Anda di halaman 1dari 26

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MUNTOK WHITE PEPPER HOUSE PROTECTION, SOLUSI


ALTERNATIF UNTUK PEMULIHAN KONDISI KRITIS LADA PUTIH
BANGKA BELITUNG

BIDANG KEGIATAN :
PKM GAGASAN TERTULIS

DIUSULKAN OLEH :

KETUA : RICA WINSYAH (05061004002 / Angkatan 2006)


ANGGOTA : A. DAUD ALAMSYAH (05081003008 / Angkatan 2008)
EDI SUSANTO (05091007085 / Angkatan 2009)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2010
HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan : Muntok White Pepper House Protection, Solusi


Alternatif Untuk Pemulihan Kondisi Kritis Lada Putih
Bangka Belitung

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( √ ) PKM-GT

3. Ketua Pelaksana kegiatan


a. Nama Lengkap : Rica Winsyah
b. NIM : 05061004002
c. Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
d. Universitas : Universitas Sriwijaya
e. Alamat rumah dan HP : Sekretariat Ikatan Kerukunan Mahasiswa Baturaja,
Jl. M. Tamyiz, Kel. Timbangan, Kec. Indralaya Utara,
Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan. 30662.
HP.081368866800
f. Alamat email : rica_winsyahid@yahoo.com

5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 (dua) orang


6. Dosen Pendamping
a. Nama lengkap dan gelar : Elly Rosana, S.P, M.Si
b. NIP : 197907272003122003
c. Alamat Rumah dan HP : Jl. Sarjana Perum Bunga Mas Blok F No. 2 Kel.
Timbangan, Kec. Indralaya Utara, Kab. Ogan Ilir,
Sumatera Selatan. 30662. HP. 08127310778

Indralaya, 15 Maret 2010

Menyetujui,
Ketua Prodi Penyuluhan&Komunikasi Pertanian Ketua Pelaksana Kegiatan

Ir. Nukmal Hakim, M.Si Rica Winsyah


NIP.195501011985031004 NIM.05061004002

Pembantu Rektor III UNSRI Dosen Pendamping

Dr. Ir. H. Anis Saggaf, MSCE Elly Rosana, S.P, M.Si


NIP. 196210281989031002 NIP. 197907272003122003
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Rabb
semesta alam, karena berkat rahmat dan taufik-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis atau gagasan tertulis yang berjudul
“Muntok White Pepper House Protection, Solusi Alternatif Untuk Pemulihan
Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung”. Sholawat teriring salam semoga
tetap tercurah kepada suri teladan bagi umat manusia sepanjang zaman, Nabi
besar Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Elly Rosana, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan karya tulis ini sehingga dapat
diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Dr.
Ir. A. Muslim, M.Agr selaku Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian, serta Bapak
Dr. Ir. H. Anis Saggaf, MSCE selaku Pembantu Rektor III Universitas Sriwijaya
yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk berkarya. Selain itu, rasa
terima kasih juga patut kami sampaikan kepada orang tua, teman-teman
seperjuangan, serta semua pihak terkait yang telah membantu kami yang tentu
saja tidak dapat kami sebutkan satu-persatu namanya disini. Semoga apa yang
telah kalian berikan kepada kami senantiasa dibalas Allah SWT dengan balasan
yang setimpal.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini, masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, semoga karya
kecil kami ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Indralaya, 15 Maret 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi
RINGKASAN ...................................................................................... vii
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
Tujuan dan Manfaat .............................................................................. 2
Metode Penulisan ................................................................................. 2
GAGASAN ............................................................................................. 3
Masa Kejayaan Komoditi Lada Putih Bangka Belitung ....................... 3
Kondisi Kritis Muntok White Pepper ................................................... 4
Kebijakan Pemerintah Untuk Mengatasi Kondisi Kritis Lada ............. 8
Solusi Alternatif Program Muntok White Pepper House Protection .... 10
Langkah Strategis dan Implementasi Kebijakan .................................. 11
KESIMPULAN ....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14
BIODATA PENULIS ............................................................................. 15
BIODATA DOSEN PEMBIMBING ...................................................... 18
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Lada Putih di Babel ............... 5


2. Volume dan Nilai Ekspor Lada ............................................................... 6
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema Alur Metode Penulisan ................................................................ 3


2. Penyakit Kuning, Penyebab Menurunnya Produktivitas Lada .............. 7
3. Lahan Kritis Akibat Aktivitas Tambang Timah Inkonvensional ............ 8
RINGKASAN

Karya tulis ini bejudul Muntok White Pepper House Protection, Solusi
Alternatif Untuk Pemulihan Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung. Ditulis
oleh Rica Winsyah, Ahmad Daud Alamsyah, dan Edi Susanto, serta dibimbing
oleh Elly Rosana, S.P, M.Si.
Indonesia merupakan salah satu negara produsen atau pengekspor rempah-
rempah terbesar didunia. Salah satu komoditi rempah-rempah unggulan di pasar
Internasional adalah komoditi lada yang terkenal dengan nama Muntok White
Pepper. Di Indonesia sendiri terdapat tiga provinsi penghasil lada terbesar yaitu
Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Lampung, dan Provinsi Kalimantan Barat.
Namun beberapa tahun terakhir, kondisi lada khususnya di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung mengalami penurunan drastis dari segi luas areal dan
produksinya. Hal ini disebabkan oleh : 1) tingkat produktivitas tanaman dan mutu
yang rendah, 2) harga lada relatif rendah, 3) tingginya kehilangan hasil panen
akibat serangan hama, 4) masih rendahnya usaha peningkatan diversifikasi
produk, 5) masih lemahnya pengetahuan petani dalam budidaya dan manajemen
usahatani lada, 6) kemampuan petani mengakses permodalan yang masih rendah,
dan 7) semakin menurunnya luas areal pertanaman lada karena adanya persaingan
dengan pertambangan timah rakyat. Untuk mengatasi permasalahan ini, pada
bulan Desember 2009 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan berupa program
revitalisasi. Kebijakan ini sangat tepat dilakukan mengingat kondisi lada yang
semakin mengkhawatirkan.
Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan solusi alternatif yang dapat
diterapkan dalam rangka memulihkan kondisi kritis lada putih Bangka Belitung.
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode studi
pustaka yang diperoleh dari literatur-literatur terkait seperti buku-buku bacaan,
surat kabar, jurnal ilmiah dan artikel-artikel di media internet.
Apabila kita mengkaji lebih mendalam, permasalahan pokok yang
dihadapi oleh komoditi lada adalah justru tingkat pengetahuan petani yang masih
sangat terbatas. Oleh sebab itu perlu dibuat program pendampingan berupa rumah
proteksi lada (Muntok White Pepper House Protection) dengan tujuan untuk
memfasilitasi dan membuka wawasan usahatani para petani lada. Program rumah
proteksi lada ini dapat diimplementasikan dengan tiga langkah strategis yaitu, 1)
membentuk sinergisme tim ahli khusus (unsur-unsur pemerintah, swasta, dan
masyarakat petani), 2) pengoptimalan fungsi aset-aset bangunan daerah setempat
sebagai tempat utama pengembangan program, dan 3) menjalin kerjasama dengan
cara menghidupkan kembali lembaga-lembaga terkait misalnya KUD, APLI,
AELI, kelompok tani, dan kelembagaan tani lainnya. Dengan adanya rumah
proteksi lada ini diharapkan wawasan petani tentang usahatani lada akan semakin
luas sehingga akan berdampak sistemik pada peningkatan produksi dan mutu
produk lada, pengelolaan OPT yang tepat, kemudahan akses modal, pemahaman
petani untuk meningkatkan pendapatan dan nilai tambah melalui diversifikasi
produk olahan lada, dan pada akhirnya petani akan menjadi bergairah kembali
untuk mengembangkan usahatani lada sebagai icon kebanggaan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
MUNTOK WHITE PEPPER HOUSE PROTECTION, SOLUSI
ALTERNATIF UNTUK PEMULIHAN KONDISI KRITIS LADA PUTIH
BANGKA BELITUNG

