Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Tepung Bulu
Bulu ayam merupakan limbah dari rumah pemotongan ayam (RPA) dengan
jumlah berlimpah dan terus bertambah seiring meningkatnya populasi ayam dan
tingkat pemotongan sebagai akibat meningkatnya permintaan daging ayam di pasar.
Bulu ayam sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan dan hanya sebagian kecil saja
yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kemoceng, pengisi jok, pupuk
tanaman, kerajinan tangan/hiasan dan shuttle cock (Adiati et al., 2004).
Tabel Kandungan Nutrien Bulu Ayam

Penggunaan Tepung Bulu pada Ransum


1. Tepung Bulu untuk Pakan Ternak Ruminansia
Keunggulan penggunaan tepung bulu ayam untuk ternak ruminansia adalah
adanya sejumlah protein yang tahan terhadap perombakan oleh mikroorganisme
rumen (rumen undegradable protein/RUP), namun mampu diurai secara enzimatis
pada saluran pencernaan pascarumen. Nilai RUP tersebut berkisar antara 53-88%,
sementara nilai kecernaan dalam rumen berkisar 12-46%.
2. Tepung bulu untuk Pakan Ternak Unggas
Semakin banyak digunakan tepung ini justru akan menekan prestasi unggas,
produksi telur berkurang dan pertambahan berat badan juga merosot (Rasyaf,
1992). Tepung bulu tidak disukai (kurang palatable) oleh ternak, sehingga
penggunaannya dalam ransum harus dibatasi. Pemakaian yang berlebihan akan
mengurangi konsumsi ransum, mengkibatkan kandungan asam amino yang tidak
berubah Pemakaian dalam ransum unggas dan babi disarankan maksimum 5-7 %.
Untuk broiler disarankan < 5%, untuk ayam petelur 7%. Di lapangan, pabrik
pakan hanya menggunakan tepung bulu sekitar 1- 2 % saja dalam ransum pakan
komplit.
Kendala Penggunaan Tepung Bulu
Kendala utama penggunaan tepung bulu ayam dalam ransum untuk ternak
adalah rendahnya daya cerna protein bulu. Hal tersebut disebabkan sebagian besar
kandungan protein kasar berbentuk keratin (Sri Indah, 1993). Dalam saluran
pencernaan, keratin tidak dapat dirombak menjadi protein tercerna sehingga tidak
dapat dimanfaatkan oleh ternak. Agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan,
bulu ayam harus beri perlakuan, dengan memecah ikatan sulfur dari sistin dalam
bulu ayam tersebut.

Cara Pengolahan Bulu Ayam

1. Pengolahan secara fisik


Limbah bulu ayam yang diproses mengunakan teknik fisik dapat
dilakukan dengan tekanan dan suhu tinggi, yaitu pada suhu 105C dengan
tekanan 3atm dan kadar air 40% selama 8 jam. Sampel yang sudah bersih
akan di autoklaf, kemudian dikeringkan dan siap untuk digiling (Adiati et.al.,
2004).
2. Pengolahan secara kimiawi
Proses kimiawi dilakukan dengan penambahan HCl 12%, dengan ratio
2:1 pada bulu ayam yang sudah bersih, lalu disimpan dalam wadah tertutup
selama empat hari. Sampel yang telah direndam oleh HCl 12% kemudian
dikeringkan dan siap untuk digiling menjadi tepung.
3. Pengolahan secara enzimatis
Bulu ayam yang diproses dengan teknik enzimatis dilakukan dengan
menambahkan enzim proteolitik 0,4% dan disimpan selama dua jam pada
suhu 52oC. Bulu ayam kemudian dipanaskan pada suhu 87 oC hingga kering
dan digiling hingga menjadi tepung.
4. Pengolahan secara kimia dengan basa
Pengolahan secara kimia menggunakan basa, dapat dilakukan dengan
menambahkan NaOH 6%, disertai pemanasan dan tekanan menggunakan
autoklaf. Bulu ayam yang sudah siap kemudian dikeringkan dan digiling
(Puastuti 2007).
Sumber
Adiati, U., W. Puastuti dan I-W. Mathius. 2004. Peluang pemanfaatan tepung
bulu ayam sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Wartazoa. 14(1): 39 44.
Puastuti W. 2007. Teknologi pemrosesan bulu ayam dan pemanfaatannya
sebagai sumber protein pakan ruminansia. Wartazoa 17 (2): 53-60
Sri Indah Z. 1993. Pengaruh lama pengolahan dan tingkat pemberian tepung
bulu terhadap performans ayam jantan broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan
IPB. Bogor

