Anda di halaman 1dari 2

PENGOLAHAN BULU AYAM MENJADI TEPUNG BULU

Di Rumah potong ayam akan menghasilkan sisa atau limbah yang akan
menimbulkan pencemaran (residu) bagi lingkungan jika tidak di kelola dengan baik.
Adapun limbah yang dihasilkan dari proses pemotongan ayam berupa bulu.
Berdasarkan statistik Direktorat Jenderal Peternakan (2011), produksi broiler pada
tahun 2011 mencapai setidaknya 1,3 juta ekor dengan asumsi limbah bulu hasil
pemotongan sekitar 4-5% bobot hidup dan rata-rata bobot panen 1,6 kg sehingga
dapat diperkirakan total limbah bulu ayam tahun ini dari ayam jenis broiler saja dapat
lebih dari 100 ribu ton.
Protein bulu ayam sebagian besar terdiri atas keratin yang digolongkan ke
dalam protein serat. Keratin adalah produk pengerasan jaringan epidermal dari tubuh
dan merupakan protein fibrous yang kaya akan sulfur dan banyak terdapat pada
rambut, kuku dan bulu (Haurowitz, 1984). Bulu ayam mengandung protein kasar
yang cukup tinggi yaitu 80-91% dari bahan kering, lemak kasar 7,79% dan serat kasar
0,88%. Sifat fisik dari keratin adalah tidak larut dalam air dan sulit larut dalam
pemanasan alkali (Puastuti, 2007). Sehingga dibutuhkan proses pengolahan agar tidak
menjadi cemaran di lingkungan.
Tepung bulu ini mempunyai energi metabolis (M.E) sebesar 2.354 kalori/ kg
dan asam amino tersedia sebesar 95 %. Jadi 35 % asam amino yang terdapat dalam
tepung bulu tidak tersedia untuk unggas dan terbuang keluar lagi. Inilah sebabnya
tepung bulu tidak bisa terlalu banyak dimasukkan dalam formula ransum. Walaupun
mengandung protein cukup tinggi dan kaya asam amino esensial, tepung bulu
mempuyai faktor penghambat seperti kandungan keratin yang digolongkan kepada
protein serat. Kandungan protein kasar yang tinggi dalam tepung bulu ayam tersebut
tidak diikuti oleh nilai biologis yang tinggi. Hal ini menyebabkan nilai kecernaan
bahan kering dan bahan organik pada tepung bulu ayam rendah. (Tillman , 1982).
Sebelum bulu ayam diberikan ke ternak, diolah terlebih dahulu menjadi
tepung. Pemrosesan hidrolisis bulu ayam pada prinsipnya untuk melemahkan atau
memutuskan ikatan dalam keratin. Berbagai metode pemrosesan telah diteliti untuk
meningkatkan kecernaan bulu ayam. Pengolahan bulu ayam menjadi tepung dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Pengolahan secara fisik, yaitu: Limbah bulu ayam yang diproses mengunakan
teknik fisik dapat dilakukan dengan tekanan dan suhu tinggi, yaitu pada suhu
105°C dengan tekanan 3atm dan kadar air 40% selama 8 jam. Sampel yang sudah
bersih akan di autoklaf, kemudian dikeringkan dan siap untuk digiling (Adiati,
2004).
2. Pengolahan secara kimiawi: Proses kimiawi dilakukan dengan penambahan HCl
12%, dengan ratio 2:1 pada bulu ayam yang sudah bersih, lalu disimpan dalam
wadah tertutupselama empat hari. Sampel yang telah direndam oleh HCl 12%
kemudian dikeringkan dan siap untuk digiling menjadi tepung. Pengolahan secara
kimia dengan basa: pengolahan secara kimia menggunakan basa, dapat dilakukan
dengan menambahkan NaOH 6%, disertai pemanasan dan tekanan menggunakan
autoklaf. Bulu ayam yang sudah siap kemudian dikeringkan dan digiling
(Puastuti, 2007).
3. Pengolahan secara enzimatis: Bulu ayam yang diproses dengan teknik enzimatis
dilakukan dengan menambahkan enzim proteolitik 0,4% dan disimpan selama dua
jam pada suhu 52°C. Bulu ayam kemudian dipanaskan pada suhu 87°C hingga
kering dan digiling hingga menjadi tepung.

Nama Lengkap : Dwi Nur Rahmadani


Nirm : 05.10.18.1703
Alamat : Jl. Poros Malino, Bontomanai Kabupaten Gowa
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :
 SDN Bontomanai Unggulan
 SMP Negeri 1 Sungguminasa
 SMA Negeri 8 Gowa
Email : Dwinurram@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai