Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PERALATAN RUMAH TANGGA”

Matakuliah : Etnobotani

Dosen Pengampuh :

Prof. Dr. Anatje Lihiang, M.P


Dr. Sukmarayu Gedoan, M.P

Oleh Kelompok 5 :

Engelina E. D. Tempongbuka (20507040)

Meylinda E. Rumawir (20507011)

Kandita J. Salunusa (20507037)

Adityani R. Kalalo (20507063)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KEBUMIAN

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Maha Yang Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini, yang kami buat dengan waktu yang telah ditentukan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua dan dengan adanya penyusunan
makalah seperti ini, semoga pembaca dapat belajar dengan baik dan benar tentang
“Peralatan Rumah Tangga”. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya kami juga
menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Penyusun

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..


ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………


1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...
2
C. Tujuan penulisan ………………………………………………………….
2

BAB II PEMBAHASAN

A. Peralatan Rumah Tangga SAD (Suku Anak Dalam)


Dan Bahan Baku Pembuatan …………………………………………… 3
B. Tumbuhan Untuk Peralatan Rumah Tangga ……………………………. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 11
B. Saran …………………………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etnobotani merupakan sebuah istilah yang pertama kali
dikemukakan oleh ahli botani berkebangsaan Amerika, John Harshberger
pada tahun 1895 dan didefinisikan sebagai pengetahuan tradisional dari
masyarakat lokal tentang keragaman tanaman sekitar dan studi tentang
bagaimana masyarakat dengan budaya tertentu menggunakan tanaman
lokal tersebut (Abbasi et al., 2012). Secara terminologi istilah etnobotani
berasal dari dua kata Yunani yaitu “Ethnos” yang berarti ras, orang,
kelompok budaya, bangsa, dan “botany” yang berarti ilmu yang
mempelajari tumbuhan. Dengan demikian etnobotani berarti kajian
interaksi antara manusia dengan tumbuhan atau dapat diartikan sebagai
studi mengenai pemanfaatan tumbuhan pada suatu budaya tertentu. Secara
sederhana Walujo (2017) mendefinisikan etnobotani sebagai suatu bidang
ilmu yang mempelajari hubungan antara masyarakat lokal dengan
tumbuhan yang terdapat di alam lingkungan sekitarnya. Sehingga dalam
hal ini etnobotani dapat membantu masyarakat setempat dalam mencatat
atau merekam kearifan lokal yang mereka miliki selama ini, untuk masa
yang akan datang. Etnobotani menjelaskan tentang pengetahuan
masyarakat tradisional terhadap penggunaan tumbuhan dalam menunjang
kehidupannya yang memiliki kaitan antara budaya dan kegunaan
tumbuhan, bagaimana tumbuhan digunakan, dirawat dan dinilai
memberikan manfaat untuk manusia, contohnya sebagai makanan, obat,
kosmetik, pewarna, upacara adat, pakaian dan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Kelompok masyarakat sesuai dengan karakteristik
wilayah dan adat masing-masing memiliki ketergantungan terhadap
tumbuhan, paling tidak untuk sumber bahan pangan. Berdasarkan definisi
di atas dapat disimpulkan etnobotani adalah ilmu yang mempelajari
keterkaitan hubungan langsung manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan
pemanfaatannya yang bersumber dari pengalaman atau dengan cara
memanfaatkan nilai-nilai pengetahuan masyarakat tradisional sehingga
menjadikan bentuk sebuah kebudayaan yang tercermin dalam realitas
kehidupan. Etnobotani, sebagai bidang ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dan tumbuhan, menjadi jendela unik untuk memahami
keterkaitan mendalam antara budaya dan alam. Dalam konteks ini, fokus
makalah ini adalah pada aspek keseharian yang seringkali diabaikan, yaitu
peralatan rumah tangga. Peralatan rumah tangga tidak hanya menjadi
sarana praktis dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga mencerminkan
warisan budaya yang diwariskan melalui generasi. Etnobotani peralatan
rumah tangga membawa kita dalam perjalanan eksplorasi, menyelusuri
bagaimana tumbuhan yang sering kali dianggap sepele menjadi inti dari
peralatan-peralatan yang menyusun kehidupan domestik. Dalam makalah
ini, kita akan merinci kontribusi tumbuhan terhadap pembuatan peralatan
rumah tangga, membuka pintu wawasan terhadap nilai-nilai budaya yang
terkandung di dalamnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja peralatan rumah tangga yang digunakan oleh SAD (suku anak
dalam) di taman nasional bukit dua belas kabupaten sarolangun Jambi?
2. Apa saja tumbuhan yang digunakan untuk prmbuatan peralatan rumah
tangga?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menjelaskan tumbuhan yang digunakan sebagai peralatan
rumah tangga
2. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah etnobotani
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERALATAN RUMAH TANGGA SAD (SUKU ANAK DALAM)


