Anda di halaman 1dari 37

ETNOBOTANI BAHAN PEWARNA ALAMI TENUN IKAT

PADA ETNIS DAYAK IBAN DI DESA LABIAN


KABUPATEN KAPUAS HULU

PROPOSAL

ARDY DOM SABAI B


NIM G1011181343

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
ETNOBOTANI BAHAN PEWARNA ALAMI TENUN IKAT
PADA ETNIS DAYAK IBAN DI DESA LABIAN
KABUPATEN KAPUAS HULU

ARDY DOM SABAI B


G1011181343

Disetujui Oleh

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Dr Siti Masitoh Kartikawati, SHut M Si Muflihati SHut, M Si


NIP 197207092006042001 NIP 197607192005012001

Disahkan oleh
Ketua Jurusan Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura

Dr Slamet Rifanjani, SHut, MP


NIP 197412072002121004
PRAKATA
Puji Dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rencana penelitian ini
dengan judul “Etnobotani Bahan Pewarna Alami Tenun Ikat Pada Etnis Dayak
Iban Di desa Labian Kabupaten Kapuas Hulu”. Rencana penelitian ini dikerjakan
dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat pnyusun skripsi pada Program Studi
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak.
Penyelesaian rencana penelitian ini penulisan mendapatkan banyak bimbingan,
masukan, pengaraahan dan dukungan dari dosen pembimbing skripsi serta pihak lainnya
yang tidak dapat disebutkan, untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih banyak
dan sebesar-besarnya kepada Ibu Dr Siti Masitoh Kartikawati, SHut.M Si Selaku Dosen
Pembimbing Pertama, Ibu Muflihati, SHut, M Si Selaku Dosen Pembimbing Kedua, Ibu
Dr Farah Diba, SHut, Msi Selaku Dekan Fakultas Kehutanan, Bapak Dr Slamet
Rifanjani, SHut, MP Selaku Ketua Jurusan Fakultas Kehutanan, Bapak Dan Ibu Dosen
Serta Seluruh Staf Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak.
Kedua orang tua penulis yang senantiasa mendukung, memberikan motivasi, semangat
dan Doa-Nya. Semua teman-teman mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas
Tanjungpura yang telah memberikan semangat dan dukungan selama ini.
Penulis berharap semoga rencana penelitian ini dapat bermanfaat dalam
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetaahuan terutama dibidang kehutanan serta
dapat menjadi nilai tambah bagi penulis maupun bagi pembaca dan digunakan
sebagaimana semestinya.

Pontianak, Januari 2022

Ardy Dom Sabai B


DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA …………………………………………..………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...……… ii
DAFTAR TABEL …………………………………………….…………….…..…….. iii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………….……………….……… iii
PENDAHULUAN ………………………………………………………….…………. 1
Latar Belakang …………………………………………………………………..…. 1
Rumusan Masalah …………………………………………………………....…….. 3
Tujuan Penelitian……………………………………………………....……...……. 3
Manfaat Penelitian………………………………………………...……………...… 4
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………..……………..……...….. 5
Definisi Etnobotani ………………………………………………………...……..... 5
Pemanfaatan Tumbuhan Dalam Proses Pewarnaan Tenun Ikat………....…..……... 6
Tenun Ikat Tradisional Sebagai Kearifan Local Masyarakat…..…………………....7
Etnis Dayak Iban Memanfaatkan Tumbuhan Pewarna Alami
Sebagai Tenun Ikat ................................................................................................... 7
Kerangka Piker ………………………...………………………………………… 10

METODE PENELITIAN …………………………………………………………..…11


Tempat Dan Waktu Penelitian …………………………………… ………….......11
Alat Dan Bahan Atau Objek Penelitian …………………………….……………...11
Jenis Dan Sumber Data ………………………………………………………….... 11
Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………………... 15
Prosedur Penelitian ………………………………………………………………...18
Mengikuti Proses Kegiatan Dalam Mewarna Benang Dan Menenun …………......19
Analisis Data ……………………………….……………………………………....21
DAFTAR PUSTAKA ………………….……………………………………………...23
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tally Sheet Jenis, Tumbuhan Yang Digunakan dalam proses tenun ikat ….. 16
Tabel 2 Tally Sheet Cara Pengolahan Tumbuhan Pewarna Alami ........................... 16
Tabel 3 Tally Sheet bioteknologis Tumbuhan digunakan dalam proses tenun ikat ….16
Tabel 4 Tally Sheet pewarnaan pengikat benang ………………………………….... 17
Tabel 5 Tally Sheet alat yang digunakan dalam proses pewarnaan ………………….17
Tabel 6 Tally Sheet Mewawancara Berdasarkan Responden ...................................... 17

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pikir ………………………………………………………....… 10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Untuk Responden Masyarakat


Lampiran 2 Peta Lokasi Rencana Penelitian.
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Etnobotani yaitu suatu hubungan masyarakat adat/kelompok sosial dalam sistem
social atau kebudayaan serta bagian tumbuhan alam yang mempunyai arti atau
kedudukan tertentu dalam adat, agama, bahasa, dan lain sebagainya. sebagai makanan,
perlindungan atau, pengobatan, pakaian, perburuan dan upacara adat (Purwanto, 1999).
Selain itu tumbuhan dimanfaatkan untuk bahan penghasilan seperti pembuatan rumah
dan pewarna alam.

Dayak Iban Desa Labian menggunakan tumbuhan pewarna alami sebagai tenun
ikat karena sangat ramah lingkungan karena bahannya diambil dari alam sendiri
terdapat sebuah sejarah perkembangan adat mengenai tenun ikat itu sendiri, yang hanya
dapat dilakukan oleh kaum perempuan saja dengan cara tertenu dan dengan syarat
tertenu oleh etnis dayak. Yang berperanan penting sebagai rasa syukur kepada sang
pencipta yang memberi segala anugerah dan kebaikan (Suryadarma, 2008).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alam, digunakan untuk mewarnai


makanan, kain, kerajinan lainnya dan tenun ikat. Jenis tumbuhannya yaitu seperti
engkerebai dan tengkawang dengan bagian yang digunakan yaitu daun. Tenun ikat
adalah jenis tenun yang cara membuatnya dilakukan dengan mengikat bagian-bagian
benang terlebih dahulu menurut pola/motif tertentu agar tidak terkena oleh warna
celupan, sedangkan bagian-bagian yang tidak diikat berubah warna sesuai dengan warna
yang dicelupnya, baru kemudian ditenun seperti biasa. Dimana pada prosesnya
masyarakat menggunakan tumbuhan sebagai pewarna alami. Contohnya tumbuhan
engkerebai menghasilkan warna coklat kemerahan dan tengkawang menghasilkan
warna kuning untuk pembuatan Tenun ikat di Kalimantan Barat dibuat oleh suku
Dayak. Salah satu suku Dayak yang masih membuat tenun ikat menggunakan tumbuhan
sebagai pewarna alami adalah suku Dayak Iban Desa Labian dusun ngaung keruh.

Budaya Tenun Ikat Dayak Iban, adalah tenunan khas dari masyarakat Dayak Iban
khususnya wanita Iban di kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Salah satu produk
dari tenun ikat ini adalah kain Pua/Pua Kumbu yang memiliki bentuk seperti selimut.
Pua merupakan hasil tenun ikat yang rumit dan sangat dibutuhkan dalam upacara adat.
Kain Pua dianggap sakral dan memiliki roh karena dibuat dengan rangkaian upacara
tersendiri. Keunikan motif, proses pembuatan, dan pantangan yang berlaku menjadikan
kain pua sebagai simbol identitas budaya khas wanita Iban yang dapat meningkatkan
status dan kehormatan keluarga mereka dan sangat dibutuhkan dalam upacara adat atau
seserahan lamaran (SosbudKompasiana, 2012).

