Pembahasan tentang fermentasi katul dan ketela pohon sudah pernah saya ulas
panjang lebar. Saya anggap keterangan pada ke dua fermentasi di atas, dapat
menjadi referensi pada fermentasi ampas tahu kali ini.
Ampas tahu, limbah dari pembuatan tahu,jumlah berlimpah dan belum di
maksimalkan pemanfaatannya untuk pertumbuhan ternak. Dengan teknologi
sederhana peram fermentasi maka ke unggulan nilai nutrisi ampas tahu dapat di
maksimalkan. Yang bisa di manfaatkan bukan hanya ampasnya tapi juga air
rendaman kedele bahan dasar pembuatan tahu dan tempe.
Prinsip pemahaman tujuan utama proses fermentasi ini adalah meningkatkan
TDN Totalt Digestible Nutrient, mengurangi serat kasar sehingga total nutrisi
yang terserab saat absorsi nutrisi di organ pencernakan bekerja maksimal,
bahan limbah sebagai kotoran prosentase yang di buang turun.
Apakah proses fermentasi ini meningkatkan prosentase protein ? Itu sudah pasti,
tapi tidak bisa di sama ratakan pada setiap ujicoba, dengan pertimbangan asal
kualitas bahan yang berbeda.
Yang jelas, protein asal ampas tahu dengan di bantu mikroorganisme kapang
yeast di ubah menjadi Asam Amino, terutama Lisin dan Metionin. Juga di ubah
menjadi Enzim, Hormon pertumbuhan, mineral multivitamin dan Antibiotika
alami.
Pada lingkup kampus, fermentasi ampas tahu telah di teliti sebagai bahan pakan
subtitusi, yang masuk dalam formula pakan dari 5%, 10%, 15%, 20%, 25%,
bahkan hingga 40%. Dan memberikan hasil semakin bagus pada campuran 40%,
FCR turun dengan hasil bobot akhir yang tidak berbeda jauh dengan bahan
pakan basal pabrikan.
Kenaikan protein kisaran 5% - 15% setelah fermentasi dengan pembeda bahan
asal.
Nilai nutrisi ampas tahu :
protein : 24,5%
serat kasar : 23,6%
fat : 10,2%
abu : 3,51%
BETN : 38%
Ca : 1,1%
P : 0,88%
Energi Metabolisme : 2830 Kcal/kg
Bahan :
1. Ampas tahu 25 kg
2. Ragi tape 5 -7 butir atau Ragi tempe 2-3 lembar
3. Mineral B12 atau mineral feed supplement A Medion 0,5 kg
Pembuatan :
1. Ampas tahu di peras kadar airnya hingga akas pero saat di kepal sudah tidak
keluar air lagi, lalu masukkan dalam kukusan , masak 30 menit sejak air
mendidih lalu dinginkan, hamparkan ke lantai.
atau ampas tahu di kocori air panas 2 liter tiap 25 kg ampas tahu,lalu tutup rapat
biarkan 10-15 menit lalu ampas tahu dip eras kembali.Hasil terbaik tetap yang di
kukus.
2. Ampas tahu hangat tipiskan sebar merata , sebarkan mineral dan ragi tape
lalu aduk adukmerata ,baru masukkan dalam plastic drumatau ember peram 2-3
hari hingga keluar bau wangi, proses fermentasi selesai.Jika tidak di keringkan,
tetap simpan dalam drum ambil sedikit sedikit untuk di berikan ke ternak, ini
bertahan hingga 1 minggu asal kedap udara. Atau setelah di peram selesei
ampas tahu di keringkan atau di oven hingga bisa di simpan 2 bulan.
Grup Facebook : ayam kresing super 2
Twitter : @betha_sutrisno
Blog : bumiternak-betha.blogspot.com
Email : betha_sutrisno@yahoo.co.id
HP : 085229779252
CARA PEMBUATAN
Bahan :
1. Katul
2. Mineral unggas dan ruminansia
3. Urea bagi ruminansia, unggas tidak memerlukannya
Alat-alat :
1. Drum, ember, plastic untuk pemeraman
2. Dandang/ alat kukus di sesuaikan dengan yang di miliki
Langkah kerja :
1. Basahi katul dengan air buat pero saja, masukan dandang/alat kukus,
masak 30 menit di hitung mulai airmendidih, hindari terlalu matang atau katul
masukan ember kocori dengan air panas lalu aduk-aduk sampai merata, di buat
pero juga.
