LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
ISMAIL DALI
13041104011
Proposal ini telah diperbaiki, disetujui, dan diseminarkan di Program Studi Peternakan,
Fakultas Peternaan, Universitas Samratulangi, Pada Tanggal 30 November 2016.
Menyetujui
Tim Pembimbing
Dr. Dra. F. S. Oley, MSDr. Ir. Anneke K. Rintjap, MSiIr. J. M. Tumewu, Msi
195409181992012001 195811161986032001 196611201993032003
Mengetahui
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
Latar belakang.............................................................................................. 1
Rumusan masalah........................................................................................ 2
Tujuan.......................................................................................................... 3
Manfaat........................................................................................................ 3
Hipotesis....................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4
Penyuluhan................................................................................................... 4
Kinerja PPL.................................................................................................. 4
PPL...............................................................................................................8
Keberhasilan peternak..................................................................................10
METODE PENELITIAN................................................................................. 12
Waktu dan tempat......................................................................................... 12
Jenis penelitian............................................................................................. 12
Populasi dan sampel penelitian.................................................................... 12
Jenis dan sumber data.................................................................................. 14
Metode pengumpulan data........................................................................... 15
Pengukuran variabel..................................................................................... 15
Analisis data................................................................................................. 22
Definisi variabel yang diteliti....................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 25
LAMPIRAN
3
DAFTAR TABEL
4
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang berpeluang
besar untuk dapat dikembangkan, hal ini sejalan dengan komposisi dan pola
makan sebagian besar penduduk indonesia yang menempatkan produk peternakan
diurutan kedua setelah pertanian. Namun hingga kini upaya pengembangan
peternakan belum mampu memenuhi kebutuhan daging dalam negeri. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai kelemahan dalam sistem pengembangan
peternakan, walaupun secara teknis berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengembangkan usaha peternakan.
Langkah efektif yang dapat ditempuh dalam rangka mempercepat laju
proses pembangunan peternakan adalah dengan melakukan pengembangan
peternak melalui program pembangunan peternakan. Program pembangunan
peternakan yang dimaksud merupakan rangkaian upaya perwujudan pembangunan
peternakan yang mampu meningkatkan kesejahteraan peternak, agar dapat
berjalan lancar membutuhkan adanya kegiatan penyuluhan atau pendidikan
tentang pembangunan.
Berhasilnya pembangunan tidak hanya tergantung kepada peran aparat
pemerintahan atau seberapa besar dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
peternak pada program-program tertentu, tetapi ditentukan juga oleh peran
pelaku-pelaku pembangunan dalam hal ini adalah peternak. Sebagai pelaku
pembangunan, mereka dituntut untuk dapat memberi kontribusi yang berarti
melalui kreativitas dan partisipasi aktif.
Dalam upaya pemberdayaan peternak sangat membutuhkan penyuluh yang
memiliki kemampuan dalam memainkan perannya sehingga proses pemberdayaan
peternak dapat sesuai dengan tujuan pemberdayaan yang disebutkan dalam UU
SP3K Nomor 16 tahun 2006, penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan
yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
1
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan kata
lain, tinggi rendahnya tingkat perkembangan peternak sangat dipengaruhi oleh
besarnya peran penyuluh.
PPL yang tersebar di 18 desa kecamatan Kwandang berjumlah 14 orang,
terdiri dari 4 orang PNS dan 10 orang PTT. PPL khusus bidang peternakan
berjumlah 1 orang dan PPL polivalen atau PPL campuran baik bidang peternakan,
pertanian, dan perikanan berjumlah 13 orang (BP3K kecamatan Kwandang).
Kegiatan penyuluhan disetiap desa diprioritaskan ke pangan atau bidang pertanian
tetapi kegiatan penyuluhan untuk bidang peternakan tetap dijalankan. Namun
demikian, berdasarkan survey pendahuluan oleh peneliti bahwa kinerja penyuluh
dibeberapa desa di kecamatan Kwandang nampak memperlihatkan kinerja yang
kurang maksimal.
Tinggi rendahnya kinerja PPL akan berdampak pada keberhasilan
peternak. Keberhasilan peternak sapi di kecamatan Kwandang kabupaten
Gorontalo Utara salah satunya dipengaruhi oleh kinerja penyuluh. Jika kinerja
penyuluh kurang baik, maka penyuluh harus memperbaiki kinerjanya, sebaliknya
jika kinerja penyuluh baik, berarti penyuluh tersebut sudah menjalankan
fungsinya dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa semakin baik kinerja PPL
dalam menjalankan tugasnya maka akan semakin baik pula hasil yang diperoleh
peternak.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan maka akan dilakukan
penelitian tentang Hubungan Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan dengan
Keberhasilan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Kwandang Kabupaten
Gorontalo Utara
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dirumuskan
permasalahannya adalahbagaimanakinerja penyuluh pertanian lapangan dan
keberhasilan peternak sapipotong serta bagaimana hubungan antara kinerja PPL
dengan keberhasilan peternak sapipotong di kecamatan Kwandang kabupaten
Gorontalo Utara?
2
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuihubungan kinerja penyuluh
pertanian lapangandengan keberhasilan peternak sapi potong di kecamatan
Kwandang kabupaten Gorontalo Utara.
Manfaat
1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah seminar
proposal dan untuk menambah ilmu pengetahuan tentangkinerja PPL dan
hubungannya dengan keberhasilan peternak sapipotong di kecamatan
kecamatan Kwandang kabupaten Gorontalo Utara.
2. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengambil
keputusandalam meningkatkan kinerja PPL dalam memainkan perannya,
sehingga terjadinya perubahan perilaku peternak sebagai pelaku utama
yang dapat berkonstribusi dalam proses pembangunan peternakan
berkelanjutan.
3. Bagi peternak, untuk menambah motivasi dan kemampuan dalam
pengembangan usaha ternak sapi potong, sehingga paternak dapat
berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan peternakan khususnya di
kecamatan Kwandang kabupaten Gorontalo Utara.
Hipotesis
Ho = Kinerja PPL tidak berhubungan dengan keberhasilan peternak sapi
potong di kecamatan Kwandang kabupaten Gorontalo Utara.
Ha = Kinerja PPL berhubungan dengan keberhasilan peternak sapi potong
di kecamatan Kwandang kabupaten Gorontalo Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
3
Penyuluhan
Amanah (2007), Konotasi istilah penyuluhan sebagai penerangan
dipengaruhi oleh istilah Bahasa Belanda yaitu voorlichting; voor berarti depan;
dan lichting berarti lampu atau suluh. Selanjutnya dinyatakan bahwa prinsip
penyuluhan adalah pengembangan perilaku masyarakat melalui pendekatan
pendidikan non formal untuk membantu menyediakan pilihan-pilihan agar mereka
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara mandiri. Pendekatan yang
digunakan dalam penyuluhan sangat bervariasi, namun yang diutamakan adalah
pendekatan partisipatif dengan beragam metode, mengutamakan kebutuhan
partisipan penyuluhan, dan berkelanjutan.
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Samsudin (1997) yakni bahwa
penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non
formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan, penyuluhan pertanian
adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya
agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauaan serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri dalam usaha, meningkatkan hasil usahanya, dan mampu
meningkatkan kesejahteraan kehidupannya.
Kinerja PPL
Indraningsih (2012), kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dam visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi.Leilani
et al (2006), kinerja seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu:
(a) bahwa kinerja merupakan fungsi dari karakteristik individu, karakteristik
tersebut merupakan variabel penting yang mempengaruhi perilaku seseorang
termasuk penyuluh pertanian; dan (b) bahwa kinerja penyuluh pertanian
merupakan pengaruh dari situasional diantaranya terjadi perbedaan pengelolaan
dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di setiap kabupaten yang menyangkut
beragamnya aspek kelembagaan, ketenagaan, program penyelenggaraan dan
pembiayaan.
4
Polohindang et al (2016), karakteristik penyuluh terbagi atas dua faktor
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang meliputi : umur,
pendidikan pengalaman menjadi penyuluh, dan jumlah tanggungan
keluarga.Karakteristik individu juga dijelaskan oleh Kopelman (1998) bahwa
karakteristik individu penyuluh seperti kemampuan, pengetahuan, keterampilan,
motivasi, norma dan nilai. Faktor eksternal meliputi; ketersediaan sarana
prasarana informasi, sistem penghargaan, intensitas penyuluh, dan jarak tempat
tinggal penyuluh. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa kedua faktor tersebut
berpengaruh terhadap kinerja penyuluh dalam melaksanakan tugasnya.
Kusmiyati (2010) dalam kajiannya bahwa faktor internal yang dapat
mendukung kinerja penyuluh pertanian dalam melaksanakan TUPOKSI adalah
tingkat pendidikan formal.Hal tersebut senada dengan Sari (2013), salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh adalah pengetahuan yang merupakan
hasil pemahaman seseorang terhadap suatu obyek, yang diperoleh baik secara
formal maupun non formal melalui pengalaman diri sendiri maupun pengalaman
orang lain, sehingga mereka lebih terbebas dari keterbatasan dan subyektivitasnya.
Dengan adanya pemahaman seseorang tentang suatu hal secara obyektif atau
seseorang memiliki pengetahuan yang memadai terhadap suatu hal maka
diharapkan dapat memberikan peran serta secara lebih optimal dalam kegiatan
produksi sehingga dapat meningkatkan produktifitasnya terhadap hal tersebut,
guna mewujudkan tujuan bersama.
Strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan
petani menurut Marliati et al (2008) adalah:
1. Meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh
pertanian dalam memberdayakan petani, yaitu dengan meningkatkan
kompetensi penyuluh pertanian, dukungan positif sistem sosial, dan akses
petani terhadap pendidikan non formal. Kompetensi penyuluh yang
strategis untuk ditingkatkan yaitu kompetensi komunikasi (efektifitas
berkomunikasi, kemampuan menjalin relasi, menggunakan media
komunikasi, dan lain-lain), mengorganisasikan kegiatan belajar petani
(kemampuan memotivasi, mengelola kegiatan belajar, kemampuan
menggunakan berbagai metode belajar, dan lain-lain), dan interaksi sosial
5
(kemampuan untuk diterima masyarakat, kemampuan mengatasi konflik,
dan lain-lain). Karakteristik sistem sosial yang strategis untuk ditingkatkan
adalah adalah nilai-nilai sosial budaya, fasilitasi oleh lembaga pemerintah
terkait agribisnis, akses terhadap kelembagaan agribisnis.
2. Meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dengan meningkatkan kualitas
kerja yang berkaitan dengan tugas utama penyuluh pertanian dalam
memberdayakan petani yaitu: (a) pengembangan perilaku inovatif; (b)
penguatan partisipasi petani; (c) penguatan kelembagaan petani; (d)
penguatan akses terhadap berbagai sumberdaya; (e) penguatan
kemampuan petani berjaringan dan (f) kaderisasi. Hal ini disebabkan
karena, kenyataanya aspek-aspek kinerja penyuluh pertanian dalam
memberdayakan petani termasuk kategori cukup (relatif belum baik).
Peningkatan kinerja penyuluh juga dikemukakan oleh Siregar et al (2010)
yaitu melalui peningkatan budaya kerja yang dapat dilihat dari (1) komitmen dan
konsistensi terhadap tugas, (2) wewenang dan tanggung jawab, (3) kreativitas dan
kepekaan terhadap lingkungan tugas, (4) kepemimpinan dan keteladanan, (5)
kebersamaan dan dinamika kelompok kerja, (6) disiplin dan keteraturan, (7)
semangat dan motivasi, dan (8) penguasaan ilmu dan teknologi. Berdasarkan hasil
penelitiannya bahwa hubungan antara budaya kerja dengan kinerja menunjukkan
hubungan yang positif. Semakin tinggi nilai budaya kerja, semakin tinggi pula
kinerja penyuluh pertanian.
Utami et al (2008) menjelaskan keberhasilan seseorang PPL dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya meliputi;
a. Keandalan (reliability) merupakan kemampuan seorang PPL untuk
memberikan jasa pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan, bersifat segera,
terpercaya dan akurat, konsisten, dan kesesuaian pelayanan terhadap
petani sasaran.
b. Daya tanggap (responsiveness)berarti kemauan penyuluh untuk membantu
petani mengidentifikasi dan mengakomodir kebutuhan petani dan
memberikan pelayanan dengan cepat, mendengar dan mengatasi keluhan
yang diajukan oleh petani.
c. Kepastian (assurance), bagaimana kemampuan PPL untuk menumbuhkan
keyakinan dan kepercayaan petani kepada PPL. Kepastian tersebut
6
misalnya seperti inovasi yang ditawarkan memang bermanfaat dan tidak
membutuhkan biaya besar.
d. Empati (Emphaty) artinya bahwa semestinya seorang PPL harus bisa
menempatkan dirinya jika berada pada posisi sebagai petani. Sehingga jika
ada hambatan di dalam penyuluhan maka bisa dicari jalan keluar yang
terbaik bagi bersama.
e. Berwujud (tangible) yakni berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan dan
berbagai materi komunikasi, seperti misalnya gedung pertemuan,
programa/materi penyuluhan, alat bantu penyuluhan, demplot/lahan
percontohan dan lain sebagainya.
Hubungannya dengan kinerja PPL, Menteri Pertanian RI mengeluarkan
peraturan Nomor: 5/Permentan/KP.120/7/2007 tertanggal 25 juli 2007 tentang
acuan bagi pelaksana yang terlibat dalam penetapan penyuluh pertanian
berprestasi seperti yang dikutip oleh Lukman (2010) bahwa penilaian kinerja
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan utama penyuluh petanian yang meliputi; praktek, bimbingan,
pelatihan, dan kunjungan
b. Perencanaan penyuluh pertanian yang meliputi; ada tidaknya data potensi
wilayah, data masalah, dan data monografi.
c. Programa penyuluhan pertanian yang meliputi; ada tidaknya programa
dalam dua tahun terakhir serta kelengkapannya.
d. Rencana kerja penyuluh pertanian meliputi; ada tidaknya rencana kerja
dalam dua tahun terakhir serta kelengkapannya.
e. Penyusunan materi penyuluhan meliputi; penyusunan materi dalam bentuk
media cetak dan media elktronik seperti; leaflet, poster, brosur,
transparansi/slide, CD/kaset radio, dan VCD/kaset.
f. Penerapan metode penyuluhan meliputi; penerapan metode forum, temu
(teknis, usaha, dan lapang), rembug-rembug, dan mimbar sarasehan.
g. Pengembangan swadaya dan swakarsa petani meliputi; menumbuhkan
koperasi, menumbuhkan kemitraan, dan menilai kelas kemampuan.
h. Pengembangan wilayah meliputi; pengembangan teknologi,
pengembangan kelembagaan petani, dan peningkatan usaha dan
pendapatan petani.
i. Pengembangan profesi penyuluh meliputi; karya tulis ilmiah tentang
kebijakan penyuluh pertanian dan karya tulis ilmiah tentang kebijakan
pembangunan pertanian.
7
j. Pengembangan hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah dan non
pemerintah meliputi; hubungan dengan koperasi, bapak angkat, dan
pengusaha pertanian/industri.
Keberhasilan penyuluh dalam menjalankan misi yang diembannya tidak
hanya bergantung pada baiknya bekerja. Rintjap (2013) mengemukakan bahwa
karakteristik penyuluh berkewajiban menyadarkan karakteristik peternak tentang
adanya kebutuhan nyata, menjadi kebutuhan yang dirasakan (felt need).
Karakteristik penyuluh harus mampu mengajak karakteristik peternak berpikir,
berdiskusi, menyelesaikan masalahnya, merencanakan, dan bertindak bersama-
sama sehingga terjadi pemecahan masalah dari mereka, oleh mereka, dan untuk
mereka.
8
berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tingkat hidupnya akan lebih
sejahtera
3. Berperan sebagai penasihat, yaitu yang mendapat melayani, memberi
petunjuk-petunjuk dan membantu petani baik dalam bentuk peragaan atau
memberikan contoh-contoh kerja dalam usaha tani dalam memecahkan
segala masalah yang dihadapi para peternak.
Selain petugas PPL yang dibawahi oleh pemerintah, juga terdapat
penyuluh pertanian profesional dari pihak swasta seperti dari perusahaan pupuk,
obat-obatan untuk tanaman, alat-alat pertanian, benih, bibit dan lain-lain.
Disamping itu juga terdapat penyuluh pertanian sukarela yang berbentuk kontak
tani di pedesaan yang secara sukarela membantu dinas pertanian dalam usaha
menyebarluaskan teknologi baru.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan untuk dapat menjadi seorang PPL
yang baik adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengadakan hubungan atau komunikasi yang lancar dengan sasaran
dan diterima sebagai teman sekerja (partner) oleh mereka.
2. Para PPL harus menguasi ilmu dan teknik pertanian (produksi,
pengolahan, dan pemasaran) yang lebih maju, sehingga tahu apa yang
akan disuluhkannya itu. Dengan demikian akan menarik dan menimbulkan
rasa percaya pada pihak sasaran.
3. Para PPL harus menguasai pula ilmu dan teknik berkomunikasi sehingga
dapat memilih dan menggunakan cara dan alat yang tepat pada waktunya.
4. Harus mengenal sasaran dan daerah kerja sehingga mengetahui masalah-
masalah dan dapat bermotivasi bagi kegiatan-kegiatan perubahan yang
dirasakan perlu oleh sasaran.
5. Para PPL harus menyadari azas-azas penyuluhan untuk dijadikan
pegangan untuk bertindak selanjutnya.
6. PPL mempunyai kawan-kawan (kawan sejawat dan para petani) dalan
pekerjaannya, oleh sebab itu baik secara perseorangan maupun kelompok
harus bisa menjalankan peranan-peranannya.
Selain budi pekerti yang luhur, seorang PPL akan memperlihatkan sikap
terhadap sasaran dan pekerjaanya sebagai berikut :
1. Merasa sebagai sahabat dan bukan sebagai pemimpin,
2. Penuh perhatian pada sasaran dan permasalahan-permasalahanya,
3. Menghargai pendapat orang lain,
9
4. Penuh pengabdian dan pengorbanan,
5. Selalu mawas diri dan minta maaf untuk kelalaian dan kekhilafan, serta,
6. Sopan santun dan ramah (Wiriaatmadja, 1983).
Alim (2010) mengemukakan beberapa perilaku yang perlu ditunjukkan
atau diragakan oleh setiap penyuluh (pertanian), meliputi: 1) Perilaku sebagai
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang ber-iman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
jujur, dan disiplin. 2) Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau
menghormati adat/kebiasaan masyarakatnya, menghormati petani dan keluarga-
nya (apapun keadaan dan status sosial ekonominya), dan meng-hormati sesama
penyuluh. 3) Perilaku yang menunjukkan penampilannyaa sebagai penyuluh yang
andal, yaitu: berkeyakinan kuat atas manfaat tugasnya, memiliki tanggungjawab
yang besar untuk melaksanakan pekerjaannya, memiliki jiwa kerjasama yang
tinggi, dan berkemampuan untuk bekerja teratur. 4) Perilaku yang mencerminkan
dinamika, yaitu ulet, daya mental dan semangat kerja yang tinggi, selalu berusaha
mencerdaskaan diri, dan selalu berusaha meningkatkan kemampuannya
Keberhasilan peternak
Keberhasilan merupakan suatu keadaan yang menggambarkan keadaan
lebih baik daripada sebelumnya.Dalam hal ini adalah keberhasilan peternak yang
berupa perubahan perilaku peternak (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) dan
peningkatan perkembangan usaha ternak sapi potong. Keberhasilan juga termasuk
bagaimana peternak mampu mengadopsi kinerja dari penyuluh pertanian. Hal ini
senada dengan apa yang disampaikan oleh Saridewi et al (2010), proses adopsi
teknologi merupakan proses perubahan perilaku melalui tahapan: mengetahui,
memperhatikan, menilai, mencoba dan menerapkan.
Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap peternak yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya pengetahun peternak tentang bibit (breeding), pakan
(feeding), dan manajemen (management) ternak sapi potong.
2. Kemampuan dalam menerapkan teknologi yang disuluhkan.
3. Ketulusan dalam usaha ternaknya.
4. Keteguhan dalam menghadapi masalah-masalah usaha ternaknya.
5. Keyakinan akan manfaat dari kegiatan usaha ternaknya.
Sedangkan peningkatan perkembangan usaha ternak meliputi :
10
1. Meningkatnya populasi ternak sapi potong
2. Meningkatnya kepemilikan ternak sapi potong
3. Menurunnya persentase kematian ternak sapi potong
4. Adanya informasi dan kelancaran dalam pemasaran ternak sapi potong
5. Peningkatan pendapatan peternak sapi potong.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berbentuk survey dan merupakan jenis penelitian
kuantitatif explanatory yaitu penelitian yang bersifat menjelaskan hubungan
antara kinerja PPL dengan keberhasilan peternak sapi potong di kecamatan
Kwandang kabupaten Gorontalo Utara.
Tabel 1. Jumlah kelompok, anggota, dan pemilikan ternak oleh kelompok tani
ternak di desa sampel.
No Nama Desa dan Kelompok Tani Jumlah Jumlah
Ternak Anggota Ternak
1 Ombulodata
Ombulodata Karya 20 orang 43 ekor
Karya Nyata 1 20 orang 43 ekor
Mekar Jaya
Galamis 10 orang 20 ekor
Karya Nyata 10 orang 20 ekor
Huyula
10 orang 20 ekor
Bali Perkasa
10 orang 20 ekor
10 orang 20 ekor
2 Alata Karya
Karya Bersama 20 orang 60 ekor
12
3 Posso
Tani Makmur 20 orang 43 ekor
Total 130 orang 289 ekor
Sumber:Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo Utara
(2016)
Pemilihan responden peternak menerapkan metode classified random
sampling berdasarkan daftar nama peternak sebagai populasi dari seluruh
peternak yang ada di desa sampel terpilih. Penentuan jumlah sampel peternak
diambil secara proporsinal dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus
tersebut sebagai berikut :
N
n= N ( e2 ) +1
Keterangan :
n = jumlah sampel peternak
N = jumlah populasi peternakdiseluruh desa sampel
2
e = batas toleransi error 15%
130
n= 130 ( 15 2 ) +1
130
n= 2
130 ( 0. 1 5 ) +1
130
n= 130 ( 0.0225 ) +1 = 33,12 33
n1 +n2 +n 3
dengan jumlah sampel yang berjumlah 33. n = , maka akan
digunakan rumus :
N1 90
n1=
N x n = n1= 130 x 33 = 22,84 = 23
13
N2 20
n2= xn= n2= x 33 = 5,07 = 5
N 130
N3 20
n3= xn= n3= x 33 = 5,07 = 5
N 130
Keterangan :
n = total responden di tiga desa
Pengukuran Variabel
Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kinerja PPL dan
keberhasilan peternak. Alat analisis yang digunakan untuk membantu
pengukuranakan dilakukan dengan menerapkan skala Likert. Skala Likert dengan
pengukurannya diberi bobot skor untuk setiap parameter. Dalam membantu
analisa data digunakan skor untuk pertanyaan positif respon sangat baik diberikan
skor 5, sebaliknya jika tidak baik diberikan skor 1, sedangkan untuk pertanyaan
negatif respon tidak pernah diberikan skor 5, sebaliknya respon selalu diberikan
skor 1. Skala Likert tersebut adalah sebagai berikut:
Sangat baik / Selalu / Sangat meningkat / Sangat Puas = skor 5
Baik / Sering / Meningkat / Puas = skor 4
Cukup baik / Kadang-kadang / Cukup meningkat / Cukup Puas = skor 3
Kurang baik / Jarang / Kurang meningkat / Kurang puas = skor 2
Tidak Baik / Tidak Pernah / Tidak meningkat / Tidak Puas = skor 1
Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian
dijabarkan menjadi indikator variabel, dan dijabarkan menjadi parameter.
Parameter tersebut yang dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Tabel 2. Variabel, sub variabel, indikator, dan parameter dalam pengukuran
kinerja PPL dan keberhasilan peternak sapi potong di kecamatan Kwandang
kabupaten Gorontalo Utara.
Variabel Sub Variabel Indikator Parameter Skor
Kinerja Prestasi Kegiatan utama a. Praktek 1,2,3,4,5
b. Bimbingan
PPL kerja/tingkat penyuluhan
c. Pelatihan
pencapaian d. Kunjungan
hasil
Penyusunan a. Dalam bentuk 1,2,3,4,5
materi media cetak
b. Dalam bentuk
penyuluhan
15
media elektronik
Penerapan a. Forum 1,2,3,4,5
metode penyuluhan
b. Temu (teknis,
penyuluhan
lapang)
Pengembangan a. Memberikan 1,2,3,4,5
usaha tani informasi dan
ternak menunjukkan
Sumber
informasi,
membangun
jaringan kerja
antar peternak,
menumbuhkan
kemitraan, dan
memandu
peternak
membuat
proposal kegiatan
Karakteristik Pengetahuan a. Menerapkan 1,2,3,4,5
PPL PPL tentang sesuatu dengan
prinsip dan melibatkan
pelaksanaan peternak.
b. Kegiatan
penyuluhan
penyuluhan yang
bermanfaat dan
mempengaruhi
peternak untuk
mengikuti
kegiatan
penyuluhan di
masa mendatang.
c. Sesuai dengan
apa yang
16
dibutuhkan
peternak
d. Kelengkapan
bahan ajar
penyuluhan
Keterampilan a. Kemampuan 1,2,3,4,5
PPL meliputi; merubah
kemampuan, perilaku peternak
kreatifitas, dan dalam aspek
penggunaan alat teknis budidaya
bantu dalam peternakan
b. Kemampuan
proses
dalam pendidikan
penyuluhan
manajemen
keuangan
keluarga peternak
c. Menerapkan
teknologi baru
d. Terampil
menggunakan
alat bantu
penyuluhan
Peranan PPL a. Memberikan 1,2,3,4,5
sebagai pengetahuan
pendidik, kepada peternak.
b. Meningkatkan
pembimbing,
hasil.
dan penasehat
c. Mengatasi
masalah-masalah
dalam beternak
d. Membimbing dan
memotivasi
peternak agar
terus berusaha
meningkatkan
17
hasil usaha
e. Membimbing
cara-cara
beternak yang
baik
f. Memberi
petunjuk dalam
memecahkan
masalah
g. Memberikan
contoh-contoh
beternak yang
baik agar dapat
memcahkan
masalah yang
dihadapi peternak
Norma dan nilai a. Merasa sebagai 1,2,3,4,5
PPL sahabat dan
bukan sebagai
pemimpin
b. tanggung jawab
atas pekerjaannya
Keberha Perubahan a. Meningkatnya
silan perilaku pengetahun
peternak peternak dan peternak tentang
perkembangan bibit (breeding),
usaha ternaknya. pakan (feeding),
dan manajemen
(management)
ternak sapi.
b. Kemampuan
dalam penerapan
teknologi yang
disuluhkan.
c. Ketulusan dalam
18
usaha ternaknya.
d. Keteguhan dalam
menghadapi
masalah-masalah
usaha ternaknya.
e. Meningkatnya
populasi ternak
sapi
f. Meningkatnya
kepemilikan
ternak sapi
g. Penurunan
persentase
kematian ternak
sapi
h. Adanya informasi
dan kelancaran
dalam pemasaran
ternak sapi.
i. Peningkatan
pendapatan
peternak.
Nilai variabel kinerja PPL dalam sub variabel prestasi kerja dan
karakteristik PPLdan variabel keberhasilan peternak sapi potong diukur
menggunakan rumus Interval Kelas yang dikemukakan oleh Dajan (1986), dengan
rumus sebagai berikut:
Skor tertinggiSkor terendah
I= Banyaknya kategori
Keterangan:
I = Interval kelas
Skor tertinggi = Bobot tertinggi x Jumlah pertanyaan
Skor terendah = Bobot terendah x Jumlah pertanyaan
Banyaknya kategori = Jumlah kategori yang ditentukan
19
Analisis Data
Menguji hubungan variabel kinerja PPL dengan keberhasilan peternak sapi
potong digunakan uji koefisien korelasi jenjang Spearman. Riduwan (2010),
korelasi jenjang Spearman biasa juga disebut korelasi berjenjang (rs)
kegunaannya adalah untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara dua
variabel atau variabel bebas dengan variabel terikat yang berskala ordinal. Rumus
korelasi jenjang Spearman yang digunakan adalah :
2
6 d
r s =1 2
n(n 1)
Keterangan :
rs = Nilai korelasi jenjang spearman
20
b) Karakteristik PPL merupakan kualitas yang dimiliki PPL dalam
menjalankan TUPOKSI sebagai seorang penyuluh. Karakteristik
tersebut meliputi:
1) Pengetahuan PPL adalah pengetahuan tentang prinsipdan
pelaksanaan dalam penyampaian materi penyuluhan dan
memecahkan masalah yang ada pada peternak sapi.
2) Keterampilan PPL adalah kemampuan melayani peternak
dalam aspek teknis budidaya peternakan, kreatifitas dalam
menghasilkan dan menerapkan inovasi baru, dan terampil
menggunakan alat bantu dalam proses penyuluhan yang efektif
dan efisien..
3) Peranan PPL adalah salah satu bagian dari tugas, kewajiban dan
tanggung jawab sebagai tenaga penyuluh yang berkaitan
dengan kinerja PPL yaitu PPL sebagai pendidik, pembimbing,
dan penasehat peternak sapi potong.
4) Norma dan nilai PPL merupakan bentuk nyata dari nilai-nilai
sosial seorang penyuluh di dalam masyarakat yang berbudaya,
memiliki aturan, dan kaidah-kaidah, yaitu merasa sebagai
anggota masyarakat dan menampilkan penampilan penyuluh
yang andal.
2. Peternak sapi potong adalah orang yang melakukan usaha ternak sapi
(dalam hal ini peternak yang tergabung dalam kelompok tani ternak di
kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara).
3. PPL adalah penyuluh pertanian lapangan di kecamatan Kwandang
kabupaten Gorontalo Utara yang disediakan untuk peternak dalam rangka
membantu peternak menyelesaikan masalah-masalah dalam usaha
peternakan.
4. Keberhasilan peternak sapi potong adalah suatu keadaan yang
menggambarkan keadaan peternak sapi potong di kecamatan Kwandang
kabupaten Gorontalo Utara yang lebih baik daripada sebelumnya dalam
mengembangkan usaha ternaknya, yaitu perubahan perilaku peternak dan
perkembangan usaha ternaknya.
21
DAFTAR PUSTAKA
23
Saridewi, T.R. dan A. N. Siregar. 2010. Hubungan Antara Peran Penyuluh dan
Adopsi Teknologi oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi Di
Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Penyuluhan Pertanian. Vol. 5. No. 1. (Hal :
59)
Siregar, A. N. dan T. R. Saridewi. 2010. Hubungan Antara Motivasi dan Sosial
Budaya Kerja dengan Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Subang
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan Pertanian. Vol. 5. No. 1. (Hal : 28,
32)
Undang-Undang R.I Nomor 16 Tahun 2006 tentang SP3K. (Serial Online) 10
September 2016. http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/horti/UU16-2006Sistem
Penyuluhan.pdf
Utami, B. W., E. Widiyanti, A. Wibowo. 2008. Kinerja Penyuluh Pertanian
Lapang (PPL) Dalam Pengembangan Beras Organik Menuju Terwujudnya
Kabupaten Sragen Sebagai Sentra Beras Organik. Jurnal Agritetexts. No. 24
Wiriaatmadja, S. 1983. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. C.V. Yasaguna.
Jakarta.
Yunasaf, U. dan D. S. Tasripin. 2011. Peran Penyuluh dalm Proses Pembelajaran
Peternak Sapi Perah di KSU Tandangsari Sumedang. Jurnal Ilmu Ternak.
Vol. 11. No.2. (Hal : 103)
24