Tenun ikat dari etnis dayak memiliki fungsi dan makna tersendiri seperi spiritual
yang berkaitan dengan presepsi tentang alam. Dalam pembuatan tenun ikat ada jenis
tenun tertentu yang proses pembuatannya memerlukan ritual tertentu dengan tujuan agar
si pembuat dijauhkan dari segala mara bahaya salah satunya motif bercorak dinamakan
buah bunut itu tidak bisa dibuat begitu saja tampa ritual adat agar tampa gangguan
benda lainya. Kearifan local yang terdapat pada suku dayak iban ini adalah senantiasa
memegang dan melestarikan warisan budaya orang tua atau leluhur yang membuat
karya lokal dengan menjadikan tumbuhan sebagai pewarna alami sebagai bahan tenun
ikat.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang diatas ada pun yang menjadi rumusan masalah
dari penelitian ini ialah, Tenun ikat merupakan suatu Budaya Tenun Ikat Dayak Iban Di
Kapuas Hulu, dengan proses pembuatan kain tenun memerlukan waktu yang tidak
sebentar tergantung pada masing-masing individu. Dalam pembuatan tenun ikat ada
jenis tenun tertentu yang dalam proses pembuatannya memerlukan ritual tertentu
dengan tujuan agar si pembuat dijauhkan dari segala mara bahaya, dan ada sebagain
kain tenun yang sudah jadi dapat digunakan sebagai upacara adat atau seserahan
lamaran karena hanya bisa dibuat oleh kaum wanita saja dan laki-lakinya khusus
mengambil alat dan membuat kerangka untuk menenun. Dan juga masyarakat dapat
memperkenalkan budayanya ke dunia luar dalam rangka melestarikan kain tenun Iban
yang konsepnya menggunakan pewarna alami yang dengan tenun khusus yang bisa
untuk diperjualkan atau dipasarkan.

Tumbuhan pewarna alam dengan bagian tumbuhan yang digunakan untuk


mewarnai kain atau benang. Dan bagian tumbuhan yag digunakan antara lain yaitu
daun, kulit kayu, akar, bunga, buah dengan melalui proses perebusan. sebagai upaya
mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk kain tenun dengan
dibudidayakan tumbuhan penghasil warna alam agar tetap lestari dan dapat
dikembangkan.

Apakah yang menerapakan tumbuhan pewarna alami semua masyarakat atau ada
kelompok tertenu. Khususnya dimasyarakat keadaan yang biasa dilakukan dalam
membuat warna dari berbagai tumbuhan dapat dikerjakan secara kelompok, dan pada
saat melakukan sebuah tenun ikat itu dapat dilakukan secara masing-masing individu.

Proses yang digunakan itu menggunakan metode apa, metode yang digunakan
adalah metode Informan kunci masyarakat yang paling banyak menguasai informasi,
pengetahuan yang terkait dengan sebuah objek yang sedang diteliti.

TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas hasil pewarnaan
terhadap, ketahanan luntur terhadap pencucian dan ketajaman motif pada hasil
pewarnaan tenun ikat. Dan membuktikan apakah ada pengaruh perbedaan larutan
mordan tawas, kapur dan tunjung terhadap kualitas warna pada tenunm ikat, serta
mengetahui apa saja jenis tumbuhan yang dapat dijadikan etnis dayak sebagai pewarna
alami oleh pada tenun ikat.

MANFAAT

Manfaat penelitian bagi perkembangan ilmu pengetahuan dengan bagaimana cara


masyarakat mengolah dan memanfaatkan hasil hutan sebagai produk lokal salah satunya
pada tenun ikat tradisional dan agar tetap terjaga kelestarinya dikawasan hutan tersebut
dan tetap berlanjut didalam kebudayan dan perkembangan zaman. Agar penulis dapat
mengetahui bagimana proses kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam mengelolah
bagian dari tumbuhan sehingga bisa dijadikan sebagai zat pewarna yang alami terhadap
bahan benang yang akan dibuat sebagai suatu seni tenun ikat tradisional dengan motif
yang berbeda oleh Suku Dayak Iban Dusun Ngaung Keruh Desa Labian Kecamatan
Batang Lupar Provinsi Kalimantan Barat.

Bagi penulis agar dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai


bagaimana cara kita mengelolah dan memanfaatkan hasil hutan sebagai produk lokal
tradisional agar tetap terjaga dan lestarinya kawasan hutan. Dan manfaat penelitian ini
juga dapat memberikan pengetahuan bagi penulis terhadap kearifan lokal adat budaya.
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Etnobotani

Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan


tumbuhan (Walujo, 1935). Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang
pemanfaatan berbagai macam tumbuhan secara tradisonal oleh masyarakat pedalaman,
seiring dengan perkembangan zaman, akhirnya etnobotani berkembang menjadi cabang
ilmu yang interdisipliner mempelajari hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
menurut Munawaroh (2012) mengatakan bahwa etnobotani memanfaatkan nilai-nilai
pengetahuan masyarakat tradisional dalam penggunaan tumbuhan secara praktis. Dalam
hal tersebut telah terjadi hubungan saling mengisi, yang memanfaatkan keunikan-
keunikan nilai pengetahuan tradisional dalam memahami kebudayaan dan pemanfaatan
tumbuhan sebagai pewarna alam secara praktis.dan menurut (Susiarti, 2015),sebagai
ilmu yang mempelajari tentang etnis-etnis di daerah tertentu danpenggunaan tumbuhan
sebagai keperluan untuk hidup seperti untuk makanan, obat-obatan, bahan pewarna.
Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstrak tumbuhan (seperti
bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral yang telah digunakan sejak dahulu
sehingga sudah diakui bahwa aman jika masuk kedalam tubuh. Pewarna alami yang
berasal dari tumbuhan mempunyai berbagai macam warna yang dihasilkan, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis tumbuhan, umur tanaman, tanah, waktu
pemanenan. zat warna alami (pigmen) juga telah banyak digunakan sebagai bahan
pewarna bahan makanan.dengan adanya suatu fungsi pewarna yaitu untuk mempertajam
atau meyeragamkan warna bahan makanan yang mengalami perubahan pada saat proses
pengolahan. Pada buah, pemberian pewarna memiliki tujuan untuk menyeragamkan
penampilan (Saparinto,2006).
Tenun ikat adalah jenis tenun yang cara membuatnya dilakukan dengan mengikat
bagian-bagian benang terlebih dahulu menurut pola/motif tertentu agar tidak terkena
oleh warna celupan, sedangkan bagian-bagian yang tidak diikat berubah warna sesuai
dengan warna yang dicelupnya, baru kemudian ditenun seperti biasa. Dimana pada
prosesnya masyarakat menggunakan tumbuhan sebagai pewarna alami. Contohnya
tumbuhan engkerebai menghasilkan warna coklat kemerahan dan tengkawang
menghasilkan warna kuning untuk pembuatan Tenun ikat oleh etnis dayak khususnya
didusun ngaung keruh.
Kearifan local dengan menggunakan tenun ikat oleh suku dayak iban yang patut
dipertahankan dan dilestarikan serta dikembangkan, masyarakat Suku Dayak Iban yang
senantiasa memegang dan melestarikan warisan budaya orang tua atau leluhur yang
membuat karya lokal dengan menjadikan tumbuhan sebagai pewarna alami sebagai
bahan tenun. Itu menjadi suatu kebanggaan karena memiliki kekayaan dan identitas
budaya yang dapat dikelolah dan dikembangkan masyarakat Suku Dayak di Kalimantan
Barat merupakan masyarakat yang masih berinteraksi secara langsung dengan alam dan
memegang teguh nilai budaya warisan leluhurnya dalam memanfaatkan tumbuhan alam
disekitar.

