PENGGANTI DEODORAN
OLEH :
1. Adelia Putri Imara
2. Nabila Putri Amalia Nur Imamah
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
4. Guru Pembimbing
a. NamaLengkap : Muhammad Suaibi, S.Pi.,MM
b. NIP :-
c. No. Telp/HP : 085233102602
d. Alamat : Dusun Krajan 1 RT/RW:002/001 Desa Pasinan
Kec.
Lekok Kab. Pasuruan 67186
Pasuruan, 19
September 2019
Guru Pembimbing Ketua TIM
ii
MUHAMMAD SUAIBI, S. Pi.,MM ADELIA PUTRI IMARA
Mengetahui,
Kepala MTsN 1 Pasuruan Kota Pasuruan
Apabila ada konsekuensi hukum akibat adanya tuntutan dari pihak lain
yang merasa dijiplak, maka akan menjadi tanggug jawab kami sepenuhnya
iii
Mengetahui,
Ketua Tim Anggota Tim
KATA PENGANTAR
Kami sadari hasil penulisan ini masih sangat jauh dari sempurna.
Oleh karenanya berbagai kritik dan saran sangat kami perlukan.
iv
Pasuruan, 19 September
2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR SAMPUL…..……………………………………...…............................i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….........ii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI.....…………………………………………………………………...v
DAFTAR GAMBAR…...……………………………………………………..…vii
ABSTRAK/ABSTRACT......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………….…………….......11
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………......11
1.4 Manfaat Penelitian...
………………………………………..11
v
2.1 Pengertian Daun Beluntas
………………………………......12
2.2 Kandungan Dalam Daun Beluntas………………….............13
2.3 Manfaat Daun Beluntas……..................................................16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………….26
5.2 Saran………………………………………………………...26
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 3.7 Rimpangan Kunyit atau Kunci yang sudah tersedia di
gelas...........xxi
Gambar 3.8 Penyaringan Jamu Daun Beluntas ke dalam
gelas............................xxi
Gambar 3.9 Pengadukan rimpangan kunyit atau
kunci.......................................xxii
Gambar 3.10 Pengadukan rimpangan kunyit atau kunci…….........
……………xxii
ABSTRAK
viii
Kata kunci : Daun Beluntas, Jamu dan kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
ix
1.1. Latar Belakang Masalah
Beluntas (Pluchea indica Less) merupakan tanaman yang termasuk dalam
herba famili Asteraceae yang tumbuh secara liar di daerah kering di tanah yang
keras dan berbatu atau ditanam sebagai tanaman pagar. Menurut Dalimartha
(1999) dalam Halim (2015), beluntas sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional
yaitu untuk menghilangkan bau badan dan mulut, mengatasi kurang nafsu makan,
mengatasi gangguan pencernaan pada anak, menghilangkan nyeri pada rematik,
nyeri tulang dan sakit pinggang, menurunkan demam, mengatasi keputihan dan
haid yang tidak teratur, hal ini disebabkan adanya kandungan senyawa fitokimia
dalam daun beluntas. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa dalam daun
beluntas terdapat senyawa fitokimia seperti lignan, terpena, fenilpropanoid,
bensoid, alkana (Luger et al., 2000 dalam Widyawati et al., 2014), sterol, katekin
(Biswas et al., 2005 dalam Widyawati et al., 2014), fenol hidrokuinon, saponin,
tanin, dan alkaloid (Ardiansyah et al., 2003 dalam Widyawati dkk., 2011).
Senyawa fitokimia dalam daun beluntas memiliki beberapa aktivitas biologis
yaitu sebagai antiinflamasi, antipiretik, hipoglikemik, diuretik dan berbagai
aktivitas farmakologi (Widyawati et al., 2014). Pada umumnya masyarakat
Indonesia memanfaatkan tanaman beluntas sebagai pangan dalam bentuk lalapan
dan air rebusan daun beluntas tetapi dengan adanya keterbatasan lokasi pencarian
menyebabkan ketersediaan daun beluntas menjadi sedikit sehingga penyediaan
dan konsumsi daun beluntas menjadi kurang praktis. Faktor tersebut membuat
adanya pengembangan pemanfaatan daun beluntas menjadi seduhan daun beluntas
dalam bentuk bubuk yang dikemas dalam kantong teh (tea bag). 2 Pada penelitian
Harianto (2015) telah melakukan pengemasan bubuk daun beluntas ke dalam
kantong teh. Hasil menunjukkan bahwa semakin banyak konsentrasi beluntas
yang diseduh maka dapat meningkatkan nilai sifat fisikokimia dan nilai sifat
organoleptik (warna dan aroma), tetapi menurunkan aktivitas antioksidan. Adanya
penurunan aktivitas antioksidan yang dihasilkan oleh seduhan beluntas
menyebabkan diperlukan beberapa bahan lain yang dapat dikombinasikan dengan
seduhan beluntas, salah satunya adalah lemon. Lemon (Citrus limon L.)
x
merupakan sumber flavonoid, asam sitrat, vitamin C dan mineral seperti
kalium,kalsium, fosfor, natrium, besi dan seng (Yekeler et al., 2013). Kandungan
flavonoid dan fenolik dalam lemon cukup tinggi. Senyawa flavonoid memiliki
bioaktivitas yang beragam seperti antihipertensi, antialergi, antikanker, antiviral,
antitumor, antidiabetes dan diuretik (Bakhtiar, 1992 dalam Ellizar dan Yustini,
2009). Asam askorbat yang terkandung dalam buah lemon juga memiliki banyak
manfaat seperti sintesis kolagen, hormon dan neurotransmitter (Iqbal et al., 2004).
