungiform terdapat lebih sedikit pada jaringan. Biasanya dijjumpai
dengan keratin yang tipis, dan terdapat di antara papilla filiform. Seperti
namanya papilla fungiform berbentuk seperti jamur.
- Papilla foliate terdiri dari beberapa hubungan pralalel di kedua sisi lidah,
dari anterior ke bagian saluran terminalis, namun rudimenter pada manusia.
- Papilla vallate atau circumvallate adalah papilla yang memiliki bentuk
terbesar, memiliki diameter sekitar 1-3 mm. delapan sampai dua belas
papilla vallate biasanya menyusun di depan dari saluran terminalis.

3.2.2 Faring

Faring menghubungkan rongga mulut dengan esofagus dan rongga hidung dengan laring.
Faring dibedakan menjadi orofaring yaitu faring yang terbuka ke rongga mulut, nasofaring faring
yang terbuka ke rongga hidung dan saluran telinga, dan laryngopharynx adalah laring yang
berdekatan dengan faring. Mucosa terbentuk dari epitel squamouse kompleks, kecuali untuk
nasofaring, di mana nasofaring terbentuk dari epitel yang bersilia, pseudostratified columnar
epithelium. Tidak terdapat lamina muscularis. Pada propia-submucose terdiri dari kolagen dan
serat elastis yang berbaur dengan jaringan limfatik dan kelenjar mukosa. Tunica muscularis terdiri
dari otot skeletal. Tunica serosa/adventitia jaringan ikat padat iregular yang melekatkan faring ke
jaringan sekitar.

3.2.3 Esofagus

Esofagus adalah saluran yang membawa makanan dari mulut ke lambung. Kontraksi otot
mendorong makanan ke lambung. Di akhir kerongkongan terdapat katup yang disebut “cardiac
valve” yang mencegah kembalinya makanan yang telah sampai di lambung ke kerongkongan.

5
3.2.4 Lambung

Babi biasanya digunakan sebagai model translasi dari fungsi gastrointestinal, dengan
ukuran yang sama dan memiliki perbandingan anatomi dan fisiologi gastrointestinal dengan
manusia (Gonzalez et al. 2015; Roura et al. 2016). Meski lambung babi mirip dengan manusia,
ada beberapa perbedaan yang signifikan, salah satunya adalah struktur epitel dari fundus lambung.
Pada manusia, korpus dan fundus keduanya mengandung oxyntic gland, yang ditandai dengan sel
parietal yang mensekresi asam dan sel chief yang mensekresi enzim. Di dalam sebaliknya, mukosa
fundus pada babi terdiri dari cardiac gland (Meulengracht 1935). Cardiac gland juga dapat terjadi
pada manusia di persimpangan gastro-oesophageal; Namun, mereka tidak selalu diamati dan
keberadaannya dikaitkan dengan penyakit gastro-esofagus (Lenglinger et al. 2012;Chandrasoma
2013; Kim dkk. 2015). Lapisan hewan pengerat fundus berbeda sekali lagi, ditutupi oleh epitel
bertingkat non kelenjar. Lapisan pada hewan pengerat ini mirip dengan alur esofagus, yang terjadi
pada babi tetapi bukan manusia, dan dicirikan oleh lapisan yang terdiri dari epitel skuamosa
bertingkat. Aspek lain dari mukosa lambung babi belum dikarakterisasi secara rinci, termasuk pola
distribusi dan koekspresi EEC lambung. Kami telah menyelidiki distribusi dan pola dari lokalisasi
gastrin, ghrelin, 5-HT, somatostatin, PYY, dan sel penghasil histamin. Sel penghasil histamin
diidentifikasi dengan antibodi yang diangkat terhadap histidine decarboxylase, enzim yang terlibat
dalam sintesis histamine.

