Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunianya-Nya lah, peneliti dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah yang berjudul ”GAMBAS”.
Karya ilmiah ini dikembangkan dalam rangka memenuhi tugas bahasa Indonesia.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, peneliti banyak mendapat bantuan
dari sumber-sumber data berupa materi, dan oleh karena itu dalam pengantar ini peneliti ingin
mengucapkan banyak terima kasih atas semua bantuan-bantuan, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi kita semua, baik bagi peneliti sendiri maupun para pembaca.

B.Srikaton, 01 Maret 2016

Peneliti

Wulan Sapitri
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

MOTTO..................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan.................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi dan Morfologi................................................................................................... 3

2.2 Jenis dan Varietas................................................................................................................ 4

2.3 Hama dan Penyakit.............................................................................................................. 5

2.4 Budidaya Tanaman Holtikultra Gambas............................................................................. 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimplan.......................................................................................................................... 13

3.2 Saran.................................................................................................................................. 13

Daftar Pustaka......................................................................................................................... 14

Biodata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia terletak di daerah tropis. Hal ini menyebabkan keanekaragaman tanaman di Indonesia.
Berbagai macam tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Gambas
atau yang lebih dikenal dengan nama oyong merupakan salah satu jenis sayuran potensial yang
kurang mendapat perhatian dikalanagan petan.namun akhir- akhir ini tanaman gambas atau ridged
gourd yang memiliki nama latin (Luffa acutangula) ini merupakan jenis sayuran yang telah lama
dikenal dan ditanam oleh petani di negara kita. Hal inilah yang menyebabkan peluang pasar gambas
semakin cerah.

Gambas merupakan tanaman semusim. Budidaya gambas dilakukan di sawah-sawah, bersamaan


dengan budidaya pare, mentimun dan sayuran lainnya. Karena merupakan tanaman memanjat,
maka gambas dibudidayakan di atas bedengan,dengan ajir dan tali pengikat sebagai panjatan.
Dibanding dengan mentimun, gambas relatif lebih tahan terhadap serangan cendawan fusarium
maupun bakteri pseudomonas. Namun gambas, sama halnya dengan pare, sangat rentan terhadap
gangguan larva kepik Lepidoptera terutama Hypercompe albicornis, yang akan menghabiskan
seluruh daun gambas, hingga tinggal batang dengan sulurnya.Gambas merupakan tumbuhan asli
Asia dan Afrika Tropis. Di RRC, gambas tidak hanya dikonsumsi buah mudanya, melainkan juga
pucuk, berikut daun muda dan bakal bunga. Buah yang telah tua, akan menghasilkan spons dan biji.
Sponsgambas merupakan bahan pembersih badan maupun cucian di dapur, yang belakangan ini
semakin populer, karena merupakan bahan organik. Di AS, gambas dibudidayakan secara besar-
besaran untuk dipanen sponsnya, guna diekspor keJepang. Biji gambas yang volumenya cukup besar,
menghasilkan lemak nabati, yang bisa dijadikan minyak goreng.

kelebihan oyong (Luffa acutangula) dibandingkan tanaman sejenis lainnya yaitu tanaman ini dapat di
budidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Pertumbuhannya pun mudah, tidak harus
memerlukan perawatan yang khusus, hanya memerlukan turus/ajir sebagai media rambatannya
karena oyong adalah tipe tanaman yang batangnya merambat, namun oyong dapat juga
dirambatkan pada pagar-pagar atau pohon-pohon yang ada di sekitarnya dan umur panen tanaman
oyong juga tergolong cukup cepat.

buah oyong dapat digunakan sebagai obat bagi penderita penyakit demam. Di dalam tubuh manusia,
buah oyong mempunyai khasiat untuk membersihkan darah. Daunnya yang masih muda (pucuknya)
pun dapat disayur, sementara buah oyong yang telah tua dan kering baik sekali untuk spons
penggosok untuk mencuci. Buah oyong juga mengandung vitamin A , B dan C yang bagus untuk
sistem kekebalan tubuh.

Buah gambas memiliki beberapa keunggulan yaitu mengandumg nilai gizi yang tinggi,citra rasa
enak,produksi tinggi,pemasan lebih mudah dan banyak di gemari oleh masyarakat luas.selain itu biji
buah gambas juga bisah di produksi menjadi minyak goreng dan sponsnya dijadikan bahan pembersi
badan maupun cucian di dapur.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan laporan budidaya tanaman gambas adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran bahasa Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi Dan Morfologi

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman gambas diklasifikasikan sebagai


berikut:

Kingdom : plantae

Subkingdom : tracheobionta

Divisi : magnoliophiyta

Kelas : magnoliopsida

Subkelas : dilleniidae

Ordo : violales

Famili : cucurbitaceae

Genus : luffa

Spesies : luffa acutangula

Gambas merupakan tumbuhan genus Luffa, keluarga Cucurbitaceae, hingga masih bersaudara
dengan pare, melon dan timun. Genus Luffa sendiri terdiri dari beberapa spesies, di antaranya ialah
Luffa acutangula (Angled luffa, Ridged Luffa);Luffa aegyptiaca (Smooth luffa, Egyptian luffa); Luffa
operculata (Spongecucumber); dan Luffa cylindrical. Luffa acutangula adalah gambas dengan
permukaankulit beralur, dan paling banyak dibudidayakan sebagai sayuran di Indonesia.Sebenarnya
Luffa acutangula mampu mencapai panjang lebih dari 0,5 m. Namun diIndonesia, panjang gambas
Luffa acutangula hanya sekitar 30 cm.Gambas Luffa aegyptiaca berpermukaan kulit licin, warna kulit
buah agak kekuningan. Gambas Luffa aegyptiaca hanya dibudidayakan untuk diambil sponsnya.
Meskipun buah mudanya juga enak disayur, namun masyarakat Indonesia sudah terlanjur familier
dengan gambas Luffa acutangula yang permukaan kulitnya beralur. Gambas Luffa operculata
berbentuk bulat, bukan memanjang seperti gambas biasanya. Selain itu permukaan kulit gambas
Luffa operculata dipenuhi tonjolan mirip dengan permukaan kulit sirsak. Terakhir, gambas Luffa
cylindrica yang bentuknya sama dengan gambas Luffa aegyptiaca, hanya pangkal dan ujungnya lebih
meruncing, serta warna kulitnya hijau tua.

Morfologi dari tanaman ini yaitu pada daun memiliki tekstur permukaan yang kasar yang amat mirip
dengan daun mentimun, tetapi lebih besardan bersudut lebih banyak dengan cuping yang lebih
beragam. Batangnya bersudut empat atau lima dengan sulur bercabang. Bunga berwarna kuning,
berdiameter sekitar 5 cm. Bunga jantan 5-10 kuntum, berkelompok dalam tandan dan ketiak daun
sedangkan bunga betina tumbuh tunggal dan juga terbentuk padaketiak daun yang sama. Bunga
Luffa acutangula berbunga pada sore hari. Penyerbukan sangat kurang sehingga, dapat
menyebabkan buah terbentuk tidak sempurna. Perlakuan dengan zat pengatur tumbuh, asam indol
asetat (Indole Acetic Acetat – IAA) dapat mengurangi nisbah bunga jantan terhadap bunga betina
dan hari pendek cenderung meningkatkan pembungaan betina. Pada saat penyerbukan tidak
memadai, banyak terbentuk biji hitam pipih, panjang sekitar 12mm dan lebar 8 mm (Rubatzky et al.,
1997).

2.2 Jenis Dan Varietas

Jenis atau spesies tanaman gambas pada dasarnya bermacam-macam seperti Varietas gambas F1 ini
sangat kuat dan Tahan Penyakit , mudah dalam hal perawatan tanaman. Gambas jenis F1 Memiliki
daya adaptasi yang sangat tinggi terhadap macam jenis tanah. Cocok ditanam pada dataran
tinggi,dataran rendah sampai menengah.

Bentuk buah Gambas langsing dengan ujung meruncing 35 cm hingga 50 cm , diameter buah 4-5 cm.
Buah memiliki warna hijau , rasanya enak manis,tekstur buah berserat halus.Umur panen Gambas 35
HST sampai 40 HST- hari setelah tanam.

2.3 Hama Dan Penyakit

Hama yang dapat menyerang pada tanaman oyong ialah cacantal (seperti ulat), gejalanya daun
menjadi korokan. Chrysomelidae (Aula copora), gejalanya menyebabkan daun dan buah berlubang.
Liriomyza sp, gejalanya menyebabkan korokan pada daun. Ulat(Pyrallidae), gejalanya daun menjadi
trasnparan. Thrips, gejalanya banyak terdapat di permukaan bawah daun sehingga daun menjadi
kering (Adnyani, 2010).

Menurut Sutrisno (2010), hama yang dapat menyerang tanaman oyong diantaranya adalah kumbang
daun, ulat grayak, ulat tanah dan lalat buah. Pengendalian hama tersebut dilakukan tergantung pada
hama yang menyerang. Bila harus menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang relatif aman
sesuai rekomendasi dan penggunaan pestisida hendaknya tepat dalam pemilihan jenis, dosis,
volume semprot, waktu aplikasi, interval aplikasi serta cara aplikasinya.

Penyakit yang ditemukan pada tanaman oyong adalah menguningnya dan berlubangnya daun
oyong. Munculnya bercak-bercak kuning pada daun oyong menandakan bahwa tanaman oyong
terserang penyakit. Bercak tersebut lama-lama menyebabkan daun menguning dan menjadi kering
dan akhirnya buah oyong bisa membusuk (Adnyani, 2010).

Menurut Sutrisno (2010), penyakit yang bias menyerang tanaman oyong adalah busuk daun, embun
tepung, antraknos, layu bakteri dan virus mosaik. Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman
oyong dapat dilakukan dengan membersihkan daerah di sekitar bedengan termasuk mencabuti
rumput liar atau gulma yang ada di sekitar tanaman serta menyemprotkan pestisida yang relatif
aman untuk membunuh hama yang dapat menjadi salah satu faktor perantara penyakit yang
menyerang tanaman oyong

2.4 Budi Daya Tanaman Holtikultura Gambas

Cara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru. Gambas dalam bahasa latin Gambas memiliki nama
Luffa acutangula di malaysia dikenal dengan nama Ketola sedangkan di filipina dikenal dengan nama
Patola. Gambas sendiri berasal dari India, dibudidayakan di Asia Utara dan Asia Tenggara.

Gambas, blustru, oyong, (Luffa Sp), adalah tanaman sayuran yang merambat dengan akar panjatnya.
Gambas dibudidayakan untuk dipanen buah mudanya sebagai sayuran. Gambas biasa disayur
bening, dengan jagung muda, daun katuk, taoge kedelai, dan bumbu bawang merah serta temu
kunci. Namun gambas juga bisa dioseng-oseng (tumis) atau sayur bobor, lodeh serta bumbu lainnya.
Gambas dipercaya mampu menstabilkan gula darah, menurunkan kadar kolesterol serta tekanan
darah. Bagi ibu-ibu yang menyusui, sayuran gambas dengan daun katuk dipercaya mampu
meningkatkan air susu.

Gambas merupakan tanaman semusim. Budidaya gambas dilakukan di sawah-sawah, bersamaan


dengan budidaya pare, mentimun dan sayuran lainnya. Karena merupakan tanaman memanjat,
maka gambas dibudidayakan di atas bedengan, dengan ajir dan tali pengikat sebagai panjatan.
Dibanding dengan mentimun, gambas relatif lebih tahan terhadap serangan cendawan fusarium
maupun bakteri pseudomonas. Namun gambas, sama halnya dengan pare, sangat rentan terhadap
gangguan larva kepik Lepidoptera terutama Hypercompe albicornis, yang akan menghabiskan
seluruh daun gambas, hingga tinggal batang dengan sulurnya.
Gambas merupakan tumbuhan asli Asia dan Afrika Tropis. Di RRC, gambas tidak hanya dikonsumsi
buah mudanya, melainkan juga pucuk, berikut daun muda dan bakal bunga. Buah yang telah tua,
akan menghasilkan spons dan biji. Spons gambas merupakan bahan pembersih badan maupun
cucian di dapur, yang belakangan ini semakin populer, karena merupakan bahan organik. Di AS,
gambas dibudidayakan secara besar-besaran untuk dipanen sponsnya, guna diekspor ke Jepang. Biji
gambah yang volumenya cukup besar, menghasilkan lemak nabati, yang bisa dijadikan minyak
goreng.

Gambas merupakan tumbuhan genus Luffa, keluarga Cucurbitaceae, hingga masih bersaudara
dengan pare, melon dan timun. Genus Luffa sendiri terdiri dari beberapa spesies, di antaranya ialah
Luffa acutangula (Angled luffa, Ridged Luffa); Luffa aegyptiaca (Smooth luffa, Egyptian luffa); Luffa
operculata (Sponge cucumber); dan Luffa cylindrica. Luffa acutangula adalah gambas dengan
permukaan kulit beralur, dan paling banyak dibudidayakan sebagai sayuran di Indonesia. Sebenarnya
Luffa acutangula mampu mencapai panjang lebih dari 0,5 m. Namun di Indonesia, panjang gambas
Luffa acutangula hanya sekitar 30 cm.

Gambas Luffa aegyptiaca berpermukaan kulit licin, warna kulit buah agak kekuningan. Gambas Luffa
aegyptiaca hanya dibudidayakan untuk diambil sponsnya. Meskipun buah mudanya juga enak
disayur, namun masyarakat Indonesia sudah terlanjur familier dengan gambas Luffa acutangula yang
permukaan kulitnya beralur. Gambas Luffa operculata berbentuk bulat, bukan memanjang seperti
gambas biasanya. Selain itu permukaan kulit gambas Luffa operculata dipenuhi tonjolan mirip
dengan permukaan kulit sirsak. Terakhir, gambas Luffa cylindrica yang bentuknya sama dengan
gambas Luffa aegyptiaca, hanya pangkal dan ujungnya lebih meruncing, serta warna kulitnya hijau
tua.

Nama latin gambas Luffa, berasal dari bahasa Arab Loofah atau Lufah (‫)لوف‬, yang berarti kain atau
lap untuk mencuci. Sebab di Timur Tengah, gambas tidak hanya dimanfaatkan buah mudanya
sebagai sayuran, melainkan juga dipanen tua untuk diambil sponsnya. Meskipun lebih cepat rusak,
spons dari gambas sekarang makin populer untuk membersihkan badan (mandi), maupun untuk
mencuci piring. Sebab trend untuk kembali memanfaatkan produk organik sekarang semakin marak.
Hingga budidaya gambas tidak hanya sekadar untuk menghasilkan sayuran, melainkan juga untuk
memproduksi spons organik (alami). Peluang ekspor spons gambas ke Jepang, selama ini telah
dimanfaatkan dengan cukup baik justru oleh petani AS.

Gambas dibudidayakan dengan benih biji. Buah gambas memproduksi benih dalam volume sangat
besar. Biji gambas mirip dengan biji semangka, namun ukurannya lebih besar. Bentuk biji gambas
seperti biji labu, hanya warnanya bukan putih melainkan hitam. Karena volume biji gambas dalam
tiap buah relatif besar, maka para petani juga mengumpulkan biji ini untuk diolah menjadi minyak
nabati. Minyak biji gambas bisa dijadikan minyak goreng biasa, tetapi bisa juga menjadi alternatif
bahan bakar nabati. Ampas dari agroindustri minyak biji gambas berupa bungkil, yang merupakan
bahan pakan ternak yang cukup penting. Hingga potensi ekonomis gambas, sebenarnya cukup
menarik.

Biji gambas bisa tahan disimpan sampai lebih setahun, asalkan masih berada dalam buah keringnya.
Buah kering itu juga harus disimpan di tempat yang kering. Masyarakat pedesaan biasa menyimpan
benih labu, pare, gambas, kecipir dan lain-lain di para-para di atas tungku dapur. Biji gambas akan
segera berkecambah apabila tersiram air. Namun tanaman muda sangat rentan terhadap gangguan
hama, penyakit serta cuaca. Karenanya gambas memproduksi biji sebanyak mungkin, sebab secara
alami, hanya akan ada satu atau dua tanaman yang bisa tumbuh dan kembali menghasilkan biji.
Namun dalam budidaya, hampir semua biji gambas akan terus tumbuh menjadi individu tanaman
baru.

Bunga gambas berwarna kuning cerah serta berukuran cukup besar. Garis tengah bunga gambas
mencapai 5 cm. Bunga jantan terpisah dari bunga betina. Bunga jantan berjumlah lebih banyak, serta
mahkotanya berukuran lebih besar dibanding dengan bunga betinanya. Bunga betina gambas,
seperti halnya tanaman Cucurbitaceae lainnya, mekar pada ujung pentil buah. Begitu bunga betina
ini terserbuki, mahkotanya akan layu, tetapi pentil buah itu segera tumbuh menjadi buah.
Pertumbuhan buah keluarga Cucurbitaceae sangat cepat. Dalam waktu beberapa hari, pentil buah
gambas itu akan menggembung beberapa kali lipat dari ukuran sebelumnya.

Umur tanaman gambas bisa mencapai satu tahun lebih. Artinya, biji gambas yang tumbuh pada awal
musim penghujan, bisa tetap hidup pada musim penghujan berikutnya. Beda dengan kacang
panjang, buncis, yang umur tanamannya hanya lima bulan. Hingga dalam budidaya keluarga
Cucurbitaceae petani selalu memanfaatkan lahan-lahan yang tidak akan digunakan untuk budidaya
tanaman lain. Atau mereka hanya akan memanfaatkan pinggiran petakan lahan, bantaran kolam
atau saluran air. Keuntungan petani akan bertambah besar, apabila gambas tidak hanya
dibudidayakan untuk sayuran, melainkan juga sebagai penghasil spons, minyak nabati serta bungkil
sebagai bahan pakan ternak. Berikut adalah gambar gambas

Syarat Tumbuh Tanaman Gambas :

- Cocok pada daerah beriklim tropis (25 ° C), altitude 0-500 dpl

- Tekstur tanah lempung berpasir, pH 6.5 – 7.5

Kandungan Nutrisi Buah Gambas /100 g :

- Protein : 0.6 – 1.2 g

- Lemak : 0.2 g

- Karbohidrat : 4 – 4.9 g

- Kalsium : 16 – 20 mg

- Ferrum : 0.4 – 0.6 mg

- Posphat : 24 – 32 mg - Vitamin A : 45 – 410 IU

- Vitamin B1 : 0.04 – 0.05 mg


- Vitamin B2 : 0.02 – 0.06 mg

- Vitamin C : 7 – 12 mg

- Total energi : 87 Kj

Cara budidaya atau menanam gambas adalah sebagai berikut ini :

Persiapan lahan :

a. Bajak (ploughing)

Dilakukan pada min 20 hari sebelum tanam.

Tujuan : memperbaiki aerasi dan struktur tanah.

b. Rancah (swampy)

Dilakukan setelah lahan dibajak dan digaru tahap pertama.

Tujuan : Mengurangi gulma dan penyakit (land sterilization).

c. Klantang (land drying)

Dilakukan selama 1 minggu.

Tujuan : pengatusan lahan agar mudah dibuat bedengan.

d. Pembuatan Bedengan (bedding), got

Bedengan dibuat berhadapan untuk penempatan para-para.

Pemupukan Dasar (base fertilizing) :

Fertilizer : NPK (35-45 g/m2) atau campuran N,P,K 2:1:1

Dolomit : 1 kg/5m2

Manure : 1 kg/m2

Persiapan Tanam :

a. Persemaian (seedling)
Pembuatan media semai, menggunakan media coco peat dengan campuran NPK 1 kg/1m3. Media
dimasukkan ke dalam tray atau polybag.

Membuat bedengan semai, untuk melindungi bibit dipersemaian dari cuaca dan insek. Pemecahan
benih, bertujuan untuk mempercepat masa dormansi sehingga benih mudah berkecambah.Peram
benih (sowing), menggunakan kertas peram dalam kondisi lembab, dianjurkan disemprot fungisida
dosis rendah. Semai benih, setelah benih diperam 2-3 hari (keluar radikula).Perawatan persemaian,
dilakukan dengan penyiraman rutin. Apabila ada gejala serangan jamur atau insek, semprot dengan
insektisida atau fungisida dosis rendah.

Tanam (transplanting)

Dilakukan pada umur bibit 7-8 hari (keluar 2 daun) setelah benih disemai.

Dilakukan sortase bibit, dipilih bibit dengan vigor yang kokoh. Pemberian fungisida dan bakterisida,
dilarutkan dan dikocorkan pada bibit yang akan ditanam. Pengairan lahan pertanaman, dilakukan
sebelum pindah tanam. Pengairan dilakukan sampai kapasitas lapang. Tugal lubang tanam dan
aplikasi nematisida/insektisida.

Penanaman harus dilakukan dengan benar, posisi bibit jangan sampai menyentuh mulsa plastic

c. Training Tanaman

Ikat dan merambatkan sulur, dilakukan ketika tanaman mulai berumur ± 7 HST. Sulur harus
dirambatkan agar pertumbuhannya sesuai dengan arah lanjaran (± 15 HST). Wiwil, dilakukan dengan
cara memangkas cabang-cabang yang tumbuh pada ruas 1-5. Wiwil dilakukan agar pertumbuhan
vertikal tanaman lebih cepat.

d. Penyiangan (cleaning)

Dilakukan pada daerah di sekitar lubang tanam, got dan area antar bedeng

e. Pengairan (irrigation)

Pada musim kemarau/kondisi kering, pengairan dilakukan 1-2 kali seminggu.

Pada musim hujan, pengairan dilakukan dengan melihat kondisi tanah.

Pemupukan tanaman gambas :

Dilakukan ketika tanaman mengalami gangguan pertumbuhan vegetatif (defisiensi nitrogen). Pupuk
ZA (10 g/tan) diaplikasikan pada got kemudian dilakukan leb.
Pembuahan :

Polinasi pada gambas menggunakan bantuan angin atau serangga.

Pada kondisi vegetatif yang terlalu over atau hujan yang sangat deras, akan menghambat proses
pembuahan dan mengurangi jumlah buah yang terbentuk.

Dapat dilakukan pemangkasan cabang-cabang yang tidak produktif.

Proses awal pembuahan dimulai pada umur ± 30 HST.

Panen (harvesting) :

Panen dapat dilakukan pada umur ± 34 HST (± 6 HSB). Ciri-ciri buah yang siap dipanen adalah jika
cekungan pada buah mulai dangkal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari keseluruhan hasil penelitian dan pembahasan ini, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan,
yaitu:

※ Tanaman gambas adalah jenis tanaman sayuran buah yang memiliki peranan yang cukup penting
dalam pemenuhan gizi yang diperlukan manusia.

※ Agar tanaman gambas dapat tumbuh dengan baik, hendaknya jenis dan varietasnya ditentukan
terlebih dahulu sesuai dengan kondisi dan keadaan alam tempat yang akan dijadikan lahan.

※ Pada saat proses penyemaian benih dilakukan, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, seperti
ciri-ciri benih yang sehat, tempat penyemaian dan pemeliharaan tanaman gambas tersebut.

B. Saran

Adapun saran saya kepada pemerintah, masyarakat serta para petani yang berkaitan dengan
pembahasan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

※ Diharapkan penelitian ini terus dilanjutkan dan untu jenis-jenis tanaman lainnya agar masyarakat
luas dapat lebih mengetahui jenis tanaman yang sering mereka jumpai.

※ Pemerintah juga perlu mengadakan sosialisasi kepada para petani sayur agar mereka mendapat
informasi mengenai teknik dan cara bertanam yang akan menghasilkan pandn yang berlimpah.

※ Para petani dan juga masyarakat hendaknya tetap menjaga dan membudidayakan jenis flora yang
ada di daerahnya masing-masing agar kekayaan flora dan rempah-rempah indonesia tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Tanaman Budidaya Gambas yang baik. Serial Online http://www.lembaga penelitian
hortikultura.com. Diakses 24 Oktober 2011

Berdardinus. 2001. Pengolahan Tanaman Untuk Tanaman Gambas. Serial Online http://
www.anekaplanta.wordpress. com. Diakses 24 Oktober 2011

Prajnanta. 2003. Tata Cara Penanaman Gambas Pada Lahan Miring. Agro Media Pustaka: Jakarta
Rustam. 2001. Tehnik Penanaman Gambas. Serial Online http://www. genesa exad.com . Diakses 24
Oktober 2011

Suseno. 2004.Cara Penanaman Gambas Yang Ideal. Serial Online http://www. Penanaman dan KATA
PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunianya-Nya lah, peneliti dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah yang berjudul ”GAMBAS”.
Karya ilmiah ini dikembangkan dalam rangka memenuhi tugas bahasa Indonesia.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, peneliti banyak mendapat
bantuan dari sumber-sumber data berupa materi, dan oleh karena itu dalam pengantar ini peneliti
ingin mengucapkan banyak terima kasih atas semua bantuan-bantuan, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi kita semua, baik bagi peneliti sendiri maupun para pembaca.

B.Srikaton, 01 Maret 2016

Peneliti

Wulan Sapitri
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

MOTTO..................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan.................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi dan Morfologi................................................................................................... 3


2.2 Jenis dan Varietas................................................................................................................ 4

2.3 Hama dan Penyakit.............................................................................................................. 5

2.4 Budidaya Tanaman Holtikultra Gambas............................................................................. 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimplan.......................................................................................................................... 13

3.2 Saran.................................................................................................................................. 13

Daftar Pustaka......................................................................................................................... 14

Biodata

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia terletak di daerah tropis. Hal ini menyebabkan keanekaragaman tanaman di Indonesia.
Berbagai macam tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Gambas
atau yang lebih dikenal dengan nama oyong merupakan salah satu jenis sayuran potensial yang
kurang mendapat perhatian dikalanagan petan.namun akhir- akhir ini tanaman gambas atau ridged
gourd yang memiliki nama latin (Luffa acutangula) ini merupakan jenis sayuran yang telah lama
dikenal dan ditanam oleh petani di negara kita. Hal inilah yang menyebabkan peluang pasar gambas
semakin cerah.

Gambas merupakan tanaman semusim. Budidaya gambas dilakukan di sawah-sawah, bersamaan


dengan budidaya pare, mentimun dan sayuran lainnya. Karena merupakan tanaman memanjat,
maka gambas dibudidayakan di atas bedengan,dengan ajir dan tali pengikat sebagai panjatan.
Dibanding dengan mentimun, gambas relatif lebih tahan terhadap serangan cendawan fusarium
maupun bakteri pseudomonas. Namun gambas, sama halnya dengan pare, sangat rentan terhadap
gangguan larva kepik Lepidoptera terutama Hypercompe albicornis, yang akan menghabiskan
seluruh daun gambas, hingga tinggal batang dengan sulurnya.Gambas merupakan tumbuhan asli
Asia dan Afrika Tropis. Di RRC, gambas tidak hanya dikonsumsi buah mudanya, melainkan juga
pucuk, berikut daun muda dan bakal bunga. Buah yang telah tua, akan menghasilkan spons dan biji.
Sponsgambas merupakan bahan pembersih badan maupun cucian di dapur, yang belakangan ini
semakin populer, karena merupakan bahan organik. Di AS, gambas dibudidayakan secara besar-
besaran untuk dipanen sponsnya, guna diekspor keJepang. Biji gambas yang volumenya cukup besar,
menghasilkan lemak nabati, yang bisa dijadikan minyak goreng.

kelebihan oyong (Luffa acutangula) dibandingkan tanaman sejenis lainnya yaitu tanaman ini dapat di
budidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Pertumbuhannya pun mudah, tidak harus
memerlukan perawatan yang khusus, hanya memerlukan turus/ajir sebagai media rambatannya
karena oyong adalah tipe tanaman yang batangnya merambat, namun oyong dapat juga
dirambatkan pada pagar-pagar atau pohon-pohon yang ada di sekitarnya dan umur panen tanaman
oyong juga tergolong cukup cepat.

buah oyong dapat digunakan sebagai obat bagi penderita penyakit demam. Di dalam tubuh manusia,
buah oyong mempunyai khasiat untuk membersihkan darah. Daunnya yang masih muda (pucuknya)
pun dapat disayur, sementara buah oyong yang telah tua dan kering baik sekali untuk spons
penggosok untuk mencuci. Buah oyong juga mengandung vitamin A , B dan C yang bagus untuk
sistem kekebalan tubuh.

Buah gambas memiliki beberapa keunggulan yaitu mengandumg nilai gizi yang tinggi,citra rasa
enak,produksi tinggi,pemasan lebih mudah dan banyak di gemari oleh masyarakat luas.selain itu biji
buah gambas juga bisah di produksi menjadi minyak goreng dan sponsnya dijadikan bahan pembersi
badan maupun cucian di dapur.
1.2 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan laporan budidaya tanaman gambas adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi Dan Morfologi

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman gambas diklasifikasikan sebagai


berikut:

Kingdom : plantae

Subkingdom : tracheobionta

Divisi : magnoliophiyta

Kelas : magnoliopsida

Subkelas : dilleniidae

Ordo : violales

Famili : cucurbitaceae
Genus : luffa

Spesies : luffa acutangula

Gambas merupakan tumbuhan genus Luffa, keluarga Cucurbitaceae, hingga masih bersaudara
dengan pare, melon dan timun. Genus Luffa sendiri terdiri dari beberapa spesies, di antaranya ialah
Luffa acutangula (Angled luffa, Ridged Luffa);Luffa aegyptiaca (Smooth luffa, Egyptian luffa); Luffa
operculata (Spongecucumber); dan Luffa cylindrical. Luffa acutangula adalah gambas dengan
permukaankulit beralur, dan paling banyak dibudidayakan sebagai sayuran di Indonesia.Sebenarnya
Luffa acutangula mampu mencapai panjang lebih dari 0,5 m. Namun diIndonesia, panjang gambas
Luffa acutangula hanya sekitar 30 cm.Gambas Luffa aegyptiaca berpermukaan kulit licin, warna kulit
buah agak kekuningan. Gambas Luffa aegyptiaca hanya dibudidayakan untuk diambil sponsnya.
Meskipun buah mudanya juga enak disayur, namun masyarakat Indonesia sudah terlanjur familier
dengan gambas Luffa acutangula yang permukaan kulitnya beralur. Gambas Luffa operculata
berbentuk bulat, bukan memanjang seperti gambas biasanya. Selain itu permukaan kulit gambas
Luffa operculata dipenuhi tonjolan mirip dengan permukaan kulit sirsak. Terakhir, gambas Luffa
cylindrica yang bentuknya sama dengan gambas Luffa aegyptiaca, hanya pangkal dan ujungnya lebih
meruncing, serta warna kulitnya hijau tua.

Morfologi dari tanaman ini yaitu pada daun memiliki tekstur permukaan yang kasar yang amat mirip
dengan daun mentimun, tetapi lebih besardan bersudut lebih banyak dengan cuping yang lebih
beragam. Batangnya bersudut empat atau lima dengan sulur bercabang. Bunga berwarna kuning,
berdiameter sekitar 5 cm. Bunga jantan 5-10 kuntum, berkelompok dalam tandan dan ketiak daun
sedangkan bunga betina tumbuh tunggal dan juga terbentuk padaketiak daun yang sama. Bunga
Luffa acutangula berbunga pada sore hari. Penyerbukan sangat kurang sehingga, dapat
menyebabkan buah terbentuk tidak sempurna. Perlakuan dengan zat pengatur tumbuh, asam indol
asetat (Indole Acetic Acetat – IAA) dapat mengurangi nisbah bunga jantan terhadap bunga betina
dan hari pendek cenderung meningkatkan pembungaan betina. Pada saat penyerbukan tidak
memadai, banyak terbentuk biji hitam pipih, panjang sekitar 12mm dan lebar 8 mm (Rubatzky et al.,
1997).

2.2 Jenis Dan Varietas

Jenis atau spesies tanaman gambas pada dasarnya bermacam-macam seperti Varietas gambas F1 ini
sangat kuat dan Tahan Penyakit , mudah dalam hal perawatan tanaman. Gambas jenis F1 Memiliki
daya adaptasi yang sangat tinggi terhadap macam jenis tanah. Cocok ditanam pada dataran
tinggi,dataran rendah sampai menengah.
Bentuk buah Gambas langsing dengan ujung meruncing 35 cm hingga 50 cm , diameter buah 4-5 cm.
Buah memiliki warna hijau , rasanya enak manis,tekstur buah berserat halus.Umur panen Gambas 35
HST sampai 40 HST- hari setelah tanam.

2.3 Hama Dan Penyakit

Hama yang dapat menyerang pada tanaman oyong ialah cacantal (seperti ulat), gejalanya daun
menjadi korokan. Chrysomelidae (Aula copora), gejalanya menyebabkan daun dan buah berlubang.
Liriomyza sp, gejalanya menyebabkan korokan pada daun. Ulat(Pyrallidae), gejalanya daun menjadi
trasnparan. Thrips, gejalanya banyak terdapat di permukaan bawah daun sehingga daun menjadi
kering (Adnyani, 2010).

Menurut Sutrisno (2010), hama yang dapat menyerang tanaman oyong diantaranya adalah kumbang
daun, ulat grayak, ulat tanah dan lalat buah. Pengendalian hama tersebut dilakukan tergantung pada
hama yang menyerang. Bila harus menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang relatif aman
sesuai rekomendasi dan penggunaan pestisida hendaknya tepat dalam pemilihan jenis, dosis,
volume semprot, waktu aplikasi, interval aplikasi serta cara aplikasinya.

Penyakit yang ditemukan pada tanaman oyong adalah menguningnya dan berlubangnya daun
oyong. Munculnya bercak-bercak kuning pada daun oyong menandakan bahwa tanaman oyong
terserang penyakit. Bercak tersebut lama-lama menyebabkan daun menguning dan menjadi kering
dan akhirnya buah oyong bisa membusuk (Adnyani, 2010).

Menurut Sutrisno (2010), penyakit yang bias menyerang tanaman oyong adalah busuk daun, embun
tepung, antraknos, layu bakteri dan virus mosaik. Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman
oyong dapat dilakukan dengan membersihkan daerah di sekitar bedengan termasuk mencabuti
rumput liar atau gulma yang ada di sekitar tanaman serta menyemprotkan pestisida yang relatif
aman untuk membunuh hama yang dapat menjadi salah satu faktor perantara penyakit yang
menyerang tanaman oyong

2.4 Budi Daya Tanaman Holtikultura Gambas

Cara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru. Gambas dalam bahasa latin Gambas memiliki nama
Luffa acutangula di malaysia dikenal dengan nama Ketola sedangkan di filipina dikenal dengan nama
Patola. Gambas sendiri berasal dari India, dibudidayakan di Asia Utara dan Asia Tenggara.

Gambas, blustru, oyong, (Luffa Sp), adalah tanaman sayuran yang merambat dengan akar panjatnya.
Gambas dibudidayakan untuk dipanen buah mudanya sebagai sayuran. Gambas biasa disayur
bening, dengan jagung muda, daun katuk, taoge kedelai, dan bumbu bawang merah serta temu
kunci. Namun gambas juga bisa dioseng-oseng (tumis) atau sayur bobor, lodeh serta bumbu lainnya.
Gambas dipercaya mampu menstabilkan gula darah, menurunkan kadar kolesterol serta tekanan
darah. Bagi ibu-ibu yang menyusui, sayuran gambas dengan daun katuk dipercaya mampu
meningkatkan air susu.

Gambas merupakan tanaman semusim. Budidaya gambas dilakukan di sawah-sawah, bersamaan


dengan budidaya pare, mentimun dan sayuran lainnya. Karena merupakan tanaman memanjat,
maka gambas dibudidayakan di atas bedengan, dengan ajir dan tali pengikat sebagai panjatan.
Dibanding dengan mentimun, gambas relatif lebih tahan terhadap serangan cendawan fusarium
maupun bakteri pseudomonas. Namun gambas, sama halnya dengan pare, sangat rentan terhadap
gangguan larva kepik Lepidoptera terutama Hypercompe albicornis, yang akan menghabiskan
seluruh daun gambas, hingga tinggal batang dengan sulurnya.

Gambas merupakan tumbuhan asli Asia dan Afrika Tropis. Di RRC, gambas tidak hanya dikonsumsi
buah mudanya, melainkan juga pucuk, berikut daun muda dan bakal bunga. Buah yang telah tua,
akan menghasilkan spons dan biji. Spons gambas merupakan bahan pembersih badan maupun
cucian di dapur, yang belakangan ini semakin populer, karena merupakan bahan organik. Di AS,
gambas dibudidayakan secara besar-besaran untuk dipanen sponsnya, guna diekspor ke Jepang. Biji
gambah yang volumenya cukup besar, menghasilkan lemak nabati, yang bisa dijadikan minyak
goreng.

Gambas merupakan tumbuhan genus Luffa, keluarga Cucurbitaceae, hingga masih bersaudara
dengan pare, melon dan timun. Genus Luffa sendiri terdiri dari beberapa spesies, di antaranya ialah
Luffa acutangula (Angled luffa, Ridged Luffa); Luffa aegyptiaca (Smooth luffa, Egyptian luffa); Luffa
operculata (Sponge cucumber); dan Luffa cylindrica. Luffa acutangula adalah gambas dengan
permukaan kulit beralur, dan paling banyak dibudidayakan sebagai sayuran di Indonesia. Sebenarnya
Luffa acutangula mampu mencapai panjang lebih dari 0,5 m. Namun di Indonesia, panjang gambas
Luffa acutangula hanya sekitar 30 cm.

Gambas Luffa aegyptiaca berpermukaan kulit licin, warna kulit buah agak kekuningan. Gambas Luffa
aegyptiaca hanya dibudidayakan untuk diambil sponsnya. Meskipun buah mudanya juga enak
disayur, namun masyarakat Indonesia sudah terlanjur familier dengan gambas Luffa acutangula yang
permukaan kulitnya beralur. Gambas Luffa operculata berbentuk bulat, bukan memanjang seperti
gambas biasanya. Selain itu permukaan kulit gambas Luffa operculata dipenuhi tonjolan mirip
dengan permukaan kulit sirsak. Terakhir, gambas Luffa cylindrica yang bentuknya sama dengan
gambas Luffa aegyptiaca, hanya pangkal dan ujungnya lebih meruncing, serta warna kulitnya hijau
tua.

Nama latin gambas Luffa, berasal dari bahasa Arab Loofah atau Lufah (‫)لوف‬, yang berarti kain atau
lap untuk mencuci. Sebab di Timur Tengah, gambas tidak hanya dimanfaatkan buah mudanya
sebagai sayuran, melainkan juga dipanen tua untuk diambil sponsnya. Meskipun lebih cepat rusak,
spons dari gambas sekarang makin populer untuk membersihkan badan (mandi), maupun untuk
mencuci piring. Sebab trend untuk kembali memanfaatkan produk organik sekarang semakin marak.
Hingga budidaya gambas tidak hanya sekadar untuk menghasilkan sayuran, melainkan juga untuk
memproduksi spons organik (alami). Peluang ekspor spons gambas ke Jepang, selama ini telah
dimanfaatkan dengan cukup baik justru oleh petani AS.
Gambas dibudidayakan dengan benih biji. Buah gambas memproduksi benih dalam volume sangat
besar. Biji gambas mirip dengan biji semangka, namun ukurannya lebih besar. Bentuk biji gambas
seperti biji labu, hanya warnanya bukan putih melainkan hitam. Karena volume biji gambas dalam
tiap buah relatif besar, maka para petani juga mengumpulkan biji ini untuk diolah menjadi minyak
nabati. Minyak biji gambas bisa dijadikan minyak goreng biasa, tetapi bisa juga menjadi alternatif
bahan bakar nabati. Ampas dari agroindustri minyak biji gambas berupa bungkil, yang merupakan
bahan pakan ternak yang cukup penting. Hingga potensi ekonomis gambas, sebenarnya cukup
menarik.

Biji gambas bisa tahan disimpan sampai lebih setahun, asalkan masih berada dalam buah keringnya.
Buah kering itu juga harus disimpan di tempat yang kering. Masyarakat pedesaan biasa menyimpan
benih labu, pare, gambas, kecipir dan lain-lain di para-para di atas tungku dapur. Biji gambas akan
segera berkecambah apabila tersiram air. Namun tanaman muda sangat rentan terhadap gangguan
hama, penyakit serta cuaca. Karenanya gambas memproduksi biji sebanyak mungkin, sebab secara
alami, hanya akan ada satu atau dua tanaman yang bisa tumbuh dan kembali menghasilkan biji.
Namun dalam budidaya, hampir semua biji gambas akan terus tumbuh menjadi individu tanaman
baru.

Bunga gambas berwarna kuning cerah serta berukuran cukup besar. Garis tengah bunga gambas
mencapai 5 cm. Bunga jantan terpisah dari bunga betina. Bunga jantan berjumlah lebih banyak, serta
mahkotanya berukuran lebih besar dibanding dengan bunga betinanya. Bunga betina gambas,
seperti halnya tanaman Cucurbitaceae lainnya, mekar pada ujung pentil buah. Begitu bunga betina
ini terserbuki, mahkotanya akan layu, tetapi pentil buah itu segera tumbuh menjadi buah.
Pertumbuhan buah keluarga Cucurbitaceae sangat cepat. Dalam waktu beberapa hari, pentil buah
gambas itu akan menggembung beberapa kali lipat dari ukuran sebelumnya.

Umur tanaman gambas bisa mencapai satu tahun lebih. Artinya, biji gambas yang tumbuh pada awal
musim penghujan, bisa tetap hidup pada musim penghujan berikutnya. Beda dengan kacang
panjang, buncis, yang umur tanamannya hanya lima bulan. Hingga dalam budidaya keluarga
Cucurbitaceae petani selalu memanfaatkan lahan-lahan yang tidak akan digunakan untuk budidaya
tanaman lain. Atau mereka hanya akan memanfaatkan pinggiran petakan lahan, bantaran kolam
atau saluran air. Keuntungan petani akan bertambah besar, apabila gambas tidak hanya
dibudidayakan untuk sayuran, melainkan juga sebagai penghasil spons, minyak nabati serta bungkil
sebagai bahan pakan ternak. Berikut adalah gambar gambas

Syarat Tumbuh Tanaman Gambas :

- Cocok pada daerah beriklim tropis (25 ° C), altitude 0-500 dpl

- Tekstur tanah lempung berpasir, pH 6.5 – 7.5

Kandungan Nutrisi Buah Gambas /100 g :

- Protein : 0.6 – 1.2 g

- Lemak : 0.2 g
- Karbohidrat : 4 – 4.9 g

- Kalsium : 16 – 20 mg

- Ferrum : 0.4 – 0.6 mg

- Posphat : 24 – 32 mg - Vitamin A : 45 – 410 IU

- Vitamin B1 : 0.04 – 0.05 mg

- Vitamin B2 : 0.02 – 0.06 mg

- Vitamin C : 7 – 12 mg

- Total energi : 87 Kj

Cara budidaya atau menanam gambas adalah sebagai berikut ini :

Persiapan lahan :

a. Bajak (ploughing)

Dilakukan pada min 20 hari sebelum tanam.

Tujuan : memperbaiki aerasi dan struktur tanah.

b. Rancah (swampy)

Dilakukan setelah lahan dibajak dan digaru tahap pertama.

Tujuan : Mengurangi gulma dan penyakit (land sterilization).

c. Klantang (land drying)

Dilakukan selama 1 minggu.

Tujuan : pengatusan lahan agar mudah dibuat bedengan.

d. Pembuatan Bedengan (bedding), got

Bedengan dibuat berhadapan untuk penempatan para-para.

Pemupukan Dasar (base fertilizing) :


Fertilizer : NPK (35-45 g/m2) atau campuran N,P,K 2:1:1

Dolomit : 1 kg/5m2

Manure : 1 kg/m2

Persiapan Tanam :

a. Persemaian (seedling)

Pembuatan media semai, menggunakan media coco peat dengan campuran NPK 1 kg/1m3. Media
dimasukkan ke dalam tray atau polybag.

Membuat bedengan semai, untuk melindungi bibit dipersemaian dari cuaca dan insek. Pemecahan
benih, bertujuan untuk mempercepat masa dormansi sehingga benih mudah berkecambah.Peram
benih (sowing), menggunakan kertas peram dalam kondisi lembab, dianjurkan disemprot fungisida
dosis rendah. Semai benih, setelah benih diperam 2-3 hari (keluar radikula).Perawatan persemaian,
dilakukan dengan penyiraman rutin. Apabila ada gejala serangan jamur atau insek, semprot dengan
insektisida atau fungisida dosis rendah.

Tanam (transplanting)

Dilakukan pada umur bibit 7-8 hari (keluar 2 daun) setelah benih disemai.

Dilakukan sortase bibit, dipilih bibit dengan vigor yang kokoh. Pemberian fungisida dan bakterisida,
dilarutkan dan dikocorkan pada bibit yang akan ditanam. Pengairan lahan pertanaman, dilakukan
sebelum pindah tanam. Pengairan dilakukan sampai kapasitas lapang. Tugal lubang tanam dan
aplikasi nematisida/insektisida.

Penanaman harus dilakukan dengan benar, posisi bibit jangan sampai menyentuh mulsa plastic

c. Training Tanaman

Ikat dan merambatkan sulur, dilakukan ketika tanaman mulai berumur ± 7 HST. Sulur harus
dirambatkan agar pertumbuhannya sesuai dengan arah lanjaran (± 15 HST). Wiwil, dilakukan dengan
cara memangkas cabang-cabang yang tumbuh pada ruas 1-5. Wiwil dilakukan agar pertumbuhan
vertikal tanaman lebih cepat.

d. Penyiangan (cleaning)

Dilakukan pada daerah di sekitar lubang tanam, got dan area antar bedeng

e. Pengairan (irrigation)
Pada musim kemarau/kondisi kering, pengairan dilakukan 1-2 kali seminggu.

Pada musim hujan, pengairan dilakukan dengan melihat kondisi tanah.

Pemupukan tanaman gambas :

Dilakukan ketika tanaman mengalami gangguan pertumbuhan vegetatif (defisiensi nitrogen). Pupuk
ZA (10 g/tan) diaplikasikan pada got kemudian dilakukan leb.

Pembuahan :

Polinasi pada gambas menggunakan bantuan angin atau serangga.

Pada kondisi vegetatif yang terlalu over atau hujan yang sangat deras, akan menghambat proses
pembuahan dan mengurangi jumlah buah yang terbentuk.

Dapat dilakukan pemangkasan cabang-cabang yang tidak produktif.

Proses awal pembuahan dimulai pada umur ± 30 HST.

Panen (harvesting) :

Panen dapat dilakukan pada umur ± 34 HST (± 6 HSB). Ciri-ciri buah yang siap dipanen adalah jika
cekungan pada buah mulai dangkal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan hasil penelitian dan pembahasan ini, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan,
yaitu:

※ Tanaman gambas adalah jenis tanaman sayuran buah yang memiliki peranan yang cukup penting
dalam pemenuhan gizi yang diperlukan manusia.

※ Agar tanaman gambas dapat tumbuh dengan baik, hendaknya jenis dan varietasnya ditentukan
terlebih dahulu sesuai dengan kondisi dan keadaan alam tempat yang akan dijadikan lahan.

※ Pada saat proses penyemaian benih dilakukan, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, seperti
ciri-ciri benih yang sehat, tempat penyemaian dan pemeliharaan tanaman gambas tersebut.

B. Saran

Adapun saran saya kepada pemerintah, masyarakat serta para petani yang berkaitan dengan
pembahasan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

※ Diharapkan penelitian ini terus dilanjutkan dan untu jenis-jenis tanaman lainnya agar masyarakat
luas dapat lebih mengetahui jenis tanaman yang sering mereka jumpai.

※ Pemerintah juga perlu mengadakan sosialisasi kepada para petani sayur agar mereka mendapat
informasi mengenai teknik dan cara bertanam yang akan menghasilkan pandn yang berlimpah.

※ Para petani dan juga masyarakat hendaknya tetap menjaga dan membudidayakan jenis flora yang
ada di daerahnya masing-masing agar kekayaan flora dan rempah-rempah indonesia tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Tanaman Budidaya Gambas yang baik. Serial Online http://www.lembaga penelitian
hortikultura.com. Diakses 24 Oktober 2011

Berdardinus. 2001. Pengolahan Tanaman Untuk Tanaman Gambas. Serial Online http://
www.anekaplanta.wordpress. com. Diakses 24 Oktober 2011

Prajnanta. 2003. Tata Cara Penanaman Gambas Pada Lahan Miring. Agro Media Pustaka: Jakarta

Rustam. 2001. Tehnik Penanaman Gambas. Serial Online http://www. genesa exad.com . Diakses 24
Oktober 2011

Suseno. 2004.Cara Penanaman Gambas Yang Ideal. Serial Online http://www. Penanaman dan
Perawatan. com. Diakses 24 Oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai