Anda di halaman 1dari 11

FERMENTASI AMPAS TAHU

Pembahasan tentang fermentasi katul dan ketela pohon sudah pernah saya ulas
panjang lebar. Saya anggap keterangan pada ke dua fermentasi di atas, dapat
menjadi referensi pada fermentasi ampas tahu kali ini.
Ampas tahu, limbah dari pembuatan tahu,jumlah berlimpah dan belum di
maksimalkan pemanfaatannya untuk pertumbuhan ternak. Dengan teknologi
sederhana peram fermentasi maka ke unggulan nilai nutrisi ampas tahu dapat di
maksimalkan. Yang bisa di manfaatkan bukan hanya ampasnya tapi juga air
rendaman kedele bahan dasar pembuatan tahu dan tempe.
Prinsip pemahaman tujuan utama proses fermentasi ini adalah meningkatkan
TDN Totalt Digestible Nutrient, mengurangi serat kasar sehingga total nutrisi
yang terserab saat absorsi nutrisi di organ pencernakan bekerja maksimal,
bahan limbah sebagai kotoran prosentase yang di buang turun.
Apakah proses fermentasi ini meningkatkan prosentase protein ? Itu sudah pasti,
tapi tidak bisa di sama ratakan pada setiap ujicoba, dengan pertimbangan asal
kualitas bahan yang berbeda.
Yang jelas, protein asal ampas tahu dengan di bantu mikroorganisme kapang
yeast di ubah menjadi Asam Amino, terutama Lisin dan Metionin. Juga di ubah
menjadi Enzim, Hormon pertumbuhan, mineral multivitamin dan Antibiotika
alami.
Pada lingkup kampus, fermentasi ampas tahu telah di teliti sebagai bahan pakan
subtitusi, yang masuk dalam formula pakan dari 5%, 10%, 15%, 20%, 25%,
bahkan hingga 40%. Dan memberikan hasil semakin bagus pada campuran 40%,
FCR turun dengan hasil bobot akhir yang tidak berbeda jauh dengan bahan
pakan basal pabrikan.
Kenaikan protein kisaran 5% - 15% setelah fermentasi dengan pembeda bahan
asal.
Nilai nutrisi ampas tahu :
protein : 24,5%
serat kasar : 23,6%
fat : 10,2%
abu : 3,51%
BETN : 38%
Ca : 1,1%
P : 0,88%
Energi Metabolisme : 2830 Kcal/kg

Bahan :
1. Ampas tahu 25 kg
2. Ragi tape 5 -7 butir atau Ragi tempe 2-3 lembar
3. Mineral B12 atau mineral feed supplement A Medion 0,5 kg
Pembuatan :
1. Ampas tahu di peras kadar airnya hingga akas pero saat di kepal sudah tidak
keluar air lagi, lalu masukkan dalam kukusan , masak 30 menit sejak air
mendidih lalu dinginkan, hamparkan ke lantai.
atau ampas tahu di kocori air panas 2 liter tiap 25 kg ampas tahu,lalu tutup rapat
biarkan 10-15 menit lalu ampas tahu dip eras kembali.Hasil terbaik tetap yang di
kukus.
2. Ampas tahu hangat tipiskan sebar merata , sebarkan mineral dan ragi tape
lalu aduk adukmerata ,baru masukkan dalam plastic drumatau ember peram 2-3
hari hingga keluar bau wangi, proses fermentasi selesai.Jika tidak di keringkan,
tetap simpan dalam drum ambil sedikit sedikit untuk di berikan ke ternak, ini
bertahan hingga 1 minggu asal kedap udara. Atau setelah di peram selesei
ampas tahu di keringkan atau di oven hingga bisa di simpan 2 bulan.
Grup Facebook : ayam kresing super 2
Twitter : @betha_sutrisno
Blog : bumiternak-betha.blogspot.com
Email : betha_sutrisno@yahoo.co.id
HP : 085229779252

CARA PEMBUATAN
Bahan :
1. Katul
2. Mineral unggas dan ruminansia
3. Urea bagi ruminansia, unggas tidak memerlukannya
Alat-alat :
1. Drum, ember, plastic untuk pemeraman
2. Dandang/ alat kukus di sesuaikan dengan yang di miliki
Langkah kerja :
1. Basahi katul dengan air buat pero saja, masukan dandang/alat kukus,
masak 30 menit di hitung mulai airmendidih, hindari terlalu matang atau katul
masukan ember kocori dengan air panas lalu aduk-aduk sampai merata, di buat
pero juga.
2. Dinginkan katul, campur dengan urea 1 sendok the tiap 2 kg katul, mineral 1
sendok makan tiap 2 kg katul, ragi tape 1 butir tiap 4 kg katul. Kenapa di pakai
ragi tape, karena harga murahatau rekan rekan pingin tahu caranya buat ragi

tape ? lain kali saja bahasnya ya


3. Semua bahan di campur aduk sampai rata, lalu masukan dalam drum, ember
atau plastic, tutup rapat udara ndak boleh masuk, 2 atau 3 hari, hasil terbaik 4
hari. Simpan di tempat teduh yang tidak terkena paparan sinar matahari.
4. Setelah jadi bisa langsung di berikan pada hewan ternak atau kalau ingin di
simpan keringkan terlebih dahulu baru di kemas, jika pengeringan sempurna
tahan hingga 2 bulan.selesai.

Penggunaan Ampas Kelapa (Cocos nucifera L) Fermentasi Sebagai Pakan Ayam


Pedaging Terhadap Berat Badan dan Penurunan Kadar Kolesterol Darah

Oleh : Novita
Abstrak

Pengolahan minyak kelapa murni menghasilkan produk samping berupa


ampas kelapa. Ampas kelapa yang dihasilkan masih memiliki kandungan nutrisi
yang cukup tinggi terutama protein. Hal ini menyebabkan ampas kelapa
berpotensi untuk diolah menjadi pakan. Salah satu cara yang dapat
dipergunakan untuk mengolah ampas kelapa menjadi pakan adalah dengan
fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan spora Aspergillus
niger. Proses fermentasi dilakukan secara bertahap, yaitu dengan fermentasi
aerob kemudian dilanjutkan dengan fermentasi anaerob (proses enzimatis). Hasil
analisis Ampas kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relative tinggi
yaitu sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Penggunaan ampas
kelapa yang di Fermentasi sampai 12 % sangat nyata efisien dibanding dengan
menggunakan ampas kelapa, hal ini menunjukan dengan kemampuan ternak
ayam mengkonsumsi 1 kg ransum dapat membentuk rata-rata 0,59 kg bobot
hidup sedang menggunakan ampas kelapa hanya mampu membentuk bobot
hidup rata-rata 0,45 kg. Galaktomannan mampu menurunkan serum total
kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol 10 15%. Sedangkan
kadar high density lipoprotein (HDL) dan trigliserida tidak berubah. Menurut
Purawisastra (2001) menyatakan bahwa ampas kelapa mengandung serat
galaktomanan sebesar 61 % yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Kata Kunci : Ampas Kelapa, Ayam Broiler, Berat Badan, Penurunan Kolesterol.