DAN BAHAN BAKU PEMBUATAN
a. Ambung merupakan salah peralatan rumah tangga yang paling
banyak digunakan oleh SAD. Ambung memiliki bentuk seperti
bakul dengan permukaan atas bulat seperti lingkaran dan memiliki
ciri khas berupa anyaman yang rapat, dengan menggunakan
pewarna alami. Ambung yang digunakan memiliki variasi yaitu
ambung besar dan ambung kecil. Ambung besar memiliki ukuran
besar dengan tinggi sekitar 50 cm dan diameter sekitar 40 cm,
sedangkan ambung kecil memiliki ukuran kecil dengan tinggi
sekitar 25 cm dan diameter sekitar 21 cm.

 Bahan yang digunakan adalah : Rotan seni, siuh, sego


putih, temati
 Kegunaan : Tempat peralatan, tempat ayakan, untuk
membawa barang dan buah, tempat tembakau, tempat
ayakan
b. Blebayon merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat SAD
untuk penerangan (lampu) di waktu malam hari. Alat ini berbentuk
seperti tabung. Ciri khasnya adalah bahan bakarnya berasal dari
getah yang disebut damar yang dimasukkan ke bagian dalam
blebayon. Alat ini berukuran panjang sekitar 50 cm dan diameter
sekitar 4,5 cm.
 Bahan yang digunakan adalah : Kulit meranti bungo dan
meranti merah Damar
 Kegunaan : Untuk tempat lampu
c. Buluh digunakan oleh SAD sebagai tempat mengambil air.
Bentuknya bulat seperti tabung dan bagian atasnya terdapat lubang
yang berfungsi untuk masuknya air. Buluh berukuran panjang
sekitar 60 cm dan diameter sekitar 8 cm. Namun pada umumnya
buluh memiliki ukuran sesuai dengan panjangnya ruas bambu yang
digunakan.

 Bahan yang digunakan : Bambu mayan


 Kegunaan : Tempat ngambil air
d. Catu merupakan alat yang fungsinya menyerupai sendok. Catu
digunakan oleh SAD untuk mengaduk, menyendok nasi, gulai dan
lauk. Ciri khas dari peralatan ini adalah adanya ukiran di bagian
ujung pegangan atau tangkainya. Catu berukuran panjang sekitar
30 cm dan lebar sekitar 12 cm.
 Bahan yang digunakan : Kayu pisang
 Kegunaan : Untuk mengaduk nasi - Untuk sendok nasi,
gulai dan lauk
e. Kopu merupakan bahan yang digunakan sebagai sabun saat mandi.
Kopu berbentuk seperti serabut, menggumpal kecil dan berwarna
kuning kecoklatan. Peralatan ini digunakan dengan cara
menggosok-gosokkan ke badan. Kopu akan mengeluarkan busa
seperti halnya busa sabun mandi.

 Bahan yang digunakan : Akar kopu


 Kegunaan : Untuk sabun mandi dan shampoo
f. Losung dan hanton adalah suatu alat yang digunakan oleh SAD
untuk menumbuk padi. Losung sebagai wadah untuk menempatkan
padi yang akan ditumbuk, sedangkan hanton sebagai alat
penumbuk padinya. Losung berukuran tinggi sekitar 50 cm dan
diameter sekitar 2,5 cm. Losung memiliki kedalaman sekitar 30
cm, sehingga berbentuk seperti mangkuk. Peralatan ini dibuat
dengan cara mendesain atau menggambar lingkaran di bagian atas
pohon yang sudah ditebang. Pohon yang digunakan harus
berukuran besar. Setelah itu baru dilubangi menggunakan beliung
(kapak) hingga mencapai kedalaman sekitar 30 cm. Hanton yang
digunakan sebagai penumbuk memiliki ukuran panjang 180 cm
dengan diameter yang berbeda ukurannya antara bagian atas dan
bagian bawahnya. Bagian atas hanton memiliki diameter sekitar 6
cm sedangkan diameter bagian bawahnya sekitar 10 cm. Ukuran
bagian bawah yang lebih besar akan mempercepat proses
penghancuran padi atau biji-bijian lain yang ditumbuk.
 Bahan yang digunakan : Kayu Kacang, kayu joho, kayu
petaling/ buntor
 Kegunaan : Untuk menumbuk padi, ubi kering
g. Nyiru merupakan peralatan rumah tangga yang digunakan oleh
SAD untuk menampi. Ukuran nyiru yang digunakan secara umum
ada dua yaitu nyiru besar dan nyiru kecil. Nyiru besar berukuran
panjang sekitar 60 cm dan lebar sekitar 45 cm, sedangkan nyiru
kecil berukuran panjang sekitar 50 cm dan lebar sekitar 40 cm.

 Bahan yang digunakan : Bambu (mipih dan mayan) dan


rotan (seni, siuh, temati dan sego putih)
 Kegunaan : Untuk menampi padi, untuk menampi beras
h. Sumpit merupakan salah satu hasil karya masyarakat SAD yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan tembakau dan sirih.
Sumpit ini berbentuk seperti kantong atau dompet. Sumpit
memiliki beberapa variasi yaitu sumpit besar, sumpit sedang dan
sumpit kecil. Sumpit besar berukuran panjang sekitar 18 cm dan
lebar sekitar 14 cm. Sumpit sedang berukuran panjang sekitar 16
cm dan lebar sekitar 12 cm, sedangkan sumpit kecil berukuran
panjang sekitar 14 cm dan lebar sekitar 10 cm.

 Bahan yang digunakan : Rumbai


 Kegunaan : Untuk tempat beras, untuk menyimpan rokok
dan tembakau
i. Tikar merupakan peralatan yang digunakan oleh SAD sebagai alas
untuk duduk, tidur atau sembahyang. Tikar yang digunakan adalah
berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang sekitar 170 cm
dan lebar sekitar 86 cm. Ciri khas tikar yang dibuat oleh SAD yaitu
anyaman tikar yang lebih halus dan rapat yang berbeda dengan
tikar yang dibuat oleh masyarakat luar (orang terang).

 Bahan yang digunakan : Rumbai


 Kegunaan : Alas untuk duduk, tidur, upacara besale dan
acara pernikahan

B. TUMBUHAN UNTUK PERALATAN RUMAH TANGGA


1. Bambu
Bambu merupakan tanaman berumpun yang tersebar di daerah
tropis, sub tropis, dan daerah beriklim sedang, tumbuhan ini dapat
tumbuh pada iklim kering sampai tropis basah, pada kondisi tanah
subur atau kurang subur dari dataran 0 m sampai 4000 m di atas
permukaan laut. Bambu adalah tumbuhan yang cepat tumbuh serta
memiliki peranan yang penting dalam kehidupan dan budaya
masyarakat.
Menurut penelitian Sujarwanta dan Zen (2020) di Kecamatan
Semaka, masyarakat setempat membudidayakan bambu untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bambu dimanfaatkan untuk
membuat bebrapa peralatan rumah tangga seperti cikrak/pengkih,
tampah (penampi), kursi, meja dan besek/keranjang.
Bambu yang dipergunakan sebagai furniture harus memenuhi
beberapa syarat. Selain warna yang menarik juga dapat dibentuk
secara istimewa dengan nilai seni yang tinggi tetap memenuhi
kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias, seperti pernis
meningkatkan keawetan dan penampilan dengan tetap berkesan
alami. Perkakas rumah tangga dan hiasan dari bambu digemari
karena disamping tidak berkarat juga mencerminkan
kesederhanaan tapi tetap anggun. Bambu yang digunakan sebagai
furniture harus memiliki sifat buluh berdiameter 15-20 cm, dinding
tebal, buku-buku tidak kasar, bekas mata tunas tidak menonjol.

2. Kelapa
Buah kelapa terdiri dari sabut kelapa, tempurung kelapa, daging
kelapa dan air kelapa. Sabut kelapa merupakan bahan berserat
dengan ketebalan sekitar 5 cm, dan merupakan bagian terluar dari
buah kelapa. Tempurung kelapa terletak di sebelah dalam sabut,
ketebalannya berkisar 3 5 mm. Ukuran buah kelapa dipengaruhi
oleh ukuran tempurung kelapa yang sangat dipengaruhi oleh usia
dan perkembangan tumbuhan kelapa. Tempurung kelapa beratnya
antara 15 – 19 % berat kelapa. Sedangkan di Sulawesi Utara
menunjukkan bahwa berat tempurung kelapa adalah 17,78 %
(Suhartana, 2006).
Tumbuhan kelapa di Indonesia merupakan tumbuhan serbaguna
mulai dari akar, batang, bunga, buah sampai dengan daun dapat
digunakan baik sebagai pengobatan tradisional ataupun untuk
kehidupan sehari-hari seperti untuk bahan masakan dan kayu
bakar, serta perabotan rumah tangga yang berbahan dasar pohon
kelapa. Batang pohonnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan
perabotan rumah tangga, hiasan dan lain sebagainya. Daun kelapa
dapat digunakan untuk pembungkus makanan terutama daun yang
agak muda dan bila dianyam dapat digunakan untuk atap rumah
sedangkan lidinya selain untuk membuat sapu juga untuk barang
kerajinan tangan, seperti taplak meja, alas piring makan, tirai,
tempat koran hiasan dinding ataupun aksesoris rumah tangga
lainnya (Hermita, 2019). Sedangkan batok kelapa dapat
dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat asbak, toples atau
juga lampu hias.

3. Kayu Ulin
Biasanya masyarakat Natuna menggunakan kayu ulin atau belien
untuk membuat lesung. Lesung adalah sebuah alat untuk
menumbuk padi yang terbuat dari kayu. Dalam memilih bahan
kayu itu haruslah yang sudah tua dan bagus teksturnya. Setelah itu,
kayu tersebut dibelah-belah menjadi balok dengan ukuran rata-rata
±8 cm dan panjangnya ±3 cm. Kemudian membuat bentuk dasar
dari lesung. Lesung berbentuk bulat persegi panjang, pada bagian
tengahnya dicekungi cukup dalam. Besar penampang bakal lesung
dibuat berukuran ±30 cm dan tinggi ±45 cm.

4. Pandan
Menurut Penelitian Zebua Masyarakat kampung Papuma di Kep.
Yapen Papua memanfaatkan serat akar P. tectorius dan P.
leptocaulis sebagai alat penangkap ikan dan daunnya dimanfaatkan
sebagai bahan tikar. Pandanus sp.2 digunakan sebagai bahan tali
atau benang untuk menjahit tikar dan pakaian adat. Masyarakat
Papua yang tinggal di wilayah dataran tinggi memanfaatkan serat
akar, batang dan daun P. jiulianetii sebagai bahan membuat tas atau
noken, papan lantai atau dinding, bahan tikar dan payung
tradisional.

5. Kayu jati
Pohon jati adalah jenis pohon dengan nama ilmiah Tectona grandis
Linn. f . Pohon ini termasuk pohon penghasil kayu berkualitas
tinggi. Dalam bahasa Inggris, pohon yang dikenal dengan nama
“teak” ini menghasilkan kayu jati yang sangat kuat dan awet. Hasil
dari kayu pohon jati saat ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan manusia, misalnya bahan baku furniture, mebel,
peralatan rumah tangga serta penyangga struktur bangunan.
Sifat dari kayu jati yang kuat, awet, dan stabil cocok digunakan
sebagai bahan pembuatan perkakas rumah tangga, seperti meja,
kursi, almari, kusen, berbagai macam ukiran dan sebagainya.

6. Rotan
Rotan asalnya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam
kelompok palem-paleman yang hidupnya merambat. Golongan ini
termasuk dalam sub-famili calamoideae yang mempunyai 13
marga dan sekitar 600 jenis hidup pada kawasan hutan hujan tropis
di Asia Tenggara. Kelompok rotan pada umumnya tumbuh dan
dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Setiap bagian dari
batang rotan mempunyai kegunaan yang beragam tergantung dari
jenis hasil olahannya, antara lain: Rotan bulat kegunaanya adalah
untuk kerangka dalam pembuatan kursi, meja, tangkai payung, dan
tangkai sapu.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peralatan
rumah tangga tidak hanya menjadi sarana praktis dalam kehidupan sehari-
hari, tetapi juga mencerminkan warisan budaya yang diwariskan melalui
generasi.
Sama halnya dengan Suku Anak Dalam memanfaatkan berbagai jenis
tumbuhan diantaranya kayu pohon, bamboo dan rotan untuk pembuatan
alat rumah tangga dimana pengetahuan pembuatan peralatan rumah
tangga ini secara turun-temurun diajarkan dari generasi ke
generasi.Tumbuhan memiliki peran penting dalam pembuatanperalatan
rumah tangga khususnya sebagai bahan baku pembuatan peralatan.
Tumbuhan yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan peralatan
rumah tangga diantaranya yaitu, jati, mahoni, bamboo, rotan dan
sebagainya
Dengan demikian , etnobotani peralatan rumah tangga mencerminkan
kekayaan pengetahuan local yang terkait dengan pemanfaatan tumbuhan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga.

B. SARAN
Diperlukannya promosi pendekatan berkelanjutan dalam pemanfaatan
tumbuhan mencakup penggunaan kayu dari sumber daya hutan yang
harus dikelola dengan bijak dengan memastikan praktik penanaman
Kembali dan perlindungan ekosistem. Selain itu mendorong pemanfaatan
tumbuhan untuk mendukung keberlanmjutan dan melestarikan kearifan
local . hal ini dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan
meningkatkan apresiasi terhadap warisan budaya yang terkait dengan
tumbuhan khususnya dalam konteks peralatan rumah tangga
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, A.M. et al. 2012. Medicinal Plant Biodiversity of Lesser Himalayas-Pakistan.


German:Springer Science.

Hartanti, Grace. 2012. Perkembangan Material Rotan dan Penggunaan d Dunia


Desain Interior. Humaniora, 3(2)

Hermita, Rani. 2019. Memanfaatkan Limbah Batok Kelapa Menjadi Berbagai Macam
Bentuk Kerajinan. Jurnal Proporsi 4(2).

Pemkab Natuna. 2023. Kesenian Lesung Alu (Online) diakses dari


https://natunakab.go.id/kesenian-lesung-alu/

Rikardo, et al. 2015. Etnobotani Bambu Mayan (Gigantochloa robusta Kurz.) di


Kecamatan Sobang, Pandeglang Banten. J. Sci. Phar, 1(1).

Sujarwanta, A. dan Zen, S. 2020. Etnobotani Tanaman Bambu di Kecamatan Semaka


Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. SNPPM-2 (Seminar Nasional
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2020

Suhartana. 2006. Pemanfaatan Tempurung Kelapa Sebagai Bahan baku Arang Aktif
dan Aplikasinya Untuk Penjernihan Air Sumur di Desa Belor Kecamatan
Ngaringan Kabupaten Grobogan. Berkala Fisika 9(3)

Walujo, E. B. (2017). Sumbangan ilmu etnobotani dalam memfasilitasi hubungan


manusia dengan tumbuhan dan lingkungannya. Jurnal Biologi Indonesia, 7(2).

Zebua, L.I. 2015. Pemanfaatan Pandan-Pandanan (Pandanaceae) Oleh Masyarakat


Papua. Jurnal Biologi: Novae Guinea, 6(2).

Anda mungkin juga menyukai