PROPOSAL
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
ETNOBOTANI BAHAN PEWARNA ALAMI TENUN IKAT
PADA ETNIS DAYAK IBAN DI DESA LABIAN
KABUPATEN KAPUAS HULU
Disetujui Oleh
Disahkan oleh
Ketua Jurusan Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Etnobotani yaitu suatu hubungan masyarakat adat/kelompok sosial dalam sistem
social atau kebudayaan serta bagian tumbuhan alam yang mempunyai arti atau
kedudukan tertentu dalam adat, agama, bahasa, dan lain sebagainya. sebagai makanan,
perlindungan atau, pengobatan, pakaian, perburuan dan upacara adat (Purwanto, 1999).
Selain itu tumbuhan dimanfaatkan untuk bahan penghasilan seperti pembuatan rumah
dan pewarna alam.
Dayak Iban Desa Labian menggunakan tumbuhan pewarna alami sebagai tenun
ikat karena sangat ramah lingkungan karena bahannya diambil dari alam sendiri
terdapat sebuah sejarah perkembangan adat mengenai tenun ikat itu sendiri, yang hanya
dapat dilakukan oleh kaum perempuan saja dengan cara tertenu dan dengan syarat
tertenu oleh etnis dayak. Yang berperanan penting sebagai rasa syukur kepada sang
pencipta yang memberi segala anugerah dan kebaikan (Suryadarma, 2008).
Budaya Tenun Ikat Dayak Iban, adalah tenunan khas dari masyarakat Dayak Iban
khususnya wanita Iban di kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Salah satu produk
dari tenun ikat ini adalah kain Pua/Pua Kumbu yang memiliki bentuk seperti selimut.
Pua merupakan hasil tenun ikat yang rumit dan sangat dibutuhkan dalam upacara adat.
Kain Pua dianggap sakral dan memiliki roh karena dibuat dengan rangkaian upacara
tersendiri. Keunikan motif, proses pembuatan, dan pantangan yang berlaku menjadikan
kain pua sebagai simbol identitas budaya khas wanita Iban yang dapat meningkatkan
status dan kehormatan keluarga mereka dan sangat dibutuhkan dalam upacara adat atau
seserahan lamaran (SosbudKompasiana, 2012).
Tenun ikat dari etnis dayak memiliki fungsi dan makna tersendiri seperi spiritual
yang berkaitan dengan presepsi tentang alam. Dalam pembuatan tenun ikat ada jenis
tenun tertentu yang proses pembuatannya memerlukan ritual tertentu dengan tujuan agar
si pembuat dijauhkan dari segala mara bahaya salah satunya motif bercorak dinamakan
buah bunut itu tidak bisa dibuat begitu saja tampa ritual adat agar tampa gangguan
benda lainya. Kearifan local yang terdapat pada suku dayak iban ini adalah senantiasa
memegang dan melestarikan warisan budaya orang tua atau leluhur yang membuat
karya lokal dengan menjadikan tumbuhan sebagai pewarna alami sebagai bahan tenun
ikat.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang diatas ada pun yang menjadi rumusan masalah
dari penelitian ini ialah, Tenun ikat merupakan suatu Budaya Tenun Ikat Dayak Iban Di
Kapuas Hulu, dengan proses pembuatan kain tenun memerlukan waktu yang tidak
sebentar tergantung pada masing-masing individu. Dalam pembuatan tenun ikat ada
jenis tenun tertentu yang dalam proses pembuatannya memerlukan ritual tertentu
dengan tujuan agar si pembuat dijauhkan dari segala mara bahaya, dan ada sebagain
kain tenun yang sudah jadi dapat digunakan sebagai upacara adat atau seserahan
lamaran karena hanya bisa dibuat oleh kaum wanita saja dan laki-lakinya khusus
mengambil alat dan membuat kerangka untuk menenun. Dan juga masyarakat dapat
memperkenalkan budayanya ke dunia luar dalam rangka melestarikan kain tenun Iban
yang konsepnya menggunakan pewarna alami yang dengan tenun khusus yang bisa
untuk diperjualkan atau dipasarkan.
Apakah yang menerapakan tumbuhan pewarna alami semua masyarakat atau ada
kelompok tertenu. Khususnya dimasyarakat keadaan yang biasa dilakukan dalam
membuat warna dari berbagai tumbuhan dapat dikerjakan secara kelompok, dan pada
saat melakukan sebuah tenun ikat itu dapat dilakukan secara masing-masing individu.
Proses yang digunakan itu menggunakan metode apa, metode yang digunakan
adalah metode Informan kunci masyarakat yang paling banyak menguasai informasi,
pengetahuan yang terkait dengan sebuah objek yang sedang diteliti.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas hasil pewarnaan
terhadap, ketahanan luntur terhadap pencucian dan ketajaman motif pada hasil
pewarnaan tenun ikat. Dan membuktikan apakah ada pengaruh perbedaan larutan
mordan tawas, kapur dan tunjung terhadap kualitas warna pada tenunm ikat, serta
mengetahui apa saja jenis tumbuhan yang dapat dijadikan etnis dayak sebagai pewarna
alami oleh pada tenun ikat.
MANFAAT
Definisi Etnobotani
Etnis Dayak Iban Memanfaatkan Tumbuhan Pewarna Alami Sebagai Tenun Ikat
Tenun Ikat Dayak Iban merupakan salah satu identitas seni budaya yang masih
tetap dipertahankan yang sebagian besar ditenun oleh kaum perempuan Dayak Iban.
Penenun Perempuan Dayak Iban percaya bahwa tenun memiliki nilai-nilai luhur yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka dan juga bernilai ekonomi tinggi. Hal ini
terwujud melalui motif unik yang mereka tenun yang menggambarkan kepercayaan dan
penghormatan kepada kehidupan mereka. Tenun ikat Suku Dayak Iban ada yang
bermotif dasar sesuai keinginan individu atau perpaduan beberapa motif tersebut yang
proses menenunnya membutuhkan waktu yang tidak sebentar sesuai ukuran yang akan
dibuat untuk menenun selembar kain.Tenun ikat Suku Dayak menggunakan pewarna
alami yang berasal dari alam, mereka melanjutkan warisan dari nenek moyang mereka
yang mewarnai benang, kain, dan produk kerajinan lainnya dengan menggunakan
tumbuhan dan tanaman pewarna alami dari lingkungan sekitar rumah dan hutan alam
mereka.
Namun saat ini ketersediaan tanaman penghasil warna alami bagi penenun
perempuan Dayak Iban semakin berkurang akibat masuknya industri benang sintetis
yang membuat penenun perempuan Dayak Iban berahli dari praktek menenun dengan
pewarna alami yang lebih ramah lingkungan menjadi menggunakan bahan pewarna
sintetis yang berpotensial merusak kesehatan dan tidak ramah terhadap lingkungan.
Masyarakat suku Dayak Iban menggunakan tumbuhan penghasil warna alami terutama
digunakan untuk menenun,dan ada terdapat dua jenis tenunan yang dibuat oleh
masyarakat suku Dayak Iban yaitu tenun ikat dan tenun songket. Perbedaan dari kedua
tenunan ini ialah dari proses penenunannya, bahwa proses pembuatan tenun songket
jauh lebih tinggi tingkat kesulitannya dibandingkan.
Suku Dayak Iban, adalah salah satu rumpun suku dayak yang terdapat
di sarawak, dan kalimantan. Etnis dayak iban ini hampir sama bahasanya dengan bahasa
dayak mualang, dan dayak kantuk hanya ada sedikit perbedaan dalam penyampaian kata
saat mengucapkan atau logatnya. Kata Iban berasal dari bahasa Iban asli yang
bermaksud manusia atau orang.Bangsa Iban bermaksud juga bangsa manusia. Suku
Dayak iban berasal dari Kalimantan Barat yaitu masyarakat adat yang masih memegang
mempunyai adat istiadat hingga saat ini. Suku Dayak memiliki ciri khasnya dari bahasa,
pakaian, hingga rumah tradisional. Etnis Dayak Iban mempunyai keunikan dari segi
warisan tattoo budaya asal dari Dayak Iban sendiri . Bagi Suku Dayak Iban, tradisi tato
menjadi bahasa verbal yang sakral sebagai simbol pencapaian hidup. Tato yang
menghiasi tubuh mereka adalah bentuk penghargaan atas diri mereka tetang pencapaian
hidup agar mudah dikenali dari keturunan Bangsa Iban. Pencapaian hidup itu terbagi
dalam dua era, yaitu Era (Mengayau) , dan Era Bejalai (Merantau). Bagi Suku Dayak
Iban, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan ekspresi kepercayaan.