Pendahuluan
Pakan merupakan komponen terpenting didalam industri peternakan. Produksi
peternakan dunia meningkat seiring dengan peningkatan di dalam permintaan
hasil-hasil ternak (daging, telur, susu). Produksi dan konsumsi daging dunia,
diperkirakan akan meningkat dari 233 juta ton pada tahun 2000 menjadi 300

juta ton pada tahun 2020, permintaan susu 568 menjadi 700 juta ton, demikian
juga dengan telur, akan meningkat sampai 30% (FAO, 2002). Khusus di daerah
Asia, dengan terkonsentrasinya populasi dunia di benua ini maka kebutuhan
produk peternakan akan sangat tinggi dan hal ini akan berkaitan dengan
kebutuhan pakan untuk meningkatkan produk peternakan.
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) termasuk jenis tanaman yang memiliki multi
fungsi, hal ini karena hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat
dimanfaatkan, dan banyak dijumpai di Indonesia yang merupakan penghasil
kopra terbesar kedua di dunia, sesudah Phillipina. Usaha budidaya tanaman
kelapa melalui perkebunan terutama dilakukan untuk memproduksi minyak
kelapa yang berasal dari daging buahnya dengan hasil samping berupa ampas
kelapa. Kelapa merupakan salah satu tanaman yang sangat luas penggunaanya,
selain untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, seperti santan, gula dan
air kelapa segar, kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri.
Salah satu contohnya adalah minyak kelapa yang digunakan sebagai bahan
industri sabun, obat-obatan, mentega dan lain sebagainya.
Hampir semua bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan. Efisiensi ransum
adalah kemampuan ransum yang dikonsumsi dalam satuan waktu tertentu untuk
menghasilkan bobot badan seekor ternak dalam waktu yang sama. Dalam
menyusun ransum perlu memperhatikan kualitas dari bahan pakan yang
digunakan, murah harganya dan terjamin kontinitas pengadaannya. Walaupun
ransum harganya murah tetapi tidak dibarengi dengan kualitas ransum yang
memadai maka bobot badan yang di hasilkan tidak dicapai.
Saat ini banyak sekali industri-industri pengolahan minyak kelapa seperti VCO
(Virgin Coconut Oil) yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah pada suhu
rendah atau tanpa pemanasan. Kegiatan industri ini menghasilkan limbah padat,
salah satunya adalah ampas kelapa. Ampas kelapa (Cocos mucifera L) dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Selain dapat digunakan sebagai pakan
ternak ampas kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
memproduksi galaktomannan.
Ampas kelapa hasil samping pembuatan minyak kelapa murni masih memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan ampas kelapa
berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pakan. Menurut Derrick
(2005), protein kasar yang terkandung pada ampas kelapa mencapai 23%, dan
kandungan seratnya yang mudah dicerna merupakan suatu keuntungan
tersendiri untuk menjadikan sumber energi yang baik sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti sebagai bahan pakan pedet (calf),
terutama untuk menstimulasi rumen dan pakan asal ampas kelapa juga terbukti
ternak dapat menghasilkan susu yang lebih kental dan rasa yang enak (Anonim,
2003).
Fermentasi merupakan salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa menjadi
bahan pakan. Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa komplek
diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan molekul
air. Fermentasi dengan menggunakan kapang memungkinkan terjadinya

perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan nutrisinya (Supriyati et al., 1999).

Komposisi Buah atau Ampas Kelapa


Buah kelapa yang sudah tua mengandung kalori yang tinggi, sebesar 359 kal per
100 gram; daging kelapa setengah tua mengandung kalori 180 kal per 100 gram
dan daging kelapa muda mengandung kalori sebesar 68 kal per 100 gram.
Sedang nilai kalori rata-rata yang terdapat pada air kelapa berkisar 17 kalori per
100 gram. Air kelapa hijau, dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak
mengandung tanin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi. Kandungan
zat kimia lain yang menonjol yaitu berupa enzim yang mampu mengurai sifat
racun. Komposisi kandungan zat kimia yang terdapat pada air kelapa antara lain
asam askorbat atau vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau
potassium. Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan
gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang terdapat
pada buah kelapa sejumlah 95,5 gram dari setiap 100 gram.
Ampas kelapa merupakan limbah industri atau limbah rumah tangga yang
sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ayam pedaging, karena
ampas kelapa masih mudah didapatkan dari sisa pembuatan minyak kelapa
tradisional dan limbah pembuatan virgin coconut oil(VCO). Menurut Purawisastra
(2001) menyatakan bahwa ampas kelapa mengandung serat galaktomanan
sebesar 61 % yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Galaktomanan adalah polisakarida yang terdiri dari rantai mannose dan
galaktosa, senyawa ini bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung serat
dan polisakarida, juga berperan memicu pertumbuhan bakteri usus yang
membantu pencernaan (Wiguna, 2007). Selanjutnya dinyatakan berdasarkan
hasil kutipan Duodecim Medical Publication, Finlandia, Galaktomanan efektif
menangkap lemak dan mengubahnya menjadi gumpalan gumpalan kemudian
dibuang bersama feces. Peningkatkan kualitas zat makanan dan daya cerna pada
ampas kelapa maka dilakukan proses fermentasi. Menurut Buckle dkk (1985)
bahwa fermentasi merupakan hasil proses metabolisme an aerobic dari
beberapa jenis mikroorganisme seperti jenis bakteri, kapang dan khamir Proses
fermentasi akan terjadi perubahan kualitas bahan makanan menjadi lebih baik
dari bahan asalnya baik dari aspek gizi, daya cerna serta meningkatnya daya
simpan. Dalam melakukan proses fermentasi aktifitas mikroorganisme
dipengaruhi oleh pH, suhu, komposisi zat makanan dan adanya zat inhibitor
(Raudati dkk, 2001).

Pembuatan ampas kelapa menjadi pakan.


Aspergillus niger adalah kapang anggota genus Aspergillus, famili Eurotiaceae,
ordo Eutiales, sub-klas Plectomycetetidae, kelas Ascomycetes, sub-divisi
Ascomycotina dan divisi Amastigmycota (Hardjono, 1989). Aspergillus niger

mempunyai kepala pembawa konidi yang besar, dipak secara padat, bulat dan
berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang
khas yaitu hifanya berseptat, spora yang bersifat aseksual dan tumbuh
memasang di atas stigma, mempunyai sifat aerobik, sehingga dalam
pertumbuhannya mememrlukan oksigen dalam jumlah yang cukup. Aspergillus
niger termasuk mikroba mesofilik dengan pertumbuhan maksimum pada suhu
35 C - 37 c. Derajat keasaman untuk pertumbuhan mikroba ini adalah 2 - 8,8
tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau pH yang rendah.
Ampas kelapa ditambah air, diaduk dan dikukus. Setelah didinginkan hingga
mencapai suhu 70C diaduk bersama campuran mineral, ditambahkan
spora Aspergillus niger dan diaduk kembali sampai merata. Adonan kemudian
dimasukkan ke dalam plastik dan difermentasi secara aerob dan anaerob. Ampas
hasil fermentasi kemudian dikeringkan dan dikemas dalam wadah plastik.
Karakteristik kimia ampas kelapa segar
Hasil analisis proksimat ampas kelapa seperti disajikan pada Tabel 1. Dari hasil
analisis diketahui bahwa ampas kelapa sebagai produk samping pengolahan
minyak kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relative tinggi yaitu
sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Protein merupakan salah
satu komponen yang terpenting pada pakan sehingga tingginya kadar protein
pada ampas kelapa merupakan suatu keuntungan untuk diolah menjadi pakan.
Namun demikian, lemak yang cukup tinggi merupakan kendala pada pengolahan
ampas kelapa yang akan diolah menjadi pakan karena akan mempengaruhi
kualitas pakan yang dihasilkan terutama dalam mempengaruhi umur simpan dan
daya cerna pakan.
Tabel 1. Hasil analisis proksimat terhadap ampas kelapa segar
Komposisi

Kadar (%)

Kadar air

11,31

Protein kasar

11,35

Lemak kasar

23,36

Serat makanan

5,72

Serat kasar

14,97

Kadar abu

3,04

Kecernaan bahan kering in vitro

78,99

Kecernaan bahan organik in vitro

98

Karakteristik fisik dan kimia ampas kelapa setelah difermentasi

Komposisi kimia ampas kelapa setelah difermentasi seperti disajikan pada Tabel
2. Fermentasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam mengolah
ampas kelapa menjadi pakan dengan menggunakan spora Aspergillus
niger. Proses fermentasi dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu fermentasi aerob dan
fermentasi an aerob (proses enzimatis), sebelumnya telah dilakukan pada
bungkil kelapa (Purwadaria et al., 1995; Helmi et al. 1999).
Pertumbuhan Aspergillus niger pada proses fermentasi ditandai dengan adanya
miselium. Secara visual pertumbuhan miselium dapat dilihat dengan timbulnya
serabut-serabut menyerupai benang halus dan memadatnya ampas. Perlakuan
fermentasi menghasilkan struktur, warna, bau, dan juga komposisi kimia yang
berbeda dari ampas kelapa yang belum difermentasi, terutama dalam
meningkatkan kadar protein dan menurunkan lemak. Fermentasi juga
menyebabkan kehilangan berat kering pada ampas, yaitu sebesar 16,67% pada
ampas yang telah difermentasi secara aerob dan 5% setelah proses enzimatis.
Analisis yang dilakukan terhadap kehilangan bahan kering menunjukkan
terjadinya kehilangan bobot air selama proses fermentasi. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perubahan senyawa komplek menjadi senyawa yang
lebih sederhana selama proses fermentasi, dimana pada saat itu juga terjadi
pelepasan molekul air. Secara visual pelepasan molekul air dapat terlihat dengan
adanya air pada plastik yang digunakan sebagai wadah/tempat ampas
difermentasi.
Tabel 2. Hasil analisis kandungan kimia ampas kelapa hasil fermentasi
Komposisi

Kadar

Kadar air (%)

8,32

Protein (%)

26,09

Asam amino (%)


asam aspartat

0,16

asam glutamat

1,268

serin

0,216

glisin

0,132

histidin

0,213

arginin

0,681

threonin

0,229

alanin

0,214

prolin

0,303

tirosin

0,277

valin

0,300

methionin

1,224

sistin

0,164

isoleusin

0,249

leusin

0,825

phenilalanin

0,324

lisin

0,315

Lemak (%)

20,70

Aflatoksin (ppb)
B1

<4

B2

<3

G1

<4

G2

<3

Kecernaan Bahan Kering in vitro (%)


Kecernaan bahan organic in vitro (%)

95,1
98,82

Fermentasi ampas kelapa juga mampu meningkatkan kecernaan bahan kering


dan bahan organik, dimana komponen ini diperlukan untuk mengetahui sejauh
mana pakan tersebut dapat dipergunakan dan dicerna oleh ternak. Hasil analisa
menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO)
secara in vitro ampas kelapa sebelum dan setelah difermentasi cukup tinggi
(Tabel 1 dan 2). Peningkatan kecernaan bahan kering ampas setelah difermentasi
menunjukkan adanya proses pemecahan bahan yang tidak dapat dicerna.
Penggunaan suhu ruang pada proses enzimatis juga mendukung diperolehnya
nilai kecernaan yang tinggi (Supriyati et al., 1999). Purwadaria et al. (1995)
menerangkan bahwa pada proses enzimatis bungkil kelapa ternyata suhu kamar
lebih efektif dibandingkan dengan suhu 50C.
Menurut Sudarmadji et al. (1989) efektifitas proses enzimatis juga dipengaruhi
oleh suhu optimum berkembangnya Aspergillus niger yaitu 35 37C. Aflatoksin
merupakan toksin yang dihasilkan oleh jenis
kapang Aspergillus terutama Aspergillus flavus dan memiliki daya racun yang
cukup tinggi. Kandungan aflatoksin pada pakan dapat dijadikan indikator aman
tidaknya pakan tersebut untuk diberikan kepada ternak. Hasil analisis terhadap
aflatoksin produk hasil fermentasi ampas kelapa yang dilakukan pada penelitian
ini mempunyai kandungan aflatoksin yang relative aman untuk ternak, dimana

ambang batas yang diijinkan untuk pakan ternak yaitu pakan dengan kandungan
Aflatoksin < 20 ppb.