2. Dinginkan katul, campur dengan urea 1 sendok the tiap 2 kg katul, mineral 1
sendok makan tiap 2 kg katul, ragi tape 1 butir tiap 4 kg katul. Kenapa di pakai
ragi tape, karena harga murahatau rekan rekan pingin tahu caranya buat ragi
Oleh : Novita
Abstrak
Pendahuluan
Pakan merupakan komponen terpenting didalam industri peternakan. Produksi
peternakan dunia meningkat seiring dengan peningkatan di dalam permintaan
hasil-hasil ternak (daging, telur, susu). Produksi dan konsumsi daging dunia,
diperkirakan akan meningkat dari 233 juta ton pada tahun 2000 menjadi 300
juta ton pada tahun 2020, permintaan susu 568 menjadi 700 juta ton, demikian
juga dengan telur, akan meningkat sampai 30% (FAO, 2002). Khusus di daerah
Asia, dengan terkonsentrasinya populasi dunia di benua ini maka kebutuhan
produk peternakan akan sangat tinggi dan hal ini akan berkaitan dengan
kebutuhan pakan untuk meningkatkan produk peternakan.
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) termasuk jenis tanaman yang memiliki multi
fungsi, hal ini karena hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat
dimanfaatkan, dan banyak dijumpai di Indonesia yang merupakan penghasil
kopra terbesar kedua di dunia, sesudah Phillipina. Usaha budidaya tanaman
kelapa melalui perkebunan terutama dilakukan untuk memproduksi minyak
kelapa yang berasal dari daging buahnya dengan hasil samping berupa ampas
kelapa. Kelapa merupakan salah satu tanaman yang sangat luas penggunaanya,
selain untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, seperti santan, gula dan
air kelapa segar, kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri.
Salah satu contohnya adalah minyak kelapa yang digunakan sebagai bahan
industri sabun, obat-obatan, mentega dan lain sebagainya.
Hampir semua bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan. Efisiensi ransum
adalah kemampuan ransum yang dikonsumsi dalam satuan waktu tertentu untuk
menghasilkan bobot badan seekor ternak dalam waktu yang sama. Dalam
menyusun ransum perlu memperhatikan kualitas dari bahan pakan yang
digunakan, murah harganya dan terjamin kontinitas pengadaannya. Walaupun
ransum harganya murah tetapi tidak dibarengi dengan kualitas ransum yang
memadai maka bobot badan yang di hasilkan tidak dicapai.
Saat ini banyak sekali industri-industri pengolahan minyak kelapa seperti VCO
(Virgin Coconut Oil) yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah pada suhu
rendah atau tanpa pemanasan. Kegiatan industri ini menghasilkan limbah padat,
salah satunya adalah ampas kelapa. Ampas kelapa (Cocos mucifera L) dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Selain dapat digunakan sebagai pakan
ternak ampas kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
memproduksi galaktomannan.
Ampas kelapa hasil samping pembuatan minyak kelapa murni masih memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan ampas kelapa
berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pakan. Menurut Derrick
(2005), protein kasar yang terkandung pada ampas kelapa mencapai 23%, dan
kandungan seratnya yang mudah dicerna merupakan suatu keuntungan
tersendiri untuk menjadikan sumber energi yang baik sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti sebagai bahan pakan pedet (calf),
terutama untuk menstimulasi rumen dan pakan asal ampas kelapa juga terbukti
ternak dapat menghasilkan susu yang lebih kental dan rasa yang enak (Anonim,
2003).
Fermentasi merupakan salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa menjadi
bahan pakan. Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa komplek
diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan molekul
air. Fermentasi dengan menggunakan kapang memungkinkan terjadinya
perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan nutrisinya (Supriyati et al., 1999).
mempunyai kepala pembawa konidi yang besar, dipak secara padat, bulat dan
berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang
khas yaitu hifanya berseptat, spora yang bersifat aseksual dan tumbuh
memasang di atas stigma, mempunyai sifat aerobik, sehingga dalam
pertumbuhannya mememrlukan oksigen dalam jumlah yang cukup. Aspergillus
niger termasuk mikroba mesofilik dengan pertumbuhan maksimum pada suhu
35 C - 37 c. Derajat keasaman untuk pertumbuhan mikroba ini adalah 2 - 8,8
tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau pH yang rendah.
Ampas kelapa ditambah air, diaduk dan dikukus. Setelah didinginkan hingga
mencapai suhu 70C diaduk bersama campuran mineral, ditambahkan
spora Aspergillus niger dan diaduk kembali sampai merata. Adonan kemudian
dimasukkan ke dalam plastik dan difermentasi secara aerob dan anaerob. Ampas
hasil fermentasi kemudian dikeringkan dan dikemas dalam wadah plastik.
Karakteristik kimia ampas kelapa segar
Hasil analisis proksimat ampas kelapa seperti disajikan pada Tabel 1. Dari hasil
analisis diketahui bahwa ampas kelapa sebagai produk samping pengolahan
minyak kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relative tinggi yaitu
sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Protein merupakan salah
satu komponen yang terpenting pada pakan sehingga tingginya kadar protein
pada ampas kelapa merupakan suatu keuntungan untuk diolah menjadi pakan.
Namun demikian, lemak yang cukup tinggi merupakan kendala pada pengolahan
ampas kelapa yang akan diolah menjadi pakan karena akan mempengaruhi
kualitas pakan yang dihasilkan terutama dalam mempengaruhi umur simpan dan
daya cerna pakan.
Tabel 1. Hasil analisis proksimat terhadap ampas kelapa segar
Komposisi
Kadar (%)
Kadar air
11,31
Protein kasar
11,35
Lemak kasar
23,36
Serat makanan
5,72
Serat kasar
14,97
Kadar abu
3,04
78,99
98
Komposisi kimia ampas kelapa setelah difermentasi seperti disajikan pada Tabel
2. Fermentasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam mengolah
ampas kelapa menjadi pakan dengan menggunakan spora Aspergillus
niger. Proses fermentasi dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu fermentasi aerob dan
fermentasi an aerob (proses enzimatis), sebelumnya telah dilakukan pada
bungkil kelapa (Purwadaria et al., 1995; Helmi et al. 1999).
Pertumbuhan Aspergillus niger pada proses fermentasi ditandai dengan adanya
miselium. Secara visual pertumbuhan miselium dapat dilihat dengan timbulnya
serabut-serabut menyerupai benang halus dan memadatnya ampas. Perlakuan
fermentasi menghasilkan struktur, warna, bau, dan juga komposisi kimia yang
berbeda dari ampas kelapa yang belum difermentasi, terutama dalam
meningkatkan kadar protein dan menurunkan lemak. Fermentasi juga
menyebabkan kehilangan berat kering pada ampas, yaitu sebesar 16,67% pada
ampas yang telah difermentasi secara aerob dan 5% setelah proses enzimatis.
Analisis yang dilakukan terhadap kehilangan bahan kering menunjukkan
terjadinya kehilangan bobot air selama proses fermentasi. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perubahan senyawa komplek menjadi senyawa yang
lebih sederhana selama proses fermentasi, dimana pada saat itu juga terjadi
pelepasan molekul air. Secara visual pelepasan molekul air dapat terlihat dengan
adanya air pada plastik yang digunakan sebagai wadah/tempat ampas
difermentasi.
Tabel 2. Hasil analisis kandungan kimia ampas kelapa hasil fermentasi
Komposisi
Kadar
8,32
Protein (%)
26,09
0,16
asam glutamat
1,268
serin
0,216
glisin
0,132
histidin
0,213
arginin
0,681
threonin
0,229
alanin
0,214
prolin
0,303
tirosin
0,277
valin
0,300
methionin
1,224
sistin
0,164
isoleusin
0,249
leusin
0,825
phenilalanin
0,324
lisin
0,315
Lemak (%)
20,70
Aflatoksin (ppb)
B1
<4
B2
<3
G1
<4
G2
<3
95,1
98,82
ambang batas yang diijinkan untuk pakan ternak yaitu pakan dengan kandungan
Aflatoksin < 20 ppb.
Kesimpulan
Penggunan ampas kelapa fermentasi 12 % dalam ransum sangat nyata lebih
baik dibanding dengan penggunaan ampas kelapa tanpa difermentasi. hal ini
menunjukan dengan kemampuan ternak ayam mengkonsumsi 1 kg ransum
dapat membentuk rata-rata 0,59 kg bobot hidup sedang menggunakan ampas
kelapa hanya mampu membentuk bobot hidup rata-rata 0,45 kg.
Proses fermentasi dapat menurunkan kadar lemak ampas kelapa sebesar
11,39%. Ampas kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relative tinggi
yaitu sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Ampas kelapa
mengandung serat galaktomanan sebesar 61 % yang dapat menurunkan kadar
kolesterol darah. Galaktomannan mampu menurunkan serum total kolesterol dan
Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol 10 15%. Sedangkan kadar high density
lipoprotein (HDL) dan trigliserida tidak berubah.
Daftar Pustaka
1.
2.
Banzon, J.A. and J.r. Velasco. 1882. Coconut Production
and Utilization. Metro Manila, Philippines. 351 pp.
3.