Salah satunya dengan menyelenggarakan ritual upacara adat sebagai bentuk rasa syukur
atas hasil panen yang didapatkan. Upacara tersebut dikenal dengan nama Gawai Dayak,
yang merupakan pengejawantahan dari rasa syukur dan terima kasih kepada PETARA
(Sang Pencipta) atas hasil panen yang telah diperoleh selama satu tahun. Masyarakat
Suku Dayak Iban biasanya menyiapkan makanan-makanan tradisional seperti Pulut,
Rendai, Tumpe, dan minuman tradisional seperti air Tuak yang akan dihidangkan pada
saat upacara adat.
Masyarakat Dayak Iban masih mengunakan cara tradisional dalam proses
pengolahan tumbuhan pewarna alami yaitu dengan cara mengambil bagian-bagian dari
tumbuhan yang akan menghasilkan warna yang diinginkan misalnya akar, daun, kulit,
bunga dan buah selanjutnya direbus sampai mendidih. Proses ini dilakukan untuk semua
tumbuhan pewarna alami yang akan digunakan sebagai kain tenunan. Proses
pengolahan dilakukan untuk mendapatkan warna yang baik tahap pengolahannya yaitu
perebusan, selanjutnya dilakukan perendaman benang pada air hasil rebusan
diperkirakan 20 samapi 30 menit. Semakin lama benang direndam semakin baik warna
yang dihasilkan dan tidak mudah pudar dan luntur pada saat pencucian benang yang
sudah dikunci dengan bahan kapur.
Kerangka Pikir
Masyarakat
Pengolahan Data
a. Menggunakan tallysheet
Analisis Data
b. Presentase habitus
Menggunakan data Deskriptif
c. Menggunakan rumus Frekuensi
N
Sitasi( % )= ×100 (%)
T
Alat dan Bahan atau Objek dan Subjek yang dipergunakan pada saat melakukan
penelitian sebagai membantu atau pendukung utama kegiatan dalam penelitian untuk
pengambilan data kita di lapangan adalah :
1. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung ke lokasi
penelitian dengan melakukan rekam dan dokumentasi langsung dikoordinat titik
pengamatan lapangan. Pengamatan yang dilakukan berlangsung mengacu pada
berbagai jenis tumbuhan baik dari umur pancang, tiang, dan pohon yang
menghasilkan berbagai warna yang bervariasi dari setiap bagian yang dipergunakan
dan dimanfaatkan dalam proses untuk pewarna alami pada bahan benang yang
dijadikan sebagai pembuatan tenun ikat oleh masyarakat.
2. Data Sekunder dengan penelitian ini mengunakan metode Informan kunci yaitu
orang-orang yang paling banyak menguasai informasi atau paling banyak tahu
terkait objek yang sedang diteliti tersebut. Terlihat dari penduduk masyarakat Desa
Labian Dusun Ngaung Keruh Kabupaten Kapuas Hulu, didusun tersebut kaum
perempuan yang bisa membuat suatu tenun ikat atau sungkit itu ada terdapat 14
kaum perempuan, mereka bisa membuat dan meniru motif-motif dan corak yang
dapat dijadikan contoh dalam membuat tenun ikat. Didusun Ngaung Keruh tersebut
yang sangat menguasai sebuah arti tenun ikat itu oleh ibu yang bernama Marta
Sambung, dengan usia ± 60 tahun. Dan juga terdapat banyak masyarakat yang
mengenal jenis tumbuhan sebagai pewarna alami yaitu 70% dari kaum wanita dan
30% dari kaum laki-laki salah satunya tuai rumah atau ketua adat Dusun Ngaung
Keruh. Dan dapat dikatakan sebagai masyarakat responden kunci yaitu masyarakat
yang memiliki pengetahuan luas mengenai nama lokal tumbuhan dan manfaat atau
kegunaan dari tumbuhan tersebut serta memiliki intensitas tinggi dalam pada
dasarnya tutupan lahan yaitu suatu perwujudan secara fisik dari vegetasi, benda
alam, dan budaya yang ada di permukaan kawasan.
a. Tutupan lahan yang ada Dikapuas Hulu khususnya pada Kecamatan Batang Lupar
Desa Labian Dusun Ngaung Keruh, dibagian kawasan yang lahan perbukitsn
maupun lahan datar permukiman adalah sebagai salah satu tempat masyarakat
berladang,berkebun atau bercocok tanam untuk memenuhi salah satu kebutuhan
hidup.maka ditahun 2018 lahan masih banyak yang Kawasan lahan belom terbangun
oleh banguna-bangunan kecil, hanya tetapi masyarakat memanfaatkan lahan tersebut
menjadi suatu perkebunan / ladang mereka.jadi ditahun 2018 juga mengalami
musim kemarau lumayan Panjang hinhgga membuat lahan permukiman petani
mengalami kebakaran yang begitu luas.
