PROPOSAL
LUCIUS TO’ENG
G1011171352
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH MASYARAKAT
SUKU DAYAK BAKATI SARA DI DESA PISAK
KECAMATAN TUJUH BELAS
KABUPATEN BENGKAYANG
LUCIUS TO’ENG
G1011171352
Distujui oleh
Diserahkan oleh
Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ialah “Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Suku Dayak Bakati sara
Di Desa Pisak Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Ir. Gusti Eva Tavita, M.Si sebagai
pembimbing pertama dan Dr. Hikma Yanti, S.Hut,M.Si sebagai pembimbing kedua.
Penulis berterima kasih kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Lucius To’eng
NIM.G1011171352
ii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................iii
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
Latar Belakang ............................................................................................................... 1
Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 4
Tumbuhan Obat.............................................................................................................. 4
Manfaat Tumbuhan Obat ............................................................................................... 4
Obat Tradisional ............................................................................................................. 5
Penggunaan Tumbuhan Obat ......................................................................................... 6
Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat ........................................ 6
Masyarakat Sekitar Hutan .............................................................................................. 7
Suku Dayak Bakati Sara................................................................................................. 7
Cara Pemanfaatan Tanaman Obat..................................................................................8
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 10
Tempat dan Waktu ....................................................................................................... 11
Alat dan Objek Penelitian ............................................................................................ 11
Prosedur Penelitian....................................................................................................... 11
Jenis dan Sumber Data..................................................................................................11
Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................... 12
Analisis Data ................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19
LAMPIRAN ................................................................................................................... 22
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kalimantan Barat sangat terkenal dengan hutan tropika basahnya yang menyimpan
berbagai jenis spesies tumbuh-tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat secara
tradisional. Salah satunya dimanfaatkan sebagai sumber obat-obatan. Jenis-jenis tumbuh-
tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat sangat beragam, seperti tanaman lapisan
bawah, liana, terna, perdu dan berbagai jenis pohon lainnya dan berbagai tumbuhan yang
sering dimanfaakan yaitu akar, kulit batang, kayu, daun, bunga, dan biji (Yusro et al.
2021).
Tumbuhan obat tradisional mempunyai peran yang sangat penting terutama bagi
masyarakat pedesaan yang fasilitas kesehatannya masih sangat berbatas. Nenek moyang
kita mengenal obat-obatan tradisional dari tumbuhan di sekitar pekarangan rumah
maupun yang tumbuh liar di semak belukar dan hutan-hutan. Pemanfaatan tumbuhan obat
diwariskan secara turun-temurun berdasarkan pengetahuan masyarakat sekitar kawasan
hutan yang di manfaatkan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat-obatan (Hidayat et al.
2012).Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa masing-masing daerah
di Kalimantan Barat banyak ditemukan jenis-jenis tumbuhan obat seperti di Desa Tanjung
Sari Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang terdapat 65 jenis (Meliki 2013).
Sejak dulu masyarakat telah banyak memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan
pengobatan untuk segala macam penyakit. Masyarakat yang ada di wilayah Desa pisak
tersebut memiliki kekayaan pengetahuan dalam bidang pengobatan khusus yang
berkaitan dengan penyembuhan penyakit, selain itu Desa Pisak juga masih memiliki
keanekaragaman yang cukup tinggi. Seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak
sampai orang tua rajin mengkonsumsi obat tradisional. Pemanfaatan tumbuhan sebagai
obat memang digunakan masyarakat secara turun temurun, hal ini dilakukan sebagai salah
satu upaya untuk tetap melestarikan budaya tumbuhan dalam bidang pengobatan. Pada
masa sekarang pengetahuan tentang tumbuhan obat dan pemanfaatan umumnya
cenderung sangat kurang. Budaya seperti ini sangat penting sekali dipertahankan untuk
melestarikan lingkungan dan juga supaya tumbuhan berkhasiat obat tidak punah.
Pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun juga menyebabkan ada
sebagian tumbuhan obat yang hanya diketahui dan dimanfaatkan oleh sebagian penduduk
saja. Dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan
tumbuhan obat di Desa Pisak Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang
dibutuhkan data dan informasi secara pasti mengenai pemanfaatan dan jenis-jenis
tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Suka Maju. Studi pemanfaatan jenis
tumbuhan obat berfungsi untuk mendekatkan masyarakat kepada pemanfaatan tumbuhan
obat dan sebagai sarana untuk megikutsertakan masyarakat di dalam upaya pelestarian
sumber daya alam non kayu. Hal ini menarik untuk dikaji mengenai pemanfaatan
tumbuhan obat untuk memberikan informasi tentang pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan
obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Pisak Kecamatan Tujuh Belas
Kabupaten Bengkayang.
2
obat adalah hal yang dapat dilakukan sebelum kita melakukan penyebarluasan
pemanfatan terhadap tumbuhan obat itu sendiri (Hamzari 2008).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dibuat rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
- Apa saja jenis-jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan Masyarakat Suku Dayak
Bakati Sara Desa Pisak untuk mengetahui tumbuhan sebagai obat-obatan tradisional.
- Bagian apa saja tumbuhan obat yang di gunakan Suku Dayak Bakati Sara.
- Cara pengngolahan tumbuhan obat Suku Dayak Bakati Sara.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji Masyarakat Suku Dayak Bakati Sara di
Desa Pisak Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang dalam memanfaatkan
tumbuhan obat-obatan sebagai obat tradisional dan menganalisis cara Masyarakat Dayak
Bakati Sara dalam memanfaatkan tumbuhan obat-obatan di Desa Pisak Kecamatan Tujuh
Belas Kabupaten Bengkayang.
Manfaat penelitian ini memberi informasi kepada pihak yang terkait didalam
penelitian dan bermanfaat dalam membuat kebijakan dalam rangka mengetahui
pemanfatan tumbuhan obat sebagai obat tradisional yang dilakukan di Desa Pisak
Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah salah satu, beberapa atau seluruh tumbuhan obat tersebut,
yaitu daun, batang, akar, kulit, umbi, buah dan bunga yang memiliki khasiat obat dan di
gunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian
berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu
atau jika tidak mengandung zat aktif tapi mengandung efek resultan atau sinergi dari
berbagai zat yang berfungsi mengobati (Rusdi 2019). Pengetahuhan tentang tanaman obat
telah ada sejak jaman dahulu dan sekarang masih menjadi bagian dari pengobatan seluruh
dunia. Praktik pemanfaatan tumbuhan obat ini didasarkan atas kepercayaan, kearifan
lokal, serta pengalaman orang-orang terdahulu, dan ini menjadi dasar untuk pengobatan
secara modern (Pranaka et al. 2020). Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat
dikelompokkan menjadi daun, batang, akar, buah, rimpang dan umbut. Namun demikian
tidak sedikit masyarakat memanfaatkan seluruh bagian tanaman dalam pengobatannya.
Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun, sedangkan yang paling
sedikit digunakan adalah umbut, akar, buah dan kulit (Maulidiah et al. 2020). Tingginya
frekuensi pemanfaatan daun sebagai obat terkait dengan beberapa keunggulan seperti
produktivitas daun yang lebih banyak, lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan
bagian lain dan penggunaannya yang relatif mudah karena dapat dipergunakan secara
langsung.
Pengunaan satu bahan oleh masyarat, terutama yang dai guanakan dalam kehidupan
sehari-hari memiliki banyak manfaat. Salah satunya yaitu tumbuhan obat yang berada di
lingkungannya, yang di percayan dapat menyembuhkan suatu penyakit. Berikut beberapa
manfaat tumbuhan obat (Wulandari et al. 2012):
1. Efek samping yang ditimbulkan oleh obat teradisional dengan penggunaan tumbuhan
hampir tidak memiliki efek samping.
2. Tumbuhan yang digunakan mudah didapatkan dari lingkungan.
3. Harga pengobatan teradisional lebih terjangkau dibandingkan pengobatan moderen.
4. Dapat menciptakan suatu peluang usaha, dengan membuat ekstrak-ekstrak tumbuhan
obat dalam bentuk pil, serbuk maupun kapsul sehingga lebih peraktis dikonsumsi.
5. Adanya keyakinan empiris bahawa pengguanaan tumbuhan oabat lebih aman
dikalangan masyarakat berdasakan pengalaman dari leluhur.
