Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIKA

ACARA 1

KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKU

Nama Praktikkan : Endang Prayudaty Wahyuningsih

NIM : 19106040005

Tanggal Praktikum : 28 Desember 2020

Tanggal Pengumpulan Laporan : 4 Januari 2021

Nama Asisten : Imalatun Nikmah, S.Si.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
Menurut Supeni (1994) di dalam Suryana (2009) jumlah seluruh flora dan fauna yang ada
didunia, sebanyak 17% berada di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh keadaan iklim dan curah
hujan di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dan curah hujan yang
tinggi. Selain itu, secara geografis sumber daya hutannya terletak di sekitar garis khatulistiwa
dan tersebar di banyak kepulauan. Keadaan ini menyebabkan hutan Indonesia dihuni flora dan
fauna dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.

Salah satu jenis keanekaragaman pada kelompok flora atau tumbuhan adalah tumbuhan
paku. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormophyta berspora yang dapat hidup di
berbagai habitat dan dimana saja bak secara epifit, terestrial maupun di air (Ewusie,1990 dalam
Widhiastuti et al., 2006). Tumbuhan paku tersebar di hampir setiap wilayah di Indonesia dan
keanekaragamannya berperan dalam sebuah ekosistem hutan. Dilaporkan ada sekitar 10.000
jenis tumbuhan paku yang hidup dan tersebar di seluruh dunia. Diperkirakan 3.000 diantaranya
berada di Indonesia (Loveless, 1999 dalam Wawan, et al., 2013).

Dalam taksonomi, tumbuhan paku merupakan salah satu jenis tumbuhan tingkat rendah
yang termasuk ke dalam divisi Pteriodophyta. Tumbuhan paku dapat dikenali dan diidentifikasi
melalui pengamatan secara morfologi atau bentuk luar tumbuhan paku. Morfologi yang
diidentifikasi dapat berupa jenis habitat, bentuk akar, bentuk daun, bentuk batang, tipe daun,
letak sorus, dan lain sebagainya. Pengamatan morfologi ini adalah dasar untuk mengetahui
sistematika atau klasifikasi dari tumbuhan paku.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum karakterisasi dan identifikasi tumbuhan paku adalah untuk
mengenal berbagai jenis paku dengan melihat bentuk morfologi (bentuk daun, tipe daun, letak
sorus dan lain sebagainya), agar mahasiswa mampu membuat kunci identifikasi sederhana
berdasarkan bentuk morfologi setiap jenis paku, dan agar mahasiswa mampu melakukan
pengelompokkan jenis paku berdasarkan bentuk morfologinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan paku merupakan salah satu jenis tumbuhan tingkat rendah yang termasuk
ke dalam divisi Pteriodophyta. Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama
yaitu organ vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun, dan organ generatif
yang terdiri atas spora, sporangium, anteridium, dan arkegonium. Dari segi habitus dan cara
hidupnya, bentuk tumbuhan paku sangat beragam. Struktur organ tumbuhan paku masih sangat
sederhana, dengan ukuran daun dimulai dari yang sangat kecil hingga dapat mencpai 2 m atau
bahkan lebih. Daun paku berbentuk tunggal, majemuk dan ada juga yang bentuknya menyirip
ganda.

Kelompok Pteriodophyta umumnya berperawakan herba, semak atau perdu, hanya


sedikit yang berjenis pohon. Batang jarang terlihat dengan jelas, umumnya tumbuh di tanah,
merambat, menempel di pohon atau terapung bebas di air. Daunnya berwarna hijau mengkilat
atau kusam, bersifat tunggal atau majemuk. Tumbuhan paku termasuk ke dalam jenis
tumbuhan epifit dan teresterial. Ciri khas yang dimiliki tumbuhan paku dan tidak ditemukan
pada tumbuhan lain adalah pada bagian ujung daun yang masih muda tampak menggulung
membentuk gulungan tali, ciri lainnya yaitu tumbuhan paku dapat menghasilkan spora yang
terbentuk di dalam sporangium. Beberapa ciri lain yang dimiliki tumbuhan paku adalah sebagai
berikut.

a. Akar
Pada fase gametofit akar tumbuhan paku masih berupa akar semu atau rhizoid,
sedangkan pada fase sporofit berupa akar serabut yang berfungsi untuk penyerapan air dan
mineral dalam tanah. Akar tumbuhan paku ada yang keluar dari rimpang dan ada yang keluar
dari tangkai rimpang. Rimpang merupakan modifikasi dari batang tumbuhan paku yang
tumbuhnya menjalar.
b. Batang
Batang tumbuhan paku pada fase gametofit disebut protalium, berbentuk seperti
lembaran kecil yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis. Sedangkan pada fase sporofit
tumbuhan paku telah memiliki akar, batang dan daun sejati. Ukuran batang bisa bervariasi
mulai dari yang berukuran pendek hingga hampir tidak sampai yang berukuran seperti pohon.
Batang yang tumbuh di atas tanah ada yang bercabang menggarpu dan ada yang lurus tidak
bercabang,
c. Daun
Berdasarkan bentuknya terbagi menjadi dua yaitu daun mikrofil dan makrofil. Daun
mikrofil merupakan daun yang berukuran kecil berbentuk seperti gumpalan yang terletak di
sekitaran batang dan tulang daun. Daun mikrofil hanya berukuran setebal selapis sel dan
berbentuk seperti rambut. Daun makrofil atau daun sejati memiliki ukuran besar dan tipis yang
digunakan untuk fotosintesis. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi
tiga, yaitu daun tropofil, daun sporofil dan daun trofosprofil. Daun tropofil hanya mengandung
klorofil yang dimanfaatkan untuk proses fotosintesis. Daun sporofil merupakan daun yang
menghasilkan spora, sedangkan daun trofosporofil merupakan kumpulan daun yang mampu
menghasilkan spora dan daun yang tidak dapat menghasilkan spora yang tersusun dalam satu
tangkai daun.
d. Spora
Adalah alat perkembangbiakan tumbuhan paku secara generatif. Sedangkan secara
vegetatif disebut rhizoma. Umumnya spora tumbuhan paku akan muncul di bagian bawah daun
maupun dibagian ujung tepi daun. Spora tersebut terletak di dalam kotak spora yang disebut
sporangia/sporangium, di dalam sporangia berisi ribuan sel di dalamnya, kemudian sporangia
akan berkumpul membentuk sorus, sorus berbentuk titik-titik hitm dan telihat seperti
menggumpal pada daun. Sorus yang masih muda dilindungi oleh indisium (selaput sel).
Sporangia bisa terdapat pada strobilus (kumpulan sporofil yang membentuk struktur kerucut
pada ujung tunas tumbuhan paku), pada sorus (kumpulan sporangia), dan pada sinagium
(ketiak daun). Setiap sporangium dikelilingi oleh sederetan sel yang berbentuk lingkaran yang
disebut annalus, fungsinya sebagai pengatur pengeluaran spora.
Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tumbuhan paku
homospora, heterospora dan paku peralihan. Jenis homospora merupakan tumbuhan paku
yang dapat menghasilkan spora dengan ukuran yang sama dan tidak dapat dibedakan antara
spora jantan dan betina. Jenis heterospora merupakan tumbuhan paku yang dapat
menghasilkan spora dengan ukuran yang berbeda, spora jantan berukuran kecil disebut
mikrospora, sedangkan spora betina berukuran lebih besar dan disebut makrospora. Tumbuhan
paku peralihan merupakan tumbuhan paku yang dapat menghasilkan spora jantan dan betina
dengan ukuran yang sama.
Tumbuhan paku diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu 1) Kelas Psilophytinae
(paku purba), 2) Kelas Lycopodinae (paku kawat atau paku rambut), 3) Kelas Equisetinae
(paku ekor kuda), 4) Kelas Filicinae (paku sejati).
Berdasarkan bentuk-bentuk morfologi yang telah dipaparkan diatas, dapat
dilakukan identifikasi menggunakan kunci determinasi. Identifikasi merupakan kegiatan dasar
dalam taksonomi hewan maupun tumbuhan yang mencakup dua kegiatan yaitu klasifikasi dan
tata nama (Hasanuddin & Mulyadi, 2014). Secara singkat, identifikasi adalah menentukan
persamaan dan perbedaan antara dua unsur (hewan atau tumbuhan) yaitu apakah unsur itu sama
atau tidak. Sedangkan kunci determinasi adalah petunjuk yang dapat digunakan untuk
menentukan famili, ordo, genus, atau spesies pada hewan dan tumbuhan. Kunci ini terdiri dari
sederetan pernyataan yang terdiri dari dua baris dan berisi deskripsi dari ciri-ciri organisme
yang disajikan dengan ciri yang berlawanan.
Identifikasi menggunakan kunci determinasi untuk tumbuhan paku dapat dilakukan
dengan langkah-langkah berikut : 1) menetapkan golongan atau kelompok tumbuhan paku
dalam takson yang akan disusun kunci determinasi sederhana, dalam hal ini takson yang akan
di buat adalah sampai tingkat famili; 2) mendeskripsikan ciri khas famili dari kedua jenis paku;
3) menyusun ciri-ciri tersebut ke dalam bentuk pernyataan dikotomis; 4) dari pernyatan-
pernyataan dikotomis yang telah disusun selanjutnya adalah dibuat kunci determinasinya.
Contoh tumbuhan paku yang akan digunakan pada praktikum ini adalah
Nephrolepis sp. atau paku pedang, yang merupakan anggota famili Lomariopsidaceae dan
Marsilea crenata atau semanggi yang merupakan anggota famili Marsileaceae.
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi alat tulis berupa kertas dan pensil
untuk menggambar, kamera untuk mendokumentasikan tumbuhan paku yang diamati, dan
miroskop stereo untuk mengamati sorus.

3.2 Cara Kerja

Metode kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah pertama alat dan bahan
disiapkan. Kemudian dilakukan pengamatan secara morfologi berbagai jenis tumbuhan paku.
Pada praktikum ini tumbuhan paku yang digunakan adalah jenis Nephrolepis dan Marsilea
crenata. Tumbuhan paku diidentifikasi dengan membandingkan karakter morfologi dari kedua
jenis tumbuhan paku. Selanjutnya dibuat kunci identifikasi secara sederhana berdasarkan
bentuk morfologi yang diamati. Kemudian tumbuhan paku yang diamati diskoring pada tabel
yang telah disiapkan lalu digambar dan dideskripsikan pada lembar kerja.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Karakterisasi Tumbuhan Paku
 Tabel scoring karakterisasi
No. KARAKTER Nephrolepis sp. Marsilea crenata
1. Habitus teresterial  
2. Habitus epifit
3. Penampakan rimpang menjalar 
4. Penampakan rimpang tegak pendek 
5. Stipe berwarna coklat 
6. Stipe berwarna coklat kehitaman
7. Stipe berwarna hijau 
8. Daun mereduksi
9. Daun berupa sisik
10. Tipe daun pinnatifid  
11. Tipe daun bipinnatifid
12. Tipe daun tripalmatifid
13. Daun dimorf  
14. Daun monomorf
15. Bangun daun lanset 
16. Bangun daun membulat
17. Bangun daun bulat telur (ovatus)
18. Bangun daun lanset bertelinga
19. Bangun daun setengah lingkaran
20. Bangun daun segitiga terbalik
21. Daun tunggal
22. Daun majemuk menyirip tunggal
23. Daun terletak berseling 
24. Daun terletak pada roset akar
26. Daun terletak pada ujung tangkai 
26. Tepi daun rata di seluruh tepi 
27. Tepi daun rata pada bagian tepi bawah
28. Tepi daun bergigi
29. Tepi daun bercangap pada tepi bagian atas
30. Tepi daun berbagi menyirip
31. Tepi daun berbagi menjari
32. Letak sorus mengikuti arah venasi daun
33. Sorus terletak di tepi daun  
34. Sorus terletak di ujung lekukan tepi daun
35. Dijumpai indusium
36. Indusium sejati 
37. Indusium semu
38. Terdapat strobilus
39. Strobilus terdapat diujung cabang
40. Strobilus terdapat di ketiak cabang
 Tabel deskripsi
No. Jenis Tumbuhan Paku Deskripsi
1. Nephrolepis sp. Nama lokal : Paku pedang
Nama latin : Nephrolepis sp.

Foto :

Gambar tangan :

Deskripsi bagian-bagian tumbuhan:


Nephrolepis sp. atau paku pedang merupakan
tumbuhan paku dengan cara hidup terestrial atau
hidup dipermukaan tanah. Penampang rimpangnya
tegak pendek (mengumpul disatu titik). Stipe
berwarna coklat, dan daun biasa (bukan mereduksi
atau bersisik). Tipe daun pinnate (helai daun
memisah dari batangnya). Berdasarkan dimorf
monomorfnya, Nephrolepis sp. merupakan tipe
dimorf, dimana daun fertil dan steril berada dalam
satu tangkai. Bangun daunnya adalah lanset.
Termasuk daun majemuk yang terletak berseling.
Tipe tepi daunnya adalah bergerigi. Letak sorusnya
ada ditepi daun. Terdapat indisium sejati. Tidak
terdapat strobilus.
Kode kunci determinasi : 1a – 17b – 18b – 19b-
22b – 23b – 24 b – 25b – 26b.

2. Marsilea crenata Nama lokal : Semanggi

Nama latin : Marsilea crenata

Foto :

Gambar tangan :

Deskripsi bagian-bagian tubuh:


Marsilea crenata atau semanggi memiliki cara
hidup terestrial. Penampang rimpangnya
menjalar. Stipe berwarna hijau dan daunnya biasa
(tidak mereduksi ataupun bersisik). Tipe daun
pinnate (helai daun memisah dari batangnya).
Berdasarkan dimorf dan monomorfnya, Marsilea
crenata termasuk dalam tipe dimorf, dimana daun
fertil dan steril berada dalam satu tangkai.
Bangun daunnya berbentuk jantung terbalik.
Termasuk daun majemuk beranak tiga, dimana
anak daun saling berhadapan dan daun terletak
bersilang. Sorus terletak pada tepi daun.

Kode kunci determinasi : 1a – 17b – 18a.


4.2 Pembahasan
Metode untuk karakterisasi tumbuhan paku dalam praktikum ini adalah dengan
pengamatan secara langsung. Kedua jenis paku diamati ciri morfologinya kemudian dicatat
pada lembar kerja. Morfologi yang diamati berupa habitus atau cara hidupnya, penampakan
rimpang, warna stipe, jenis daun, tipe daun, jenis daun berdasarkan keberadaan daun steril
dan fertilnya, bangun daun, jenis daun berdasarkan tata letaknya, tipe tepi daun, letak sorus,
keberadaan indisium, dan keberadaan strobilus.

Pada pengamatan tumbuhan paku Nephrolepis sp., didapatkan ciri morfologi berupa:
cara hidup terestrial atau hidup pada permukaan tanah; penampang rimpangnya tegak pendek
atau mengumpul pada satu titik; stipe berwarna coklat; jenis daunnya biasa yang artinya bukan
merupakan daun yang mereduksi maupun berbentuk sisik; tipe daun pinnate, yaitu helai daun
terpisah dari batangnya; berdasarkan keberadaan daun steril dan fertilnya termasuk daun
dimorf dimana pada satu tangkai terdapat daun steril dan fertil; bangun daunnya lanset karena
perbandingan antara panjang dan lebarnya bisa mencapai 3:1; berdasarkan letak daunnya
termasuk daun majemuk berseling; tepi daun bergerigi; sorus terletak di tepi daun; terdapat
indisium sejati; dan tidak memiliki strobilus.

Pada pengamatan tumbuhan paku Marsilea crenata, didapatkan ciri morfologi berupa:
cara hidup teresterial; penampang rimpangnya menjalar; stipe berwarna hijau; jenis daun
biasa,bukan mereduksi maupun berupa sisik; tipe daun pinnate; termasuk daun dimorf; bangun
daun jantung terbalik; termasuk jenis daun majemuk beranak tiga dimana anak daun tersebut
saling berhadapan; daun terletak bersilang; dan sorus terletak pada tepi daun.

Setelah dilakukan pencandraan pada morfologinya, selanjutnya dilakukan identifikasi.


Metode identifikasi yang digunakan adalah metode identifikasi menggunakan kunci
determinasi. Ciri khas morfologi famili dari kedua jenis paku di susun secara dikotomis hingga
menemukan kode kunci determinasi yang sesuai. Kode determinasi yang didapatkan dari
Nephrolepis sp. secara berturut-turut adalah 1a – 17b – 18b – 19b- 22b – 23b – 24 b – 25b –
26b. Sedangkan kode determinasi dari Marsilea crenata adalah 1a – 17b – 18a.

Berdasarkan kunci determinasi yang didapatkan dari Nephrolepis sp. dan Marsilea
crenata, hanya terdapat dua persamaan yang ditemukan yaitu: kedua tumbuhan tersebut
merupakan tumbuhan paku dan hidup di darat atau rawa serta berakar di tanah. Dari kunci
determinasi dapat diketahui bahwa Nephrolepis sp. termasuk ke dalam ordo Polypodiadaceae,
sedangkan Marsilea crenata termasuk kedalam ordo Salviniales, famili Marsiliceae.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa untuk
melakukan identifikasi terhadap tumbuhan paku, diperlukan proses karakterisasi dengan
melihat morfologi yang dapat diamati. Karakterisasi tersebut dapat digunakan untuk membuat
kunci determinasi yang selanjutnya akan digunakan pada proses klasifikasi atau
pengelompokkan tumbuhan paku.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Wawan W., Fitroh N.P. Hapsari & Zulaikha Nuraini. 2013. Studi Inventarisasi
Keanekaragaman Tumbuhan Paku di Kawasan Wisata Coban Rondo
Kabupaten Malang. Cogito Ergo Sum. No.3 Vol.2 Februari 2013.
Hasanuddin., Mulyadi., 2014. Botani Tumbuhan Rendah. Lampung: Syiah Kuala
University Press.
Suryana, 2009. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku Terestrial dan Epifit di
Kawasan PLTP Kamojang Kab. Garut Jawa Barat. Jurnal Biotika. No.1 Vol.
7 Juni 2009.
Widhiastuti, Retno., T. Alief Aththorick & Wina Dyah Puspita sari. 2006. Struktur dan
Komposisi Tumbuhan Paku-pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung
Kabupaten Karo. Jurnal Sumatera Utara. No.2 Vol.8 Juli 2006.

Anda mungkin juga menyukai