Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TPLPD

Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi Menjadi Pakan Ikan

Disusun oleh :
Anggraini Kuswardani

6058

Pranegari Rembulaning

6172

Laras Gelar Sasmi

6174

Lulus Windu Aji


Septian Eka Ramadan
Diana Rahmawati
Agang Gonansa

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2013/2014

A. Pendahuluan
Bidang peternakan adalah bidang yang memiliki prospek
masa depan yang menjanjikan. Bidang ini akan selalu berkembang
seiring

dengan

meningkatnya

kebutuhan

masyarakat

untuk

mengonsumsi protein hewani. Selama ini masih banyak orang yang


berasumsi bahwa hasil akhir yang diperoleh dari ternak hanyalah
daging saja, padahal selain daging ternak juga menghasilkan
produk ikutan, yaitu kulit, tulang, dan lain-lain dimana produkproduk ikutan tersebut apabila dapat dimanfaatkan dengan baik
dan efisien maka akan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi
pula, selain itu dengan pengolahan dan pemanfaatan produk ikutan
ternak tersebut dapat mengurangi atau meminimalisir pencemaran
lingkungan.
Keuntungan dalam pengolahan hasil ikutan ternak tersebut
antara lain, meingkatkan sanitasi lingkungan, ternak menjadi
produktif dan sehat, menumbuhkan industri sekunder, menciptakan
lapangan kerja, mempengaruhi struktur harga dan tanaman
pertanian menjadi lebih baik. Pengolahan hasil ikutan ternak harus
dilakukan dengan cermat dan tepat sehingga dapat menghasilkan
produk yang akan tepat pula.

B. Pembahasan
Limbah kotoran ternak adalah salah satu jenis limbah yang
dihasilkan dari kegiatan peternakan, limbah ini mempunyai andil
dalam pencemaran lingkungan karena limbah kotoran ternak sering
menimbulkan masalah lingkungan yang mengganggu kenyamanan
hidup masyarakat disekitar peternakan, gangguan itu berupa bau
yang tidak sedap yang ditimbulkan oleh gas yang berasal dari
kotoran ternak, terutama gas amoniak (NH 3) dan gas Hidrogen
(H2S) (Peternakan Kita, 2012).
Ada beberapa jenis limbah dari peternakan dan pertanian,
yaitu limbah padat, cair dan gas. Limbah padat adalah semua
limbah yang berbentuk padatan atau berada dalam fase padat.
Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau
berada dalam fase cair. Sementara limbah gas adalah semua
limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas. Limbah
tersebut dapat diolah menjadi energi, yaitu biogas (Sri Wahyuni,
2009).
Selain

menghasilkan

feses

dan

urine,

dari

proses

pencernaan ternak ruminansia menghasilkan gas metan (CH4)


yang cukup tinggi. Gas metan ini adalah salah satu gas yang
bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan
ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Sedangkan
menurut Crutzen (1986), kontribusi emisi metan dari peternakan
mencapai 20 35 % dari total emisi yang dilepaskan ke atmosfir. Di
Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan
lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah.
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang
potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat
menimbulkan pencemaran.
Maka dari itu untuk meminimalisir pencemaran yang dapat
disebabkan oleh limbah sapi kemudian dilakukanlah pengolahan

hasil ekskreta sapi, salah satunya feses sapi tersebut dijadikan


sebagai pakan ikan (pellet). Pengolahan tersebut bertujuan untuk
mengurangi dampak pencemaran serta meningkatkan nilai ekonomi
dari kotoran sapi.
Adapun unsur-unsur kimiawi yang terkandung di dalam
kotoran sapi, yaitu : Ether 2,8%, Hemisellulosa 18,6%, Selulosa
25,2%, Lignin 20,2%, Protein 14,9%, Debu:13,0%. Dari data yang
diperoleh diatas, pemilihan kotoran sapi dikarenakan kotoran sapi
memiliki

kandungan

sellulosa

dan

protein

yang

seimbang. Sejumlah hasil analisis menyatakan bahwa kotoran sapi


dalam keadaan dingin mengandung 70%-80% air,0,3% - 0,06%
nitrogen, 0,1% - 0,4% fosfor sebagai P 2O5, dan 0,3% - 1,0%
potasium

sebagai

K2O.

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh itulah maka dapat


dinyatakan bahwa kotoran sapi sangat baik untuk dijadikan bahan
dasar

dalam

pembuatan

pellet.

Ada berbagai macam cara yang dalam pembuatan pellet.


Pembuatan pellet sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi
ikan. jadi sebaiknya sebelum membuat pellet lakukanlah analisa
kebutuhan nutrisi terhadap ikan yang akan dibudidayakan,
sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal dalam proses
budidaya.

seringkali

pembuatan

pellet

dilakukan

tanpa

memperhatikan kebutuhan dari ikan yang akan dibudidayakan.


Sehingga akan menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak di
inginkan apabila sampai teidak mampu memenuhi kebutuhan dari
ikan. Apabila dalam melakukan pengracikan tidak seimbang atau
berlebih maka akan timbul pengeluaran yang sia-sia. tentu saja itu
tudak

baik

bagi

proses

budidaya.

Dalam pengambilan kotoran sapi yang akan digunakan


sebagai pembuatan pelet sebaiknya memiliki sifat yang tidak

berbau. Karna apabila berbau akan membuat ikan enggan untuk


memakan pelet. langkah-langkahnya yaitu dengan cara:
1. Kotoran sapi diambil dan dibersihkan., Agar kotoran padat,
kering, dan tidak berbau, sapi hanya diberi makan jerami kering dan
diberi minum air dicampur bakteri pengurai yang diambil dari rumen
(perut besar sapi). Pemberian minum sebanyak satu ember dua kali
sehari.
2. Kotoran dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih
satu minggu hinga benar-benar kering, untuk menghilangkan
kandungan gas yang terkandung dan membunuh bakteri.
3. Setelah setelah proses pengeringan selesai, kotoran kotoran
dihaluskan dan dicampur dengan ikan asin yang ditumbuk halus,
bekatul atau kulit ari beras, tetes tebu atau air kelapa, dan tepung
tapioka.
4. Takaran yang perlu digunakan dalam pencampuran pakan ikan ,
komposisinya 70% kotoran sapi, 20% bekatul, 10% tetes tebu atau
air kelapa. Sementara untuk pakan udang, komposisinya 60%
kotoran sapi, 30% bekatul, dan 10% tetes tebu atau air Kelapa.
komposisi ini tidak bersifat wajib. Komposisi bisa di sesuaikan
dengan kebutuhan.
5. Setelah semua bahan tercampur merata, langkah selanjutnya
adalah

membentuknya

menjadi

btiran-butiran

kecil.

Bisa

menggunakan alat pembuat pelet, atau bisa juga dengan cara


manual memakai tangan.

C. Kesimpulan
1. Kotoran ternak ruminansia berpeluang mencemari lingkungan
jika tidak dimanfaatkan. Namun memperhatikan komposisinya,
kotoran tersebut masih dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan
pakan,
2.

pupuk

Pemanfaatan

organik,

gas

limbah

ternak

bio,
akan

pencemaran lingkungan (air, tanah, udara).

dan

briket

mengurangi

energi.
tingkat

Anda mungkin juga menyukai