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki luas


daratan sebesar 188,20 juta hektar. Lebih dari 50 persen atau 100,80 juta hektar
lahan tersebut telah dikembangkan sebagai lahan pertanian yang menjadi sumber
mata pencaharian utama rakyatnya, sehingga Indonesia pun lebih dikenal dengan
Negara Agraris. Setiap wilayah provinsi telah dikembangkan dengan penanaman
komoditas pertanian unggul yang dapat tumbuh dengan optimal di lahan-lahan
wilayah tersebut, sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
pendapatan asli daerah (PAD) setiap provinsi di Indonesia (Masanto, 2007).
Lada putih merupakan salah satu komoditas perkebunan sektor non migas
yang mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai penghasil devisa negara.
Hal ini mengingat produksi maupun volume ekspor lada putih Indonesia
mempunyai peranan yang cukup besar di pasar internasional. Volume dan nilai
ekspor lada putih Indonesia tidak stabil dan sangat tergantung dengan kondisi
perdagangan lada putih dunia. Volume dan nilai ekspor lada putih Indonesia
dalam perkembangannya sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 1990
fluktuasinya mengarah kepada peningkatan, tetapi mulai tahun 1990 ada
kecenderungan terjadi penurunan (Edizal, 2006).
Pada tahun 2005, luas areal pertanaman lada Indonesia mencapai 211.364
hektar. Dari luas tersebut, 60.747 hektar (35%) terdapat di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung (Babel) dengan lada putih sebagai produk andalannya. Pada
tahun 2005, luas areal pertanaman lada di Bangka Belitung tercatat 41.834,10
hektar, dan mengalami penurunan menjadi 35.842,44 hektar pada tahun 2007.
Daerah pertanaman lada di Bangka Belitung sampai dengan tahun 2007 tersebar
di enam kabupaten, yaitu Bangka 5.748 hektar, Bangka Tengah 3.048 hektar,
Bangka Selatan 12.998 hektar, Bangka Barat 3.137 hektar, Belitung 6.837,89
hektar, dan Belitung Timur 4.037,55 hektar (Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009).
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah penghasil lada
putih terbesar di Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi
Bangka Belitung dalam produksi maupun areal tanam lada terus menurun
(Direktorat Jenderal Perkebunan 2006). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
merupakan penghasil utama lada putih Indonesia yang ditujukan untuk ekspor,
yaitu sebesar 82 persen dari volume ekspor lada putih Indonesia. Jauh sebelum
berstatus sebuah provinsi, komoditas andalannya, “The Muntok White Pepper”
telah lama dikenal pasar lada internasional sebagai salah satu komoditas tanaman
rempah-rempah yang membawa nama Indonesia ke pentas perdagangan rempah-
rempah dunia (Masanto, 2007).
Mengingat peran Bangka Belitung dalam perladaan nasional dan
internasional cukup besar maka penurunan areal tanam dan produksi lada akan
berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi petani lada khususnya, dan
perladaan nasional umumnya. Menurut Daras dan Pranowo (2009), beberapa
faktor yang diduga menjadi penyebab penurunan areal tanam dan produksi lada di
Bangka Belitung yaitu:
1. fluktuasi harga lada
2. gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT)
3. dampak penambangan timah ilegal
4. pengembangan komoditas perkebunan lain.
Sulit diidentifikasi kontribusi masing-masing faktor tersebut terhadap penurunan
areal dan produksi lada di Bangka Belitung, tetapi keempat faktor tersebut secara
bersamaan mempunyai kontribusi yang besar terhadap usahatani lada di wilayah
tersebut. Bila kondisi demikian dibiarkan berkepanjangan, tidak mustahil muntok
white pepper Bangka Belitung yang sangat dikenal di pasar internasional akan
menjadi catatan sejarah saja. Oleh karena itu, masa depan lada putih Bangka
Belitung sangat bergantung pada kebijakan pemerintah pusat maupun daerah
dalam menyikapi perkembangan komoditas ekspor tradisional tersebut.
Selain faktor-faktor penyebab penurunan yang telah disebutkan di atas,
maka faktor penting lainnya yang menyebabkan terjadinya penurunan luas areal
dan produksi lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah tingkat
pengetahuan berusahatani yang masih rendah dan pola pikir masyarakat petani
yang masih tradisional. Faktor inilah yang menjadi faktor utama penentu
keberhasilan sebuah usahatani. Oleh sebab itulah penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan ini dan memberikan solusi atau gagasan dalam
mengatasi permasalahan tersebut.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan solusi alternatif yang dapat
diterapkan dalam rangka memulihkan kondisi kritis lada putih Bangka Belitung.
Dengan adanya solusi ini diharapkan dapat bermanfaat membantu masyarakat dan
pemerintah dalam usaha mengatasi fenomena penurunan produksi dan luas areal
tanaman lada sehingga pada akhirnya dapat mengembalikan kejayaan lada putih
Bangka Belitung (Muntok White Pepper) di pasar internasional.

Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode
studi pustaka yang diperoleh dari literatur-literatur terkait seperti buku-buku
bacaan, surat kabar, jurnal ilmiah dan artikel-artikel di media internet. Data dan
informasi yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif
terkait permasalahan utama yang diangkat sehingga dari hasil pengolahan data
dan informasi tersebut dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah. Alur penulisan
tersebut terangkai dalam skema di bawah ini :

Identifikasi Masalah

Informasi Dari Pengumpulan Data Studi Literatur Buku,


Media Elektronik dan Informasi yang Jurnal, dan Artikel
dan Internet Relevan Media Cetak

Pengolahan Data
Berdasarkan Informasi
yang Diperoleh

Penulisan Karya
Ilmiah

Keterangan :
: digunakan untuk
: dilakukan

Gambar 1. Skema Alur Metode Penulisan

GAGASAN

Masa Kejayaan Komoditi Lada Putih Bangka Belitung

Lada merupakan tanaman yang pernah menjadi komoditas primadona di


Pulau Bangka dan Belitung. Tidak sedikit masyarakat yang meningkat
kesejahteraan hidupnya karena bercocok tanam lada. Tanaman yang sudah
dibudidayakan di Indonesia sejak zaman penjajahan ini juga telah mempopulerkan
nama Pulau Bangka Belitung di seluruh penjuru dunia bersama dengan komoditas
tambang timah. Bagi pemerintah Bangka Belitung sendiri, tanaman ini sudah
cukup banyak berperan dalam sejarah provinsi, jauh sebelum memisahkan diri
dari Sumatera Selatan. Tanaman lada pula yang turut memberikan sumbangsih
yang cukup signifikan baik bagi PAD Sumatera Selatan sewaktu Bangka dan
Belitung masih menginduk, maupun bagi PAD Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sekarang ini.
Menurut Masanto (2008), puncak kejayaan lada pernah tercapai pada saat
bangsa ini mengalami krisis pemerintahan sekaligus krisis ekonomi pada
pertengahan tahun 1998. Pada saat masyarakat Indonesia di kawasan lain sedang
dilanda kesulitan ekonomi, masyarakat Bangka Belitung dapat memanjakan diri
dengan berbagai kebutuhan barang mewah akibat tingginya harga jual lada, yaitu
mencapai level Rp. 100.000,-/kilogram. Pada waktu itu seakan tidak ada hari libur
bagi pelabuhan-pelabuhan pintu masuk di Bangka Belitung untuk
mendistribusikan barang-barang elektronika dan kendaraan bermotor ke wilayah
Pulau Bangka dan Belitung.
Sejalan dengan dimulainya kehidupan sebagai provinsi baru di Indonesia,
kepopuleran komoditas ini pun mulai terkikis. Level harga Rp. 100.000,-
/kilogram seakan-akan hanya kenikmatan sekejap mata karena perlahan-lahan
harga jual lada menurun drastis sampai pernah bertahan lama pada level harga
belasan ribu rupiah per kilogram. Lada pun akhirnya lambat laun mulai
ditinggalkan dan dipandang sebelah mata oleh petani, meskipun masih ada petani-
petani yang setia mengusahakan tanaman ini dengan keyakinan dan harapan suatu
saat kejayaan lada terulang kembali.
Pada akhir tahun 2009, harga lada belum beranjak dari level Rp. 35.000, -
Rp.40.000/kilogram di tingkat petani dan pengumpul, sedangkan harga ditingkat
pasar atau pabrik berkisar antara Rp. 45.000 – Rp. 48.000/ kilogram. Senyum
kepuasan pun tampak di wajah petani-petani setia lada. Setidaknya ini membuat
keyakinan dan harapan mereka lebih besar untuk terwujud. Walaupun belum
mencapai harga semaksimal waktu kejayaan lada, para petani sudah ikhlas untuk
menjual hasil panen mereka pada harga tersebut. Apalagi ketika didesak oleh
keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bukan sebuah
kemustahilan, keyakinan dan harapan tulus para petani ini akan terwujud asalkan
diiringi dengan kerja keras dan didukung oleh perhatian dari pemerintah serta
lembaga Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI) dan lembaga-lembaga lain
yang terkait (Masanto, 2008).

Kondisi Kritis Muntok White Pepper

Menurut Daras dan Pranowo (2009), Indonesia merupakan negara


pengekspor lada putih terbesar di pasar internasional. Pada tahun 2002, volume
ekspor lada putih Indonesia mencapai 32.190 ton atau 78 persen dari total ekspor
lada putih dunia saat itu yang mencapai angka tertinggi 41.388 ton selama periode
1985−2004. Pada tahun 2004, total ekspor lada putih dunia turun menjadi 33.074
ton, dan 13.760 ton (43%) diantaranya berasal dari Indonesia. Pada tahun 2007
volume ekspor lada putih Indonesia kembali menurun menjadi 11.000 ton.
Indonesia mempunyai pangsa produksi lada putih sebesar 83,51 persen
dari total produksi lada putih dunia, tetapi hanya menguasai pangsa ekspor lada
putih dunia sebesar 48,15 persen. Hal ini disebabkan ekspor lada putih Indonesia
sebagian besar ditujukan ke Singapura yaitu sebesar 45,52 persen dari total ekspor
lada putih Indonesia, dan selanjutnya oleh Singapura diekspor kembali setelah
diproses menjadi produk turunan, sehingga Singapura mendapatkan nilai tambah
dari proses produksi tersebut. Disamping itu kenyataannya Indonesia juga
menghadapi fluktuasi harga walaupun pangsa produksi dan pangsa ekspornya
terbesar di dunia. Ekspor lada putih Indonesia di pasar internasional menghadapi
pesaing dari negara Brasilia, Malaysia dan juga Singapura. Singapura menduduki
peranan penting dalam perdagangan lada putih dunia walaupun negara Singapura
bukan negara produsen lada putih dunia. Negara pengimpor utama lada putih
Indonesia adalah negara-negara Amerika Serikat, MEE, Jepang dan Singapura.
Perkembangan permintaan impor lada putih negara-negara tersebut sangat
fluktuatif dan tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Negara Singapura
mengimpor lada putih bukan untuk konsumsi, tetapi untuk diolah dan selanjutnya
diekspor kembali (Edizal, 2006).
Jumlah produksi lada putih di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari
tahun ke tahun menunjukkan terjadinya penurunan. Pada tahun 2002 merupakan
produksi terbesar lada putih yaitu sebanyak 32.611,94 ton, sedangkan pada tahun
2007 mengalami penurunan produksi sampai dengan 18.755,76 ton. Besarnya
penurunan produksi dan luas areal perkebunan lada di Bangka Belitung dapat
dilihat pada tabel berikut. Pada tabel di bawah ini dapat kita lihat dengan jelas
bahwa lada putih di Bangka Belitung mengalami penurunan yang signifikan
dalam hal luas areal perkebunan dan produksinya.

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Lada Putih di Bangka Belitung
Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
2002 63.956,79 32.611,94
2003 60.751,66 31.566,00
2004 45.797,05 22.140,32
2005 41.834,10 18.273,50
2006 40.720,65 16.292,36
2007 35.842,44 13.856,18
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan&Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009

Menurut Marwoto (2007), sebagai komoditi ekspor, lada putih Bangka


Belitung mempunyai peranan penting bagi perekonomian wilayah, baik sebagai
penghasil devisa maupun sebagai sumber mata pencaharian utama bagi petani.
Pada tahun 2000, volume ekspor lada Bangka ke berbagai negara konsumen
seperti Jepang, AS, Singapura dan Masyarakat Eropa mencapai 34.763.575 kg,
sehingga mampu menyumbang devisa sebesar US $ 124.373.008,5. Pada tahun
2001, meskipun harga lada terus merosot tetapi tetap mampu melakukan ekspor,
sebanyak 28.607.175 kg dengan devisa US$ 60.101.563. Total devisa tersebut
dihasilkan oleh 59.087 KK petani atau setara 295.435 jiwa atau 40,07 persen dari
total penduduk Kabupaten Bangka (sebelum pemekaran).
Pengembangan komoditi lada ini seringkali dihadapkan pada
permasalahan volume penawaran ekspor dan harga yang terus tidak stabil. Jika
dilihat dari perkembangan volume penawaran dan nilai ekspor lada di pasar dunia,
lada putih yang 60-80 persen diantaranya berasal dari Bangka, memiliki angka
laju pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dibandingkan lada hitam, yaitu secara
rata-rata masing-masing sebesar 14,68 persen dan 20,29 persen, sedangkan lada
hitam sebesar 14,60 persen dan 19,26 persen. Meskipun pertumbuhan volume dan
nilai ekspor rata-rata lada putih relatif lebih tinggi dibandingkan lada hitam, tetapi
fluktuasinya relatif lebih besar. Hal ini berarti perekonomian lada putih memiliki
tingkat ketidakpastian yang juga lebih besar. Jika hubungan ini dapat ditarik
secara linear, itu berarti pendapatan sekitar 59.087 KK petani lada menjadi tidak
menentu atau kehidupan 295.435 jiwa atau 40,07 persen penduduk Bangka
mengalami uncertainty (Marwoto, 2007) .
Penurunan luas areal dan produksi lada putih ini secara otomatis
mempengaruhi volume dan nilai ekspor lada Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Dalam kurun waktu tahun 2004-2008, volume ekspor lada putih
cenderung mengalami penurunan. Volume ekspor lada putih mengalami
peningkatan hanya pada tahun 2005 saja, setelah itu mengalami penurunan yang
cukup signifikan. Namun demikian, nilai ekspor lada putih justru mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh fluktuasi
harga lada di pasar internasional.

Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Lada


Tahun Volume (Ton) Nilai (USD)
2004 9.527,048 18.503.331,51
2005 11.410,545 24.262.543,13
2006 9.977,000 29.112.403,36
2007 8.339,000 35.518.807,01
2008 8.334,241 39.768.533,78
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009

Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa meskipun volume ekspor
mengalami penurunan sebagai dampak dari menurunnya luas areal dan produksi,
namun berbanding terbalik dengan nilai ekspor lada yang terus meningkat. Hal ini
disebabkan pengaruh dari harga lada di pasar internasional yang selalu naik. Pada
tahun 2004 harga lada dunia berkisar 1.942,189 USD/ton, tahun 2005 harga lada
2.126,326 USD/ton, dan tahun 2006 harga lada terus naik menjadi 2.917,951
USD/ton. Pada tahun 2007 dan 2008, harga lada terus mengalami kenaikan
hampir dua kali lipat (68,5 %) dari harga tahun 2006, yaitu masing-masing
4.259,360 USD/ton untuk tahun 2007 dan 4.771,704 USD/ton untuk tahun 2008.
Kondisi ini sangat sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran (Supply and
Demand) yang menyatakan apabila penawaran (produksi) mengalami penurunan,
sementara permintaan konsumen dunia mengalami peningkatan atau tetap, maka
secara otomatis akan diikuti oleh kenaikan harga barang. Sebaliknya, apabila
penawaran (produksi) mengalami peningkatan, sementara permintaan konsumen
dunia mengalami penurunan atau tetap, maka harga akan mengalami penurunan.
Apabila dikaji lebih mendalam, maka faktor-faktor penyebab kondisi kritis
yang melanda komoditi perkebunan lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dewasa ini adalah :
1. tingkat produktivitas tanaman dan mutu yang rendah
2. harga lada ditingkat petani yang relatif rendah
3. tingginya kehilangan hasil panen akibat serangan hama
4. masih rendahnya usaha peningkatan diversifikasi produk
5. masih lemahnya pengetahuan petani dalam budidaya dan manajemen
usahatani lada
6. kemampuan petani mengakses permodalan yang masih rendah, dan
7. semakin menurunnya luas areal pertanaman lada karena adanya
persaingan dengan pertambangan timah rakyat yang semakin
menjamur (Bangka Pos, 2009).
Faktor-faktor krusial inilah yang sudah seharusnya menjadi pertimbangan
serius bagi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan khususnya yang
berhubungan dengan revitalisasi lada. Ttujuh macam faktor penyebab penurunan
komoditi lada putih di Bangka Belitung ini merupakan faktor-faktor yang
kompleks saling berkaitan erat satu sama lain sehingga tidak dapat dipisah-
pisahkan dalam upaya penanggulangannya.

Gambar 2. Penyakit Kuning, Penyebab Menurunnya Produktivitas Lada

Minat petani lada mulai luntur apalagi dengan adanya kebebasan bagi
masyarakat biasa untuk menambang timah sendiri yang memberi peluang emas
bagi mereka untuk beralih pekerjaan yang lebih baik dan dapat meningkatkan
taraf kehidupan keluarganya. Harga bijih timah yang berkisar pada angka sekitar
Rp.35.000,00 – Rp.50.000,00 per kilogram sangat menggiurkan masyarakat
Bangka Belitung. Ditambah lagi setiap hari dari hasil Tambang Inkonvensional
(TI) mereka tersebut dapat ditambang puluhan sampai ratusan kilogram bijih
timah. Bahkan petani tidak segan-segan menambang bijih timah di lahan kebun
ladanya yang tidak bagus lagi pertumbuhan dan produksinya. Sampai saat ini,
para petani yang masih belum menyadari keterbatasan persediaan bijih timah di
dalam perut Bumi Serumpun Sebalai ini sedang gencar-gencarnya mencari dan
menambang bijih timah pada daerah-daerah yang masih tersisa, meskipun dalam
ukuran luasan yang kecil. Sempat terjadi pengrusakan pantai yang menjadi aset
pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung karena kerakusan para
penambang bijih timah. Di lain pihak, masyarakat yang cukup tanggap mulai
mengalokasikan sumber dana masa depan keluarga mereka dengan membuka
berbagai usaha termasuk kembali ke pertanian (Masanto, 2008).
Menjamurnya aktivitas penambangan timah ini telah banyak
menghancurkan lahan-lahan perkebunan yang produktif. Semakin menurunnya
jumlah lahan produktif perkebunan ini juga berdampak pada luas areal
perkebunan lada yang semakin menurun. Pada akhirnya, akan berdampak pada
semakin luasnya lahan kritis sebagai hasil dari aktivitas pertambangan
inkonvensional yang tidak diurus oleh pengelolanya setelah selesai melaksanakan
aktivitas penambangan timah.

Gambar 3. Lahan Kritis Akibat Aktivitas Tambang Timah Inkonvensional

Kebijakan Pemerintah Untuk Mengatasi Kondisi Kritis Lada

Masalah lada ini sebenarnya mulai mendapat perhatian dari pemerintah


pusat dan daerah. Saat ini sedang disusun upaya revitalisasi lada secara nasional.
Pada tanggal 02 Desember 2009 yang lalu telah dilakukan pertemuan mengenai
pencanangan Gerakan Nasional Revitalisasi Pengembangan Lada. Pertemuan
tersebut dilaksanakan di Provinsi Lampung dengan melibatkan tiga kepala daerah
sentra utama penghasil lada yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi
Lampung, dan Provinsi Kalimantan Barat. Pertemuan yang dilakukan antara tiga
kepala daerah sentra utama produksi lada dengan menteri pertanian tersebut
menghasilkan kesepakatan nasional diantaranya meningkatkan budidaya lada
dengan sentuhan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan. Sentuhan teknologi
tepat guna tersebut juga termasuk penggunaan pupuk organik dan pestisida
organik (Bayodandari, 2009).
Langkah awal yang dicanangkan dalam program revitalisasi adalah
pengadaan varietas lada unggul. Oleh sebab itu pemerintah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung mengusulkan anggaran Rp 3 miliar untuk pembelian bibit
unggul di 80 hektar lahan perkebunan lada pada tahun 2010. Bibit varietas unggul
ini dibagikan kepada kelompok tani sehingga areal perkebunan lada di Bangka
Belitung akan terus bertambah dengan produktivitas yang memadai. Dengan
adanya program revitalisasi nasional terutama pengadaan bibit unggul ini
diharapkan areal lada di Bangka Belitung dapat bertambah minimal 50 ribu hektar
(Zamdani, 2009).
Di Kabupaten Bangka Selatan, selain mencanangkan program revitalisasi
lada dalam bentuk pengadaan bibit unggul, pemerintah daerah Kabupaten Bangka
Selatan juga mengupayakan membentuk dan menetapkan kawasan agropolitan
atau pemukiman khusus perkebunan lada yaitu di Kecamatan Air Gegas dan
Kecamatan Payung. Kebijakan ini dilakukan untuk mengembalikan peran
Kabupaten Bangka selatan sebagai daerah sentra produksi lada di Bangka
Belitung, mengingat pada saat ini Kabupaten Bangka Selatan mendapatkan
produksi lada yang sangat kecil meskipun luas areal perkebunan ladanya
merupakan daerah yang paling luas dari seluruh kabupaten yang ada di Bangka
Belitung (Damiri, 2009).
Dalam rangka program pemerintah Visit Babel Archipelago 2010, peran
lada kembali dimunculkan dengan menjadikannya sebagai salah satu tujuan
wisata agro di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Daerah-daerah sentra
produksi lada kembali dibangun kebun-kebun utama yang nantinya selain
dijadikan sebagai objek wisata agro juga dijadikan sebagai pancingan awal untuk
meningkatkan gairah petani dalam membangkitkan kembali produksi lada di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan dukungan wisata agro melalui
rangkaian program Visit Babel Archipelago 2010 ini secara tidak langsung
menggambarkan keseriusan usaha pemerintah daerah untuk membangkitkan
kembali gairah produksi dan pembangunan areal baru untuk perkebunan lada
terutama areal bekas tambang timah inkonvensional. Hal ini dilakukan pemerintah
mengingat menjamurnya konversi lahan perkebunan lada menjadi lahan
penambangan timah inkonvensional di Bangka Belitung yang menyebabkan
terjadi penurunan luas areal untuk perkebunan lada. Namun areal bekas tambang
timah inkonvensional tersebut ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya apabila
timah di lahan tersebut sudah tidak ada lagi, sehingga lahan tersebut secara
otomatis menjadi lahan kritis. Oleh sebab itulah dilakukan penelitian dalam hal
pengembangan perkebunan lada pada lahan kritis bekas tambang timah
inkonvensional.
Salah satu institusi yang sejak dahulu fokus dengan masalah pertanian,
terutama lada, di Pulau Bangka adalah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang
didirikan pada tahun 2003 yang dahulu lebih dikenal dengan Lembaga Penelitian
Tanaman Industri (LPTI) atau juga Kebun Percobaan Petaling. Di lembaga inilah
dikembangkan berbagai teknologi budidaya tanaman yang terkini dan mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi sehingga selain bercocok tanam lada yang ramah
lingkungan, juga tersedia paket-paket teknologi yang mengedepankan tanaman-
tanaman alternatif bernilai tinggi. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat
terhadap sektor pertanian dapat dibangkitkan lagi. Semakin sempitnya lahan
produktif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat diantisipasi dengan paket
teknologi pengolahan laha’\n bekas tambang timah dan pesisir pantai untuk
budidaya tanaman hortikultura. Tanaman-tanaman industri berdaya jual tinggi
juga telah dikembangkan di balai ini, antara lain tanaman nilam dan tanaman
vanili, dengan mendatangkan bibit bebas patogen dari Pulau Jawa. Sementara itu,
untuk keberlanjutan dan menjaga kualitas lahan tanaman lada, sedang diupayakan
paket budidaya tanaman lada yang ramah lingkungan dalam arti meminimalisir
pemakaian bahan kimia sintetik dalam pemeliharaan serta menggunakan panjatan
hidup yang lebih ekonomis. Tujuannya adalah agar produksi lada dari tahun ke
tahun tidak menurun akibat berkurangnya unsur hara dalam tanah, serta
mengurangi ketergantungan petani pada produk-produk kimia sintetik yang mahal
harganya. Akan tetapi, peran institusi ini sangat dirasakan kurang kontribusinya
terhadap pengembangan komoditi lada akhir-akhir ini.

Solusi Alternatif Program Muntok White Pepper House Protection

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ada tujuh macam faktor
penyebab terjadinya penurunan lada putih di Bangka Belitung, baik luas areal
maupun produksinya. Untuk mengatasi permasalahan ini harus dilakukan secara
serentak dan berkesinambungan, tidak bisa dipisah-pisah karena karakter
penyebab permasalahan ini saling berhubungan satu sama lain. Untuk mengatasi
permasalahan pokok lada maka dapat dilakukan program sebagai berikut :
1. penggunaan bibit varietas unggul dan standarisasi mutu untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dan mutu produk
2. menerapkan proses pengolahan pasca panen yang bersih dan higienis
untuk menjaga mutu produk sehingga dapat menaikkan harga produk
3. aplikasi teknologi pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
untuk mengatasi tingginya kehilangan hasil panen akibat serangan
hama
4. membuat produk olahan atau produk turunan lada sebagai usaha
diversifikasi untuk meningkatkan pendapatan petani
5. memberikan penyuluhan atau pelatihan tentang budidaya dan
manajemen usahatani lada
6. menyediakan modal misalnya dalam bentuk kredit lunak kepada petani
7. mengatur dan mengelola tata ruang lahan daerah dengan cara
menerapkan pewilayahan komoditas agar dapat menjaga wilayah subur
untuk pertanian

Pada dasarnya kebijakan pemerintah untuk melakukan program revitalisasi


lada secara nasional merupakan sebuah kebijakan yang cukup tepat untuk
dilaksanakan mengingat pemerintah mungkin belum terpikirkan untuk mendirikan
sebuah Perusahaan Perkebunan Milik Negara (misalnya dalam bentuk PTPN). Hal
ini didasari atas terpuruknya kondisi lada beberapa tahun terakhir. Namun, sebuah
program tentunya tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh perangkat-
perangkat program tambahan atau perangkat pogram pendukung lainnya. Program
revitalisasi pemerintah yang memberikan anggaran dana untuk pembelian bibit
lada varietas unggul kapada petani pada akhirnya hanya akan mengatasi beberapa
permasalahan saja seperti produktivitas, hama dan penyakit, atau mutu produk dan
mempengaruhi harga jual. Namun tidak dapat mengatasi permasalahan
pengetahuan petani tentang usahatani lada itu sendiri.
Aspek pengetahuan petani sangat penting untuk diperhatikan sebab sangat
erat kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas atau mutu produk, mengingat
selama ini pengetahuan petani hanya mengandalkan pada pengalaman para nenek
moyang mereka saja. Terbatasnya pengetahuan petani ini misalnya terkait
bagaimana memilih kualitas bibit unggul, bagaimana menjaga mutu produk,
bagaimana pengolahan hasil panen yang benar, bagaimana permintaan pasar
ekspor, fluktuasi harga lada dunia, dan lain-lain. Petani lada dalam hal ini kurang
mendapatkan pencerdasan untuk hal-hal yang berhubungan dengan seluk beluk
usahatani lada dari hulu hingga hilir bahkan sampai pada pemasaran produknya,
sehingga wajar kalau terjadi penurunan yang drastis pada kondisi usahatani lada
di Bangka Belitung.
Upaya peningkatan pengetahuan dan pencerdasan petani tentang usahatani
lada dalam rangka untuk memulihkan kembali kondisi kritis lada di Bangka
Belitung dapat dilakukan dengan cara dibuat semacam program pendampingan
yang akan menyempurnakan program revitalisasi yang digulirkan oleh
pemerintah. Solusi yang ditawarkan tersebut adalah melalui pembentukan rumah
proteksi lada (Muntok white pepper house protection). Rumah proteksi lada ini
dapat difungsikan sebagai sarana konsultasi langsung bagi petani terkait kondisi
yang dialami oleh usahatani ladanya. Rumah proteksi lada dapat dibangun pada
daerah-daerah yang merupakan sentra produksi lada. Dalam rumah proteksi lada
tersebut disediakan berbagai sarana pendukung utama usahatani lada misalnya
terkait contoh varietas bibit unggul, teknis pengendalian OPT, sarana konsultasi
atau bimbingan kelompok tani, pengolahan pasca panen lada, produk turunan
lada, dan lain sebagainya. Untuk produk turunan lada misalnya, mungkin dapat
menjadi sarana inspirasi dan membuka wawasan baru bagi petani untuk berusaha
meningkatkan nilai tambah dari usahatani ladanya dengan membuat produk
olahan ataupun produk turunan dari lada tersebut. Keberadaan program rumah
proteksi lada ini adalah untuk mengimbangi program revitalisasi lada yang
digulirkan oleh pemerintah, sehingga rumah proteksi lada ini diharapkan dapat
menjadi solusi nyata untuk meningkatkan gairah produksi lada ditingkat petani.
Keberadaan rumah proteksi lada ini nantinya akan berjalan secara beririsan
dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) atau Lembaga Penelitian
Tanaman Industri (LPTI) yang sudah ada sebelumnya. Perbedaannya adalah kalau
BPTP atau LPTI lebih banyak berperan dalam usaha pengembangan komoditi,
sedangkan rumah proteksi lebih banyak berperan dalam hal pengembangan dan
pemberdayaan petani sehingga pada akhirnya bertujuan untuk mencerdaskan
petani.