Penambahan air perasan lemon dalam seduhan beluntas diharapkan mampu
meningkatkan aktivitas antioksidan seduhan beluntas lemon. Penelitian
pendahuluan penambahan berbagai jumlah air perasan lemon pada seduhan
beluntas lemon yaitu pengujian organoleptik telah dilakukan kepada 30 orang
panelis. Hasil pengujian organoleptik terhadap rasa meunjukkan semakin banyak
lemon yang ditambahkan ke dalam seduhan beluntas lemon, maka nilai kesukaan
akan semakin menurun dan tidak berbeda nyata. Oleh karena itu, dilakukan
pemilihan berbagai macam jumlah penambahan air perasan lemon yang baru yaitu
P1 hingga P6. Perbedaan penambahan air perasan lemon dalam seduhan beluntas
lemon dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan yang dihasilkan sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh penambahan air 3 perasan
lemon pada berbagai konsentrasi terhadap komposisi senyawa fitokimia, total
fenol, total flavonoid, kemampuan menangkal radikal bebas DPPH, kemampuan
mereduksi ion besi dan kadar vitamin C pada seduhan beluntas lemon.
xi
1.2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana proses penyeduhan jamu yang terbuat dari daun beluntas?
B. Apa khasiat yang diperoleh dari jamu yang terbuat dari daun beluntas?
C. Apa kelebihan jamu yang terbuat dari daun beluntas dari pada jamu yang
terbuat dari daun yang lain?
xii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
xiii
keputih-putihan. Perbanyakan dengan stek batang yang cukup tua.
Cabang bunga sangat banyak sehingga membentuk rempuyung cukup
besar antara 2,5-12,5 cm. Bunga berbentuk bonggol, bergagang atau
duduk. Bentuknya seperti silinder sempit dengan panjang 5-6 5 6 mm.
Panjang daun pembalut sampai 4 mm. Daun pelindung bunga tersusun
dari 6-7 helai. Daun pelindung yang terletak di dalam berbentuk sudut
(lanset) dan di luar berbentuk bulat telur. Daun pelindung berbulu
lembut, berwarna ungu dan pangkalnya ungu muda. Kepala sari
menjulur dan berwarna ungu. Tangkai putik pada bunga betina lebih
panjang. Buah beluntas longkah berbentuk seperti gasing, warnanya
coklat dengan sudutsudut putih dan lokos 10 (gundul atau licin)
panjang buah 1 mm (Susanti, 2007).
Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen
yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi
ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam
amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan
antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan
dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik
berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini.
Fosfor
xiv
(Zn2SiO4) yang dicampur dengan mangan. Kegunaan fosfor yang
paling umum ialah pada ragaan tabung sinar katode
(CRT) dan lampu pendar, sementara fosfor dapat ditemukan pula
pada berbagai jenis mainan yang dapat berpendar dalam gelap
(glow in the dark). Fosfor pada tabung sinar katode mulai
dibakukan pada sekitar Perang Dunia II dan diberi lambang huruf
"P" yang diikuti dengan sebuah angka. Unsur kimia fosforus dapat
mengeluarkan cahaya dalam keadaan tertentu, tetapi fenomena ini
bukan fosforesens, melainkan kemiluminesens.
Kalsium
Kalsium adalah sebuah elemenkimia dengan simbol
Ca dan nomor atom 20. Mempunyai massa atom 40.078 amu.
Kalsium merupakan salah satu logam alkali tanah, dan merupakan
elemen terabaikan kelima terbanyak di bumi. Kalsium juga
merupakan ion terabaikan kelima terbanyak di air laut dilihat dari
segi molaritas dan massanya, setelah natrium, klorida, magnesium,
dan sulfat.
Magnesium
Magnesium adalah suatu unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang Mg dan nomor atom 12. Ia berupa
padatan abu-abu mengkilap yang memiliki kemiripan fisik dengan
lima unsur lainnya pada kolom kedua (golongan 2, atau logam
alkali tanah) tabel periodik: semua unsur golongan 2 memiliki
konfigurasi elektron yang sama pada kelopak elektron terluar dan
struktur kristal yang serupa.
xv
Minyak atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak
eterik (aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak
terbang (volatile oil), serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah
kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada
suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma
yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-
wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam
perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal
sebagai bibit minyak wangi.