Babi memiliki perut bilik tunggal yang bentuknya mirip dengan manusia. Perut babi
dibelah sepanjang kelengkungan yang lebih besar untuk memperlihatkan lapisan lambung (Gbr.
3.2.4. 1). Pada pemeriksaan kasar, kerah epitel yang khas dengan permukaan yang tidak beraturan
diamati di sekitar persimpangan esofagus. Pada kelengkungan yang lebih rendah, ini meluas ke
batas antrum sebagai alur esofagus. Mukosa dari sisa perut memiliki lipatan besar (rugae). Fundus,
korpus, dan antrum dapat dibedakan berdasarkan posisi dan warna (Gbr. 3.2.4 1). Pembengkakan
menonjol, torus pilorikus, terjadi di perut pada kelengkungan yang lebih rendah, berdekatan
dengan gastro-duodenal persimpangan, dan ada divertikulum fundus, di kelengkungan yang lebih
besar, berdekatan dengan esofagus. Sepuluh wilayah dipilih untuk analisis histologis dengan
hematoxylin dan pewarnaan eosin (H&E) (Gbr. 3.2.4. 2). Lapisan epitel kerah peri-esofagus dan
alur bertingkat tanpa permukaan kornifikasi, sehingga menjadi mirip dengan lapisan
kerongkongan, dan berada di sekitar setebal 0,5 mm (Gbr. 3.2.4. 2b, c). Terdapat papila subepitel,
mirip dengan yang terlihat di kulit. Lapisan otot kira-kira setebal 5 mm di dekat persimpangan
gastro-esofagus tetapi lebih tipis ke arah antrum. Mukosa fundus tebalnya sekitar 0,5 mm dan
tersusun kelenjar kardia (Gbr. 3.2.4. 2a). Ini adalah kelenjar bercabang dengan sel mukosa yang
melapisi bagian dekat lumen lambung, sedangkan cabang yang lebih dalam dilapisi dengan epitel
kolumnar sederhana. Divertikulum fundus membentuk kantong yang dalam dan dapat menonjol
pintu masuk sempit, berdekatan dengan persimpangan esofago-lambung. Lapisan mukosa
divertikulum terdiri dari kelenjar kardia, mirip dengan fundus lainnya (Gbr. 3.2.4 2d). Mukosa
korpus lambung terdiri dari erat dikemas kelenjar oxyntic tubular lurus. Mukosa korpus relatif
tebal, sekitar 1,5 mm, meskipun lapisan otot termasuk yang paling tipis dari daerah yang diselidiki
(kurang lebih 2 mm).

6
Gbr 3.2.4. 1

Photograph of the stomach from a 35-kg pig opened along the greater curvature to reveal the
gastric lining.

7
Gambar 3.2.4. 2 Penampilan histologis mukosa lambung babi yang diwarnai dengan
hematoksilin dan eosin (H&E) dan diagram perut babi yang menunjukkan daerah
sampel untuk analisis histologis (f). Fundus (a), termasuk divertikulum fundus (d),
dilapisi dengan kelenjar jantung yang memiliki lubang lambung menonjol yang
dilapisi dengan sel lendir (dilingkari). Kerah epitel skuamosa bertingkat non-keratin
yang tebal mengelilingi pintu masuk esofagus (tanda bintang papila dermal) yang
berlanjut sebagai alur esofagus (b, c). Antrum dan pilorus (h-j) dilapisi oleh epitel
yang ditandai dengan kelenjar bercabang (contoh dilingkari). Perhatikan bahwa

8
seluruh ketebalan mukosa tidak diperlihatkan untuk daerah mukosa yang lebih tebal
seperti korpus. Bilah skala berukuran 100 μm.

3.2.5 Usus Halus

Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya absorpsi nutrisi. Usus
halus mempunyai peran penting dalam absorbsi produk pencernaan dan bertindak sebagai
organ pertahanan terhadap mikroorganisme, racun dan antigen yang masuk. Struktur
histologi usus halus tersusun atas tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa
(Firmansyah et al., 2019). Tunika mukosa terdiri dari lamina epitelial yang terdapat
beberapa sel yaitu sel enterosit, sel goblet, sel enteroendokrin dan sel paneth (Khadim et
al., 2012). Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat padat tidak beraturan, pembuluh
darah, limfe, dan saraf. Tunika muskularis terdiri dari dua tunika otot polos yang tersusun
memanjang (longitudinal) dan melingkar (sirkuler), sedangkan tunika serosa terdiri dari
jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan jaringan adiposa (Firmansyah et al., 2019).

3.2.5.1 Duodenum

Babi landrace adalah babi yang sangat umum dijumpai dan sebagian besar
dipelihara oleh peternak babi di daerah Bali jika dibandingkan dengan babi bali. Babi
landrace menjadi pilihan pertama para peternak karena pertumbuhannya cepat, konversi
makanan sangat bagus dan temperamennya jinak. Duodenum merupakan salah satu dari 3
bagian utama pada usus halus dan berbentuk seperti huruf C yang menghubungkan
lambung dengan bagian usus halus. Duodenum bertanggung jawab untuk memproses lebih
lanjut bahan dari perut dengan mensekresikan enzim yang penting untuk pencernaan,
kemudian mencampur digesta dengan enzim-enzim ini dalam lumennya (Althnaian et al.,
2013).

