Anda di halaman 1dari 24

Karya tulis ilmiah dengan judul “Pembuatan Pewarna Alami Berbahan

Dasar Daun Jati (Tectona grandis Linn. F.)” yang disusun oleh:

Nama : 1. Abu Rizal Bakri


2. Asmar
Kelas : 1. VIII B.J. Habibie
2. VIII B.J. Habibie
telah diperiksa dan dikoreksi oleh pembimbing dan dinyatakan diterima.

Pangkep, September 2015

Mengetahui

Kepala Sekolah, Pembimbing,

Baso Wahab, S.Pd., M.Pd. Ahmad Suryadi,S.Pd.


NIP. 19740504 199802 1 001

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T karena dengan Rahmat dan karunia-Nya
karya tulis ilmiah dengan judul “Pembuatan Pewarna Alami Berbahan Dasar Daun Jati
(Tectona grandis Linn. F.)” berhasil diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua kami yang
senantiasa memberikan bantuan doa dan motivasi untuk selalu optimis dan semangat
dalam belajar. Terima kasih kepada bapak kepala sekolah Baso Wahab, S.Pd.,M.Pd.
dan bapak pembimbing Ahmad Suryadi, S.Pd. yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis juga megucapkan
terima kasih kepada sahabat-sahabat di kelas VIII B.J. Habibie yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini butuh saran dari pembaca. Oleh sebab
itu, saran dan kritik membangun sangat diharapkan untuk penelitian lanjutan di masa
mendatang. Akhir kata, semoga karya tulis ini bisa memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Pangkep, Agustus 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penelitian...................................................................................2
D. Manfaat Penelitian.................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................4
BAB III METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan.......................................................................................8
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................8
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian............................................................8
D. Teknik Analisis Data..............................................................................9
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian....................................................................................10
B. Pembahasan..........................................................................................11
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan..............................................................................................14
B. Saran....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Tahapan Pembuatan Pewarna Alami Berbahan Dasar Daun Jati......13

iv
ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui


potensi daun jati sebagai bahan baku pewarna alami dan untuk mengetahui cara dan
proses pembuatan bahan pewarna alami dari daun jati. Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 6 Labakkang Labschool Universitas Negeri Makassar pada tanggal 1 April 2015
sampai dengan tanggal 8 Agustus 2015. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui
kajian pustaka yang dilengkapi dengan data persepsi beberapa orang terhadap produk
yang dibuat. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa daun jati yang mengandung
pigmen warna antosianin yang menghasilkan warna merah kecoklatan yang dapat diolah
menjadi bahan dasar pembuatan pewarna alami. Pewarna alami berbahan dasar daun jati
dapat dibuat dengan terlebih dahulu mempersiapkan alat dan bahan, mencuci bersih alat
dan bahan, menghaluskan daun jati, merebus daun jati dengan perbandingan 100 gram
daun jati dengan 500 mililiter air, hasil pewarna yang diperoleh kemudian disimpan
ditempat gelap. Persepsi beberapa penilai menunjukkan kepuasan dengan beberapa
perbaikan pada produk pewarna yang dihasilkan.

Kata kunci: daun jati, pewarna alami

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern ini kondisi masyarakat indonesia sangat bergantung pada industri.
Masyarakat Indonesia cenderung konsumtif dalam berbagai hal. Pemenuhan kebutuhan
manusia hampir seluruhnya berasal dari barang sintesis industri. Padahal potensi alam
Indonesia untuk dijadikan sebagai bahan kebutuhan manusia sangat besar, salah satu
kebutuhan yang sangat sering digunakan oleh manusia saat ini adalah pewarna, hidup
manusia tidak pernah lepas dari warna.

Pewarna yang digunakan manusia sangat beraneka ragam. Pewarna digunakan


sebagai tanda, simbol, keindahan dan masih banyak lagi bergantung keinginan setiap
individu. Pewarna digunakan manusia mulai dari pakaian, kendaraan, rumah bahkan
makanan. Kebutuhan yang sangat besar ini menjadikan manusia mengguakan pewarna
jadi yang dengan mudah didaptkan di toko. Padahal jika manusia dapat memanfaatkan
lingkungan sekitar yang dapat menghasilkan warna sehingga manusia dapat berhemat.

