Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini berjudul “LAPORAN ANATOMI DAN
FISIOLOGI TERNAK” ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan
oleh dosen mata kuliah “ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK”.

Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami berterima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala kritik dan
saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga laporan “ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK”
memberikan manfaat kepada pembaca.

Gowa, 10 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... iii
a. Latar Belakang ................................................................................................................................. iii
b. Tujuan Praktek Lapang .................................................................................................................... iii
BAB II .......................................................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 1
a. Sejarah Sapi ...................................................................................................................................... 1
b. Karakteristik Sapi.............................................................................................................................. 4
BAB III ......................................................................................................................................................... 6
MATERI DAN METODE ............................................................................................................................ 6
A. Waktu dan Tempat ......................................................................................................................... 6
B. Materi ............................................................................................................................................... 6
BAB IV ......................................................................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................................... 8
A. Identitas Lokasi Praktek Lapang .................................................................................................. 8
B. Gambar dan Bangsa Sapi ............................................................................................................... 8
C. Identitas Ternak Sapi yang Diamati ........................................................................................... 11
D. Ciri-ciri Tubuh Ternak yang Diamati ........................................................................................ 12
E. Penjelasan Petugas Dilapangan ................................................................................................... 13
BAB III ....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 14
B. Saran ................................................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil
daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri sapi pedaging
adalah seperti berikut: tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok, kualitas dagingnya
maksimum dan mudah dipasarkan, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa, efisiensi
pakannya tinggi (Santosa, 1995). Menurut Abidin (2006), sapi potong adalah jenis sapi khusus
dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan
kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara
secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan ideal untuk
dipotong. Sapi Brahman merupakan Bos indicus yang berasal dari India yang terkenal karena
kemampuannya yang baik dalam beradaptasi terhadap suhu panas, pakan yang berkualitas
rendah, dan tahan terhadap gigitan caplak. Sedangkan sapi Shorthorn, Hereford, Aberden Angus,
Limousine, atau Santa Gentrudis merupakan keturunan Bos taurus yang memiliki pertambahan
bobot badan harian tinggi. Williamsom dan Payne (1993), menyatakan bahwa sapi yang
mengandung genetik Bos taurus memiliki respons yang sangat baik terhadap pakan yang 6
berkualitas. Menurut Anonimus (2006), sapi Brahman Cross merupakan persilangan antara Bos
taurus dan Bos indicus. Menurut Blakely dan Bade (1991), persilangan antarbangsa sapi
menghasilkan keturunan tingkat hibrid vigor yang tinggi, ketahanan terhadap kondisi tatalaksana
yang minimal, toleran terhadap panas, serta tahan terhadap penyakit dan parasit. Kriteria
pemilihan sapi potong yang baik adalah : sapi dengan jenis kelamin jantan atau jantan kastrasi,
umur sebaiknya 1,5—2,5 tahun atau giginya sudah poel satu, mata bersinar, kulit lentur, sehat,
nafsu makan baik, bentuk badan persegi panjang, dada lebar dan dalam, temperamen tenang, dari
bangsa yang mudah beradaptasi dan berasal dari keturunan genetik yang baik (Ngadiyono,
2007).

b. Tujuan Praktek Lapang


 Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis sapi potong
 Untuk memenuhi syarat mata kuliah praktek lapang Anatomi dan Fisiologi ternak

iii
 Menambah wawasan dan pengalaman kerja sebagai bekal kerja didunia bisnis sesuai
dengan keahlian yang dimiliki
 Dapat mempraktekkan teori-teori yang telah diajarkan secara langsung
 Meningkat pemahaman mahasiswa mengenai praktek dalam dunia kerja sehingga
dapa memberikan bekal kepada mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Sejarah Sapi

Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anak suku Bovinae. Sapi
yang telah dikebiri dan biasanya digunakan untuk membajak sawah dinamakan lembu.
Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan
manusia. Hasil sampingan seperti kulit, jeroan, tanduk dan kotorannya juga
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Di sejumlah tempat, sapi juga
digunakan sebagai penggerak alat transportasi, pengolahan lahan tanam (bajak), dan alat
industry lain (seperti peremas tebu).

Kebanyakan sapi ternak merupakan keturunan dari jenis liar yang dikenal
sebagai Auerochse atau Urochse (dibaca auerokse, bahasa Jerman berarti "sapi kuno",
nama ilmiah: Bos primigenius[1]), yang sudah punah di Eropa sejak 1627. Namun,
terdapat beberapa spesies sapi liar lain yang keturunannya didomestikasi, termasuk sapi
bali yang juga diternakkan di Indonesia.