Pemanfaatan Tumbuhan Dalam Proses Pewarnaan Kain Tenun Ikat


Tumbuhan yang sering digunakan sebagai pewarna alami untuk kain tenun salah
satunya adalah,tumbuhan dari bagaian daun tengkawang yang dimanfaatkan sebagai
bahan pewarna alam pada bahan benang. Menggunakan zat warna alam yang berasal
dari bahan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan
pewarna alami, bagian organ tumbuhan yang digunakan dalam proses pewarnaan kain
tenun ikat, proses pengolahan tumbuhan hingga menghasilkan warna sebagai pewarna
kain tenun ikat. Proses pengolahan bagian organ tumbuhan yaitu dilakukan dengan cara
ditumbuk dan direbus. Tujuan penambahan kapur adalah sebagai pengunci warna
sehingga tidak mudah luntur.
Tumbuhan telah dimanfaatkan oleh masyarakat suku dayak iban untuk berbagai
tujuan. Salah satu bentuk pemanfaatan tumbuhan tersebut yaitu sebagai pewarna alami
kain tenun ikat. Kain tenun ikat merupakan salah satu kebudayaan masyarakat suku
dayak iban yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi secara
tradisional. Tallo (2003) mengungkapkan bahwa tenun merupakan teknik dalam
pembuatan kain yang dibuat dengan prinsip yang sederhana yaitu dengan
menggabungkan benang secara memanjang dan melintang.
Tenun Ikat Tradisional Sebagai Kearifan Lokal Masyarakat
Mengetahui tentang tenun ikat sebagai kearifan lokal masyarakat desa labian
dusun ngaung keruh sekaligus dapat mengetahui tentang nilai dari tenun ikat dalam
kehidupan masyarakat adat desa labian dusun ngaung keruh. Masyarakat lokal yang
hidup seimbang berdampingan dengan alam memiliki pengetahuan yang diwariskan
turun-temurun tentang bagaimana memenuhi kebutuhan hidup tanpa merusak alam.
Kearifan tradisional yang bersifat lokal sesuai dengan daerahnya sendiri merupakan
salah satu warisan budaya yang ada di masyarakat desa labian dusun ngaung keruh dan
berlaku secara turun-temurun dilaksanakan oleh masyarakat desa labian dusun ngaung
keruh. Kain tenun ikat tradisional dalam prespektif masyarakat desa labian dusun
ngaung keruh merupakan warisan kebudayaan dan dijadikan sebagai salah satu
penghasilan untuk pemenuhan perekonomi serta kain tenun ikat tradisional juga sangat
memberikan kontribusi bagi masyarakat setempat yang berfungsi untuk kepentingan
dalam kegiatan masyarakat.
Pada halnya tenun ikat yang dibuat oleh perempuan masyrakat etnis dayak iban
mempunyai tenun dan busana yang berbeda baik dari segi motif, warna, bentuk, dan
ukurannya.busana adat yang dibuat dapat digunakan sebagai upacara adat seperti baju
adat, topi adat, kain adat /sungkit dan sirat punggung bagi para masyarakt adat yang
menggunakannya. Para penenun yang sekarang kebanyakan hanya mengikuti dari orang
tua mereka saja tanpa mengetahui makna serta nilai fungsi yang terkandung dari tiap-
tiap mempunyai motif dan warna yang menarik.

Etnis Dayak Iban Memanfaatkan Tumbuhan Pewarna Alami Sebagai Tenun Ikat
Tenun Ikat Dayak Iban merupakan salah satu identitas seni budaya yang masih
tetap dipertahankan yang sebagian besar ditenun oleh kaum perempuan Dayak Iban.
Penenun Perempuan Dayak Iban percaya bahwa tenun memiliki nilai-nilai luhur yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka dan juga bernilai ekonomi tinggi. Hal ini
terwujud melalui motif unik yang mereka tenun yang menggambarkan kepercayaan dan
penghormatan kepada kehidupan mereka. Tenun ikat Suku Dayak Iban ada yang
bermotif dasar sesuai keinginan individu atau perpaduan beberapa motif tersebut yang
proses menenunnya membutuhkan waktu yang tidak sebentar sesuai ukuran yang akan
dibuat untuk menenun selembar kain.Tenun ikat Suku Dayak menggunakan pewarna
alami yang berasal dari alam, mereka melanjutkan warisan dari nenek moyang mereka
yang mewarnai benang, kain, dan produk kerajinan lainnya dengan menggunakan
tumbuhan dan tanaman pewarna alami dari lingkungan sekitar rumah dan hutan alam
mereka.
Namun saat ini ketersediaan tanaman penghasil warna alami bagi penenun
perempuan Dayak Iban semakin berkurang akibat masuknya industri benang sintetis
yang membuat penenun perempuan Dayak Iban berahli dari praktek menenun dengan
pewarna alami yang lebih ramah lingkungan menjadi menggunakan bahan pewarna
sintetis yang berpotensial merusak kesehatan dan tidak ramah terhadap lingkungan.
Masyarakat suku Dayak Iban menggunakan tumbuhan penghasil warna alami terutama
digunakan untuk menenun,dan ada terdapat dua jenis tenunan yang dibuat oleh
masyarakat suku Dayak Iban yaitu tenun ikat dan tenun songket. Perbedaan dari kedua
tenunan ini ialah dari proses penenunannya, bahwa proses pembuatan tenun songket
jauh lebih tinggi tingkat kesulitannya dibandingkan.
Suku Dayak Iban, adalah salah satu rumpun suku dayak yang terdapat
di sarawak, dan kalimantan. Etnis dayak iban ini hampir sama bahasanya dengan bahasa
dayak mualang, dan dayak kantuk hanya ada sedikit perbedaan dalam penyampaian kata
saat mengucapkan atau logatnya. Kata Iban berasal dari bahasa Iban asli yang
bermaksud manusia atau orang.Bangsa Iban bermaksud juga bangsa manusia. Suku
Dayak iban berasal dari Kalimantan Barat yaitu masyarakat adat yang masih memegang
mempunyai adat istiadat hingga saat ini. Suku Dayak memiliki ciri khasnya dari bahasa,
pakaian, hingga rumah tradisional. Etnis Dayak Iban mempunyai keunikan dari segi
warisan tattoo budaya asal dari Dayak Iban sendiri . Bagi Suku Dayak Iban, tradisi tato
menjadi bahasa verbal yang sakral sebagai simbol pencapaian hidup. Tato yang
menghiasi tubuh mereka adalah bentuk penghargaan atas diri mereka tetang pencapaian
hidup agar mudah dikenali dari keturunan Bangsa Iban. Pencapaian hidup itu terbagi
dalam dua era, yaitu Era (Mengayau) , dan Era Bejalai (Merantau). Bagi Suku Dayak
Iban, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan ekspresi kepercayaan.
Salah satunya dengan menyelenggarakan ritual upacara adat sebagai bentuk rasa syukur
atas hasil panen yang didapatkan. Upacara tersebut dikenal dengan nama Gawai Dayak,
yang merupakan pengejawantahan dari rasa syukur dan terima kasih kepada PETARA
(Sang Pencipta) atas hasil panen yang telah diperoleh selama satu tahun. Masyarakat
Suku Dayak Iban biasanya menyiapkan makanan-makanan tradisional seperti Pulut,
Rendai, Tumpe, dan minuman tradisional seperti air Tuak yang akan dihidangkan pada
saat upacara adat.
Masyarakat Dayak Iban masih mengunakan cara tradisional dalam proses
pengolahan tumbuhan pewarna alami yaitu dengan cara mengambil bagian-bagian dari
tumbuhan yang akan menghasilkan warna yang diinginkan misalnya akar, daun, kulit,
bunga dan buah selanjutnya direbus sampai mendidih. Proses ini dilakukan untuk semua
tumbuhan pewarna alami yang akan digunakan sebagai kain tenunan. Proses
pengolahan dilakukan untuk mendapatkan warna yang baik tahap pengolahannya yaitu
perebusan, selanjutnya dilakukan perendaman benang pada air hasil rebusan
diperkirakan 20 samapi 30 menit. Semakin lama benang direndam semakin baik warna
yang dihasilkan dan tidak mudah pudar dan luntur pada saat pencucian benang yang
sudah dikunci dengan bahan kapur.

Kerangka Pikir

Etnobotani Sebagai Pewarna Alami Tradisional Pada Etnis


Dayak Iban
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan
Sebagai Pewarna Alami
Data Primer
a. Observasi, Data Sekunder
Wawancara Pengumpulan Data a. Studi Literatur
b. Data Botanis, Menggunakan Metode Survey b. Catatan Dan
Pemanfaatan Penelitian Lainnya
c. Kuesioner
Responden

Masyarakat

Kegiatan masyarakat berlangsung dalam proses mewarna


a. Apakah warna dasar dari tumbuhan dapat bertahan
lama atau tidak.
b. Apakah kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan
bagian tumbuhan sebagai pewarna alami.
c. Apakah dari bagian tumbuhan sebagai pewarna alami
mempunyai kilap warna yang sama atau tidak.
d. Apakah semua jenis tumbuhan dapat menghasilkan zat
pewarna alami.
e. Apakah ada pengaruh terhadap benang jika dalam
perebusan dicampur zat pengunci dan campuran
lainnya.

Pengolahan Data
a. Menggunakan tallysheet
Analisis Data
b. Presentase habitus
Menggunakan data Deskriptif
c. Menggunakan rumus Frekuensi
N
Sitasi( % )= ×100 (%)
T

Hasil Akhir Pengolahan Proses Pemanfaatan Jenis Tumbuhan


Dijadikan Sebagai Pewarna Alami
METODE PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dihutan adat masyarakat, yang menghasilkan


tumbuhan bahan pewarna alam di Dusun Ngaung Keruh, Desa Labian, Kecamatan
Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian dan
pengambilan data di lapangan akan berlangsung ± selama 4 minggu dengan opsi
perpanjangan sesuai kondisi pada saat di lapangan.

Alat Dan Objek Penelitian

Alat dan Bahan atau Objek dan Subjek yang dipergunakan pada saat melakukan
penelitian sebagai membantu atau pendukung utama kegiatan dalam penelitian untuk
pengambilan data kita di lapangan adalah :

1. Peta Lokasi Penelitian


2. Camera Sebagai Dokumentasi
3. Kuesioner
4. Laptop
5. Alat Tulis Dan Perekam Suara
6. Masyarakat
7. Hutan Adat Masyarakat
8. Buku Identifikasi Tanaman
9. Parang, Dan Meteran

Jenis Dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi data Primer dan data
Sekunder.

1. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung ke lokasi
penelitian dengan melakukan rekam dan dokumentasi langsung dikoordinat titik
pengamatan lapangan. Pengamatan yang dilakukan berlangsung mengacu pada
berbagai jenis tumbuhan baik dari umur pancang, tiang, dan pohon yang
menghasilkan berbagai warna yang bervariasi dari setiap bagian yang dipergunakan
dan dimanfaatkan dalam proses untuk pewarna alami pada bahan benang yang
dijadikan sebagai pembuatan tenun ikat oleh masyarakat.

a. Adanya bioteknologis tumbuhan dalam bidang kehutanan perlu ditingkatkan sampai


pada aspek molecular, dengan mengingat tumbuhan-tumbuhan hutan akan menjadi
target utama dalam rekayasa genetik dan pemuliaan molekuler. Potensi bioteknologi
untuk menunjang program-program pemuliaan tumbuhan hutan dapat dilaksanakan
dalam berbagai tingkatan tanaman yang menghasilkan produk alternative.
b. Cara pengelolahanya pewarna alami menjadi bahan tenun ikat secara tradisional
oleh etnis Dayak, pada kehidupan masyarakat khususnya pada kaum perempuan
dengan mengolah tumbuhan alam menjadi bahan pewarna alami secara tradisional
untuk mewarnai benang yang akan dijadikan pakan pada tenun ikat. Proses dasar
yang digunakan adalah dengan mengambil bahan bagian dari tumbuhan penghasil
warna kemudian dipotong seperlunya salah satu contoh pada daun tengkawang yang
menghasilkan warna kuning dan direbus sampai matang, air dari hasil rebusan akan
dicampur bahan pencampur lainya dan lalu dimasukan benang kedalam air agar
dapat mengikat serat benang dengan warna asli dari hasil tumbuhan tersebut secara
merata.
c. Alat yang digunakan dalam membuat tenun ikat secara tradisional oleh Etnis Dayak,
alat-alat yang digunakan dalam membuat tenun ikat ini kebanyakan terbuat dari
bahan kayu ulin dan resak alasannya karena kayu ini kuat dan tahan serta
permukaan dasar licin dan halus. Alat-alat ini biasnya dibuat oleh kaum laki-laki
yang membantu untuk membuat alat yang digunakan dalam menenun atau pasangan
dari kaum perempuan yang akan menenun tersebut salah sataunya dasarnya adalah
kerangka tenun. Tampa spiritual ataupun sesajian yang digunakan dalam membuat
maka dikatogorikan usia laki-laki yang membuat kisaran 50-75 tahan dan
perempuan yang menenun 40-80 tahun.
d. Nama dan makna motif yang dibuat oleh etnis khususnya suku Dayak Iban,dalam
hasil tenun ikat yang dibuat oleh suku Dayak ini sangat banyak berbagi macam
motif yang dibuat, bahkan ada motif yang hanya disimpan dikeluarkan dihari-hari
tertenu dan juga tidak semua dari kaum perempun bisa meniru motif yang dibuat
oleh nenek moyang mereka tampa melakukaan spiritual dan selainnya karena
mengandung makna dan fungsi yang dapat membahanyakan bagi kaum yang
membuat. Salah satu contohnya pada nama bahan yaitu puak kumbuk seperti
selimut besar yang digunakan acara gawai dan pernikahan hari-hari tertenu dengan
menamakan motif itu sebagai buah bunut dengan corak berbeda dan ukiran yang
sama dalam setiap tangga puak kumbuk tersebut.
e. Proses pewarna tenun ikat, proses yang dilakukan adalah mewarnai benang dengan
tumbuhan alam dengan warna asli tumbuhan tersebut salah satunya pada daun
tengkawang yang menghasilkan warna kuning pada benang. Kemudian dijadikan
pakan sebagai bahan tenun ikat untuk membuat motif dan corak sesuai keinginan
sampai jadi bentuk kain dan lainnya.
f. Pantang atau sangksi saat melanggar adat ketika mengambil bahan dan membuat
tenun ikat, jika sengaja atau tidak sengaja ketika hari pantang dikatakan pada saat
orang meninggal maka siapa yang membuat dan melakukan perkerjaan terlarang
harus dilakukan hukum adat tidak memandang siapapun kedudukannya
dimasyarakat tersebut. Hukum yang diberikan oleh adat tersebut adalah seperti
piring, telur, beras, besi kain batik bermotif bebas sesuai berat ringanya kesalahan
yang dibuat.
g. Tradisi terkait pengguna tenun ikat untuk seserahan / najuk lamaran, hal ini
dilakukan secara adat kepada peria yang melakukan pelamaran kepada wanita yang
dilamar untuk memenuhi persyaratn yang dipinta dari adat kaum wanita tersebut.
Salah satu contohnya pelamaran dilakukan oleh sesama etnis Dayak Iban tradisi
yang digunakan oleh kaum peria yang melamar wanita itu dengan syarat yang
dipinta dasarnya seperti Bakok, Kain Sungkit/Tenun Cukup Satu, Tajau Dan Uang
seperlunya.