Obat Tradisional
Obat tradisional adalah ramuan dari berbagai jenis bagian tumbuhan yang
mempunyai khsiat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang sudah dilakukan sejak
5
zaman dahulu secara turun-temurun. Obat tradisional hampir selalu identik dengan
tanaman obat karena sebagian obat tradisional berasal dari tanaman obat ( Pramono et al.
2009).
Menurut badan pengawas obat dan makanan (Badan POM) obat bahan alam yang lebih
dikenal dengan obat tradisional dikelompokan menjadi tiga golongan yakni :
1. Jamu
Jamu adalah ramuan dari tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan gelenik,
atau campuran bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu sebagai warisan budaya bangsa harus tetap
dilestarikan dengan fokus utama pada aspek mutu dan keamanannya. Jamu yang
digunakan untuk pengobatan sendiri atas :
a. Jamu Racikan
Usaha peracikan, percampuran atau dalam pengolahan obat tradisional dengan
bentuk ranjangan, serbuk, cairan pilis, tempel ataupun paran dalam sekala kecil,
dijual dari satu tempat tempat penandaan atau merk dagang.
b. Jamu Gendong
Ini adalah satu usaha peracikan, percampuran, pengolahan dan pengedaran obat
tradisional dalam bentuk cairan, pilis atau param tampa penandaan atau merk
dagang yang tertara dan tampa dijajakan
2. Obat Herbal Terstandar
Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
Keamanan dan khsiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis, dan bahan baku nya telah
terstandarisasi. Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional yang biasanya
disajikan dalam bentuk ekstrak.
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khsiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dengan hewan percobaan dan telah
melalui uji klinis pada manusia secara bahan baku produknya telah standarisasi
(Warsito 2011).
Penggunaan obat tradisional dinilai lebih aman dibandingkan pengobatan secara
moderen (Katno2009). Obat tradisional memiliki kelemahan dan kekurangan sebagai
berikut :
1. Kelebihan
Obat tradisional memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah efek samping
relatif rendah, satu jenis spesies dapat memiliki lebih dari satu efek farmakologi
serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.
2. Kekurangan
Bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta belum dilakukan uij
klinik dan mudah terinfeksi berbagai jenis mikroorganisme.
6
Penggunaan tumbuhan sebagai obat bisa dengan cara di minum, ditempel, untuk
mencuci/mandi, dihirup sehingga penggunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor
sel dapat menerima senyawa kimia atau rangsangan. Hingga sekarang, pengobatan
tradisional masih diakui keberadaannya dikalangan masyarakat luas, ini sejalan dengan
kebijakan pemerintah yang terus membina dan mengembangkannya. Salah satu
pengobatan tradisional yang sedang trend saat ini yaitu ramuan tumbuhan sebagai obat
secara empirik, ramuan tradisionsl dengan tumbuhan obat paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Penggunaan ramuan tradisional tidak hanya untuk menyembuhkan suatu
penyakit, tetapi juga untuk menjaga dan memulihkan kesehatan (Stepanus 2011).
Masyarakat dalam istilah bahasa inggris adalah society yang berasal dari bahasa
latin socius yang berati (Kawan). Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab syaraka
yang berati (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
saling bergaul, dalam istilah ilmiah yaitu saling berinteraksi, satu kesatuan manusia dapat
mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berintraksi.
Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal di dalam atau sekitar
kawasan hutan pada umumnya sangat bergantung pada sumberdaya alam hutan untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan ekonomi dan budayanya.Baik yang dimanfaatkan secara
langsung ataupun tidak langsung dari hutan tersebut. Sebagian dari mereka mereka
melakukan kegiatan budidaya pertanian di dalam kawasan hutan, lainnya hanya memetik
hasil hutan non-kayu seperti rotan, getah, sarang burung, dan tanaman obat-obatan,
sebagian lainnya adalah mencari kayu bakar, menyabit rumput, atau mengembalakan
ternaknya di sekitar kawasan hutan (Koentjaraningrat 2009).
Hubungan manusia dan alam, lingkungan pada dasarnya menyediakan sumber daya
agar dapat dimanfaatakan oleh penghuninya untuk kelangsungan hidup. Manusia
memiliki daya cipta, rasa dan karsa. Berkat daya tersebut, manusia mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungann dimana tempat mereka tinggal, melalui daya itu pula maka
manusia berupaya memanfaatkan sumber alam dan lingkungan berdasarkan pengalaman
dan pengetahuannya (Walujo. 2011).
Suku Dayak Bakati Sara oleh masyarakat tradisional sudah menjadi tradisi turun-
temurun. Suku Dayak Bakati Sara merupakan salah satu dari sekian banyak Suku Dayak
yang ada di Kalimantan Barat. Masyarakat Suku ini memiliki banyak budaya dan
aktivitas hidup yang berhubungan dengan lingkungan alam seperti berkebun, berburu dan
meramu hasil hutan. Satu diantara kekayaan budaya dari suku Dayak Bakati Sara adalah
masih menggunakan tumbuhan disekitarnya sebagai bahan obat untuk mengobati
berbagai macam penyakit. Masyarakat Suku Dayak Bakati Sara di Desa Pisak juga
memiliki kekayaan pengetahuan tradisional khususnya tumbuhan obat yang ada di Desa
Pisak cukup besar, namun belum diketahui jenisnya. Hal tersebut merupakan
pengetahuan yang sangat berharga dan merupakan kekayaan budaya yang perlu digali
dan didokumnentasikan agar pengetahuan tradisional tersebut tidak hilang, sehingga
harus dicegah dengan usaha pendataan pengetahuan tumbuhan obat dengan melakukan
penelitian tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Suku Dayak Bakati
Sara Di Desa Pisak Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang agar tersedia
informasi yang lengkap dan akurat mengenai jenis tumbuhan yang digunakan sebagai
obat serta cara pemanfaatannya.
8
Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan
terbagi berdasarkan wilayah Administratif yang mengatur wilayahnya masing-masing
terdiri dari: Kalimantan Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu
kotanya Banjar masin, Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan
Barat ibu kotanya Pontianak, Kalimantan Utara Ibu kotanya Tanjung Selor. Suku Dayak
terbagi dalam 405 sub-sub suku. Lontaan, 1974. Masing-masing sub suku Dayak
mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, sesuai dengan sosial
kemasyarakatannya, adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas pada masing-
masing sub suku tersebut, baik Dayak di Indonesia maupun Dayak di Sabah dan Sarawak
Malaysia.
Etnis Dayak Kalimantan. Lontaan, 1974 menyebutkan, terdiri dari 6 suku besar
dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh daerah pedalaman Kalimantan. Mereka
menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama
sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari
ivan (dalam bahasa kayan, ivan = pengembara) demikian juga menurut sumber yang
lainnya bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama suku Batang Lupar, karena berasal
dari sungai Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak,
Malaysia. Suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani (Manok
Sabung/algojo) di Tampun Juah dan nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama anak
sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang kemudian dijadikan nama suku Dayak
Mualang. Dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian
juga asal usul Dayak Kayan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju, Desa dan
lainnya, yang memiliki latar belakang sejarahnya sendiri-sendiri. Suku Dayak hidup
terpencar-pencar di seluruh wilayah pedalaman Kalimantan baik yang hidup wilayah
Indonesia maupun yang domisili di Sabah Sarak Malaysia.Mereka hidup menyebar
menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau
Kalimantan. Menurut sejarahanya,suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan.
Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut "Nansarunai Usak Jawa", yakni sebuah kerajaan
Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun
1309-1389 Fridolin Ukur,1971. Kejadian tersebut mengakibatkan Suku Dayak terdesak
dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman.
Umumnya masyarakat setempat lebih banyak mengolah tanaman obat dengan cara
meminum air rebusan dari bagian tanaman yang dimanfaatkan karena dinilai sederhana
dan lebih alami. Adapun beberapa alasan yang disampaikan oleh pengobat tradisional
(batra) mengapa tanaman obat direbus, salah satunya yaitu pada saat proses perebusan,
khasiat yang ada pada organ tanaman akan menyebar dan menyatu dengan air rebusan
yang disebabkan karena adanya pemanasan. Hardadi (2005), berpendapat bahwa merebus
merupakan cara yang efektif, ekonomis dan efisien karena dengan merebus berulang kali
9
tidak akan mempengaruhi khasiat obat. Perebusan ini bisa dari daun, bunga, rimpang atau
batang tanaman (Fariz et al. 2018).
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.
Analisis Data
Kualitatif dan Kuantitatif
METODE PENELITIAN
11
Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey dengan
wawancara. Pengambilan data dilakukan dengan teknik komunikasi langsung dan dibantu
dengan daftar pertanyaan berupa kuisioner. Penelitian menggunakan teknik purposive
sampling dan snowball sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan
pertanyaan sampel yang di perlukan dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang
dianggap paling tahu tentang tumbuhan obat itu sendiri. Metode purposive sampling
memiliki subyek atau sampel berdasarkan rekomendasi orang ke orang yang sesuai
dengan peneliti untuk di wawancarai (Pantton 2002). Jumlah KK di lokasi penelitian 1001
kepala keluarga, pengambilan sampel sebanyak 286 kepala keluarga (KK).
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti di lapangan melalui
responden dengan cara observasi, wawancara dan penyebaran angket. Sasaran data pada
data primer yaitu data yang ditemukan langsung oleh peneliti di lapangan. Data primer
terdiri spesies tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat, mulai dari habitus, bagian yang
digunakan, cara dari pengolahan serta cara pemakaian dan manfaat tumbuhan obat
tersebut.
12
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bersifat penunjang yang diperoleh secara tidak
langsung. Data tersebut dapat diperoleh dari publikasi ilmiah, data dari kantor
desa/instansi terkait, studi literatur dan lain-lainnya. Data yang diperoleh berupa data
kependudukan Desa Pisak, data pendidikan, mata pencaharian, sarana dan prasarana
penghubung. Data yang terdiri dari peta lokasi, jurnal atau literatur yang terkait, luas
wilayah penelitian, jumlah penduduk, tingkat pendidikan serta kondisi sosial ekonomi.
Dimana :
ni = ukuran sampel atau jumlah responden
Ni = ukuran populasi
i= 1,2,3,4,5 dan sterusnya
e= derajat kebebasan 5% (0,05)
dengan perhitungan sebagai berikut:
1001 1001
𝛑= = 286
1 + 1001(0,05 𝑥 0,05) 3,50
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan slovin diatas, maka hasil yang didapatkan
untuk jumlah responden sebanyak 286 orang. Jumlah reponden teripilih adalah 286
dengan jumlah total KK masyarakat di Desa Pisak Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten
Bengkayang 1001 KK. Jumlah responden terpilih dapat dilihat pada Tabel 1.
Analisis Data
14
Menurut Sugiono (2014), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain (Nurkholiq et al. 2019). Analisis data dilakukan dalam bentuk tabel dari hasil
wawancara responden serta analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Materi tabulasi
dibuat dengan mengklasifikasikan tanaman obat dengan cara menentukan spesies
tanaman obat dengan bantuan panduan tanaman obat dan media online. Analisis
deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran dan penjelasan tentang semua data
yang terkumpul, dan data tersebut kemudian diperoleh berupa hasil bagian-bagian
tumbuhan obat yang digunakan, diolah penggunaannya dengan spreadsheet. Tujuan
analisis kualitatif adalah mendeskripsikan informasi yang muncul dengan menggunakan
fakta lapangan, sedangkan analisis kuantitatif jenis dan pola penggunaan dihitung dengan
rumus etnobotani.
1. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat umum akan dianalisis
menggunakan rumus etnobotani antara lain, Use Value (UV), Family Importance
Value (FIV), Informan Consensus Factor (ICF), dan Fidelity Level (FL).
a. Use Value (UV) merupakan nilai penggunaan tumbuhan dan metode kuantitatif
yang menunjukkan kepentingan relatif pentingnya spesies yang dikenal secara
lokal (Tangjitman et al., 2015).
𝑼𝑽 = ∑ 𝑼/𝒏
Keterangan :
UV : Nilai penggunaan suatu spesies tumbuhan.
U : Jumlah spesies yang disebutkan oleh masing-masing responden.
n : Jumlah total responden.
b. Family Importance Value (FIV), menunjukan famili tanaman yang paling banyak
digunakan (Tangjitman et al. 2015).
𝑭𝑪(𝒇𝒂𝒎𝒊𝒍𝒚)
𝑭𝑰𝑽 = X100
𝑵
Keterangan :
FIV : Family Importance Value
FC : Jumlah responden yang menyebutkan (Family)
15
N : Total responden
c. Informant Consesnsus Factor (ICF), dihitung untuk setiap kategori penyakit
untuk mengidentifikasi kesepakatan masyarakat berkenaan dengan jenis tanaman
yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu (Tangjitman et al. 2015).
𝐍𝐮𝐫 − 𝐍𝐭
𝐈𝐂𝐅 =
𝐍𝐮𝐫 − 𝟏
Keterangan :
ICF : Nilai Informant Consensus Factor
Nur : Jumlah penggunaan spesies tumbuhan untuk setiap kategori penyakit
Nt : Jumlah taksa yang digunakan
d. Fidelity Level (FL) berfungsi untuk mengenali tumbuhan yang paling disukai
yang kemudian digunakan untuk menyembuhkan penyakit tertentu oleh
responden (Tangjitman et al. 2015).
𝐍𝐩
𝐅𝐋(%) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎
𝐍
Keterangan :
FL : Fidelity Level
Np : Jumlah responden yang melaporkan pemanfaatan jenis tertentu
N : Jumlah total responden yang menyebutkan tumbuhan yang sama.
2. Analisis data yang digunakan untuk menganalisis hasil wawancara dukun/batra
adalah analisis dengan Preferensi Rangking dan Direct Matriks Rangking.
a. Preferensi Rangking
Preferensi Rangking merupakan pemeringkatan yang dilakukan untuk
menentukan peringkat tanaman obat yang paling disukai untuk mengobati
penyakit. Dalam penelitian yang dilaksanakan, tanaman obat yang dianggap oleh
responden Batra paling efektif dalam mengobati penyakit akan mendapatkan nilai
tertinggi (10) dan untuk jenis tanaman yang jarang digunakan atau tidak efektif
akan mendapatkan nilai terendah (1). Tentunya hal ini akan membantu dalam
mengetahui jenis apa saja yang paling efektif digunakan oleh pengobat tradisional
(Batra) untuk mengobati berbagai macam penyakit (Alemneh, 2021) kemudian
dapat membantu juga dalam menentukan jenis tumbuhan apa yang paling efektif
untuk pengobatan.
b. Direct Matriks Rangking
Direct Matriks Rangking merupakan pemeringkatan matriks secara langsung
yang digunakan untuk membandingkan multiguna dalam penggunaan jenis
tanaman tertentu dengan berdasarkan informasi yang sudah dikumpulkan dari
para responden Batra yang sudah dikategorikan seperti (obat, minuman, makanan,
pewarna makanan, bumbu, kayu api, arang, kontruksi), jenis tumbuhan yang
16
paling sering dimanfaatkan akan mendapatkan nilai tertinggi (10) dan nilai
terendah (1), (Jima et al. 2018). Pada penelitian ini akan dibuat Tally Sheet yang
kegunaanya untuk merangkum data seperti nama lokal dan latin, family, habitus,
bagian yang digunakan, cara pengolahan, cara pemanfaatan, khasiat, identitas
responden dan keterangan lainnya (Tabel 2, 3, dan 4).
17
1
2
3
4
18
No Nama Umur Suku Agama Jelis Tempat Tinggal Pendidikan Pekerjaan Tahu/ Sumber Lama Menjadi
Kelamin Terakhir Tidak Tahu Pengetahuan Dukun/batra
L P Dusun Rt Rw
4
19
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Ningsih K, Junanto T. 2022. Tren Riset Tanaman Obat di Indonesia Dari Tahun
2011-2021 Analisis Bibliometrik Menggunakan Vosviewer, Jurnal Klorofil 6(1):
14-20.
Aminah S, Wardenaar E, Muflihati. 2016. Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan oleh
Battra di Desa Sejahtera Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara. Jurnal
Hutan Lestari. 4 (3) :299-305.
Departemen Kesehatan. 1978. Surat keputusan menteri kesehatan
No.149/SK/Menkes/IV/1978 tentang definisi tanaman obat.
Efremila, Wardenaar E, Sisillia L. 2015. Studi etnobotani obat oleh etnis Suku Dayak di
Desa Kayu Tanam Kecamatan Mandor Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari.
3 (2) : 234-246.
Erlianti E, Julianti S, Irwanto, Fujiati. 2022. Pemanfaatan Tanaman Herbal Sebagai
Imunodulator Dalam Rangka Meningkatkan Imunitas Bagi Lansia di Panti Sosial
Tresna Werda Banjabaru. Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas 7 ( 2 ): 298-311.
Fariz A, Sholihin MA, Fauzi R, Rizki MI. 2018. Review : Tanaman Obat yang Berefek
Sebagai Antigout. Jurnal Pharmascience, 05 (01), 22–31.
Handayani T, Ratnasari I, Mariani. 2020. Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Upaya
Swamedikasi di Kelurahan Tengkiling, Kecamatan Bukit Batu, Kota
Palangkaraya. Jurnal Layanan Masyarakat, 4 (1) : 84-90.
Indra, Husni H, Sisilia L. 2014. Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Etnis Melayu di Desa
Sungai Baru dan Desa Sempadian Kabupaten Sambas. Jurnal Hutan Lestari. 2
(2):181-188.
Khaswarina S, Cahyadi E, Marniati, Sujarwati, Setyatiningsih CS, Fatonah S. 2020.
Pemanfaatan Tanaman Pekarangan Untuk Pengobatan Herbal. Jurnal JPPM, 4 (
2 ): 247-256.
Kadir LH. 2016. Legenda, Adat, dan budaya Dayak Kantuk serta sejarah singkat
kebangkitan Dayak Kalimantan Barat. Yogyakarta: PT Kanisius Yogyakarta.
Leonardo H, Fadillah U,Yusro F. 2013. Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat di Desa
Sekabuk Kecamatan Sadaniang Kabupaten Pontianak. Jurnal Hutan Lestari. 1 (1)
:32-36.
Mariani Y, Rahman K, Wardenaar E. 2019. Identifikasi dan Jenis Pemanfaatan
Tumbuhan Obat di Hutan Tembawang, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau.
Jurnal Hutan Lestari, 7 (1): 44-55.
Mariani Y, Budiastutik I, Pranaka NR, Yusro F. 2020. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh
Masyarakat Sekitar Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kelam, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat. Jurnal Sylva Lestari, 8( 2) : 255-272.
20
Maulidiah, Prasetya WO, Asih SD. 2020. Pemanfaatan Organ Tumbuhan Sebagai Obat
Yang Diolah Secara Tradisional Di Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung
Barat. In Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 7(2):1-26
Mustika M, Herawatiningsih R, Latifah S. 2014. Keanekaragaman Tumbuhan Obat
dalam Kawasan Hutan Sekunder Areal IUPHHK PT. Kalimantan Satya Kencana
Kabupaten Melawi. Jurnal Hutan Lestari. 2 ( 2) : 348-356
Nanda PR, Yusro F, Budiastutik I. 2020. Pemanfaatan Tanaman Obat Oleh Masyarakat
Suku Melayu Di Kabupaten Sambas. Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia, 13(1), 1–
24
Ningsih IY. 2016. Studi Etnofarmasi penggunaan tumbuhan obat oleh suku Tengger di
Kabupaten Lumajang dan Malang Jawa Timur. Jurnal Farmasi Indonesia. 13 (1)
: 10-20
Nurhaida, Usman FH, Tavita GE. 2015. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Di Dusun
Kelampuk Kecamatan Tanah Pinoh Barat Kabupaten Melawi Ethnobotany Study
of Medicinal Plant in Kelampuk Village Land West Pinoh Sub District Melawi
District, 3(4)
Patarianto P. 2015. Analisa Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Nasabah di PT. Bank
Mandiri (PERSERO) TBK. Cabang Sudoarjo Gedangan. Jurnal Maksipeneur
2(4):28-37.
Rahman K, Wardenaar E, Mariani Y. 2019. Identifikasi Jenis dan Pemanfaatan
Tumbuhan Obat di Hutan Tembawang oleh Masyarakat Kelurahan Beringin
Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan Lestari 7(1):44-55
Sari A, Riza L, Irwan L. 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Suku
Dayak Jangkang Tanjung di Desa Ribau Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau.
Protobiont 4(2):1-8
Tangjitman K, Wongsawad C, Kamwong K, Sukkho T, Trisonthi C. 2015.
Ethnomedicinal plants used for digestive system disorders by the Karen of
northern Thailand. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 11(1):20-41.
Tavita GE, Oramahi AH, Mingga M. 2019. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh
Masyarakat di Desa Raba, Kecamatan Menjalin, Kabupaten Landak. Jurnal
Hutan Leatari 7 ( 1) : 97-105.
Wahyuono S, Widyastuti MS, Hadi WEE. 2016. Keanekaragaman dan Pemanfaatan
Tumbuhan Bawah Pada Sistem Agroforestri di Pebukitan Menoreh, Kabupaten
Kulon Progo. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23 (2): 206-215.
Walujo EB. 2008. Review: Research Ethnobotany in Indonesia and The Future
Perspective Biodiversitas, 9 (1): 59-63.
Wardhani MT. 2020. Pemanfaatan Tanaman Kelor (Moringa olifera, lam.) Sebagai
Sumber Terapi Preventif dan Kuratif Pada Pasien Perlemakan Hati Dengan
Sindrom Metabolik. Jurnal Scientific Medical 1 (2 ): 1-11.
21
LAMPIRAN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Agama :
7. Status Pernikahan :
8. Suku :
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Agama :
7. Status Pernikahan :
Tanggal :
Alamat :
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Agama :
5. Dusun :
6. Suku :
7. Pendidikan terakhir :
8. Pekerjaan :
9. Status pernikahan :
10. Sumber pengetahuan :
B. Pertanyaan Untuk Responden
1. Berapa lama anda sudah menjadi pengobat tradisional/ Dukun/Battra?
a. 3 tahun
b. 4 tahun
c. 5 tahun
d. Lainnya...
2. Darimanakah sumber pengetahuan yang anda dapatkaan untuk mengobati suatu
penyakit?
a. Turun temurun/keluarga
b. Belajar
c. Mimpi/penujukan langsung
d. Lainnya...
3. Apakah ada orang lain/murid yang telah belajar dari anda?
a. Ada
b. Tidak ada
4. Tumbuhan apa saja yang anda gunakan sebagai obat saat mengobati penyakit?
Jawaban:............................................................................................................
...........................................................................................................................
.........................................................
....................................................................................................................
..............................................
6. Berapa banyak pasien yang sudah anda obati dalam jangka waktu perminggu
atau perbulan?
a. 5 orang
b. 10 orang
c. 20 orang
d. Lainnya...
7. Bagian tumbuhan mana yang anda gunakan sebagai obat?
a. Daun
b. Akar
c. Bunga
d. Lainnya...
8. Bagaimana cara pengambilan tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan
tersebut?
Jawaban:........................................................................................................
.......................................................................................................................
....................................................
9. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan obat yang anda gunakan untuk
mengobati penyakit?
a. Digusuk
b. Direbus
c. Dibakar
d. Lainnya...
10. Bagaimana cara pemakaian tumbuhan obat tersebut?
a. Diminum
b. Dimakan
c. Ditempel
d. Lainnya...
11. Bagaimana aturan pemakaian ramuan dari tumbuhan obat tersebut?
a. 1 x 1 hari
b. 1 x 2 hari
c. 1 x 3 hari
d. Lainnya...
12. Berapa banyak tumbuhan yang anda gunakan untuk mengobati penyakit
tersebut?
a. 1 tumbuhan
b. 2 tumbuhan
c. 3 tumbuahan
d. Lainnya...
13. Berapa lama proses pengobatan untuk mengobati penyakit tersebut?
a. 1 hari
26
b. 2 hari
c. 3 hari
d. Lainnya...
14. Dimanakah lokasi pengambilan tumbuhan obat tersebut?
a. Di hutan
b. Di pekarangan
c. Di pasar
d. Lainnya...
15. Apakah tumbuahan obat tersebut dibudidayakan?
a. Dibudidayakan
b. Liar
16. Apakah ada campuran yang digunakan untuk mengobati penyakit tersebut?
Jawaban:.......................................................................................................
......................................................................................................................
..............................................
27