Langkah Strategis dan Implementasi Kebijakan

Pengembangan program rumah proteksi lada ini perlu melibatkan banyak


pihak, terutama pemerintah dan akademisi pertanian, pihak swasta, dan petani
lada itu sendiri. Peran pemerintah dalam hal ini adalah menyediakan para
penyuluh lapangan yang dapat mengontrol aktivitas usahatani lada yang dilakukan
oleh petani di kebunnya masing-masing. Tugas dari para penyuluh lapangan ini
adalah untuk memantau perkembangan usahatani lada petani dan untuk menjadi
rujukan pengetahuan bagi petani dilapangan. Peran para akademisi dan para ahli
adalah untuk mengatur strategi pengembangan lada dan peningkatan kualitas
produk serta sistem pemasaran lada melalui upaya penelitian atau survei pasar.
Para akademisi inilah yang akan menjadi sumber pengetahuan utama bagi petani
ketika berkonsultasi dalam rumah proteksi lada di daerah masing-masing.
Peran swasta dalam program rumah proteksi ini dapat berupa penyediaan
modal bagi petani melalui investasi perorangan, kelompok, ataupun sistem kredit
lunak yang disediakan untuk para petani dalam rangka pengembangan usahatani
lada. Rumah proteksi lada dapat dimanfaatkan oleh pihak swasta untuk
membentuk koperasi khusus bagi petani lada.
Peran masyarakat dalam hal ini adalah sebagai objek ataupun pengambil
manfaat dari adanya rumah proteksi lada tersebut. Tugas dari petani adalah
membentuk kelompok-kelompok tani yang nantinya memungkinkan untuk
dilakukan sekolah singkat ataupun diskusi dengan para penyuluh dan akademisi
terkait segala sesuatu yang berhubungan dengan usahatani lada yang mereka
lakukan. Inilah peran penting yang harus dilakukan dalam mengembangkan
rumah proteksi lada.
Langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mengembangkan program
rumah proteksi lada adalah :
1. membentuk sinergisme tim ahli khusus yang terdiri dari perwakilan
pihak-pihak yang terlibat misalnya penyuluh, akademisi (dosen,
peneliti, atau mahasiswa), investor, dan petani sebagai perangkat
utama pengelolaan rumah proteksi lada,
2. mengoptimalkan fungsi perangkat-perangkat atau aset-aset bangunan
daerah setempat sebagai tempat utama pengembangan program (centre
place) misalnya balai desa atau balai pertemuan,
3. menjalin kerjasama dengan cara menghidupkan kembali lembaga-
lembaga yang terkait misalnya Koperasi Unit Desa (KUD), Asosiasi
Petani Lada Indonesia (APLI), Asosiasi Eksportir Lada Indonesia
(AELI), kelompok tani, dan kelembagaan tani lainnya.
Dengan langkah-langkah strategis pengembangan program rumah proteksi
lada ini yang didukung oleh sinergisme kerja antara pemerintah, swasta, dan
petani maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi dan usahatani lada
putih di Bangka Belitung, dapat menjadi inspirasi pengetahuan dan pencerdasan
petani, serta dapat mengembalikan pamor Muntok white pepper di pasar
Internasional.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Selain program revitalisasi lada yang dicanangkan oleh pemerintah,
salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
kondisi kritis lada putih di Bangka Belitung adalah dengan
mengembangkan program rumah proteksi lada (Muntok White Pepper
House Protection). Program ini merupakan program pendampingan
yang mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan pengetahuan
petani dalam berusahatani lada, baik dari segi aspek budidaya, panen,
pengolahan pasca panen, pengolahan produk turunan atau olahan,
pemasaran dan pengetahuan pembentukan harga pasar, peningkatan
kualitas ekspor, dan lain sebagainya.
2. Program rumah proteksi lada ini dapat diimplementasikan dengan tiga
langkah strategis yaitu, 1) membentuk sinergisme tim ahli khusus yang
terdiri dari perwakilan pihak-pihak yang terlibat misalnya penyuluh,
akademisi, investor, dan petani sebagai perangkat utama pengelolaan
rumah proteksi lada, 2) pengoptimalan fungsi perangkat-perangkat
atau aset-aset bangunan daerah setempat sebagai tempat utama
pengembangan program (centre place) misalnya balai desa atau balai
pertemuan, 3) menjalin kerjasama dengan cara menghidupkan kembali
lembaga-lembaga yang terkait misalnya Koperasi Unit Desa (KUD),
Asosiasi Petani Lada Indonesia (APLI), Asosiasi Eksportir Lada
Indonesia (AELI), kelompok tani, dan kelembagaan tani lainnya.
3. Output dari adanya rumah proteksi lada ini adalah diharapkan
wawasan petani tentang usahatani lada akan semakin luas sehingga
akan berdampak sistemik pada peningkatan produksi dan mutu produk
lada karena penggunaan bibit unggul, pengelolaan OPT yang tepat
berdasarkan anjuran dari tenaga ahli, kemudahan akses modal karena
adanya peran swasta sebagai investor dan pemberi modal pada rumah
proteksi lada, pemahaman petani untuk meningkatkan pendapatan
melalui diversifikasi produk olahan atau produk turunan lada sehingga
dapat mengembangkan lapangan kerja baru, meningkatkan nilai
tambah dan pendapatan petani melalui produk olahan sehingga harga
lada khususnya produk lada olahan ditingkat petani dapat stabil bahkan
relatif tinggi dibandingkan produk mentah, dan pada akhirnya petani
akan menjadi bergairah kembali untuk mengembangkan usahatani lada
sebagai ikon kebanggaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
DAFTAR PUSTAKA

Bayodandari. 2009. Sahang Kian Terpuruk. Bangka Pos, Ed 04 Desember, 2009,


Hlm 1 dan 7.

Damiri, A. 2009. Terluas Tapi Produksi Kecil. Bangka Pos, Ed 04 Desember


2009, Hlm 1 dan 7.

Daras, U, D. Pranowo. 2009. Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung dan
Alternatif Pemulihannya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka
Tanaman Industri:Sukabumi, Jurnal Litbang Pertanian, 28(1), 2009.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2009.


Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Bangka Belitung.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Pangkal Pinang.

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka


Belitung. 2009. Data Statistik Perkebunan. Dinas Pertanian,
Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
Pangkal Pinang.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia: Lada.


Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Edizal. 2006. Strategi Peningkatan Daya Saing Lada Putih Indonesia Melalui
Analisis Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor Lada Putih Dunia.
Palembang : Laporan Hasil Penelitian Dosen Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang (tidak
dipublikasikan).

Marwoto, Pan Budi. 2007. Permintaan dan Penawaran Lada Bangka di Pasar
Dunia. http://bangkatengahkab.go.id/artikel.php?id_artikel=5 (diakses
08 Maret 2010).

Masanto. 2007. Komoditas Pertanian yang Potensial untuk Dikembangkan di


Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
http://bangkatengahkab.go.id/artikel.php?id_artikel=10 (diakses 08
Maret 2010).

Masanto. 2008. Masa Depan dan Harapan Petani Setia Lada Bangka Belitung.
http://bangkatengahkab.go.id/artikel.php?id_artikel=11 (diakses 08
Maret 2010).