Natrium
xvi
Tannin
Dari hasil analisa kandungan nutrisi dapat diketahui bahwa daun beluntas
memiliki manfaat yang sangat banyak terutama untuk menghilangkan bau badan.
Dengan mengonsumsi daun beluntas maka bau badan kita akan berkurang
xvii
BAB III
METODE PENELITIAN
xviii
A. Observasi
Observasi adalah mengamati dan mendengar dalam
rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti
terhadap fenomena (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan,
benda, dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa
waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi,
dengan mencatat, merekam, memotret fenomena-
fenomena tersebut guna penemuan data analisa.
B. Dokumentasi
Sementara itu Arikunto menyatakan bahwa: “dalam
melakukan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian dan sebagainya.”
C. Studi Kepustakaan
Cara ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi
obyek penelitian. Dengan gambaran ini selanjutnya dirumuskan
formulasi teoritis, studi leteratur atau kepustakaan dimulai dari
penyusunan laporan hasil penelitian.
Studi kepustakaan ini penting untuk mendapatkan gambaran secara
teoritis mengenai keadaan obyek penelitian yang diteliti. Studi
kepustakaan juga dilakukan untuk mengkaji analisis yang sifatnya
mengenai hukum dan perundang-undangan dalam hal ini kebijakan yang
menjadi permasalahan penelitian.
xix
Tempat : Desa Toyaning RT/RW 01/03 Kec. Rejoso
Kab. Pasuruan
B. Tahap Pembuatan
xx
Gambar 3.2 Daun Beluntas
xxi
Gambar 3.5 Daun Beluntas yang sudah di masukkan ke panci
xxii
Gambar 3.7 Rimpangan Kunyit atau Kunci yang sudah
tersedia di gelas
xxiii
Gambar 3.9 Pengadukan rimpangan kunyit atau kunci
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xxiv
6) Tambahkan pelengkap seperti rimpangan kunyit dan kunci
kedalam gelas minum
7) Angkat jamu dari kompor dan saring jamu agar daun
beluntas tidak ikut
terseduh kedalam gelas minum yang sudah terdapat
rimpangan kunyit
dan kunci didalamnya
8) Aduk hingga rimpangan kunyit atau kunci tercampur
dengan baik
9) Tunggu jamu daun beluntas tidak terlalu panas dan siap
disajikan
Khasiat yang dapat diperoleh dari jamu daun beluntas ini adalah :
C. Kelebihan jamu yang terbuat dari daun beluntas dari pada jamu
yang terbuat dari daun yang lain
xxv
juga tidak banyak.
2. Cara yang digunakan juga sederhana dan mudah untuk dilakukan
sendiri (lebih praktis).
3. Lebih alami sehingga pengguna tidak khawatir akan adanya kandungan
bahan kimia.
4.2 Pembahasan
B. Proses Penyeduhan
Dalam melakukan proses penyeduhan, harus di lakukan dengan
runtut seperti penjelasan di atas agar dihasilkan hasil yang optimal.
C. Bahan – Bahan
1. Daun beluntas yang segar
Setelah pemilihan daun beluntas yang segar, daun beluntas
tersebut di cuci dulu sampai bersih.
2. Air
xxvi
Air digunakan dalam proses penyeduhan jamu daun
beluntas. Air yang digunakan harus dalam keadaan mendidih. Jika
tidak, maka jamu tidak akan jadi secara sempurna.
3. Rimpangan Kunyit atau Kunci
Rimpangan Kunyit atau Kunci sebagai pelengkap alami
jamu daun beluntas agar menghasilkan rasa yang nikmat.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
A. Dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut;
Ambil daun beluntas secukupnya dan Cuci hingga bersih,
Masak air hingga mendidih, lalu masukkan daun beluntas
kedalam air yang mendidih, aduk daun beluntas sampai
warna air nya berubah menjadi kehijauan, tambahkan
xxvii
pelengkap seperti rimpangan kunyit atau kunci kedalam
gelas, angkat jamu dari kompor dan saring jamu agar daun
beluntas tidak ikut terseduh kedalam gelas yang sudah
terdapat rimpangan kunyit dan kunci didalamnya, lalu aduk
hingga rimpangan kunyit dan kunci tercampur dengan
baik,tunggu jamu daun beluntas tidak terlalu panas dan siap
disajikan.
5.2. Saran
Bagi penguna :
1. Jangan terlalu lama di simpan karena tidak mengandung pengawet sehingga
tidak tahan lama.
2. Di minum dalam keadaan apapun khasiat dari jamu tidak akan berkurang.
Bagi pemerintah :
Agar memberikan pelatihan khususnya kepada masyarakat tentang cara
pembuatan jamu daun beluntas serta memberikan sarana prasarana kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
xxviii
Budiati, Heni. 2007. Biologi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:
Gema Ilmu.
Damayanti Ratih, 2013. Buah dan Daun Ajaib, Yogyakarta: GIGA Pustaka ;146 –
154
xxix
https://.wikipedia.org>wiki>Tanin
xxx