2. Data Sekunder dengan penelitian ini mengunakan metode Informan kunci yaitu
orang-orang yang paling banyak menguasai informasi atau paling banyak tahu
terkait objek yang sedang diteliti tersebut. Terlihat dari penduduk masyarakat Desa
Labian Dusun Ngaung Keruh Kabupaten Kapuas Hulu, didusun tersebut kaum
perempuan yang bisa membuat suatu tenun ikat atau sungkit itu ada terdapat 14
kaum perempuan, mereka bisa membuat dan meniru motif-motif dan corak yang
dapat dijadikan contoh dalam membuat tenun ikat. Didusun Ngaung Keruh tersebut
yang sangat menguasai sebuah arti tenun ikat itu oleh ibu yang bernama Marta
Sambung, dengan usia ± 60 tahun. Dan juga terdapat banyak masyarakat yang
mengenal jenis tumbuhan sebagai pewarna alami yaitu 70% dari kaum wanita dan
30% dari kaum laki-laki salah satunya tuai rumah atau ketua adat Dusun Ngaung
Keruh. Dan dapat dikatakan sebagai masyarakat responden kunci yaitu masyarakat
yang memiliki pengetahuan luas mengenai nama lokal tumbuhan dan manfaat atau
kegunaan dari tumbuhan tersebut serta memiliki intensitas tinggi dalam pada
dasarnya tutupan lahan yaitu suatu perwujudan secara fisik dari vegetasi, benda
alam, dan budaya yang ada di permukaan kawasan.

a. Tutupan lahan yang ada Dikapuas Hulu khususnya pada Kecamatan Batang Lupar
Desa Labian Dusun Ngaung Keruh, dibagian kawasan yang lahan perbukitsn
maupun lahan datar permukiman adalah sebagai salah satu tempat masyarakat
berladang,berkebun atau bercocok tanam untuk memenuhi salah satu kebutuhan
hidup.maka ditahun 2018 lahan masih banyak yang Kawasan lahan belom terbangun
oleh banguna-bangunan kecil, hanya tetapi masyarakat memanfaatkan lahan tersebut
menjadi suatu perkebunan / ladang mereka.jadi ditahun 2018 juga mengalami
musim kemarau lumayan Panjang hinhgga membuat lahan permukiman petani
mengalami kebakaran yang begitu luas.
b. Masyarakat Dusun Ngaung Keruh juga mempunyai berbagai bentuk keindahan
alam, yang hijau yang masih luas bagi kehidupan flora dan fauna dengan lingkungan
yang dikatakan masih membaik karena terdapatnya tata hutan yang permanen dan
tata air bersih serta masih banyak juga jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang dapat
dimanfaatkan dan diburu sebagai hasil dan kebutuhan hidup mereka. Pada Desa
Labian Dusun Ngaung Keruh terdapat kurang lebihnya KK yang terdata oleh Desa
ditahun 2017/2018 yaitu terdapat dengan jumlah 42 KK yang masih tercatat dan
yanag didusun ngaung keruh ada yang lanjut usia orang tua yang masih bekerja dan
yang mampu mengelolah lahan atau perkebunannya demi kelangsungan hidup baik
perempuan dan laki-laki semunya rata-rata bekerja berangkat pagi pulang sore.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian Etnobotani Sebagai Pewarna Alami
Menggunakan adalah suatu metode Informan kunci adalah orang-orang yang paling
banyak menguasai informasi atau paling banyak tahu terkait objek yang sedang diteliti
tersebut. Dari penjelasan yang dikemukakan, diantara sekian banyak informan yang
dituju salah seorang atau beberapa orang bisa menjadi informan atau narasumber kunci
yang dikenal dengan informan.

1. Menggunakan Teknik metode observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek,


kondisi atau suasana tertentu, dan karakter seseorang untuk mengetahui proses
pemanfaatan tumbuhan dijadikan pewarna pada bahan benang sebagai proses
pembuatan tenun ikat. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran secara riil
pada suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan tentang penelitian
yang diambil didalam masyarakat tersebut.
2. Menggunakan Teknik metode wawancara yaitu suatu kegiatan untuk memperoleh
informasi secara mendalam terhadap sebuah isu atau tema seperti bagaimana
masyarakat local secara tradisional memanfaatkan sebuah tumbuhan dapat dijadikan
sebagai bentuk bahan pewarna untuk mengelolah sebuah tenun ikat dalam sebuah
penelitian. Untuk mengumpulkan responden dengan memilih waktu dan hari atau
jadwal yang tepat terhadap responden atau, memberikan pembuktian terhadap
informasi dari masyrakat tentang hasil hutan bukan kayu sebagai sumber
penghasilan untuk memenuhi kehidupan lebih lanjut atau keterangan yang telah
diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Tablel 1 Tally Sheet Jenis Tumbuhan Yang Digunakan Dalam Proses Tenun Ikat.
No Nama Local Nama Latin Bagian Yang Kegunaan Warna
Digunakan M / P/ F Dihasilkan
1.
2.
3.
4.
5. Dst

Table 2 Tally Sheet Cara Pengolahan Tumbuhan Pewarna Alami.


No Nama Tumbuhan Local kegunaan M/P/F Cara Pengolahan
1.
2.
3.
4.
5. Dst

Tabel 3 Tally Sheet Bioteknologis Tumbuhan Digunakan Dalam Proses Tenun Ikat
No Nama Nama Famili Habitus Status Tempat Keterangan
Local Ilmiah Tumbuhan Tumbuh M/P/F
1.
2.
3.
4.
5 . Dst

Tabel 4 Tally Sheet Pewarnaan Pengikat Benang


No Jenis Bagian Yang Warna Yang Dihasilkan Berdasarkan Jenis Fiksator
Tumbuhan Dimanfaatkan Dasar Kapur Tawas Tunjung
1.
2
3.
4.
5. Dst

Tabel 5 Tally Sheet Alat Yang Digunakan Dalam Proses Pewarnaan


No Jenis Alat Bahan Baku Keterangan Yang Membuat
1.
2.
3.
4.
5. Dst

Table 6 Tally Sheet Mewawancara Berdasarkan Responden

No . Nama Kelompok Jenis Jumlah Tingkat


Responden Umur Kelamin Penduduk Pendidikan

2.

3.

4.

5. Dst

Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan suatu Objek dan
Subjek, dalam pemanfaatan tumbuhan penghasil pewarna alami pada bahan benang
dalam proses tenun ikat yang terletak Didusun Ngaung Keruh Desa, Labian, Kecamatan
Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu.dengan adanya sebuah inventarisasi responden
yaitu sebagai sebuah karateristik dan pengolahan keanekaragaman social budaya
masyarakat dengan perlakuan berupa data primer dan sekunder yang dapat
dideskrispsikan dengan mencatat jenis dan jumlah tumbuhan sebagai penghasil pewarna
alami pada bahan benang untuk proses menenun. Oleh karena itu maka dilakukan
pengolahan data dengan metode Informan kunci, Teknik observasi, dan Teknik
wawancara Murniati (2015). Yaitu untuk mengolah pemanfaatan jenis tumbuhan yang
dijadikan sumber pewarna alam terhadap bahan benang untuk pembuatan sebuah tenun
ikat yang berbagai motif.

Prosedur Penelitian ini terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan pertama
adalah mengetahui potensi jenis tumbuhan sebagai pewarna alami pada areal hutan adat
dan perkebunan di Dusun Ngaung Keruh dan kegiatan kedua adalah mengetahui
pemanfaatan jenis tumbuhan penghasil warna pada bahan benang yang akan ditenun
oleh masyarakat Dusun Ngaung Keruh. Data yang dikumpulkan meliputi data primer
dan Data Sekunder. Data Primer yang dikumpulkan berupa luasan lahan hutan dan
perkebunan yang terletak Didusun Ngaung Keruh, serta jumlah jenis tumbuhan sebagai
pewarna alam, dan pemanfaatan tumbuhan penghasil warna dan ada pun data sekunder
yang akan dikumpulkan berupa studi pustaka yang bersumber dari sebuah buku, jurnal,
dan data-data dari masyarakat serta instansi-instansi terkait dalam pengolahan dan
pemanfaatan. Prosedur pengambilan data potensi tumbuhan yang berada dihutan adat
dalam Kawasan Desa Labian, Dusun Ngaung Keruh, Prosedur penelitian yang
dilakukan yaitu menentukan lokasi hutan yang akan diamati dengan menggunakan
metode Survei.

Mengikuti Proses Kegiatan Dalam Mewarna Benang Dan Menenun

Sebelum melakukan proses atau langkah awal untuk membuat sebuah tenun
ikat/menenun secara tradisional oleh Etnis Dayak Iban dengan motif yang akan ditiru
atau sesuai versi individu masing masing yaitu dengan terdapatnya syarat-syarat yang
harus terpenuhi dahulu yaitu

 Perempuan yang harus memulai proses menenun harus melakukan ritual dan doa
dahulu.
 Meminta izin kepada pemilik motif yang akan dikutip atau ditiru
 Menyediakan sesajian sebelom melakukan tenun dengan motif yang belom pernah
dibuat dengan usia tertentu dan juga harus mendapatkan mimpi dahulu jika
diizinkan atau tidak seorang perempuan yang akan mengutip sebuat motif tenun
tersebut.

Langkah awal dalam proses mewarna benang dengan cara tradisional oleh
masyarakat Dusun Ngaung Keruh yaitu:

 Menyediakan alat parang dan sabit untuk membawa dan mengambil bahan dilokasi
yang sudah diketahui tempat tumbuh tumbuhan sebagai pewarna alam.
 Mengambil seperlunya bagian tumbuhan yang bias dipergunakan atau yang
memiliki zat penghasil sebuah warna.
 Memotong atau mengiris bagian yang diambil dan dimasukan kedalam wadah besar
untuk dilakukan perebusan dengan waktu ± selama 15 menit hingga sampai
mendidih.
 Diangkat dan dituangkan air yang direbus ke dalam wadah dengan kondisi masih
hangat,lalu dicampur dengan bahan pengunci warna atau bahan pencampur lainnya
agar tidak mudah luntur dan kelihatan dapat menunjukan warna asli dari jenis
tumbuhan tersebut.
 Mengambil sebagain benang yang diperlukan lalu dicelupkan dan direndam dalam
wadah yang sudah bercampuran dengan bahan pengunci serta pencampur lainnya
hingga bahan benang tersebut mengamalami perubahan warna sesuai jenis
tumbuhan terseebut ±nya 20 sampai 30 menit tergantung keinginan lama dan
tidaknya bagi responden dan lalu dilakukan pengeringan menggunakan kering udara
dan tidak dijemur.

Menginventarisasi jumlah tumbuhan yang ada disetiap lahan hutan atau


perkebunan pada setiap tingkatan pertumbuhan. Semai, pancang, tiang, pohon
dikategorikan sebagai tingkat permudaan dan penuaan Sugiyono (2016). Dengan
mencatat data hasil pengamatan ke dalam tally sheet yang telah disiapkan dalam
menghitung potensi tumbuhan penghasil warna. Prosedur pengambilan data
pemanfaatan jenis tumbuhan sebagi pewarna alami untuk Pengambilan data
pemanfaatan jenis tumbuhan yang akan dilakukan dengan cara Direct Observation.
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung
di lapangan mengenai pemanfaatan jenis tumbuhan sebagai pewarna alam pada bahan
benang untuk pembuatan tenun ikat oleh masyarakat Dusun Ngaung Keruh. Dan juga
terdapat sebuah Questioner sebagai sumber prosedur dalam penelitian yaitu dengan
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden secara terarah dengan sebuah Interview dilakukan dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka langsung dengan masyarakat yang akan dijadikan sampel untuk
penelitian sebagai guna mendapatkan informasi tentang pemanfaatan jenis tumbuhan
yang akan dijadikan sumbr penghasil warna dalam proses menenun maka pencatatan
sebuah hasil wawancara dengan responden.

Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara deskriptif
dan untuk mengetahui nilai manfaat tumbuhan penghasil warna, analisis data yang
diperoleh melalui wawancara dari masyarakat Dusun Ngaung Keruh yang akan
dikumpulkan, kemudian ditabulasikan (Table Tally Sheet). Berdasarkan nama ilmiah
dan famili, dianalisis secara deskriptif kualitatif sesuai dengan pola hasil
pemanfaatannya dan pengolahannya, (khasiat pemanfaatan, bagian yang dimanfaatkan
dan cara mengolahnya). Dan analisis potensi jenis tumbuhan penghasil warna yang akan
diskripsIkan hasil wawancara mengenai pemanfaatan jenis tumbuhan penghasil warna
terhadap bahan benang dalam proses menenun Didusun Ngaung Keruh Desa Labian.

Menggunakan sebuah analisis data pemanfaatan tumbuhan yang digunakan


sebagai pewarna alami akan dianalisis secara kuantitatif. Analisis data kuantitatif
terhadap pengetahuan etnobotani sebagai pewarna alami tradisional Etnis Dayak Iban
Didusun Ngaung Keruh yang mengacu pada (Collins et al., 2006 cit Kumar 2014)
dengan rumus sebagai berikut:

N
a. Frekuensi Sitasi ( % )= ×100 (%)
T
Jadi Keterangannya :
N : Jumlah responden yang menyebutkan nama tumbuhan sebagai pewarna alami.
T : Jumlah seluruh responden yang menyebutkan tumbuhan sebagai pewarna alami.
dan dengan keterangan dalam mengetahui nilai kesepakatan informasi dengan
rumus rasio yaitu :
Nur−Nt
b. RKI ¿
Nur−1
Dengan Keterangannya :
RKI : Kesepakatan antar informan dalam bentuk pemanfaatan tumbuhan sebagai
pewarna alami
Nur : Jumlah laporan pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alami oleh seluruh
informan
Nt : Jumlah pemanfaatan tumbuhan dalam kategori.
Maka dengan menggunakan rumus rasio ini adalah sebuah kesepakatan informan
yang digunakan untuk mengetahui nilai kesepakatan informasi dari responden
mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alami dalam kategori tertentu.
Analisis data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu tentang jenis
tumbuhan, bagian tumbuhan, cara pengolahn serta kearifan lokal Suku Dayak Iban
memanfaatkan tumbuhan sebagai pewarna alami. Instrument pengumpulan data yang
digunakan yaitu dengan membuat tabel sesuai dengan data penelitian pada jurnal atau
artikel ilmiah yang sudah dipublikasikan Ritonga (2011). Teknik analisis data yang
digunakan yaitu analisis kualitatif, data hasil analisa dikelompokkan dalam bentuk tabel
yang memuat nama latin, nama lokal, famili, bagian tumbuhan serta bagain wawancara
observasi yang digunakan dengan cara pengolahannya. Dan dapat dideskripsikan untuk
menggambarkan sebuah perbedaan, persamaan dan kearifal lokal dalam pemanfaatan
tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alami oleh Etnis Dayak Iban Dusun Ngaung
Keruh, Desa Labian.
DAFTAR PUSTAKA

Amira, S. (2014). Pua Kumbu, Kemuliaan Seorang Penenun. Diakses di


http://artscraftindonesia.com/ind/index.php?option=com
content&task=view&id=68.
Berlin SW, Linda R, Mukarlina. 2017. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Pewarna
Alami Oleh Suku Dayak Bidayuh Di Desa Kenaman Kecamatan Sekayam
Kabupaten Sanggau. Protoboint 6(3): 303-309.
Christantiowati. (2014). Pergeseran Budaya Tenun Ikat Dayak Iban. National
Geografic, 09-10. Diakses pada http://nationalgeographic. co.id/berita/2014/03/
pergeseran-budaya-tenun-ikat-dayak-iban.
Darmawati IAP, Wijana G, Astiningsih AAM, Mayun IA, Pradnyawathi NLM. 2016.
Identifikasi dan karakterisasi tanaman pewarna alam tenun Pegringsingan Desa
Tenganan. Agrotrop. 6(1):10– 18.
Djarwaningsih T, Sulistiarini D, Sunarti S, Haerida I, Arifiani D. 2012. Tehnologi
Perbanyakan Tumbuhan Liar Pewarna Alami Untuk Tekstil (Batik) di Jawa.
Jakarta (ID): LIPI.
Hasairin, A, 2010, Keberadaan Tumbuhan Yang Memiliki Botani Ekomonis Di
Indonesia, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, vol. 16, no. 60, hal 1-7.
Heryati Y, Agustarini R, Karlina E. 2016. Potensi pemanfaatan beberapa tumbuhan
sebagai sumber bahan baku zat pewarna alami pada batik dan tenun. Dalam: M.
Bismark dan E. Santoso (Eds). Membangun Hasil Hutan Yang Tersisa. Bogor
(ID): Forda Press.
Harbelubun AE, Kesaulija EM, Rahawarin YY. 2005. Tumbuhan pewarna alami dan
pemanfaatannya secara tradisional oleh Suku Marori Men-Gey di Taman
Nasional Wasur Kabupaten Merauke. Biodiversitas. 6(4):281-284.
Kartini, D.E., & Sisillia, L. 2017. Jenis Tumbuhan Pewarna Alam Yang Dimanfaatkan
Oleh Masyarakat Penenun Desa Batu Lintang Kecamatan Embaloh Hulu
Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Tengkawang. Vol. 7, No. 2. (84-91).
Magda. (2014). Proses Pembuatan Kain Tenun Pua Iban. Diakses pada
http://artscraftindonesia.com/ind/index.php?
option=com_content&task=view&id =69.
Mukhlis. 2011. Ekstraksi zat warna alami dari kulit batang jamblang (Syzygium cumini)
sebagai bahan dasar pewarna tekstil. Biologi Edukasi. 3(1):35-42.
Pujilestari & Peter. (2015). Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam Untuk Keperluan
Industri.Dinamika Kerajinan dan Batik, 93-106.
Rusja, D. R., Rusmiyanto, E., & Linda, R. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai
Pewarna Alami Di Desa Suka Damai Kabupaten Melawi. Jurnal Protobiont. Vol.
7, No. 1. (13-19).
Rizqi, Suminto M, Ermawati P. 2017. Potret Perempuan Dayak Iban, Kayan, Desa dan
Sungkung di Kalimantan Barat. specta̅ 1(1): 51- 68.
Sutara PK. 2009. Jenis tumbuhan sebagai pewarna alam pada beberapa perusahaan
tenun di Gianyar. J Bumi Lestari. 9(2): 217-223.
Santa EK, Mukarlina, Linda R. 2015. Kajian Etnobotani Tumbuhan Yang Digunakan
Sebagai Pewarna Alami Oleh Suku Dayak Iban Di Desa Mensiau Kabupaten
Kapuas Hulu. Protoboint 4(1): 58-61.
Sandi 2015. Keanekaragaman HHBK Tumbuhan Pewarna (Kekayaan dan Identitas
Budaya Dayak Iban).
Salviany LA, Suwartiningsih S. 2013. Makna Tenun Ikat Bgi Perempuan . KRITIS
Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin 22(1): 20-40.
Takandjandji, M & Murniati, 2015, Tingkat Pemanfaatan Tumbuhan Penghasil Warna
Pada Usaha Tenun Ikat Di Kabupaten Sumba Timur, Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, vol. 12, no. 3 hal 223-237.
Wibowo, A. 2003. Identifikasi Jenis-jenis Tumbuhan Penghasil Warna Alami dan
Pemanfaatannya dalam Kehidupan Suku Hatam di Kampung Mbenti Distrik
Anggi Kabupaten Manokwari.
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Untuk Responden Masyarakat

KUISIONER PENELITIAN BAGI RESPONDEN


(MASYARAKAT)

ETNOBOTANI BAHAN PEWARNA ALAMI TENUN IKAT


PADA ETNIS DAYAK IBAN DI DESA LABIAN
KABUPATEN KAPUAS HULU

Syahloom Dalam Damai Tuhan

Salam Sejahtera,

Saya atas nama Ardy Dom Sabai B, mahasiswa dari Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura Pontianak. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian
tentang, Etnobotani Bahan Pewarna Alami Tenun Ikat Pada Etnis Dayak Iban Di Desa
Labian Kabupatenkapus Hulu. Oleh karena itu saya memohon partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari sebagai penjaga lahan hutan adat yang ada Didusun Ngaung
Keruh ini dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai salah satu penghasil zat pewarna
alam dan supaya dapat membantu saya untuk memberikan sebuah jawaban yang
tersedia dalam kuisioner ini untuk melengkapi sebagai data-data penelitian saya. Semua
pilihan jawaban yang ada dalam kuisioner ini adalah semata-mata untuk mendukung
data penelitian saya, dengan jawaban yang bisa diberikan Bapak/ibu sendiri itu sangat
membantu saya dalam penelitian ini apabila seluruh pertanyaan dijawab dengan jujur,
atas kesempatan dan kesediaan serta waktu yang diluangkan, saya mengucapkan banyak
terimakasih.
Tanggal Survei :

Alamt Responden :

Karakteristik Responden

Nama : .......................................................................................................

Umur : …………………………………….………Tahun

Jenis Kelamin : ……………………………................……Laki-laki/Perempuan

Alamat/Asal : .......................................................................................................

Pendidikan Terakhir : .......................................................................................................

Perkerjaan : .......................................................................................................

Penghasilan : ……………………………………………………………………

LEMBAR PERTANYAAN

Daftar pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui kegiatan masyarakat dalam


memanfaaatkan jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai bahan pewarna alam tradisional
pada bahan benang untuk kegunakan dalam proses menenun.

1. Menurut bapak/ibu/sdr flora (jenis tumbuhan) apa saja yang terdapat di kawasan
lahan hutan adat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna.alam.
a. Di lindungi ...............................................................................................................
b. Langka .....................................................................................................................
c. Dimanfaatkan............................................................................................................
2. Apakah bapak/ibu/sdr tahu tentang jenis tumbuhan apa saja yang bisa dijadikan
sebagai bahan pewarna alam.
d. banyak .....................................................................................................................
e. sedang .....................................................................................................................
f. sedikit ......................................................................................................................
3. Apakah bapak ibu saudara pernah membuat bagian dari tumbuhan sebagai bahan
pewarna alam pada benang yang akan ditenun.

g. Pernaah …………………………………………………………………………..
h. Tidak ………………………………………………………………………….….
1. Apakah dari jenis tumbuhan yang dimanfaatkan ibu-ibu sebagai bahan pewarna alam
memiliki banyak perbedaan warna.
a. Banyak sama ……………………………………………………………………...
b. Tidak banyak …………………………………………………………………..…
2. Bagaimana bapak/ibu/saudara dapat mengetahui berbagai jenis tumbuhan yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alam untuk mewarnai benang.
c. uji coba berkelompok ……………………………………………………………..
d. secara individu ……………………………………………………………………
e. pelatihan dari lembaga ……………………………………………………………
3. Kapan saja ibu-ibu dapat membuat anyaman tenun ikat tradisional tersebut.
f. Bulan tertentu………………………………………………………………………
g. Tahun tertentu ……………………………………………………………………..
4. Berapa lama ibi-ibu dapat membuat sebuah tenunan menjadi produk local secara
tradisional dalam kalangan masyarakat.
h. Perminggu …………………………………………………………………………
i. Perbulan …………………………………………………………………………...
5. Apa saja bahan pencampur yang digunakan dalam membuat warna dari jenis tumbuhan
agar tidak muda mengalami kelunturan pada warna yang dihasilkan.
j. Bahan sintetis ………………………………………………………………………
k. Bahan tradisional …………………………………………………………………..
6. Apakah jenis tumbuhan yang bisa dijadikan bahan pewarna alam tersebut tumbuh
secara.
l. liar ………………………………………………………...…………………………
m. Ditanam atau dibudidayakan …………………………...…………………………...
7. Apa saja bagian jenis tumbuhan yang dimanfaatkan ibu-ibu untuk menghasilkan warna
alam secara tradisional.
n. Kebanyakan akar …………………………………………………………………….
o. Bunga ……………………………………………………...………………………...
p. Kulit buah ……………………………………………………………………………
q. Daun tua atau muda ………………………………………………………………….
r. Batang serbuk …………….………………………………………………………….
s. Atau kulit ……………………………………….……………………………………
8. Bagaimana cara ibi-ibu mengolah bagian tumbuhan yang dijadikan bahan pewarna
untuk mewarnai bahan benang.
t. Direbus ………………….………………………………….…………………………
u. Direndam …...………………………..……………………..…………………………
9. Dengan cara apa ibi-ibu mengolah bagian tumbuhan sebagai pewarna alam tradisional
pada bahan benang.
v. Menggunakan alat mesin ……………………………………………………………
w. Menggunakan tangan langsung ……………………………………………………...
10. Apakah dari hasil motif yang ditenun oleh ibu-ibu tersebut mempunyai arti dan sebuah
kesan.
x. Secara rohani ………………………………………………………………………..
y. Dari budayak ………………………………………………………………………..
z. Secara ritual …………………………………………………………………………
11. Apakah dari ibu-ibu yang baru menenun dapat belajar dan dapat mengutif sebuah motif
secara langsung atau meminta izin kepada pemilik asli hasil tenun tersebut.
a. Pada tingkat umur ……………………………………………………………………
b. Secara pangkat ………………………………………………………………………
c. Dilakukan sesajian ritual …………………………………………………………….
12. Apakah sampai saat ini tumbuhan yang ditemukan bapak/ibu/saudara Kawasan hutan
adat tersebut dapat dikembangkan.
d. Secra budidaya ………………………………………………………………………..
e. Dibiarakan secara tumbuh liar ………………………………………………………..
13. Apa saja kegunaan sebuah hasil tenun dengan motif yang berbeda yang dibuat oleh ibu-
ibu dapat.
f. Diperjual belikan ……………………………………………………………………..
g. Dipajangkan ………………………………………………………………………….
h. Digunakan saat acara adat ……………………………………………………………
14. Apakah ibu-ibu yang menenun hanya dapat melakukan pada siang dan malam hari saja.
i. Ya ……………………………………………………………………………………..
j. Tidak ………………………………………………………………………………….
15. Apakah jenis tumbuhan selain tingkat pohon dan, tiang seperti pada tinkgat semai dan
pancang bisa dipergunakan sebagai bahan pewarna alam.
k. Bisa ………………………………………………………………………………….
l. Tidak ………………………………………………………………………………..
16. Apakah lama atau tidaknya hasil warna yang sudah dibuat oleh ibu-ibu dalam bentuk
busana kain tenun dari jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada
bahan benang tersebut lebih cerah atau memudar.
m. Jangka waktu lama …………………………………………………………………
n. Jangka waktu pendek ………………………………………………………………
17. Apakah warna yang belom dikunci dengan zat pencampuran lainnya lebih mudah
luntur atau tidak.
o. Ya …………………………………………………………………………………..
p. Tidak ………………………………………………………………………………
18. Mengapa ibu-ibu lebih memilih mengolah jenis tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai
pewarna alam tradisional dibandingkan menggunakan warna yang sintetis dipasar ?
19. Mengapa ibu-ibu lebih memilih membuat tenun ikat sendiri dengan waktu yang tidak
sebentar dibandingkan dengan membeli langsung ?
20. Apa yang membedakan kain tenun biasa dengan tenun songket ?
21. Kenapa dalam proses menenun hanya lebih mengarahkan ke perempuan ibu-ibu yang
usia lanjut dan jarang dilakukan oleh perempuan remaja ?
22. Terbuat dari apa saja alat-alat yang digunakan ibu-ibu dalam menenun ?
23. Apakah warna yang dibuat pada motif yang berbeda juga dapat mempengaruhi dari
fungsi sebuah motif tersebut ?
24. Dimana kesulitan dan kemudahan yang dilakukan oleh ibu-ibu dalam proses menenun?
25. Apa saja jenis tumbuhan dan warna yang sering ibu-ibu gunakan dalam mewarnai
benang ?
26. Apa saja langakh-langkah yang harus dibuat oleh ibu-ibu dalam proses menenun ?
27. Apa saja faktor kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh busana yang ditenun
secara internal saat ini ?
28. Apakah ada bantuan atau kerjasama yang dilakukan masyarakat dengan Lembaga
dalam manfaatkan dan mengembangkan tumbuhan sebagai pewarna alam tradisional
yang ditenun dan menghasilkan produk local berupa busana adat ?
Lampiran 2. Peta Lokasi Rencana Penelitian

Anda mungkin juga menyukai