Zamdani. 2009. Usulkan Rp 3 Miliar. Bangka Pos, Ed 04 Desember 2009, Hlm 1


dan 7.
Biodata Ketua Pelaksana

Nama : Rica Winsyah


Tempat/Tanggal Lahir : Kayubesi (Bangka), 23 Desember 1988
NIM : 05061004002
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Orangtua : Saryanto (ayah), Sakniah (Ibu)
Pekerjaan : Mahasiswa
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Alamat : Jl. M. Tamyiz RT 02 No 52 (Sekretariat Ikatan
Kerukunan Mahasiswa Baturaja) Kelurahan
Timbangan, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatra
Selatan, 30662
HP : 081368866800
E-mail : rica_winsyahid@yahoo.com
Pendidikan :
1. SDN 46 Kayubesi (2000)
2. SLTPN 2 Merawang (2003)
3. SMA 1 Pemali (2006)
Riwayat Organisasi:
- BWPI FP, sebagai Kepala Dep. Syiar tahun 2007-2008
- BWPI FP, sebagai Ketua Umum tahun 2008-2009
- ISBA UNSRI sebagai Kepala Departemen Kerohanian tahun 2007-2009
- KAMUS BABEL sebagai Koordinator Wilayah Sumsel tahun 2008-2009
- IMMPERTI sebagai Ketua Regional 1 Sumatera&Kalimantan 2009-2010
- BPMF BWPI FP, sebagai Koordinator tahun 2009-2010
- NADWAH UNSRI sebagai Ketua Umum tahun 2009-2010
Karya Ilmiah :
- Karya Tulis Tentang ”Kebangkitan Pemuda” Trophy Hj. Dewi Azka
Tahun 2009
-.Model Pendidikan Akhlak Dengan Metode Pendekatan Multilevel
Marketing (Sebuah Inspirasi Pendidikan Laskar Pelangi). PKM GT DIKTI
Tahun 2009
- Strategi Pengembangan Usaha Komoditi Perkebunan Di Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung Dengan Metode Kuosien Lokasi Dan
Penilaian Kelayakan Usaha. PKM Penelitian DIKTI Tahun 2010
Indralaya, 15 Maret 2010

Rica Winsyah
Biodata Anggota Pelaksana

Nama : Ahmad Daud Alamsyah


Tempat/Tanggal Lahir : Kayuagung, 19 Sep 1991
NIM : 05081003008
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Orangtua : Amiruddin (ayah), Setiawani (Ibu)
Pekerjaan : Mahasiswa
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Penyuluhan & Komunikasi Pertanian
Alamat : Jl. Letnan Muchtar Saleh Desa Celikah Dusun II
No. 022, Simpang Kijang Kec. Kayuagung,
Kab.Ogan Komering Ilir, 30611
HP : 085273670068
E-mail : alamsyah.takeshi@yahoo.com
Pendidikan :
1. SDN 7 Kayuagung (2002)
2. SLTPN 1 Kayuagung (2005)
3. SMAN 1 Kayuagung (2008)
Riwayat Organisasi:
- OSIS SMPN 1 Kayuagung, sebagai Waka. Dep. Ketuhanan YME tahun
2003-2004
- PMR SMAN 1 Kayuagung, sebagai Kepala Dept. Kesehatan tahun 2006-
2007
- IRMA Babul Firdaus, sebagai Ketua Umum 2010-2013
- BEM UNSRI, sebagai Staff. Mentri AKRAM 2008-2009
- BWPI FP UNSRI, sebagai Kepala Divisi Even Organizer 2009-2010

Indralaya, 15 Maret 2010

Ahmad Daud Alamsyah


Biodata Anggota Pelaksana

Nama : Edi Susanto


Tempat/Tanggal Lahir : Bumiraharja (Lampung), 22 Desember 1989
NIM : 05091007085
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Orangtua : Nasito (ayah), Katemi (Ibu)
Pekerjaan : Mahasiswa
Jurusan :-
Program Studi : Agroekoteknologi
Alamat : Jl.Palembang Prabumulih, Kelurahan
Timbangan, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatra
Selatan, 30662
HP : 085789867029
E-mail : edisusanto221289@yahoo.com
Pendidikan :
1. SDN 1 Bumiraharja (2002)
2. SLTPN 1 Tatakarya (2005)
3. SMAN 1 Abung Semuli (2008)
Riwayat Organisasi:
- OSIS SMAN 1 Abung Semuli sebagai Kepala Bagian Hubungan
Masyarakat tahun 2007-2008
- ROHIS SMAN 1 Abung Semuli sebagai Kepala Bagian Syiar tahun 2006-
2007
- KEMALA UNSRI sebagai Kepala Departemen Kerohanian tahun 2009-
2010
- BWPI FP sebagai Anggota tahun 2008-2009

Indralaya, 15 Maret 2010

Edi Susanto
Biodata Dosen Pembimbing

Nama : Elly Rosana, S.P, M.Si


NIP : 197907272003122003
TTL : 27 Juli 1979
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
HP : 08127310778
E-mail : ellyrosana27@yahoo.com
Alamat : Jl. Sarjana Perum Bunga Mas Blok F No 2 Indralaya
Utara, Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan. 30662

Riwayat Pendidikan :

Tahun Lulus Perguruan Tinggi Bidang Spesialisasi

S-1 (2001) Universitas Sriwijaya (Unsri) Penyuluhan Komunikasi


Pertanian

S-2 (2009) Institut Pertanian Bogor (IPB) Komunikasi pembangunan

Pengalaman Kerja : Staff Pengajar Pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,


Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Tahun 2003 sampai
sekarang.

Pengalaman Penelitian dan professional :

Tahun Topik/ Judul Penelitian Sumber Dana

Identifikasi kelembagaan yang berperan dalam sistem


2005 agribisnis padi sawah lebak di Kecamatan Pemulutan DIPA Unsri
Kabupaten Ogan Ilir

Banjir musiman dan kaitannya dengan tingkat


2007 pengetahuan ibu rumahtangga di Kecamatan Pemulutan DIKTI
Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan
Daftar Publikasi Relevan :

Volume
Nama (-nama) Tahun Nama Status
Judul Artikel dan
penulis terbit Berkala Akreditasi
halaman

Elly Rosana 2005 Identifikasi Prosiding 79-90 Belum


kelembagaan Seminar terakreditasi
yang berperan Hasil
dalam sistem Penelitian FP
agribisnis padi Unsri
sawah lebak di
Kecamatan
Pemulutan
Kabupaten
Ogan Ilir

Arie 2007 Pengetahuan, Jurnal JKK/Th Terakreditasi


Kusumaningrum; sikap dan Kedokteran 39/
Elly Rosana; Rini prilaku seksual dan No.2/Apri
Mutahar remaja di Kota Kesehatan l 2007
Palembang
Hal:
1688-
1694

Indralaya, 15 Maret 2010

Elly Rosana, S.P, M.Si

Anda mungkin juga menyukai