Dewasa ini banyak sekali perusahaan pewarna yang kesulitan mendapatkan


bahan baku pembuatan pewarna alami. Hal ini di sebakan karena sumber bahan baku
pembuatan pewarna alami ini sudah mulai langka dan sulit dibudidayakan. Hal ini
seanding terbalik dengan jumlah konsumen yang terus meningkat setiap tahunnya,
dengan keadaan ini sebagai anak bangsa kita harus memperhatikan bangsa kita untuk
kedepanny, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar kita.

Disekitar kita banyak tumbuhan yang hanya tinggal dan tidak di teliti manfatnya
padahal potensial untuk dijadikan bahan dasar pewarna. Misalnya, penelitian Wulansari
(2012), menghasilkan pewarna bubuk alami dari biji buah pinang dengan
maltodekstrin konsentrasi 15%. Salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan bahan
baku pewarna adalah pohon jati. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan
anak-anak menggosokkan daun jati pada tubuhnya untuk mengelabui temannya seolah-
olah tangan dan tubuhnya berdarah. Hasil tersebut menjadi indikasi awal bahwa daun
jati dapat dijadikan sebagai pewarna.
2

Lingkungan SMPN 6 Labakkang Labschool UNM yang berbasis lingkungan dan


terdapat banyak pohon jati yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal pohon
jati memiliki banak manfaat dan potensial untuk dikembangkan. Pengamatan awal yang
diperoleh peneliti, daun jati dapat menghasilkan warna yang menarik. Berdasarkan
uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian penelitian secara ilmiah
dengan judul “Pembuatan Pewarna Alami Berbahan Dasar Daun Jati (Tectona
grandis Linn. F.)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah potensi daun jati sebagai bahan baku pewarna alami?


2. Bagaimanakah cara dan proses pembuatan bahan pewarna alami dari daun
jati?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui potensi daun jati sebagai bahan baku pewarna alami.
2. Untuk mengetahui cara dan proses pembuatan bahan pewarna alami dari
daun jati.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Penulis

Sebagai ajang berinovasi dalam mengelolah bahan baku alami agar


menjadi pewarna yang baik.
3

2. Bagi Lingkungan

Adanya pengetahuan tentang potensi daun jati untuk dapat dijadikan


pewarna alami yang selama ini belum dimanfaatkan.

3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Sebagai inovasi baru di bidang pewarna berupa penemuan bahan dasar


pewarna dari bahan alami.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kehidupan manusia tidak terlepas dari alam dan lingkungannya. Sepanjang


sejarah kehidupan manusia dimuka bumi ini, manusia telah memanfaatkan sumber daya
alam. Berbagai aktifitas manusia dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makanan, minuman, pakaian,
dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia memanfaatkan atau
menggunakan sumber daya alam biotik maupun abiotik.

Menurut Abas dkk. (2010), secara umum, sumber daya alam nabati dapat
dimanfaatkan untuk beberapa hal berikut.

1. Sumber makanan (pangan). Beberapa kandungan di dalam tubuh tumbuhan


dapat dimanfaatkan seperti vitamin (sayur mayor dan aneka buah),
karbohidrat (padi, ubi dan jagung), dan protein (kacang-kacangan).
2. Bahan baku furniture (Perabot rumah tangga). Kayu dari beberapa jenis
pohon tertentu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan perabot
rumah tangga.
3. Bahan baku zat pewarna alami karena bisaanya tumbuhan menghasilkan
pigmen warna yang beragam tergantung tanaman.

Salah satu tanaman yang potensial dijadikan bahan baku pewarna adalah daun
jati. Jati merupakan tanaman yang dikenal sebagai pohon berkualitas dan bernilai jual
tinggi. Indonesia memiliki hutan jati seluas 1.568.415 ha dengan potensi mencapai
39.564.000 m3, dimana jumlah pohon 226.680.000 batang (terdiri dari pohon siap
tebang 78.486.000 batang potensi produksi kayu minimal 19.621.000 m 3 per tahun)
(Yuliana dalam Effendi, 2005 dalam Khairi, 2008). Jati adalah sejenis pohon penghasil
kayu bermutu tinggi,berbatang lurus dan besar yang dapat tumbuh mencapai tinggi 30-
40 m. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.F. jati dapat tumbuh di daerah dengan
cura hujan 1500-2000 mm/tahun dan suhu 27-36 ℃ baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan pohon jati adalah tanah
dengan pH 4,5-7 dan tidak di banjiri dengan air. Jati memiliki pertumbuhan yang lambat
5

dengan minasi renda (kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami
menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menampilkan permintaan atas kayu jati.