Struktur histologi duodenum babi landrace pars superior, medial, dan ascendent
menunjukkan bahwa struktur histologinya tidak berbeda dengan struktur histologi usus
halus pada umumnya, yakni terdiri atas tersusun atas empat lapisan yaitu, tunika mukosa,
submukosa, muskularis dan serosa (Gambar 3.2.5.1 a). Tunika mukosa merupakan lapisan
paling dalam dari duodenum. Tunika mukosa duodenum babi landrace pars superior,
medial dan ascendent tersusun atas lamina mukosa, propria dan muskularis (Gambar
3.2.5.1 b), seperti yang dilaporkan oleh William et al., (2012) dan Althnaian et al., (2013).
Lamina mukosa terdiri dari epitel kolumner simplek dan terdapat villi pada duodenum.
Villi berfungsi untuk memperluas permukaan penyerapan. Sel-sel yang ditemukan di epitel
adalah sel kolumner atau sel absorbtif, sel goblet, limfosit ditemukan di dekat permukaan
sel kolumnar, kelenjar usus (kriptus Lieberkühn) ditemukan di dasar kriptus, hal ini sesuai
dengan yang dilaporkan oleh Althnaian et al., (2013).

9
(Gambar 3.2.5.1 a). Struktur histologi duodenum babi landrace (TM = tunika Mukosa,
TSM = tunika submukosa, TMU = tunika muskularis, TS = tunika serosa) (HE, 40X).

(Gambar 3.2.5.1 b). Tunika mukosa duodenum babi landrace (TM = tunika mukosa
(HE, 100X), A = tunika mukosa (HE, 400X), Lp = lamina propria, Lm = lamina
muskularis, V = villi, KL = kelenjar Liberkuhn, Sg = sel goblet).

Tunika submukosa pars superior sehingga memenuhi ruang submukosa dengan inti
terletak di bagian basal kelenjar (Gambar 3.2.5.1 c), sedangkan pada tunika submukosa
pars medial kelenjar brunneri teramati lebih sedikit jika dibandingkan pada duodenum pars
superior (Gambar 3.2.5.1 d). Kelenjar brunneri teramati sangat sedikit atau hampir tidak
teramati pada tunika submukosa duodenum babi landrace pars ascendent, namun banyak
dikelilingi oleh jaringan ikat dan terdapat pembuluh darah (Gambar 3.2.5.1.e).

Tunika muskularis duodenum pars superior, medial dan ascendent babi landrace
tersusun atas 2 lapisan otot polos, yaitu otot polos yang tersusun melingkar (sirkuler) dan
memanjang (longitudinal) pada bagian luar.

Tunika serosa duodenum pars superior babi landrace tersusun atas jaringan ikat
longgar, begitu pula pada tunika serosa duodenum pars medial dan ascendens (Gambar
3.2.5.1 g) . Tunika serosa merupakan lapisan terluar dari duodenum yang berfungsi sebagai
kulit luar usus. Tunika serosa umumnya lebih tipis dari pada lapisan yang lain. Tunika
serosa terdiri dari jaringan ikat longgar dan lemak yang sering kali menyatu dengan
jaringan ikat disekelilingnya (Suwiti et al., 2010).

10
(Gambar 3.2.5.1 c) Tunika submukosa duodenum babi landrace pars superior. TSM =
tunika submukosa (B = kelenjar Brunneri, tanda Panah kuning = inti di basal), (HE).

(Gambar 3.2.5.1 d) Tunika submukosa duodenum babi landrace pars medial, TSM =
tunika submukosa (B = kelenjar Brunneri, tanda panah biru = sel lemak, tanda panah
kuning = inti di basal, tanda panah hitam = arteri, tanda panah hijau = vena), (HE).

(Gambar 3.2.5.1 e) Tunika submukosa duodenum babi landrace pars ascendent.


TSM= tunika submukosa (B = kelenjar Brunneri, tanda panah kuning = inti di basal,
tanda panah hitam = arteri), (HE).

11
(Gambar 3.2.5.1 f) Tunika muskularis duodenum babi landrace. TMU= tunika
muskularis (OPS= otot polos sirkuler, OPL=otot polos longitudinal, tanda panah
hitam = auerbach’s plexus), (HE, 100x).

(Gambar 3.2.5.1 g) Tunika serosa duodenum babi landrace. TS = tunika serosa (HE,
400x).

3.2.5.2 Jejunum

Tunika mukosa jejunum terdiri atas tiga bagian yaitu lamina epithelia, propria dan
muskularis mukosa. Lamina epithelia tersusun atas sel epitel silindris selapis, sel goblet,
kelenjar intestinal (kripta lieberkuhn), dan sel paneth. Lamina propria terdiri dari jaringan
ikat longgar tidak beraturan yang tersusun atas serat retikuler, kolagen dan elastis. Lamina
muskularis mukosa merupakan lapisan selanjutnya yang membentuk tunika mukosa
disusun oleh otot polos sirkuler. Tunika serosa merupakan lapisan paling luar dan
umumnya paling tipis di antara lapisan yang lain. Tunika serosa tersusun atas jaringan ikat
longgar.

3.2.5.3 Ileum

Ileum memiliki karakteristik yaitu agregasi dari nodul limfatik yang disebut plaque
peyeri. Setiap plaque peyeri adalah agregasi dari beberapa nodul limfatik yang berada pada
dinding ileum berlawanan dengan penempelan mesenterium. Sebagian besar dari nodul
limfatik menampilkan sentrum germinativum. Nodul limfatik umumnya bersatu dan batas
antara keduanya menjadi sukar dibedakan. Nodul limfatik berasal dari jaringan limfatik
pada lamina propria. Plaque peyeri mengandung banyak limfosit B, beberapa limfosit T,
makrofag dan sel plasma. Tidak terdapat vili pada area lumen usus halus dimana nodul
mencapai permukaan mukosa. Ileum tersusun atas epitel kolumner simplek.

12
3.2.6 Usus Besar

Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian distalnya (rektum) dan
tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi
utama usus besar adalah: untuk absorpsi air, pembentukan massa feses, pemberian mukus dan pelumasan
permukaan mukosa, dengan demikian banyak sel goblet. Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan
nodulus limfatikus. Nodulus sering menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Usus besar pada babi
ukurannya kurang lebih 1,25 meter dan kapasitas volumenya kurang lebih 20-30 liter . Terdiri dari 3 bagian
yaitu kolon, sekum dan rectum. Ciri umum dari usus besar adalah memiliki lapisan umum lengkap, tunika
mukosa relatif lebih tebal dari usus halus serta tidak memiliki vili, tidak memiliki sel mangkok dan ujung
kelenjar lieberkhum lebih lurus dan panjang.

3.2.6.1 Usus Buntu (Caecum)

Caecum bervariasi dalam ukuran diantara spesies yang berbeda. Pada hewan
peliharaan nodulus limfatikus terdapat sepanjang caecum, sedangkan pada anjing, babi dan
ruminansia jaringan limfoid terbatas hanya pada ileo caecal. Pada caecum tidak ditemukan
villi. Sekum (cecum) atau usus buntu terletak di bagian depan usus besar dan umumnya
kurang memiliki fungsi. Sekum merupakan bangunan silinder dan buntu dengan volume
sekitar 1,5 m panjangnya hanya mencapai 12 – 20 cm dan lebarnya 8 – 10 cm. Pada caecum
terjadi pencernaan dalam jumlah kecil atau terbatas dimana mikroba menghasilkan enzim
selulase yang memecah selulosa atau serat kasar. Sistem pencernaan serat kasar tidak
efisien pada babi dan ayam namun pada kelinci dan kuda caecum sangat berperan dalam
pencernaan makanan berserat. Bervariasi dalam ukuran diantara spesies yang berbeda.
Pada herbivora

gambar 3.2.6.1 Caecum (Babi). (A)Tunika Mukosa; (B) Sub-mukosa yang


berisi lemak putih; (C) Inner circular; (D) Outer Longitudinal; (E) Tunika Serosa).

13
3.2.6.2 Colon

Tunika mukosanya tebal karena penambahan dari glandula intestinalis dibandingkan


dengan usus halus. Tidak terdapat villi permukaan mukosa halus. Ditandai dengan
penambahan sel goblet. Pada sub mukosa ditemukan jaringan limfoid sampai dengan ke
lapisan muskularis mukosa. Pada babi dan kuda lapisan longitudinal Tunika muskularis
sangat luas yang diselingi oleh serabut elastis. Bahkan pada caecum dan colon lebih banyak
dijumpai serabut elastis dibandingkan dengan sel-sel otot polos. Colon babi mula-mula
lebarnya sama dengan sekum makin kebelakang makin mengecil, dengan panjang sekitar
4 – 5 meter.

Gambar 3.2.6.2 Colon (Babi). (A) Tunika Mukosa; (B) Lamina


Propria; (C) Lamina Muskularis).
3.2.6.3 Rektum

Seperti juga colon dan caecum permukaan mukosa rectum halus dan cenderung
terjadi penambahan sel goblet. Serabut elastis pada babi banyak dimana permukaan luar
dan dalam mengandung serabut elastis. pada rektum juga terdapat flexus venosus pada
lamina propria. Rektum tersusun atas epitel, lamina propria,terdapat lipatan longitudinal,
bersifat temporer dan mengandung inti submukosa. Pada bagian bawahnya terdapat
muskularis mukosa dan sel adiposa. Pada rektum proses fermentasi, absorpsi air dan
elektrolit masih tetap terjadi. Rektum merupakan tempat sisa makanan dikumpulkan
sementara untuk kemudian dibuang melalui proses defekasi melalui anus.

3.2.7 Anus

Anus merupakan organ pencernaan terakhir tempat dikeluarkannya feses keluar tubuh. Di
daerah anus epitel berubah menjadi epitel squamous komplek dengan papil mikroskopik dan pada
garid anorektual berubah menjadi silindris sebaris. Pada babi dan karnivora daerah ini membentuk
zona kolumnaris ani yang mengandung jaringan limfoid secara difuns secara flexus venosus.
Lamina propria tidak menunjukkan papile mikroskopis tetapi memiliki jaringan limfoid dengan
limfonodus dan otot polos.

14
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Babi merupakan hewan yang memiliki pencernaan yang tergolong sebagai monogastrik,
atau non ruminasia. Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan antara lain rongga mulut,
esofagus, lambung, usus halus, usus kasar, anus dan kelenjar yang membantu proses pencernaan
seperti kelenjar air liur, hati, dan pankreas. Fungsi dari saluran penceranaan adalah untuk
mendapatkan molekul yang diperlukan tubuh untuk memperbaiki, pertumbuhan, dan energi yang
diperlukan tubuh melalui makanan yang dimakan. Seluruh bagian dari saluran penceranaan
memiliki susunan struktur.
Secara histologis, saluran pencernaan merupakan saluran berongga yang terdapat lumen
yang memiliki diameter yang beragam dan memiliki dinding yang terbentuk dari empat lapisan
utama yaitu Tunica Mucosa, Tunica Submucosa, Tunica Muscularis, dan Tunica
Serosa/Adventitia. Tunica Mucosa terdiri dari lapisan epitel yang terdapat di bawah lamina propria
dari jaringan ikat longgar. Tunica Submucosa terdiri dari jaringan ikat padat. Tunica Muscularis
(muscularis externa) adalah susunan dari sel otot halus yang tersusun atas dua atau lebih sublayer.
Tunica Serosa/Adventitia adalah lapisan tipis dari jaringan ikat longgar yang kaya akan pembuluh
darah, saluran limfe, dan jaringan lemak.

4.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan paper ini, mengingat
kajian mengenai struktur histologi dan histomorfometri saluran pencernaan dari spesies babi masih
terbatas. Oleh karena itu mohon diberikan sarannya agar kami bisa membuat paper ini dengan
lebih baik lagi, dan semoga dengan paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2015. Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia.www.ebiologi.com

Aughey, Elizabeth. Fredric L. Frye. 2001. Comparative Veterinary Histology, with Clinical
Correlates.

Cahyani Luh Made Maha , Setiasih Ni Luh Eka , Heryani Luh Gde Sri Surya . Juli 2019. Struktur
Histologi dan Histomorfometri Duodenum Babi Landrace. Indonesia Medicus Veterinus. 8(4):
513-522

J .P. Rowan, K. L. Durrance, G. E. Combs, and L. Z. Fisher. The Digestive Tract of the Pig

Lærke H.N., Hedemann M. S. The digestive system of the pig.

Linda J. Fothergill, Giorgia Galiazzo, Billie Hunne, & Martin J. Stebbing, Josiane Fakhry, Frank
Weissenborn, Therese E. Fazio Coles, John B. Furness. July 2019. Distribution and co-expression
patterns of specific cell markers of enteroendocrine cells in pig gastric epithelium. Cell and Tissue
Research. 378:457–469

Mescher, Anthony L. 2016. Junqueira’s Basic Histology, Text and Atlas, 14th Edition

16

Anda mungkin juga menyukai