2.4 Tepung Tulang


Tepung tulang merupakan hasil penggilingan tulang yang telah dipisahkan
dari kandungan colagennya. Produk ini digunakan untuk bahan baku pakan yang
merupakan sumber mineral (terutama kalsium) dan sedikit asam amino. Tepung
tulang berbentuk serpihan (tepung) berwarna coklat dengan tekstur yang kasar jika
dirasakan, dengan aroma khas seperti daging sapi tapi ada juga yang tidak berbau.
Sekilas memang hampir mirip dengan tepung MBM tetapi kandungan nutrisiyang
dimiliki jelas berbeda.
Berdasarkan asalnya, tulang dapat dibedakan menjadi dua kategori :
1. Collected bone
Collected bone memiliki ukuran bervariasi, banyak mengandung daging,
kadar lemak tinggi (sering terhidrolisia sehingga mutu gelatin yang dihasilkan
rendah). Jenis ini lebih cocok untuk pembuatan bahan perekat dan dapat diperoleh
dari penjualan daging dipasar.
2. Slaugterhouse bone
Jenis Slaugterhouse bone diperoleh dari tempat pemotongan hewan langsung
mendapat perlakuan sebelum digunakan lebih lanjut, sehingga sedikit mengalami
kontaminasi. Jenis ini cocok untuk bahan baku pembuatan gelatin (suatu
hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai gelling, bahan pengental atau
penstabil).
Tepung tulang yang baik memiliki ciri-ciri tidak berbau, kadar air maksimal
5%, berwarna keputih-putihan, tingkat kehalusan 80 saringan, bebas bakteri serta
penyakitnya, dan kadar tepungnya mencapai 94% (Rasidi, 1999). Kandungan kalsium
tepung tulang yang ada di pasaran umumnya adalah 19%-26% dan phosphor 8%12%.

Tabel Kandungan Nutrisi Tepung Tulang


Nutrien
Protein
Lemak
Serat
Air
Kalsium
Phosphat

Kandungan (%)
25,54%
3,8%
1,8%
5,25%
46,34%
17%

Cara Pembuatan Tepung Tulang


1. Tulang dipotong sepanjang 5-10 cm, direbus selama 2-4 jam dengan suhu 100oC,
kemudian dihancurkan hingga menjadi serpihan sepanjang 1-3 cm.
(perebusan ini berfungsi untuk mempermudah pemisahan tulang dengan daging
liat yang sulit dilepas dari tulang)
2. Serpihan tulang direndam dalam air kapur 10% selama 4-5 minggu dan dicuci
dengan air tawar.
Perendaman dalam air kapur dapat berfungsi untuk memperbaiki tekstur dari
tulang supaya menjadi renyah. Dimana kerenyahan ini diperoleh karena kalsium
dari larutan kapur berpenetrasi ke dalam jaringan tulang yang telah di giling
menjadi lebih kompak dengan terbentuknya ikatan baru antara kalsium dengan
senyawa- senyawa yang terdapat pada tulang.
3. Pemisahan gelatin dengan pemanasan 3 tahap yaitu perebusan pada suhu 60 oC 4
jam, suhu 70oC selama 4 jam, dan 100oC selama 5 jam
4. Tulang dikeringkan pada suhu 100oC sampai kadar air 5% dan digiling hingga
menjadi tepung
5. Pengemasan dan penyimpanan
Tepung tulang dapat disimpan dalam karung / kantong plastic
Penggunaan Tepung Tulang untuk Ransum Ternak dan Kendalanya
Tepung tulang merupakan bahan pakan sumber mineral yang kaya akan kalsium dan
fosfor. Penggunaannya dalam ransum unggas adalah sekitar 1-2%. Penggunaan
tepung tulang yang berlebihan pada ransum unggas akan menyebabkan kejang pada

ternak akibat kelebihan fosfor dan ternak mengalami hiperkalsemia akibat kelebihan
kalsium.
Sumber
Rasidi. 1999. 302 Formulasi Pakan Lokal Alternatif untuk Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta. 122 hlm.

Anda mungkin juga menyukai