Akan tetapi, di daratan Eropa dan Cina baru dikenal pada sekitar 6000 tahun SM.
Hal ini disebabkan oleh di masing-masing daerah atau negara perkembangannya berbeda-
beda. Bangsa sapi yang sekarang tersebar di penjuru dunia, berasal dan sapi jenis primitif
yang telah mengalami domestikasi (penjinakan).Salah satu contoh golongan sapi :

(Bos Sondaicus)

Sapi Bali (Bos sundaicus) merupakan sapi yang berdarah murni karena
merupakan hasil domestikasi (penjinakan) langsung dari banteng liar. Banteng liar
tersebut masih dapat ditemukan dihutan Taman Nasional Bali Barat, Ujung Wetan (Jawa
Timur), dan Ujung Kulon (Jawa Brat). Sapi Bali jantan dan betina dibagian tulang
kanonnya memiliki warna putih dan serta memliki setengah lingkaran warna putih pada
bagian pantatnya dan terdapat garis atau bulu hitam disepanjang punggungnya (Bandini,
1999). Sapi Bali telah menyebar luas diseluruh pelosok tanah air yang ada di Indonesia.
Meskipun masih tetap terkonsentrasi di pulau Bali. Sampai saat ini kemurnian sapi Bali
masih terjaga karena ada undang-undang yang mengatur pembatasan masuknya jenis sapi

1
lain ke pulau Bali. Sapi Bali merupakan sapi 5 lokal dengan kemampuan produksi yang
cukup tinggi. Upaya peningkatan produktifitas sapi Bali tidak dapat lepas dari upaya
pengaturan dinamika populasi seperti tingkat kelahiran, pemotongan dan kematian
(Yuliani, 2001).

Selama ini sapi di Indonesia disebut-sebut sebagai keturunan sapi impor, yakni
sapi India (benggala) dan sapi Eropa (ongole). Ternyata, berdasarkan penelitian Sutopo
dari Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang, sapi asli Indonesia berasal
dari Bali. Secara fisik, penampilan sapi Bali bisa dibedakan dari sapi India dan Eropa.
Sapi India memiliki punggung yang berpunuk, sedangkan sapi Eropa tak berpunuk. Sapi
Bali berwarna cokeladengan pantat putih, kaki seperti berkaus putih, dan garis hitam di
punggung.
Biasanya daging sapi Bali dikonsumsi masyarakat banyak. Adapun sapi India dan
Eropa, kebanyakan dikonsumsi ketika hari raya, atau dalam sebuah perjamuan di hotel
atau restoran. Penemuan sapi asli Indonesia melalui penelitian Sutopo untuk disertasi
doktornya di Tokyo University of Agriculture, Jepang beberapa tahun lalu tersebut tentu
amat berarti. Sebab, pendapat selama ini, yang seperti mitos, menganggap bahwa sapi
Indonesia berasal dari induk sapi luar, terutama India. Hal itu tak lain lantaran data
arkeologi tentang asal-usul sapi Indonesia amat minim. Paling banter, “Hanya ada bukti
arkeologi berupa relief di Candi Borobudur,” ujar Sutopo. Bukti itu pun cuma
menggambarkan peran sapi sebagai ternak dan pembantu petani untuk menggarap sawah
serta ladang. Seorang ilmuwan Jepang, Takao Namikawa, pada 1970-an pernah meneliti
sapi Indonesia. Toh, ia belum menemukan riwayat sapi Indonesia.
Dua puluh tahun kemudian, ilmuwan lain yang juga dari Jepang, Takazi Amano,
hanya meneliti ternak kerbau. Ketika itu Sutopo membantu Amano di lapangan. Rupanya
pengalaman bersama Amano membuat Sutopo, yang semasa kuliah hingga lulus dari
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro tahun 1989 juga merangkap sebagai blantik
(pedagang sapi), bersemangat untuk meneliti sejarah sapi asli Indonesia. Untuk itu, ia
menggunakan jalur genetika dengan metode penandaan protein enzim dan polymorphism
(keragaman) DNA (deoxyribonucleic acid). Sebanyak 234 ekor sapi berbagai jenis
digunakan sebagai sampel. Akhirnya, dengan analisis komponen pembeda utama,
diperoleh pengelompokan sapi Bali bersama banteng, yang memiliki ciri-ciri genetis

2
berbeda dengan sapi India dan sapi Eropa, berikut keturunannya. Setelah itu, Sutopo
meneliti lagi asal-usul induk pejantan ataupun betina dari sapi Bali. Dengan sampel 700
ekor sapi dan metode microsatellite DNA, diperoleh kesimpulan bahwa induk jantan sapi
Bali memang asli Indonesia, bukan keturunan sapi India ataupun Eropa. Kemudian,
dengan sampel 600 ekor sapi dan metode mitochondrial DNA (gen spesifik dari induk
betina), didapatkan hasil bahwa induk betina sapi Bali juga berasal dari keturunan sapi
Bali.

Kapan bangsa sapi mulai dijinakkan pertama kali di Indonesia? Para ahli
berpendapat bangsa-bangsa sapi yang kini kita kenal seperti sapi madura, jawa, dan
sumatera berasal dan basil persilangan antara Bos indicus (Zebu) dan Bos sondaicus (Bos
bibos) alias sapi keturunan banteng. Sapi ongole yang saat ini populasinya terbanyak di
antara bangsa-bangsa sapi Indonesia pertama kali didatangkan dari India ke Pulau Sumba
oleh pemerintah Belanda tahun I 897.

Bangsa sapi ongole ini di Belanda dikenal dengan nama zebu, sedangkan di jawa
Iebih dikenal dengan nama sapi benggala. Semenjak saat itu Pulau Sumba dijadikan
tempat pembiakan sapi ongole murni. Dalam perkembangan lebih lanjut dan dalam
rangka perbaikan mutu ternak sapi potong di jawa, sapi jawa dikawinsilangkan dengan
sapi ongole,yang keturunannya dikenal dengan nama peranakan ongole (PO).

3
b. Karakteristik Sapi
 Sapi Simmental Brahman Cross
 Memiliki belang putih pada kepala
 Memiliki gelambir sampai ke perut
 Berat ± 500 kg
 Memiliki tanduk panjang dan runcing ke depan
 Warna kulit merah bata
 Usia ± 5 tahun
 Sapi Limousin Simmental
 Memiliki gelambir sampai ke perut
 Berwarna cokelat muda
 Memiliki punuk
 Memiliki tandung pendek
 Perut agak lonjong
 Berat ± 800 kg
 Usia ± 2 tahun
 Sapi Limousin Bali
 Berwarna hitam kemerahan
 Tanduk menyerupai sapi bali

4
 Badan tegak besar
 Kepala berwarna hitam
 Telinga menyerupai sapi limousine
 Usia ± 1,5 tahun
 Sapi Brahman Bali
 Tanduk menyerupai sapi brahman
 Warna kulit abu abu hasil perpaduan antara sapi bali dan sapi brahman
 Telinga pendek kecil
 Bentuk perut agak bulat
 Usia sekitar 2 tahun
 Berat ± 200 kg

5
BAB III
MATERI DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

Praktek lapang pengenalan berbagai bangsa sapi potong dilaksanakan pada


tanggal 1 Desember 2018 yang bertempat di Rumah Sapi De’ Reppa, Bontonompo,
Kabupatan Gowa..

B. Materi

Alat :
a. Jas Praktikum
b. Pita Ukur
c. Alat Tulis
d. Kamera Handphone/Digital

Bahan : Sapi Simmental Brahman Cross, Sapi Limousine Simmental, Sapi


Limousin Bali, Sapi Brahman Bali

Metode :
1. Mendengarkan dan mencatat penjelasan dari petugas setempat.
2. Mengamati sapi potong sesuai dengan bangsa yang telah ditentukan
sebelumnya
3. Mencatat identitas sapi yang bersangkutan
4. Mengukur statistik vital sapi meliputi lingkar dada, panjang badan, dan tinggi
badan.
5. Menilai karakteristik atau performa ternak secara fisik untuk mengetahui
kondisi tubuh ternak apakat termasuk gemuk, sedang, atau kurus.
6. Mengabadikan ternak tersebut dengan kamera
7. Mohon diri kepada petugas setempat.

6
8. Meninggalkan tampat praktek lapang dengan tertib.

Teknis pengumpulan data:


1. Di pandu langsung oleh pemateri
2. Melakukan sesi tanya jawab kepada pemateri
3. Mahasiswa mengamati secara langsung

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Lokasi Praktek Lapang

Nama Tempat Praktek Lapangan: Rumah Sapi D’Reppa

Nama Pemilik: Zeinuddin Nasir D’Reppa

Alamat Lengkap: Dusun Talamangape, Desa Bontolangkasa Selatan, Kec. Bontonompo,


Kab. Gowa

B. Gambar dan Bangsa Sapi


1. Sapi Simental Brahman Cross
Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme di
negara Switzerland (Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua
Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan
tipe sapi perah dan pedaging.Sapi BX (Brahman Cross), adalah ternak sapi hasil
domestikasi/penjinakan sapi Brahman yang dikembangkan di Amerika dan
Australia dan disilangkan dengan berbagai jenis sapi lainnya, seperti sapi
Shorthorn, sapi Santa Gertrudis, Droughmaster, Hereford, Simmental, dan sapi
Limousin. Hasil silangan ini kemudian disilangkan lagi dengan sapi Brahman
sehingga campuran darah dalam setiap keturunan sangat bervariasi

8
2. Sapi Limosin Simental
Sapi Limousin di sebut sebagai Sapi Diamond Limousine. (termasuk Bos
Taurus), dikembangkan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging
dengan perototan yang lebih baik dibandingkan Sapi Simmental.
Sapi Simmental juga termasuk Bos taurus, berasal dari daerah simme atau di
negara Switzerland (swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua
Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru. Sapi ini merupakan tipe sapi perah
dan pedaging.

3. Sapi Limosin Bali


Sapi Limousin kadang disebut juga Sapi Diamond Limousine. (termasuk
Bos Taurus), dikembangkan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging
dengan perototan yang lebih baik dibandingkan Sapi Simmental.Sapi Bali (Bos
Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia hasil penjinakan (domestikasi) banteng liar
yang telah dilakukan sejak akhir abad ke 19 di Bali, sehingga sapi jenis ini
dinamakan Sapi Bali.

9
4. Sapi Brahman Bali
Sapi Brahman adalah keturunan sapi Zebu atau Boss Indiscuss. Aslinya
berasal dari India kemudian masuk ke Amerika Serikat (AS) pada tahun 1849 dan
berkembang pesat disana. Di Amerika Serikat, sapi Brahman ini dikembangkan,
diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah berhasil, jenis sapi ini
diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi Brahman menyebar ke Australia dan
kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1974.Sapi Bali (Bos Sondaicus) adalah
sapi asli Indonesia hasil penjinakan (domestikasi) banteng liar yang telah
dilakukan sejak akhir abad ke 19 di Bali, sehingga sapi jenis ini dinamakan Sapi
Bali

10
C. Identitas Ternak Sapi yang Diamati
Bangsa Sapi: Sapi Potong

Tabel 1. Identitas Ternak Sapi yang Diamati

Nomor Sapi Jenis kelamin Kondisi (K, S, G) Umur Ternak

1 Betina S 5 Tahun
2 Jantan G 2 Tahun
3 Jantan S 1,5 Tahun
4 Jantan S 2 Tahun
*K= Kurus
S= Sedang
G= Gemuk
1. Sapi Simental Brahman Cross
Sapi Simmental Brahman Cross merupakan persilangan dengan cara inseminasi
buatan dengan sapi Simmental dan sapi Brahman Cross. Sapi ini berjenis kelami
Betina, memiliki kondisi tubuh yang sedang dan berumur 5tahun.

11
2. Sapi Limosin Simental
Sapi Limousin Simmental merupakan hasil persilangan dengan cara insiminasi
buatan Sapi Limousin dan Sapi Simmental. Sapi ini berjenis kelamin jantan, memliki
kondisi tubuh yang gemuk dan berumur 2 tahun.
3. Sapi Limosin Bali
Sapi Limousin Bali merupakan hasil persilangan dengan cara inseminasi buatan
dari Sapi Limousin dan induk Bali. Sapi ini berjenis kelamin jantan, memiliki kondisi
tubuh yang sedang dan berumur 1,5 tahun.
4. Sapi Brahman Bali
Sapi Brahman Bali merupakan hasil persilangan dengan cara inseminasi buatan
dari sapi brahman dan induk bali. Sapi ini berjenis kelamin jentan, memiliki kondisi
tubuh yang sedang dan berumur 2 tahun.

D. Ciri-ciri Tubuh Ternak yang Diamati


Bangsa sapi: Sapi Potong
Tabel 2. Ciri-ciri Tubuh Ternak yang Diamati
Nomor Warna Bentuk Gelambir Punuk Bentuk Bentuk Bentuk
Sapi Kulit/ Muka (ada/tidak (ada/tidak Tanduk Telinga Ekor
Bulu ada) ada)
1 Merah Lonjong Ada Ada Runcing Pendek Panjang
bata kedepan dan
kecil

2 Cokelat Lonjong Ada Ada Tanduk Pendek Pendek


muda pendek dan
kecil

3 Hitam Lonjong Tidak ada Tidak ada Runcing Pendek Pendek


kemerahan kedepan dan
kecil

4 Abu-abu Lonjong Ada Tidak ada Tanduk Pendek Panjang

12
pendek dan
kecil

1. Sapi Simental Brahman Cross mempunyai warna kulit merah bata, bentuk muka
segitiga bergelambir hingga diperut, berpunuk, memiliki bentuk tanduk runcing
kedepan, bentuk telinga pendek dan kecil serta berekor panjang.
2. Sapi Limosin Simental mempunyai warna kulit/bulu cokelat muda, bentuk muka
segitiga, bergelambir hingga perut, berpunuk. Memiliki bentuk tanduk yang pendek,
telinga pendek dan kecil sarta bentuk ekornya yang pendek.
3. Sapi Limosin Bali mempunyai warna kulit hitam kemerahan, bentuk muka segitiga
tidak memiliki gelambir dan tidak berpunuk. Memiliki bentuk tanduk runcing
kedepan, telinga pendek dan kecil, serta bentuk ekornya yang pendek.
4. Sapi Brahman Bali mempunyai warna kulit abu-abu, bentuk muka segitiga,
bergelambir, tidak memiliki punuk. Memiliki tanduk pendek, telinga yang pendek
dan kecil, serat ekor yang panjang.
E. Penjelasan Petugas Dilapangan
Pengembangan peternakan sapi potong di rumah sapi D’Reppa tersebut sudah
memumpuni karena telah berhasil menyilangkan beberapa jenis sapi dengan metode
inseminasi buatan. Peternak di rumah sapi D’Reppa memberikan pakan dengan
memanfaatkan potensi yang ada di sekitar daerah tersebut. Mayoritas pekerjaan
masyarakat di sana adalah petani jagung dan padi sehingga limbahnya dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada musim hujan potensi hijauan sangat melimpah
karena tersedianya rumput alam atau rumput yang tumbuh di pematang sawah sebagai
sumber pakan. Pada musim kemarau sumber hijauan sangat terbatas sehingga petani
memfermentasikan jerami kering agar kandungan proteinnya dapat terpenuhi.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari kegiatan praktik Lapangan di rumah sapi d’Reppa
yang bertempat di Desa Bontolangkasa Selatan Kecamatan Bontonompo Kabupatan Gowa
Sulawesi Selatan. Melalui kegiatan ini saya dapat mengetahui dan mengerti berbagai macam
pengetahuan tentang pengolahan limbah khususnya limbah pertanian untuk dijadikan pakan
ternak dan kami juga di ajarkan bagaimana caranya bermitra dengan kelompok peternak yang
ada di sulawesi selatan. Tak lupa pula kita diberikan motivasi dan semangat untuk tetap menjadi
pembudidaya ternak yang sukses.
Kami juga mengutip beberapa kata-kata yg dapat memberikan semangat kepada para
pengusaha ternak yaitu “ketika kita fokus banyak peluang yang akan kita dapatkan, hidup itu ada
dua pilihan yaitu memberi makan burung garuda atau diberimakan oleh burung garuda. Dan juga
ada satu kata yang harus dipegang oleh setiap wirausaha yaitu 9A (Action, Action, Action,...)
yang artinya kita harus melakukan aksi karna jika hanya sebatas wacana tidak akan ada
perubahan dan percuma kita bermimpi menjadi pengusaha jika tidak ada aksi”.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disarankan kepada generasi muda jangan
malu menjadi seorang peternak, karna salahsatu penunjang utama masyarakat adalah peternakan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Situs peternakan. 2015. Sejarah Sapi di Indonesia. https://www.situs-peternakan.com/sejarah-


sapi-di-indonesia/. [10 Desember 2018]

Diglib Unila. 2016. Bab II. http://digilib.unila.ac.id/12317/3/BAB%20II.pdf [10 Desember 2018]

15

Anda mungkin juga menyukai