Analisis pertambahan berat badan dan penurunan kolesterol darah


Penggunaan ampas kelapa Fermentasi sampai 12 % sangat nyata efisien
dibanding dengan menggunakan ampas kelapa, hal ini menunjukan dengan
kemampuan ternak ayam mengkonsumsi 1 kg ransum dapat membentuk ratarata 0,59 kg bobot hidup sedang menggunakan ampas kelapa hanya mampu
membentuk bobot hidup rata-rata 0,45 kg. Fermentasi ampas kelapa dapat
meningkatkan kualitas bahan makanan dan mudah dicerna oleh ayam pedaging.
Hal ini memperkuat pendapat Winarno, dkk (1980) menyatakan bahwa
fermentasi pada dasarnya memperbanyak miroorganisme dan meningkatkan
kualitas zat-zat makanan serta menambah aroma. Selain itu melalui proses
fermentasi bahan makanan akan mengalami perubahan fisik dan kimia yang
menguntungkan seperti Flavor, tekstur, daya cerna dan daya tahan simpan
(Rachman, 1989). Menurut Purawisastra (2001) menyatakan bahwa ampas
kelapa mengandung serat galaktomanan sebesar 61 % yang dapat menurunkan
kadar kolesterol darah.
Balasubramanian (1976) melaporkan bahwa analisis ampas kelapa kering (bebas
lemak) mengandung 93% karbohidrat yang terdiri atas: 61% galaktomanan,
26% manosa dan 13% selulosa. Galaktomannan dapat memicu pertumbuhan
bakteri usus yang membantu pencernaan dan berperan sebagai serat makanan.
Seperti dikutip Duodecim Medical Publication, Finlandia, galaktomannan
direkomendasikan sebagai salah satu obat untuk mengatasi hiperlipidemia atau
lebih dikenal dengan kadar lemak darah tinggi. Galaktomannan efektif
menangkap lemak dan mengubahnya menjadi gumpalan-gumpalan dan keluar
bersama feses. Galaktomannan mampu menurunkan serum total kolesterol dan
Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol 10 15%. Sedangkan kadar high density
lipoprotein (HDL) dan trigliserida tidak berubah.

Kesimpulan
Penggunan ampas kelapa fermentasi 12 % dalam ransum sangat nyata lebih
baik dibanding dengan penggunaan ampas kelapa tanpa difermentasi. hal ini
menunjukan dengan kemampuan ternak ayam mengkonsumsi 1 kg ransum
dapat membentuk rata-rata 0,59 kg bobot hidup sedang menggunakan ampas
kelapa hanya mampu membentuk bobot hidup rata-rata 0,45 kg.
Proses fermentasi dapat menurunkan kadar lemak ampas kelapa sebesar
11,39%. Ampas kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relative tinggi
yaitu sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Ampas kelapa
mengandung serat galaktomanan sebesar 61 % yang dapat menurunkan kadar
kolesterol darah. Galaktomannan mampu menurunkan serum total kolesterol dan

Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol 10 15%. Sedangkan kadar high density
lipoprotein (HDL) dan trigliserida tidak berubah.
Daftar Pustaka
1.

Anonin. 2003. Gocos Nucifera L., Coconut. ww.simplycoconut.com

2.
Banzon, J.A. and J.r. Velasco. 1882. Coconut Production
and Utilization. Metro Manila, Philippines. 351 pp.
3.

Derrick. 2005. Protein in Calf Feed.

http://www.winslowfeeds.co.nz/pdfs/feedingcalvesarticle.pdf. (2 Februari 2005).


4.
Hardjono, 1989, Operasi Teknik Kimia II, Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
5.
Purawisastra, S., 2001. Pengaruh isolat galaktomannan kelapa terhadap
penurunan kadar kolesterol serum kelinci. Warta litbang kesehatan. vol.5
(3&4) .http://www.digilib@litbang.depkes.go.id
6.
Purwadaria, t., t. Haryati, j. Darma dan o.i. Munazat. 1995. In vitro
digestibility evaluation of fermented coconut meal using Aspergillus niger NRRL
337. Bul. Anim. Sci. Special ed. pp. 375 382.
7.
Rachman Ansori, 1989. Pengantar teknologi fermentasi. Departemen
pendidikan kebudayaan dirjen dikti pusat antar Universitas Pangan dan Gizi IPB,
Bogor.
8.
Rindengan, B.,Kembuan dan A. Lay. 1997. Pemanfaatan Ampas Kelapa
Untuk Bahan Makanan Rendah Kalori. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 3(2): 5663.
9.
Raudati, e.,Mahakka dan E. Sahara, 2001. Peningkatan mutu daging biji
buah pinang (pendium eduk) sebagai pakan ternak melalui proses fermentasi
dengan penambahan dedak halus. Jurnal peternakan dan lingkungan. Vol. 70.
Universitas Andalas, Padang.
10. Sudarmaji, s., r. Kasdmidjo, sardjono, d. Wibowo; s. Margino dan s.r. Endang.
1989. Mikrobiologi Pangan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
11. Supriyati, t. Pasaribu, h. Hamid dan a. Sinurat. 1999. Fermentasi bungkil inti
sawit secara substrat padat menggunakan Aspergillus niger. JITV 3(2): 165 170.
12. Wiguna, Imam 2007., Emas yang tercecer. http:// www.trubus
online.com/mod.php?mod=Publisher&op=viewarticle&cid=7 &artid=234.
13. Winarno, F.G.S, Fardiaz dan D. Fardiaz, 1980. Pengantar pakan. PT Gramedia,
Jakarta

CARA MEMBUAT RAGI TEMPE


Ragi tempe adalah serbuk bibit yang dipakai menumbuhkan jamur spora untuk
pembuatan tempe.
1. BAHAN
a. Beras 300 gram
b. Tepung tempe 3 gram (tempe yang ditumbuk halus)
c. Tepung beras yang telah disangrai 1 kg
2. ALAT
a. Dandang / rice cooker
b. Tampah (nyiru)
c. Entong Nasi
d. Lembaran plastik
e. Alat penumbuk
f. Ayakan
g. Wajan
h. Kantong plastik
3. ALUR PROSES CARA MEMBUAT RAGI TEMPE
Beras-dicuci-dimasak-jd nasi-dinginkan-taburi tepung tempe sampai merata
taruh ditampah -tutup plastik sampai tumbuh jamur lepaskan plastik jemur
kering tumbuk halus saring dengan ayakan -campurkan tepung beras jd
Ragi tempe
Keterangan
a. Beras dicuci sampai bersih, kemudian masak sampai menjadi nasi dan
dinginkan;
b. Nasi tersebut taburkan tepung tempe kemudian aduk sampai rata;
c. Letakkan di atas tampah yang bersih. Tutup atasnya dengan lembaran plastik
atau daun pisang
d. Simpan dalam ruangan sampai seluruh nasi ditumbuhi jamur berwarna hitam
e. Jemur kering nasi yang telah ditumbuhi jamur tersebut.
f. Tumbuk sampai halus, kemudian ayak. Bagian yang telah halus adalah ragi
tempe;
g. Campurkan ragi ini dengan tepung beras yang telah disangarai,10gr Ragi itu
untuk50~100 gr tepung beras
h. Simpan dalam kantong plastik / kaleng kering.

Anda mungkin juga menyukai