b. Masyarakat Dusun Ngaung Keruh juga mempunyai berbagai bentuk keindahan
alam, yang hijau yang masih luas bagi kehidupan flora dan fauna dengan lingkungan
yang dikatakan masih membaik karena terdapatnya tata hutan yang permanen dan
tata air bersih serta masih banyak juga jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang dapat
dimanfaatkan dan diburu sebagai hasil dan kebutuhan hidup mereka. Pada Desa
Labian Dusun Ngaung Keruh terdapat kurang lebihnya KK yang terdata oleh Desa
ditahun 2017/2018 yaitu terdapat dengan jumlah 42 KK yang masih tercatat dan
yanag didusun ngaung keruh ada yang lanjut usia orang tua yang masih bekerja dan
yang mampu mengelolah lahan atau perkebunannya demi kelangsungan hidup baik
perempuan dan laki-laki semunya rata-rata bekerja berangkat pagi pulang sore.
Tablel 1 Tally Sheet Jenis Tumbuhan Yang Digunakan Dalam Proses Tenun Ikat.
No Nama Local Nama Latin Bagian Yang Kegunaan Warna
Digunakan M / P/ F Dihasilkan
1.
2.
3.
4.
5. Dst
Tabel 3 Tally Sheet Bioteknologis Tumbuhan Digunakan Dalam Proses Tenun Ikat
No Nama Nama Famili Habitus Status Tempat Keterangan
Local Ilmiah Tumbuhan Tumbuh M/P/F
1.
2.
3.
4.
5 . Dst
2.
3.
4.
5. Dst
Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan suatu Objek dan
Subjek, dalam pemanfaatan tumbuhan penghasil pewarna alami pada bahan benang
dalam proses tenun ikat yang terletak Didusun Ngaung Keruh Desa, Labian, Kecamatan
Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu.dengan adanya sebuah inventarisasi responden
yaitu sebagai sebuah karateristik dan pengolahan keanekaragaman social budaya
masyarakat dengan perlakuan berupa data primer dan sekunder yang dapat
dideskrispsikan dengan mencatat jenis dan jumlah tumbuhan sebagai penghasil pewarna
alami pada bahan benang untuk proses menenun. Oleh karena itu maka dilakukan
pengolahan data dengan metode Informan kunci, Teknik observasi, dan Teknik
wawancara Murniati (2015). Yaitu untuk mengolah pemanfaatan jenis tumbuhan yang
dijadikan sumber pewarna alam terhadap bahan benang untuk pembuatan sebuah tenun
ikat yang berbagai motif.
Prosedur Penelitian ini terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan pertama
adalah mengetahui potensi jenis tumbuhan sebagai pewarna alami pada areal hutan adat
dan perkebunan di Dusun Ngaung Keruh dan kegiatan kedua adalah mengetahui
pemanfaatan jenis tumbuhan penghasil warna pada bahan benang yang akan ditenun
oleh masyarakat Dusun Ngaung Keruh. Data yang dikumpulkan meliputi data primer
dan Data Sekunder. Data Primer yang dikumpulkan berupa luasan lahan hutan dan
perkebunan yang terletak Didusun Ngaung Keruh, serta jumlah jenis tumbuhan sebagai
pewarna alam, dan pemanfaatan tumbuhan penghasil warna dan ada pun data sekunder
yang akan dikumpulkan berupa studi pustaka yang bersumber dari sebuah buku, jurnal,
dan data-data dari masyarakat serta instansi-instansi terkait dalam pengolahan dan
pemanfaatan. Prosedur pengambilan data potensi tumbuhan yang berada dihutan adat
dalam Kawasan Desa Labian, Dusun Ngaung Keruh, Prosedur penelitian yang
dilakukan yaitu menentukan lokasi hutan yang akan diamati dengan menggunakan
metode Survei.
Sebelum melakukan proses atau langkah awal untuk membuat sebuah tenun
ikat/menenun secara tradisional oleh Etnis Dayak Iban dengan motif yang akan ditiru
atau sesuai versi individu masing masing yaitu dengan terdapatnya syarat-syarat yang
harus terpenuhi dahulu yaitu
Perempuan yang harus memulai proses menenun harus melakukan ritual dan doa
dahulu.