Jati bisaanya di produksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Daerah


Indonesia dengan segala macam lingkungan umumnya menghadirkan berbagai
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat termasuk kekokohan daun jati,
pohon jati adalah salah satu kekayaan sumber daya alam yang di miliki Indonesa,
negara ini memiliki kekayaan alam yang luar bisaa. Di sebagian besar daerah yang ada
di jawa, daun jati memang di gunakan sebagai pembungkus makanan.

Menurut Fitriani (2011), jenis-jenis pohon jati yang ada di Indonesia terbagi
menjadi lima yaitu: jati emas plus, jati jumbo, jati plus perhutani, jati super gama, dan
jati utama.

1. Jati Emas Plus


Jati emas plus adalah sumber induk jati emas plus dari pohon jati genja tertua di
Indonesia. Saat di ambil, batang baru berumur 5 tahun tetapi tingginya 10-15 m
dan berdiameter 25 cm. Pucuknya dikultur jaringankan oleh PT KATAMA
SURYA BUMU (KSB), di Citeureup, kabupaten bogor, jawa barat. Bibit hasil
kultur jaringan itu tumbuh pesat.
2. Jati Jumbo
Jati jumbo lebi dikenal dengan Humajati Solomon Luntara dikembangkan
dikepulauan Solomon, negara disebelah timur Papua Nugini, ciri khas daun tak
terlalu lebar, tetapi tebal dan kuat, tumbuhnya lurus ke atas.
3. Jati Plus Perhutani (JPP)
Pada tahu 1976, perhutani mulai menyeleksi 600 jati unggul diseluruh
Indonesia. 12 tahun kemudia, Jati Plus Perhutan lahir dengan berbagai kelebihan
seperti adaptif di dataan tinggi maupun rendah.
4. Jati Super Gama
Super gama berasal dari jati terbaik di Capu, Jawa Tengah. Warna daun hijau
kemerahan. Catatan BU maupun perawatan mirip dengan jati genja lain.
Menurut (Ir. Franky) dari Gama Surya Lestari, produsen bibit gama, tinggi
tanaman setelah tiga bulan persemaian 70 cm. Pertumbuhannya mencapai
20cm/bulan. Saat berumur 1 tahun tinggina 8 m.
6

5. Jati Utama
Jati utama diambil dari klon terbaik asal Muna, Sulawesi Tenggara. Menurut
pengujian PT. Bhumindo Hasta Jaya Utama, pertumbuhan jati utama pada umur
2 tahun mencapai 2-4 m dengan diameter batang 13cm.

Bentuk daun jati terbentuk oleh opposite dengan bentuk daun besar membulat
seperti jantung, berukuran panjang 20-50 cm dan tebal 15-40 cm. Ujung daun
meruncing, pangkal daun tumpul dan tepi daun bergelombang. Permukaan atas daun
kasar sedangkan permukaan bawah daun berbulu, pertulangan daun menyiip. Daun
muda (Ptiola) berwarna merah kecoklatan sedangkan daun tua berwarna hijau tua
keabu-abuan.

Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan,
hewan, atau dari sumber sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan
umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Contoh: daun jati bila
diperas akan menghasilkan warna merah kecoklatan yang berasal dari pigmen
antosianin.

Antosianin merupakan kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru


yang tersebar luas pada tanaman. Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavoid.
Senyawa golongan flavoid termasuk senyawa polar dan dapat diekstraksi dengan pelarut
yang bersifat polar pula. Beberapa pelarut yang bersifat polar diantaranya etanol, air,
dan etil asetat. Kondisi asam akan mempengaruhi hasil ekstraksi. Keadaan yang
semakin asam apalagi mendekati pH 1 akan menyebabkan semakin banyaknya pigmen
antosianin berada dalam bentuk kation flavilium atau oksonium yang berwarna dan
pengukuran absorbansi akan menunjukkan jumlah antosianin yang semakin besar.
Disamping itu keadaan yang semakin asam menyebabkan semakin banyak dinding sel
vakuola yang pecah sehingga pigmen antosianin semakin banyak yang terekstrak
(Sinaga, 2014).

Ekstraksi menggunakan pelarut berdasarkan komponen terhadap komponen lain


atau polaritasnya dalam campuran. Antosianin tidak stabil di dalam larutan netral atau
basa, sehingga ekstraksi dilakukan pada kondisi asam (Kristiana, 2012). Saati dalam
Kristiana (2012), menjelaskan etanol 95% umumnya digunakan dalam ekstraksi
7

antosianin karena kepolarannya hampir sama dengan polaritas antosianin sehingga


mudah melarutkan antosianin Antosianin adalah glikon antosianin yang terbentuk bila
antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianin yang paling umum dipakai sampai saat
ini adalah sianidin yang berwarnah merah lembayung. Perbedaan warna alami pigmen
ini dipengaruhi oleh hidroksilasi dan metilasi. Hidroksilasi meningkatkan warna biru
sedangkan metilasi meningkatkan warna merah (Arja, 2013)

Pemanfaatan daun jati sebagai pewarna alami merupakan terobosan baru.


Berkembangnya industri pengolahan pangan menyebabkan pemakaian pewarna
semakin meningkat. Penggunaan pewarna sintetis disinyalir dapat bersifat karsinogenik
dan toksik karena adanya kandungan logam berat yang berbahaya bagi kesehatan.
Menurut Ati dkk (2006), daun jati muda mengandung pigmen alami antosianin.
Menurut Moldovan et al (2012), antosianin memiliki aktivitas biologis sebagai
antioksidan, antimutagenik, antikanker, antiobesitas dan mengurangi risiko penyakit
jantung koroner. Selain itu, warna cerah antosianin berpotensi sebagai pewarna alami
untuk menggantikan pewarna buatan. Daun jati dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
pewarna alami berbentuk cair.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


1. Penggilingan1 buah
2. Mangkok 4 buah yang masing-masing di gunakan untuk:
a. 1 buah mangkok sebagai tempat larutan pewarna
b. 1 buah mangkok untuk meletakkan air sebagai pelarut
c. 1 buah mangkok sebagai tempat meletakkan hasil larutan pewarna
d. 1 buah mangkok sebagai tempat meletakkan ampas kotoran hasil
pelarutan
3. Sendok makan 2 buah
4. Pisau 1 buah
5. Penyaring 1 buah

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


1. Daun jati muda
2. Tepung
3. Air

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 April 2015 sampai dengan tanggal 8
Agustus 2015 di SMP Negeri 6 Labakkang Labschool Universitas Negeri Makassar

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur yang dilakukan peneliti dalam penelitan ini adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
serta melakukan pengurusan surat izin penelitian dari pihak sekolah.
9

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian


Pada tahap ini, peneliti mulai membuat pewarna berbahan dasar daun jati dengan
beberapa tahapan.
3. Tahap Uji Coba
Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba dengan meminta persepsi beberapa
profesi yang sering menggunakan pewarna.
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini, data-data hasil penelitian diolah dan dianalisis kemudian disusun
dalam bentuk laporan karya tulis ilmiah.

D. Teknik Analisis Data


Data dalam penelitian dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Pembuatan Zat Pewarna
Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan peneliti dan hasil percobaan, maka
peneliti mengembangkan prosedur pembuatan pembuatan pewarna alami berbahan
dasar daun jati dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Mulai

Mempersiapkan Alat dan Bahan

Mencuci Bersih Alat dan Bahan

Menghaluskan Daun Jati

Merebus dengan Perbandingan 100 Gram


Daun Jati 500 mL Air

Selesai

Gambar 4.1. Tahapan Pembuatan Pewarna Alami Berbahan Dasar Daun jati

2. Uji Coba

Uji coba zat pewarna yang dibuat kemudian diuji coba oleh beberapa profesi
diantaranya oleh pelukis dan tukang kayu. Setelah mencoba zat pewarna mereka
11

kemudian diminta untuk memberikan persepsi dan diperoleh hasil bahwa zat pewarna
yang dibuat sudah bagus dan bisa digunakan namun masih perlu sedikit peyempunaan.

Menurut AJ seorang pelukis zat pewarna yang peneliti buat sudah dapat
digunakan namun masih perlu dibuat lebih kental. “pewarna ini sudah dapat digunakan
untuk melukis dengan karakteristik sendiri, sebaiknya pewarna ini dibuat lebih kental
sehingga dengan mudah dapat menempel di media gambar” kata AJ. (Wawancara
tanggal 3 Juli 2015).

Menurut AR seorang tukang kayu sering membuat berbagai mebel


menyampaikan bahwa pewarna yang dibuat peneliti dapat digunakan untuk mewarnai
kayu. “pewarna ini sangat sesuai dengan pewarna kayu dan menempel dengan baik
namun apakah pewarna ini dapat bertahan lama atau tidak itu yang tidak saya tahu”
ungkap AR. (Wawancara tanggal 4 Juli 2015).

Menurut MA seorang peserta didik yang gemar menggambar mengungkapkan


bahwa dia sangat meyukai pewarna yang dicobanya meskipun demikian, menurut MA
“pewarna yang dibuat masih perlu diperbaiki agar tidak terlalu encer” kata MA.
(Wawancara tanggal 5 Juli 2015).

Pendapat beberapa orang tersebut menjadi referensi lanjutan bagi peneliti dalam
pembuatan zat pewarna alami berbaha dasar daun jati. Pewarna yang dihasilkan
kemudian diperbaiki dengan mengentalkan cairan pewarna dengan mencampurkan
cairan warna dengan sedikit tepung. Untuk daya tahan pewarna peneliti memutuskan
untuk tidak mencampurkannya dengan pengawet dan zat lain untuk mempertahankan
sifat alami pewarna. Meskipun demikian, hasil observasi peneliti meunjukkan bahwa zat
pewarna hanya dapat digunakan satu minggu setelah dibuat.

Pewarna alami ini sebaiknya digunakan secepatnya setelah dibuat karena akan
terjadi perubahan warna dengan berkuranya kecerahan warna ketika disimpan. Pigmen
antosianin sangat peka dengan cahaya. Uji coba kemudian dilakukan peneliti dengan
melihat perbedaan kecerahan pewarna jika disimpan di ruangan terbuka dan disimpan di
dalam ruang tertutup. Hasil yang diperoleh adalah pewarna yang disiman di dalam
ruangan lebih cerah dibandingkan dengan pewarna yang disimpan ruangan terbuka.

B. Pembahasan
12

Jati merupakan tanaman yang berkualitas dan memiliki banyak manfaat namun
dalam aplikasinya tanama jati masih belum termanfaatkan secara maksimal. Daun jati
mengandung pigmen warna antosianin yang menghasilkan warna merah kecoklatan.
Warna yang dihasilkan daun jati sangat artistik. Daun jati dapat dibuat menjadi pewarna
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.

1. Mempersiapkan alat dan bahan, hal ini dilakukan agar proses pembuatan
dapat berjalan dengan maksimal.
2. Mencuci bersih alat dan bahan, pencucian dilakukan agar alat dan bahan
terutama daun jati bebas dari debu yang dapat mengurangi kualitas pewarna.
3. Menghaluskan daun jati, hal ini dilakukan agar zat antosianin yang terdapat
didalam daun jati dapat keluar dan bercampur dengan air rebusan.
4. Merebus daun jati dengan perbandingan 100 gram daun jati untuk 500
mililiter air.
5. Pengemasan dan penyimpanan tempat gelap

Prosedur yang diperoleh di atas merupakan hasil dari studi pustaka dari berbagai
buku dan artikel baik secara offline maupun online yang dimodifikasi sesuai dengan
hasil yang diperoleh ketika melakukan pembuatan bahan. Beberapa revisi dilakukan
peneliti dalam membuat pewarna ini misalnya peneliti pada mulanya tidak melakuka
perebusan namun setelah melakukan uji coba dengan melakukan perebusan diperoleh
hasil yang lebih baik. Warna yang keluar ketika daun jati direbus lebih terang
dibandingkan jika daun jati hanya langsung diperas saja.

Warna yang mucul dari pewarna berbahan dasar daun jati berasal dari pigmen
antosianin yang dihasilkan daun jati. Pigmen ini memberikan warna merah kecoklatan
dengan ciri khas yang sangat menarik. Pigmen ini dapat dikeluarkan dengan maksimal
pada daun jati muda yang dihaluskan kemudian direbus. Meskipun menarik,pigmen
antosianin tentunya masih memiliki kekurangan dan belum sempurna.

Antosianin memiliki aktivitas antioksidan baik, tetapi relatif tidak stabil.


Menurut Lazuardi (2010), penurunan antosianin terjadi karena terdegradasinya
antosianin oleh cahaya, dimana cahaya akan mendestruksi struktur kimia zat warna
antosianin. Pada penelitian Laleh et al. (2006) tentang stabilitas antosianin,
menunjukkan bahwa cahaya mempercepat degradasi antosianin. Dari penelitian tersebut
13

menunjukkan bahwa pigmen antosianin pada kondisi gelap lebih stabil dibandingkan
kondisi terang. Menurut Lydia dan Susanto (2001), adanya sinar memancarkan energi
pada spektrum tampak diabsorbsi oleh molekul antosianin dan mendorong terjadinya
reaksi fotokimia yang merusak struktur antosianin sehingga terjadi degradasi.
Penyimpanan zat warna antosianin harus dilakukan dalam ruang gelap atau ruang redup
dengan cahaya yang aman dan sejuk.

Untuk mengetahui kualitas pewarna yang dibuat dilakuka uji coba, uji coba yang
dilakukan peneliti adalah dengan meminta persepsi beberapa profesi pada dua orang
yaitu AJ seorang pelukis dan AR seorang tukang kayu dan MA peserta didik yang
gemar menggambar. Hasil yang diperoleh dari ketiganya meunjukkan bahwa pewarna
alami yang dibuat sudah dapat digunakan dengan sedikit perbaikan kekentalan pewarna
kemudian diuji coba kembali.

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan kajian pustaka dan hasil percobaan
serta hasil uji persepsi pada beberapa orang dengan beragam profesi didapati formula
pewarna alami berbahan dasar daun jati yang sesuai dan menarik untuk digunakan.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Daun jati yang mengandung pigmen warna antosianin yang menghasilkan warna
merah kecoklatan dapat diolah menjadi bahan dasar pembuatan pewarna alami. Pewarna
alami berbahan dasar dau jati dapat dibuat dengan terlebih dahulu mempersiapkan alat
dan bahan, mencuci bersih alat dan bahan, menghaluskan daun jati, merebus daun jati
dengan perbandingan 100 gram daun jati dengan 500 mililiter air, hasil pewarna yang
diperoleh kemudian disimpan ditempat gelap.

B. Saran

Adapun saran penulis dari peulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi pihak masyarakat, untuk memperhatikan serta mengapresiasi ide yang


di berikan oleh peserta didik, agar ide tersebut di resialisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi pemerintah, lebih memperhatikan dan mewadahi penelitia dan inovasi
pemerintah.
3. Bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lanjutan pada tanaman
lain yang potensial untuk dijadikan pewarna.
15

DAFTAR PUSTAKA

Abas, M., Endang H., Zaenal, A. 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup untuk SMP kelas
VII. Badung: Erlagga

Arja, F. S. (2013). Isolasi, Identifikasi, dan Uji Antioksidan Senyawa Antosianin dari
Buah Sikaduduk (Melastoma malabathricum L.) serta Aplikasi sebagai Pewarna
Alami. Jurnal Kimia Unand, Vol. 2, No. 1.

Fitriani, V. Jenis-jenis jati di Indonesia.


http://www.interxpose.com/forum/forum_posts.asp?TID=25 . diakses tanggal 20
juli 2015

Kristiana, H. D. (2012). Jurnal teknosains Pangan, Vol. 1, No. 1. Ekstraksi Pigmen


Antosianin Buah Senggani (Melastoma malabathricum Auct. Non Linn) dengan
Variasi Jenis Pelarut Laleh, G. H., Frydoonfar, H., Heidary, R., Jameei, R., and
Zare, S. 2006. The Effect of Light, Temperature, pH and Species on Stability of
Anthocyanin Pigments in Four Berberis Species. Pakistan Journal of Nutrition
5(1):90-92.

Lazuardi, R.N.M. 2010. Mempelajari Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Kulit Manggis
(Garcinia Mangostana L.) dengan Berbagai Jenis Pelarut. Skripsi Jurusan
Teknologi Pangan. Fakultas Teknik.Universita Pasundan. Bandung. (Online)

Lydia, S. B. dan Susanto, T. 2001. Ekstraksi dan Karakterisasi Pigmen dari Kulit Buah
Rambutan (Nephelium lappaceum). Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi 2(1):1-16

Moldovan, B., David, L., Chişbora, C., and Cimpoiu, C. 2012. Degradation
Kineticsof Anthocyanins from European Cranberrybush (Viburnum opulus L.)
Fruit Extracts. Effects of Temperature, pH and Storage Solvent. Journal
Molecules 17(10):11655-11666

Sinaga, C., dkk,. Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhius). Jurnal Teknik Kimia, Vol. 3, No. 2. 2014

Wulansari, A. 2012. Aplikasi dan Analisis Kelayakan Pewarna Bubuk Merah Alami
Berantioksidan dari Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca catechu) sebagai Bahan
16

Pengganti Pewarna Sintetik pada Produk Pangan. Skripsi Jurusan Teknologi


Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
(Online)

Yuliana. Pembuatan Pewarna Bubuk Alami dari Daun Jati (Tectona grandis Linn. F.).
Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya.
17

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Abu Rizal Bakri, lahir di Tamanroja, Pangkep tanggal 11 Juli 2001 penulis adalah anak
pertama dari tiga bersadura pasangan Bakri dan Sinar. Penulis mengawali pendidikan
di SD Negeri 26 Tamanroja pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2014. Kemudian
melanjutkan pendidikan pada tahun yang sama di SMP Negeri 6 labakkang Labschool
Universitas Negeri Makassar. Penulis merupakan ketua bidang Humas Kelompok
Ilmiah Remaja SMP Negeri 6 Labakkang Labschool Universitas Negeri Makassar.

Asmar, lahir di Tamanroja, Pangkep tanggal 18 Oktober 2001 penulis adalah anak ke
tujuh dari tujuh bersadura pasangan Nasir dan Sani. Penulis mengawali pendidikan di
SD Negeri 26 Tamanroja pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2014. Kemudian
melanjutkan pendidikan pada tahun yang sama di SMP Negeri 6 labakkang Labschool
Universitas Negeri Makassar. Penulis merupakan anggota Kelompok Ilmiah Remaja
SMP Negeri 6 Labakkang Labschool Universitas Negeri Makassar.

Batara, September 2015


Mengetahui

Kepala Sekolah,

Baso Wahab, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19740504 199802 1 001
18

LAMPIRAN
PANDUAN WAWANCARA DAN HASIL WAWANCARA

1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap pewarna yang telah Bapak/Ibu coba?


2. Bagaimana kualitas pewarna yang telah Bapak/Ibu coba?
3. Apakah pewarna yang telah Bapak/Ibu coba dapat digunakan?

AJ
1. Pewarna ini sudah dapat digunakan untuk melukis dengan karakteristik sendiri,
sebaiknya pewarna ini dibuat lebih kental sehingga dengan mudah dapat
menempel di media gambar
2. Pewarna yang saya gunakan ini sudah baik
3. Dapat digunakan dengan sedikit perbaikan
AR
1. Pewarna ini sangat sesuai dengan pewarna kayu dan menempel dengan baik
namun apakah pewarna ini dapat bertahan lama atau tidak itu yang tidak saya
tahu.
2. Sudah cukup baik
3. Bisa digunakan
MA
1. Pewarna ini bisa diguakan unntk menggambar namun terlalu encer, warnanya
sudah bagus dan menarik. Pewarna yang ini masih perlu diperbaiki agar tidak
terlalu encer
2. Sudah cukup baik dan menarik
3. Bisa digunakan
19

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai