Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

KLASIFIKASI TUMBUHAN DAN HEWAN BERDASARKAN


MORFOLOGINYA BESERTA CONTOH.

Di buat oleh :

NOVIA OKTARI NASUTION


NPM : 021.11.0025

Prodi : PGMI
Semester : III
Mata Kuliah : IPA 1
Dosen Pengampuh : Nihdayati Pane, M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


HAMZAH AL-FANSURI SIBOLGA BARUS
(STIT HASIBA)
KLASIFIKASI TUMBUHAN DAN HEWAN BERDASARKAN
MORFOLOGINYA BESERTA CONTOH.

A. MORFOLOGI TUMBUHAN
Morfologi tumbuhan merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari
khusus bentuk fisik dari tumbuhan. Kata morfologi sendiri berasa dari bahasa latin
yaitu “morphos” yang memiliki arti wujud atau bentuk.
Morfologi tumbuhan berbeda dengan anatomi tumbuhan. Perbedaanya
terletak pada internal dan eksternal. Jika anatomi lebih mempelajari struktur
bagian dalam, maka morfologi hanya mempelajari bagian luarnya saja.
Morfologi tumbuhan berguna untuk mengidentifikasi tumbuhan secara
visual, dengan begitu keragaman tumbuhan yang sangat besar dapat dikenali dan
diklasifikasikan serta diberi nama yang tepat untuk setiap kelompok yang
terbentuk, ilmu yang mempelajari klasifikasi serta pemberian nama tumbuhan
adalah taksonomi tumbuhan.
Morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh
tumbuhan saja, tetapi juga untuk menentukan fungsi dari masing-masing bagian
dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana
asal dan susunan tubuh yang terbentuk.

Bagian-Bagian Tumbuhan
Bagian tumbuhan yang secara nyata dapat menunjukkan perbedaan
(diferensiasi) dinamakan kormus yang merupakan bagian pokok tumbuhan, terdiri
dari tiga bagian yaitu:
 Akar (radix).
 Batang (caulis).
 Daun (folium).

Bagian- bagian lain dapat digolongkan sebagai organ sekunder karena


terbentuk dari modifikasi babak pokok atau kombinasi bagian-bagian pokok yaitu:
 Kuncup (gemma), modifikasi dari batang dan daun.
 Bunga (flos), modifikasi dari batang dan daun.
 Duri (spina), modifikasi dari dahan maupun daun.
 Alat-alat pembelit (cirrhus), dapat berupa modifikasi daun maupun dahan.
 Umbi (tuber), modifikasi dari batang.
 Rimpang (rhizome), modifikasi dari batang beserta daun-daunnya.
 Umbi lapis (bulbus), modifikasi dari batang dan daun

Selain itu pada organ tumbuhan tertentu dapat ditemukan alat-alat lain yang
biasanya lebih kecil atau lebih halus yang dinamakan alat tambahan atau alat
pelengkap (organa accessoria), misalnya:
 Rambut atau bulu (pilus).
 Sisik (lepis).
 Lentisel (lenticulus).

Alat hara
Masing-masing organ tumbuhan memiliki fungsi untuk menunjang
kehidupan tumbuhan, organ yang berkaitan dengan pencarian serta penyerapan
makanan bagi tumbuhan disebut alat hara (organum nutritivum) yang terdiri dari
daun, batang, dan akar.

1. Morfologi Akar
Akar adalah bagian paling bawah dalam tumbuhan, akar juga merupakan
bagian yang paling dahulu mengalami perkembangan.

Akar ini dapat dikatakan sebagai sumbu dari sebuah tumbuhan yang
mengalami perkembangan di bawah tanah. Akan tetapi tidak jarang kita
menemukan akar yang tumbuh dan berkembang di atas tanah, seperti misalnya
yang terjadi pada pohon beringin.

Akar sendiri memiliki beberapa bagian, diantaranya:

 Pangkal akar (Collum) yang terletak berdekatan dengan pangkal akar.


 Ujung akar (apex radicis) yaitu bagian akar yang masih mengalami
pertumbuhan dan merupakan bagian akar paling muda.
 Batang akar (corpus radicis) bagian dalam akar yang terletak diantara
pangkal dan ujung akar.
 Cabang akar (radix lateralis) bagian dari akar pokok ana tatapi baisanya
masih dapat menghasilkan percabangan baru.
 Serabut akar (fibrilla radicalis) merupakan cabang akar yang berbentuk
serabut.
 Rambut akar (pillus radicalis) merupakan tonjolan sel luar kulit jaringan.
 Tudung akar (calyptra) yaitu memiliki fungsi sebagai pelindung ujung akar.

2. Morfologi Batang
Batang merupakan bagian utama dalam tumbuhan, sebagai penopang
daun. Batang biasanya membentuk cabang yang diujungnya diakhiri dengan daun.
Batang sendiri memiliki fungsi diantaranya adalah:

 Memperluar menyerapan matahari


 Berfungsi sebagai pendukung bagian yang ada di atas tanah.
 Sebagai jalan pengangkut air dan zat makanan.
 Menjadi tempat menyimpan cadangan makanan.
 Tempat tumbuhnya daun.

3. Morfologi Daun
Daun tumbuh dan berkembang pada bagian batang yang merupakan alat
hara. Tempat daun tumbuh disebut dengan nama buku-buku atau nodus
batang.Sedangkan pada bagian atas antara batang dan daun disebut dengan ketiak
daun.

Pada sebagian besar Angiospermae bagian-bagian daun dapat dibedakan


antara lain; dasar daun, tangkai daun, dan helai daun. Daun dibagi terbagi menjadi
daun tunggal dan daun majemuk, pada daun majemuk terdapat sejumlah anak
daun yang melekat pada tangkai daun atau perpanjangannya pada sumbu (rachis)
yang sama. Anak daun yang muncul pada sisi lateral dari sumbu disebut daun
majemuk bersirip, sedangkan jika semua anak daun muncul pada ujung sumbu
yang amat pendek sehingga dapat dikatakan melekat pada ujung tangkai daun
bersama maka daun seperti itu disebut daun majemuk menjari. Selain itu terdapat
lagi daun majemuk bangun kaki dan daun majemuk campuran, pembagian daun
majemuk sebagai berikut:

 Daun majemuk menyirip (Pinnatus)


1. Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus)
2. Daun majemuk menyirip genap (abruptepinnatus)
3. Daun majemuk menyirip ganjil (imparipinnatus)

Selain itu dapat pula penggolongan daun majemuk menyirip berdasarkan


kedudukan anak daun pada ibu tangkainya:

1. Menyirip berpasangan.
2. Menyirip berseling.
3. Menyirip berselang-seling.

Pada daun menyirip ganda dapat dibedakan menurut tingkat kedudukan


pada ibu tangkainya, antara lain:

1. Majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun berada pada
cabang tingkat satu dari ibu tangkai.
2. Majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak daun berada pada
cabang tingkat dua dari ibu tangkai.
3. Majemuk menyirip ganda empat, namun pada umumnya jarang ditemukan
daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.

 Daun majemuk menjari (Palmatus atau Digitatus)


1. Daun majemuk menjari beranak dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai
terdapat dua anak daun contohnya pada daun Cynometra cauliflora L.
2. Daun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu
tangkai terdapat tiga anak daun contohnya pada daun para atau karet
(Hevea brasiliensis).
3. Daun majemuk menjari beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung
ibu tangkai terdapat tiga anak daun contohnya pada daun Gynandropsis
pentaphylla.
4. Daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus), pada ujung
ibu tangkai terdapat tujuh anak daun contohnya pada daun randu (Ceiba
pentandra).

 Daun majemuk bangun kaki (Pedatus), daun ini memiliki susunan mirip
daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun paling pinggir tidak duduk pada
ibu tangkai melainkan pada tangkai anak daun yang di sampingnya.
 Daun majemuk campuran (Digitatopinnatus), berupa daun majemuk ganda
yang memiliki cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti pada jadi dan
terdapat anak-anak daun yang menyirip, singkatnya daun majemuk campuran
merupakan campuran susunan yang menjari dan menyirip.

Contoh Morfologi Tumbuhan


B. MORFOLOGI HEWAN /ADAPTASI MORFOLOGI
HEWAN
Adaptasi morfologi adalah suatu penyesuaian yang ada pada suatu organ
tubuh makhluk hidup yang ada di seluruh permukaan bumi, yang mana bagian
tubuh yang menyesuaikan tersebut sesuai berdasarkan dengan kebutuhan
organisme hidup dan fungsi terhadap makhluk hidup itu sendiri didalam bertahan
hidup di lingkungannya.

Tujuan Adaptasi Morfologi

a. Melindugi diri dari musuh


Tujuan adaptasi morfologi hewan yang pertama adalah untuk terus bertahan
atau berlindung dari segala macam serangan predator lain.
b. Mempertahankan hidup
Adaptasi morfologi hewan berikutnya adalah bertujuan untuk bisa
mempertahankan hidup mereka dengan memperhatikan predator-predator
yang ada di sekelilingnya, termasuk juga air untuk bisa bertahan hidup.
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan
Lingkungan yang akan diadaptasi merupakan tempat yang nantinya
digunakan sebagai aktivitas keseharian para makhluk hidup. Itu sebabnya,
adaptasi morfologi hewan bisa memudahkan mereka dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungan agar bisa beraktivitas dengan lebih mudah.
d. Melestarikan generasi makhluk hidup
Terdapat kondisi atau kejadian tertentu yang mengakibatkan keberadaan jenis
mereka terancam punah. Maka itu, dengan adaptasi morfologi hewan, para
makhluk hidup bisa mempertahankan kehidupan generasinya.
e. Guna memperoleh makanan
Setiap makhluk hidup pastinya memiliki jenis makanannya sendiri, sehingga
mereka harus melakukan adaptasi agar dapat memperoleh makanan.

Bentuk adaptasi morfologi pada hewan dapat terjadi bagian-bagian tubuh


tertentu. Contoh adaptasi morfologi pada hewan terjadi pada bentuk kaki burung,
bentuk paruh burung, dan bentuk mulut serangga.
Adaptasi Morfologi pada Hewan

1) Bentuk Kaki Burung sebagai Bentuk Adaptasi Morfologi pada Hewan

Burung memiliki bentuk kaki yang berbeda-beda. Perhatikan bentuk kaki


burung elang dan burung pinguin. Keduanya memiliki tempat hidup dan makanan
yang berbeda.

Elang biasanya hidup di hutan atau ladang, pinguin hidup di daerah kutub.
Bentuk kaki burung pemangsa seperti elang memiliki cakar yang kuat untuk
mencengkram mangsa yang dijadikan makanannya. Sedangkan bentuk kaki
burung pinguin memiliki selaput untuk membantu saat berenang.

Beberapa bentuk kaki burung sebagai bentuk adaptasi morfologi pada hewan
diberikan seperti daftar berikut.

 Burung petengger: jari kaki panjang dan telapak kakinya datar untuk
bertengger di ranting – ranting pohon.
Contoh: burung kutilang dan burung kenari
 Burung perenang: jari kaki berselaput untuk memudahkan mendayung di
dalam air.
Contoh: Itik dan Angsa
 Bentuk kaki pemangsa: jari kaki pendek, kuku melengkung tajam, dan
cakar kuat untuk mencengkeram
Contoh: burung elang dan burung rajawali
 Burung pemanjat: jari kaki terdiri atas empat, dengan dua jari berada di
depan dan dua jari lainnya berada di belakang
Contoh: burung pelatuk
 Burung pejalan kaki: memiliki tiga jari menghadap ke depan dan satu jari
bagian belakang tidak tumbuh sempurna
Contoh: ayam dan burung unta

2) Bentuk Paruh Burung sebagai Adaptasi Morfologi pada Hewan

Adaptasi morfologi pada hewan juga dapat dilihat pada bentuk paruh
burung. Bentuk paruh burung yang berbeda – beda disebabkan karena makanan
burung yang berbeda-beda. Beberapa burung makan cacing, biji-bijian, serangga,
dan ikan. Beberapa burung lainnya merupakan karnivora atau pemakan daging
seperti ayam, ular, atau kelinci.

Bentuk paruh burung yang memakan biji-bijian berbeda dengan paruh


burung yang memakan daging. Burung pemakan biji-bijian membutuhkan paruh
yang dapat membelah biji. Sedangkan burung pemakan daging membutuhkan
paruh yang dapat mengoyak daging.

Jenis
makanan
yang berbeda tersebut membuat terjadinya adaptasi morfologi pada bentuk paruh
burung.

Beberapa bentuk paruh burung berdasarkan jenis makanannya sebagai bentuk


adaptasi morfologi diberikan seperti daftar di bawah.

 Pemakan cacing dan ikan: paruh seperti sudu dan pangkal bergerigi untuk
menyaring makanan dari air dan lumpur.
Contoh: Itik
 Pemakan cacing dan biji-bijian: bentuk paruh pendek, tebal, dan runcing
Contoh: Ayam
 Pemakan daging: bentuk paruh tajam, kuat, runcing, dan agak
membengkok untuk mengoyak makanan yang berupa daging
Contoh: burung elang, burung rajawali
 Pemakan biji-bijian: paruh pendek, tebal, dan runcing untuk memecah biji
– bijian
Contoh: burung pipit, burung kenari
 Pemakan serangga: paruh runcing dan agak panjang untuk menangkap
serangga dalam batang pohon
Contoh: burung pelatuk
 Pemakan ikan: bentuk paruh panjang dan berkantong besar pada bagian
bawah untuk menyimpan ikan
Contoh: burung pelikan

3) Bentuk Mulut Serangga sebagai Adaptasi Morfologi pada Hewan

Contoh bentuk adaptasi morfologi pada hewan lainnya terdapat pada


bentuk mulut serangga. Serangga memiliki jenis makanan yang berbeda. Beberapa
serangga jenis makanannya berupa nektar yang terdapat pada bunga. Serangga
lainnya memiliki makanan daun-daun. Beberapa serangga lainnya membutuhkan
darah manusia untuk, seperti nyamuk.
Jenis makanan yang berbeda membutuhkan bentuk mulut yang berbeda
pula agar bisa memenuhi kebutuhannya. Sehingga, terjadilah adaptasi morfologi
pada bentuk bentuk mulut serangga karena kebutuhan jenis makanan yang
berbeda.

Berbagai bentuk mulut serangga merupakan hasil adaptasi morfologi terhadap


jenis-jenis makanan atau kebutuhannya.

 Mulut pengunyah: memiliki rahang belakang yang dapat menembus atau


memotong makanan dan memiliki bagian mulut lain untuk memasukkan
makanan
Contoh: belalang, lebah, semut, kumbang
 Mulut penghisap: memiliki bentuk mulut yang dapat diluruskan dan
dipanjangkan untuk menghisap cairan ke dalam mulut
Contoh: kupu – kupu, ngengat
 Mulut penjilat: bentuk mulut panjang dengan ujung daging dari bagian
mulut yang dapat berfungsi seperti spon untuk menyerap makanan,
fungsinya agar dapat menjilat nektar di dasar bunga
Contoh: lalat, lebah
 Mulut penusuk–penghisap: memiliki bentuk mulut tipis seperti jarum
(tajam, runcing, dan panjang)
Contoh: nyamuk, kutu

Anda mungkin juga menyukai