Disusun Oleh :
Ahmad Indra Saputra 021221
Siti Maftuhah 021221
Tassaufia Sudarta Bachtiar 021221123
Dosen Pengampu :
Dr.drh. Maya Purwanti, M.S
drh. Aulia Miftakhurrohman
drh. Debby Fadhilah P,Msi
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
Contents
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1. Parasit Internal (cacing) dan Uji Resistensi Obat Cacing..............................6
Jenis Parasit Internal yang Ditemukan pada Kuda...............................................7
Uji Resistensi Obat Cacing..................................................................................9
2.2. Gigi Kuda dan Perawatannya....................................................................9
Gigi Kuda.............................................................................................................9
Perawatan Gigi Kuda.........................................................................................10
2.3. Reproduksi dan Teknik Perkawaninan........................................................12
2.4. Kolik dan Nasogastric Intubation................................................................12
Kolik Spasmodik................................................................................................13
Kolik Timpani....................................................................................................13
Kolik Obstruktif.................................................................................................14
Kolik Konstipasi................................................................................................14
Pencegahan........................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) merupakan salah satu jenis ternak
yang memiliki lambung tunggal. Kuda memiliki banyak manfaat ekonomis dan
selama ribuan tahun digunakan manusia sebagai alat transportasi dan simbol status
sosial kebudayaan tertentu serta hewan kesayangan. Selain itu kuda juga di
Kuda dapat diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat maupun kuda poni
dengan ukuran, bentuk tubuh dan kegunaan yang berbeda. Kuda tipe ringan
mempunyai tinggi 1,45-1,70 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering
digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan
secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda Tipe berat
mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri, dengan bobot badan lebih dari 700 kg
dan biasa digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari
pada 1,45 m jika berdiri dengan bobot badan 250-450 kg, beberapa kuda berukuran
kecil biasanya juga terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Ensminger, 1962).
Kuda merupakan salah satu spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini
sejak lama menjadi salah satu ternak penting secara ekonomis, kuda dianggap
sebagai hewan ternak yang telah banyak mengubah kehidupan manusia. Kuda
4
selama ribuan tahun. Seiring dengan perkembangan zaman, pemanfaatan kuda
tidak hanya sebatas sebagai pengangkut ataupun penarik. Hewan yang satu ini
bahwa ternak kuda adalah salah satu hewan yang bisa menghibur sekaligus dapat
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1. Parasit Internal (cacing) dan Uji Resistensi Obat Cacing
Parasit internal atau cacing adalah masalah umum bagi banyak pemilik kuda. Parasit
tersebut dapat menyebabkan peradangan, disfungsi kekebalan tubuh dan penyakit
gastrointestinal. Dalam hubungan mengenai parasit, parasit dapat hidup didalam atau
diluar organisme lain (inang), tinggal dan reproduksi, sekaligus menyebabkan
kerugian atau kerusakan pada inangnya.
Semua kuda rentan terhadap parasit dan infeksi dapat menyebabkab sejumlah
konseskuensi kesehatan yang negatif. Tanda-tanda parasit internal kuda termasuk
penurunan berat badan, kolik, kualitas bulu yang buruk, dan lesu. Tingkat infeksi
parasit pada masing-masing kuda akan bergantung pada berbagai faktor. Hal ini
mencakup kondisi pemberian pakan dan penggembalaan, pengelolaan padang rumput
dan pembasmian cacing (Sokol, 2015)
Semua hewan penggembala rentan terhadap parasit usus. Faktor genetik dan
lingkungan mempengaruhi hewan dalam mengembangkan penyakit. Parasit usus dapat
ditularkan dari kuda ke kuda melalui jalur fecal-oral. Parasit dewasa berkembangbiak
disaluran pencernaan dan telurnya dikeluarkan melalui kotoran dan mencemari
lingkungan sekitar. Kuda lain yang sedang merumput di area tersebut akan menelan
telur atau larvanya dan parasit tersebut akan berkembang menjadi tahap kehidupan
dewasa secara internal di dalam inangnya (Bangga, 1998)
6
Jenis Parasit Internal yang Ditemukan pada Kuda
Cacing pita adalah spesies parasit internal yang besar dan berpotensi bahaya
yang panjangnya dapat mencapai 20 cm. Mereka idtularkan melalui inang
perantara yaitu tungau orbatid. Tungau ini ditemukan di rumput, hijauan yang
dipanen dan bahkan biji-bijian. Ketika tungau tertelan oleh kuda, larva cacing
pita berkembang menjadi cacing pita dewasa. Dalam waktu 6-10 mimggu,
betina melepaskan proglotid, atau wadah telur untuk dikeluarkan melalui
kotorsn. Cacing pita berdiam diantara usus besar dan usus kecil dimana mereka
dapat menganggu mortalitas GI dan menyebabkan kolik (Bangga, 1998)
7
4. Cacing Kremi (Strongyloides westeri)
Infeksi cacing ini dapat menyebabkan anak kuda keterlambatan tumbuh, lesu,
diare dan anemia. Namun, sebagian besar kuda mengembangkan kekebalan
alami terhadap cacing kremi pada usia 6 bulan. Penularan dapat terjadi melalui
susu, oleh karena ita pemberian obat cacing pada kuda betina selama
kehamilan dapat membantu mengurangi penularan cacing kremi ke anak kuda
(Bangga, 1998)
Perawatan gigi kuda secara rutin adalah aspek perawatan pencegahan yang sering
diabaikan karena dapat nerdampak signifikan terhadap kesejahteraan dan kinerja
kuda. Kuda memiliki gigi khusus yang disesuaikan dengan penggembalaan terus
8
menerus. Berbeda dengan gigi manusia, gigi kuda tumbuh sepanjang hidupnya dan
dapat menjadi tidak seimbang jika tidak dirusak secara merata.
Gigi Kuda
Kuda dewasa mempunyai gigi hypsodont. Gigi ini umum terjadi pada mamalia
yang mengikis enamel karena memakan bahan abrasif, seperti hijauan kasar.
Enamel gigi memanjang melewati garis gusi dan terus memanjang sepanjang
hidupnya (Sahara ,2014)
1. Gigi Sulung
Kuda mendapatkan dua set gigi selama hidupnya. Kuda muda memiliki gigi
susu sementara. Anak kuda yang baru lahir memiliki gigi seri sulung pertama
atau tidak saat lahir. Gigi susu mereka tumbuh pada usia sekitar 8 bulan.
Gigi dewasa mulai menggantikan gigi sulung saat kuda berumur 2,5 tahun.
Kebanyakan kuda memiliki satu set gigi permanen yang lengkap pada usia 5
tahun (Ramzan, 2010). Benjolan pada rahang kuda muda berusia antara 2 dan 4
tahun selama proses ini. Benjolan ini merupakan gigi impaksi yang biasa
tumbuh dengan sendirinya.
2. Gigi seri
Gigi seri merupakan gigi bermata sempit yang terlihat di bagian depan mulut
yang digunakan untuk mengenggam dan merobek makanan. Kuda memiliki
enam gigi seri bawah dan enam gigi seri atas (Hongo, 2003)
3. Gigi pipi
Gigi pipi merupakan gigi geraham depan dan geraham belakang mulut yang
melakukan sebagian besar untuk mengunyah, menggiling makanan dan
mencari makan untuk mempersiapkan untuk dicerna. Kuda memiliki 24 gigi
pipi dengan 6 gigi bawah dan 6 gigi atas disetiap sisinya (Carmalt, 2008)
4. Gigi serigala
Gigi serigala berukuran kecil, gigi sisa biasanya ditemukan tepat di depan gigi
pertama pipi atas. Gigi ini tumbuh pada kuda muda antara 6 dan 18 bulan
(Easly, 1998)
9
Perawatan Gigi Kuda
Beberapa kuda dengan masalah gigi menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan.
Namun banyak kuda beradaptasi dengan rasa sakit dan tidak menunjukkan gejala
yang nyata. Pemeriksaan gigi kuda secara rutin adalah satu-satunya cara untuk
memahami sepenuhnya apa yang terjadi pada mulut kuda (Easly, 1998)
10
4. Air liur berlebih
5. Penurunan berat badan
6. Pembengkakan wajah yang asimetris atau nyeri
7. Keluarnya cairan dari hidung satu sisi
didefinisikan sebagai sakit perut dan dapat berasal dari organ perut mana pun, bukan
hanya saluran pencernaan. Ketidaknyamanan perut akibat penyakit hati atau ginjal
pemicu kolik mungkin tidak terdefinisi dengan baik pada sebagian besar kasus kolik.
Selain itu, penyebabnya mungkin memiliki banyak aspek. Terlepas dari penyebab
awal dari kolik, gangguan fisiologi dan fungsi usus menyebabkan perubahan pada
motilitas usus, distensi gas pada usus, perubahan suplai darah dan drainase darah,
edema, dan kerusakan fisik pada permukaan bagian dalam usus, yang secara normal
Gejala Kolik
Gejala kolik yang paling umum terlihat diantaranya anoreksia, berkeringat, gelisah,
(Ferrarro 2008). Gejala klinis yang muncul bersifat umum dan biasanya tidak bisa
dibedakan antara kolik semu dan kolik sejati. Selain mengidentifikasi sejarah penyakit
dan melakukan pemeriksaan fisik. Kuda yang terkena kolik biasanya ditandai dengan
gelisah, tidak mau makan, suhu tubuh meningkat, dan saat kondisi sudah sangat parah
terjepit, dan menimbulkan rasa sakit, sedangkan kuda sangat sensitif (Tristanti et al
2021).
11
Patogenesis Kolik
Kolik juga terkait dengan bahan makanan, infeksi parasit, penyakit gigi, dan akses ke
air. Ada beberapa jenis kolik, masing-masing dengan berbagai penyebab yang
berbeda, di bawah ini adalah yang paling banyak sering terlihat kolik pada kuda
Kolik Impaksi
Impaksi dapat terjadi pada berbagai tempat di dalam saluran pencernaan. Jenis kolik
ini disebabkan karena pakan kering tanpa rendaman pellet yang diberikan bersamaan
Kuda dengan impaksi kolik biasanya mengalami nyeri yang berkepanjangan dengan
suara usus yang terdengar keras. Faktor risiko umum lainnya untuk impaksi usus
termasuk kualitas jerami yang buruk, menelan pasir yang berlebihan, dan masalah gigi
apa pun yang mencegah kuda mengunyah pakan dengan benar. Kolik impaksi
disebabkan oleh massa padat dari bahan pakan yang dicerna yang menyebabkan
penyumbatan di usus. Kuda yang tidak minum cukup air dan mengalami dehidrasi
selama masa panas lingkungan yang tinggi, perjalanan, stres, atau aktivitas fisik
Kolik Spasmodik
Kolik spasmodik merupakan jenis kolik yang paling umum dari kolik yang
didiagnosis pada kuda. Hal ini sering dikaitkan dengan stress. Serangan nyeri yang
disebabkan oleh kejang dinding usus mungkin dialami dengan suara keras yang
terdengar pada usus. Penyebab kolik spasmodik karena pemberian pakan yang kasar
yang sulit dicerna, pergantian pakan yang dilakukan mendadak, pemberian bekatul
yang berasal dari beras ketan, kuda yang dipekerjakan terusmenerus dan kurang
istirahat.
12
Kolik Timpani
Kolik kembung juga dikenal sebagai kolik. Timpani atau free-gas bloat disebabkan
karena akumulasi gas yang berlebihan dalam usus besar. Nada tinggi suara usus
umumnya terkait dengan jenis kolik. Kolik kembung disebabkan oleh bahan makanan
fermentasi dalam saluran pencernaan. Umumnya terjadi pada kuda yang memakan
Kolik Obstruktif
Obstruksi dan tekanan mekanis pada usus berpotensi menyebabkan kejadian yang
serius pada kolik. Hal ini berbeda dengan penyumbatan yang disebabkan oleh massa
makanan (impaksi) atau bahan asing seperti pasir pada intestine. Obstruksi yang keras
akan menganggu aliran darah dan biasanya usus menjadi tidak normal atau sering
Kolik Konstipasi
Kolik yang ditandai dengan rasa sakit perut dengan derajat sedang, anoreksia, depresi
pakan, kurangnya jumlah air yang diminum, kelelahan setelah pengangkutan, keadaan
gigi yang tidak baik, hingga pakan yang tidak dikunyah dengan sempurna, setelah
sakit ataupun operasi, setelah pengobatan cacing, dan pada anak-anak kuda yang baru
saja dilahirkan karena retensi tahi gagak (mukoneum). Gejala yang ditimbulkan dari
kolik konstipasi yaitu, penderita nampak lesu, nafsu makan sangat menurun atau
hilang sama sekali, pulsus mengalami peningkatan dalam frekuensi dan kekuatannya
menurun.
Pencegahan
Kolik Pengelolaan yang baik dan perawatan kesehatan rutin tentu dapat membantu
mengurangi kejadian kolik pada kuda atau kawanan mana pun. Penetapan rutinitas
yang ditetapkan, olahraga teratur dan/atau kehadiran, dan pakan hijauan berkualitas
tinggi adalah semua langkah pengelolaan yang penting. Setiap pakan konsentrat
13
idealnya harus dibagi menjadi dua atau tiga pemberian pakan, dan pakan berbasis biji-
bijian harus dibatasi jika memungkinkan. Kuda harus menjalani perawatan gigi
tahunan, dan kuda yang lebih tua mungkin memerlukan evaluasi gigi setiap 6 bulan,
pemeriksaan feses rutin dan pemberian obat cacing untuk cacing pita juga penting
untuk kesehatan ternak yang baik, membagi pakan menjadi makanan kecil yang sering
sepanjang hari, dan menambahkan alfalfa atau jerami kacang ke dalam makanan. Biji-
bijian dan konsentrat berkarbohidrat tinggi harus dihindari atau diminimalkan jika
14
15