Meminta izin kepada pemilik motif yang akan dikutip atau ditiru
Menyediakan sesajian sebelom melakukan tenun dengan motif yang belom pernah
dibuat dengan usia tertentu dan juga harus mendapatkan mimpi dahulu jika
diizinkan atau tidak seorang perempuan yang akan mengutip sebuat motif tenun
tersebut.
Langkah awal dalam proses mewarna benang dengan cara tradisional oleh
masyarakat Dusun Ngaung Keruh yaitu:
Menyediakan alat parang dan sabit untuk membawa dan mengambil bahan dilokasi
yang sudah diketahui tempat tumbuh tumbuhan sebagai pewarna alam.
Mengambil seperlunya bagian tumbuhan yang bias dipergunakan atau yang
memiliki zat penghasil sebuah warna.
Memotong atau mengiris bagian yang diambil dan dimasukan kedalam wadah besar
untuk dilakukan perebusan dengan waktu ± selama 15 menit hingga sampai
mendidih.
Diangkat dan dituangkan air yang direbus ke dalam wadah dengan kondisi masih
hangat,lalu dicampur dengan bahan pengunci warna atau bahan pencampur lainnya
agar tidak mudah luntur dan kelihatan dapat menunjukan warna asli dari jenis
tumbuhan tersebut.
Mengambil sebagain benang yang diperlukan lalu dicelupkan dan direndam dalam
wadah yang sudah bercampuran dengan bahan pengunci serta pencampur lainnya
hingga bahan benang tersebut mengamalami perubahan warna sesuai jenis
tumbuhan terseebut ±nya 20 sampai 30 menit tergantung keinginan lama dan
tidaknya bagi responden dan lalu dilakukan pengeringan menggunakan kering udara
dan tidak dijemur.
Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara deskriptif
dan untuk mengetahui nilai manfaat tumbuhan penghasil warna, analisis data yang
diperoleh melalui wawancara dari masyarakat Dusun Ngaung Keruh yang akan
dikumpulkan, kemudian ditabulasikan (Table Tally Sheet). Berdasarkan nama ilmiah
dan famili, dianalisis secara deskriptif kualitatif sesuai dengan pola hasil
pemanfaatannya dan pengolahannya, (khasiat pemanfaatan, bagian yang dimanfaatkan
dan cara mengolahnya). Dan analisis potensi jenis tumbuhan penghasil warna yang akan
diskripsIkan hasil wawancara mengenai pemanfaatan jenis tumbuhan penghasil warna
terhadap bahan benang dalam proses menenun Didusun Ngaung Keruh Desa Labian.
N
a. Frekuensi Sitasi ( % )= ×100 (%)
T
Jadi Keterangannya :
N : Jumlah responden yang menyebutkan nama tumbuhan sebagai pewarna alami.
T : Jumlah seluruh responden yang menyebutkan tumbuhan sebagai pewarna alami.
dan dengan keterangan dalam mengetahui nilai kesepakatan informasi dengan
rumus rasio yaitu :
Nur−Nt
b. RKI ¿
Nur−1
Dengan Keterangannya :
RKI : Kesepakatan antar informan dalam bentuk pemanfaatan tumbuhan sebagai
pewarna alami
Nur : Jumlah laporan pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alami oleh seluruh
informan
Nt : Jumlah pemanfaatan tumbuhan dalam kategori.
Maka dengan menggunakan rumus rasio ini adalah sebuah kesepakatan informan
yang digunakan untuk mengetahui nilai kesepakatan informasi dari responden
mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alami dalam kategori tertentu.
Analisis data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu tentang jenis
tumbuhan, bagian tumbuhan, cara pengolahn serta kearifan lokal Suku Dayak Iban
memanfaatkan tumbuhan sebagai pewarna alami. Instrument pengumpulan data yang
digunakan yaitu dengan membuat tabel sesuai dengan data penelitian pada jurnal atau
artikel ilmiah yang sudah dipublikasikan Ritonga (2011). Teknik analisis data yang
digunakan yaitu analisis kualitatif, data hasil analisa dikelompokkan dalam bentuk tabel
yang memuat nama latin, nama lokal, famili, bagian tumbuhan serta bagain wawancara
observasi yang digunakan dengan cara pengolahannya. Dan dapat dideskripsikan untuk
menggambarkan sebuah perbedaan, persamaan dan kearifal lokal dalam pemanfaatan
tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alami oleh Etnis Dayak Iban Dusun Ngaung
Keruh, Desa Labian.
DAFTAR PUSTAKA
Salam Sejahtera,
Saya atas nama Ardy Dom Sabai B, mahasiswa dari Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura Pontianak. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian
tentang, Etnobotani Bahan Pewarna Alami Tenun Ikat Pada Etnis Dayak Iban Di Desa
Labian Kabupatenkapus Hulu. Oleh karena itu saya memohon partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari sebagai penjaga lahan hutan adat yang ada Didusun Ngaung
Keruh ini dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai salah satu penghasil zat pewarna
alam dan supaya dapat membantu saya untuk memberikan sebuah jawaban yang
tersedia dalam kuisioner ini untuk melengkapi sebagai data-data penelitian saya. Semua
pilihan jawaban yang ada dalam kuisioner ini adalah semata-mata untuk mendukung
data penelitian saya, dengan jawaban yang bisa diberikan Bapak/ibu sendiri itu sangat
membantu saya dalam penelitian ini apabila seluruh pertanyaan dijawab dengan jujur,
atas kesempatan dan kesediaan serta waktu yang diluangkan, saya mengucapkan banyak
terimakasih.
Tanggal Survei :
Alamt Responden :
Karakteristik Responden
Nama : .......................................................................................................
Umur : …………………………………….………Tahun
Alamat/Asal : .......................................................................................................
Perkerjaan : .......................................................................................................
Penghasilan : ……………………………………………………………………
LEMBAR PERTANYAAN
1. Menurut bapak/ibu/sdr flora (jenis tumbuhan) apa saja yang terdapat di kawasan
lahan hutan adat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna.alam.
a. Di lindungi ...............................................................................................................
b. Langka .....................................................................................................................
c. Dimanfaatkan............................................................................................................
2. Apakah bapak/ibu/sdr tahu tentang jenis tumbuhan apa saja yang bisa dijadikan
sebagai bahan pewarna alam.
d. banyak .....................................................................................................................
e. sedang .....................................................................................................................
f. sedikit ......................................................................................................................
3. Apakah bapak ibu saudara pernah membuat bagian dari tumbuhan sebagai bahan
pewarna alam pada benang yang akan ditenun.
g. Pernaah …………………………………………………………………………..
h. Tidak ………………………………………………………………………….….
1. Apakah dari jenis tumbuhan yang dimanfaatkan ibu-ibu sebagai bahan pewarna alam
memiliki banyak perbedaan warna.
a. Banyak sama ……………………………………………………………………...
b. Tidak banyak …………………………………………………………………..…
2. Bagaimana bapak/ibu/saudara dapat mengetahui berbagai jenis tumbuhan yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alam untuk mewarnai benang.
c. uji coba berkelompok ……………………………………………………………..
d. secara individu ……………………………………………………………………
e. pelatihan dari lembaga ……………………………………………………………
3. Kapan saja ibu-ibu dapat membuat anyaman tenun ikat tradisional tersebut.
f. Bulan tertentu………………………………………………………………………
g. Tahun tertentu ……………………………………………………………………..
4. Berapa lama ibi-ibu dapat membuat sebuah tenunan menjadi produk local secara
tradisional dalam kalangan masyarakat.
h. Perminggu …………………………………………………………………………
i. Perbulan …………………………………………………………………………...
5. Apa saja bahan pencampur yang digunakan dalam membuat warna dari jenis tumbuhan
agar tidak muda mengalami kelunturan pada warna yang dihasilkan.
j. Bahan sintetis ………………………………………………………………………
k. Bahan tradisional …………………………………………………………………..
6. Apakah jenis tumbuhan yang bisa dijadikan bahan pewarna alam tersebut tumbuh
secara.
l. liar ………………………………………………………...…………………………
m. Ditanam atau dibudidayakan …………………………...…………………………...
7. Apa saja bagian jenis tumbuhan yang dimanfaatkan ibu-ibu untuk menghasilkan warna
alam secara tradisional.
n. Kebanyakan akar …………………………………………………………………….
o. Bunga ……………………………………………………...………………………...
p. Kulit buah ……………………………………………………………………………
q. Daun tua atau muda ………………………………………………………………….
r. Batang serbuk …………….………………………………………………………….
s. Atau kulit ……………………………………….……………………………………
8. Bagaimana cara ibi-ibu mengolah bagian tumbuhan yang dijadikan bahan pewarna
untuk mewarnai bahan benang.
t. Direbus ………………….………………………………….…………………………
u. Direndam …...………………………..……………………..…………………………
9. Dengan cara apa ibi-ibu mengolah bagian tumbuhan sebagai pewarna alam tradisional
pada bahan benang.
v. Menggunakan alat mesin ……………………………………………………………
w. Menggunakan tangan langsung ……………………………………………………...
10. Apakah dari hasil motif yang ditenun oleh ibu-ibu tersebut mempunyai arti dan sebuah
kesan.
x. Secara rohani ………………………………………………………………………..
y. Dari budayak ………………………………………………………………………..
z. Secara ritual …………………………………………………………………………
11. Apakah dari ibu-ibu yang baru menenun dapat belajar dan dapat mengutif sebuah motif
secara langsung atau meminta izin kepada pemilik asli hasil tenun tersebut.
a. Pada tingkat umur ……………………………………………………………………
b. Secara pangkat ………………………………………………………………………
c. Dilakukan sesajian ritual …………………………………………………………….
12. Apakah sampai saat ini tumbuhan yang ditemukan bapak/ibu/saudara Kawasan hutan
adat tersebut dapat dikembangkan.
d. Secra budidaya ………………………………………………………………………..
e. Dibiarakan secara tumbuh liar ………………………………………………………..
13. Apa saja kegunaan sebuah hasil tenun dengan motif yang berbeda yang dibuat oleh ibu-
ibu dapat.
f. Diperjual belikan ……………………………………………………………………..
g. Dipajangkan ………………………………………………………………………….
h. Digunakan saat acara adat ……………………………………………………………
14. Apakah ibu-ibu yang menenun hanya dapat melakukan pada siang dan malam hari saja.
i. Ya ……………………………………………………………………………………..
j. Tidak ………………………………………………………………………………….
15. Apakah jenis tumbuhan selain tingkat pohon dan, tiang seperti pada tinkgat semai dan
pancang bisa dipergunakan sebagai bahan pewarna alam.
k. Bisa ………………………………………………………………………………….
l. Tidak ………………………………………………………………………………..
16. Apakah lama atau tidaknya hasil warna yang sudah dibuat oleh ibu-ibu dalam bentuk
busana kain tenun dari jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada
bahan benang tersebut lebih cerah atau memudar.
m. Jangka waktu lama …………………………………………………………………
n. Jangka waktu pendek ………………………………………………………………
17. Apakah warna yang belom dikunci dengan zat pencampuran lainnya lebih mudah
luntur atau tidak.
o. Ya …………………………………………………………………………………..
p. Tidak ………………………………………………………………………………
18. Mengapa ibu-ibu lebih memilih mengolah jenis tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai
pewarna alam tradisional dibandingkan menggunakan warna yang sintetis dipasar ?
19. Mengapa ibu-ibu lebih memilih membuat tenun ikat sendiri dengan waktu yang tidak
sebentar dibandingkan dengan membeli langsung ?
20. Apa yang membedakan kain tenun biasa dengan tenun songket ?
21. Kenapa dalam proses menenun hanya lebih mengarahkan ke perempuan ibu-ibu yang
usia lanjut dan jarang dilakukan oleh perempuan remaja ?
22. Terbuat dari apa saja alat-alat yang digunakan ibu-ibu dalam menenun ?
23. Apakah warna yang dibuat pada motif yang berbeda juga dapat mempengaruhi dari
fungsi sebuah motif tersebut ?
24. Dimana kesulitan dan kemudahan yang dilakukan oleh ibu-ibu dalam proses menenun?
25. Apa saja jenis tumbuhan dan warna yang sering ibu-ibu gunakan dalam mewarnai
benang ?
26. Apa saja langakh-langkah yang harus dibuat oleh ibu-ibu dalam proses menenun ?
27. Apa saja faktor kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh busana yang ditenun
secara internal saat ini ?
28. Apakah ada bantuan atau kerjasama yang dilakukan masyarakat dengan Lembaga
dalam manfaatkan dan mengembangkan tumbuhan sebagai pewarna alam tradisional
yang ditenun dan menghasilkan produk local berupa busana adat ?
Lampiran 2. Peta Lokasi Rencana Penelitian