Disusun oleh :
Sri Muliani; 1705105010041
Saidatul Wulya; 1705105010005
Asmaul Husna; 17050105010014
Januar Rizki; 1705105010073
Dosen pembimbing:
Martunis, S.TP., M.Sc.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
BAB III. METODOLOGI ....................................................................................... 5
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 7
4.1 Proses Pengolahan Teh Celup ....................................................................... 7
4.2 Mesin dan Peralatan Industri ......................................................................... 8
KESIMPULAN ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin menginginkan
kepraktisan, termasuk dalam menyeduh teh. Terlihat pula dari perkembangan
konsumsi teh celup perkapita di Indonesia yang sangat pesat. Berdasarkan hasil
SUSENAS tahun 2015, rata-rata pertumbuhan konsumsi perkapita teh celup tahun
2011-2015 mencapai 14,82% per tahun (Pusdatin, 2015).
Proses pengolahan teh celup ini memerlukan alat dan mesin pengolah yang
tidak sedikit jumlahnya. Alat-alat dan mesin didesain dan dibuat sesuai dengan
tujuan penggunaan dan fungsinya masing-masing. Penggunaan alat dan mesin
tersebut akan berpengaruh terhadap mutu produksi yang dihasilkan. Disini kami
akan menjelaskan bagaimana proses pengolahan teh celup dan mesin apa saja
yang akan digunakan dalam menunjang produksi teh celup.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Teh celup merupakan produk olahan teh yang dikemas dalam kantung
(bag) yang terbuat dari filter paper (kantong kertas celup dari bahan tissue dan
tahan panas (Handayani, 2010). Keunggulan yang menjadi nilai tambah dari teh
celup adalah cara penyajiannya yang praktis, rasa teh yang tetap terjaga,
kebersihan dari hasil seduhan, serta hemat dalam jumlah pemakaiannya (Atmojo,
2012).
Teh hitam merupakan olahan daun teh (Camelia sinensis) yang paling
banyak dikonsumsi oleh seluruh orang di dunia. Sekitar 80% dari seluruh orang di
dunia mengkonsumsi teh hitam dan menjadi salah satu jenis teh yang paling
digemari di Amerika, Eropa, dan Indonesia. Teh hitam berkhasiat untuk
mencegah beberapa macam penyakit, diantaranya kanker, jantung koroner,
menurunkan kadar kolesterol dalam darah, dan mencegah penuaan dini, yang
disebabkan adanya kandungan senyawa antioksidan (Danang, 2011).
Tanaman teh (Camellia sinensis) berbentuk pohon. Tingginya biasanya
mencapai belasan meter. Namun, Tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas
untuk memudahkan pemetikan sehingga tingginya 90120 meter. Mahkota
tanaman teh berbentuk kerucut, daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur
terbalik. Tepi daun bergerigi, daun tunggal dan letaknya hampir berseling. Tulang
daun menyirip, permukaan atas daun muda berbulu halus sedangkan permukaan
bawahnya bulunya hanya sedikit. Permukaan daun tua halus dan tidak berbulu
lagi. Bunga teh berwarna putih dengan serbuk sari berwarna kuning. Tanaman teh
mengalami pertumbuhan tunas yang silih berganti. Tunas tumbuh pada ketiak atau
bekas ketiak daun. Tunas yang tumbuh kemudian diikuti dengan pembentukan
daun. Tunas baru pada teh memilikki daun kuncup. (Nazaruddin dan paimin,
1993).
Menurut Balitri (2013), komponen aktif dalam teh yang mempunyai
kemampuan antioksidan paling efektif adalah polifenol. Theaflavin dan
thearubigin tergolong dalam komponen polifenol yang terkandung cukup tinggi
pada teh hitam. Komponen polifenol bersifat mudah rusak, kerusakan tersebut
bisa disebabkan oleh panas, oksigan, cahaya, logam berat, maupun zat kimia lain.
3
Oleh karena itu, pengembangan produk pangan berbasis teh hitam harus
dipikirkan agar memenuhi karakteristik komponen polifenol yang terkandung
dalam teh hingga dapat mencegah kerusakannya.
Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Teh
dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh (Camelia sinensis L.Kuntze).
Berdasarkan proses pengolahannya, secara tradisional produk teh dibagi menjadi
3 jenis yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau banyak dikonsumsi
oleh masyarakat Asia terutama China dan Jepang, sedangkan teh hitam lebih
populer di Negara Barat. Sementara, teh oolong hanya diproduksi di negeri
China.( Hartoyo, 2003).
4
BAB III. METODOLOGI
Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat menjadi dua, yaitu sistem
orthodox (orthodox murni dan orthodox rotorvane) serta sistem baru khususnya
sistem CTC. Sistem orthodox murni sudah jarang sekali dan yang umum saat ini
adalah sistem orthodox rotorvane dan sistem CTC (Chrushing Tearing Curling ).
Proses pengolahan teh hitam menjadi teh celup yang digunakan disini
menggunakan sistem orthodox rotorvane. Pengolahan teh hitam orthodox
rotorvane terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
1) Penimbangan bahan baku
2) Pelayuan
3) Penggulungan,Penggilingan,dan Sortasi basah
4) Fermentasi
5) Pengeringan
6) Sortasi Kering
7) Pengemasan dan Penyimpanan
Pengolahan teh hitam menjadi teh celup secara skematis dapat dilihat pada
gambar berikut :
Pelayuan OTP
RRB
PCR
RV
5
Keterangan :
OTP = Open Top Roller
RV = Roter Vane
PCR = Press Cap Roller
RRB = Rotary Roll Breaker
6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Gambar 1. Penampakan Proses Pembuatan Teh Secara Keseluruhan.
8
Gambar 2. Sketsa Withering Trough
9
Gambar 4. Heater Exchanger
b. Prinsip Kerja
Mula-mula sumber panas dihasilkan oleh brander. Setelah panas, udara
panas dari ruang pembakaran tersedot oleh main fan dan bercampur dengan
udara segar dari luar yang langsung menuju withering trough sehingga
mengenai pucuk teh yang dibeber. Sedangkan asap sisa pembakaran dihisap
oleh exhaust fan selanjutnya dibuang ke cerobong asap.
2. Tahap Penggilingan
A. Open Top Roller (OTR) , berfungsi untuk menggulung, dan memotong pucuk
teh yang sudah layu.
10
Tabel 3. Spesifikasi Open Top Roller
Spesifikai Keterangan
Pabrik pembuat Fa. Teha Bandung
Merk TEHA
Tahun pembuatan 1986
Kapasitas 350 – 375 kg
Elektromotor
Merk/tipe English Electric
Daya 20 HP
Putaran 1450 rpm
Tegangan 220/380 volt
b. Prinsip Kerja
Open Top Roller digerakkan oleh elektromotor. Elektromotor akan
menggerakkan poros engkol. Perputaran poros engkol ini akan menggerakkan
silinder. Putaran silinder akan mengaduk pucuk layu dan dengan adanya conus
dan betten proses penggulungan menjadi sempurna/merata. Sistem kerja OTR
adalah single action yaitu hanya bagian atas yang berputar. Proses
penggulungan OTR ini berlangsung selama 50 menit.
11
B. Rotary Roll Breaker (RRB), berfungsi untuk mengayak bubuk teh basah hasil
penggilingan. Pada RRB, satu mesin hanya terdapat satu ayakan besar. Ayakan
pada RRB terdiri dari tiga buah mesh yang berukuran 6, 6, 7.
a. Prinsip Kerja
Elektromotor pada pada rotary roll breaker akan memutar poros engkol.
Gerakan putar dari poros engkol kemudian akan menggerakkan ayakan. Bubuk
teh basah dibawa conveyor menuju ayakan. Karena gerakan ayakan, bubuk teh
akan bergerak. Bubuk teh basah yang lolos ayakan akan jatuh melalui corong
samping dan ditampung pada baki fermentasi, sedangkan yang tidak lolos
ayakan akan keluar menuju corong bagian depan menuju mesin PCR. Pada
proses ini berlangsung selama 10 menit.
C. Press Cup Roller (PCR), berfungsi untuk menggulung bubuk teh basah yang
masih belum lolos dari pengayakan RRB, sehingga dapat mengeluarkan cairan
essensial oil.
12
Gambar 7. Press Cup Roller
a. Prinsip Kerja
prinsip kerja PCR hampir sama dengan OTR perbedaannya hanya pada
proses penekanan. Pada OTR tekanan pada daun hanya berasal dari berat daun
itu sendiri sedangkan pada PCR tekanan pada daun berasal dari piringan
penekan. Sistem kerja PCR adalah double action yaitu bagian atas dan bawah
berputar. Proses penggilingan pada PCR ini berlangsung selama 30 menit
dengan uraian sebagai berikut (10 menit pengisian, 7 menit pres, 3 menit buka,
7 menit pres, dan 3 menit buka).
13
Gambar 8. Rotorvane
a. Prinsip Kerja
Rotorvane digerakkan oleh elektromotor dengan transmisi sabuk
vanbelt yang berfungsi sebagai pemutar as rotor speed reducer. Pucuk yang
dibawa oleh belt conveyor kemudian menuju ke corong pintu masuk rotorvane,
disini pucuk akan digiling menjadi kecil-kecil dan keluar melalui plat ujung.
3. Tahap Fermentasi
A. Humidifier berfungsi untuk mengatur kelembaban udara dalam ruang
pengolahan basah agar sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan yaitu
berkisar antara 90% - 98%.
14
Gambar 9. Humidifier
a. Prinsip Kerja
gerakan putar dari elektromotor mengakibatkan kipas ikut berputar.
Pada saat yang bersamaan air dipompakan dan menyembur pada bagian
piringan. Air ini kemudian akan terpecah merata sehingga akan tampak seperti
kabut tebal.
B. Trolly, berfungsi untuk membawa bubuk hasil penggilingan yang telah
diletakkan dalam baki ke ruang fermentasi dan kemudian membawanya ke
ruang pengeringan.
4. Tahap Pengeringan
A. Mesin Pengering (Dryer), mesin pengering berfungsi untuk menghentikan
proses fermentasi dan untuk menurunkan kadar air dalam bubuk teh.
15
Gambar 10. Mesin Pengering (Dryer)
16
3. Termometer inlet dan outlet berfungsi untuk mengukur suhu udara masuk
dan keluar dari mesin pengering, dengan suhu inlet 90-950C dan suhu
outlet 50-550C.
b. Prinsip Kerja
bubuk teh hasil proses fermentasi dimasukkan ke mesin pengering.
Sebelum masuk ke trays, bubuk teh diatur ketebalan hamparannya dengan
menggunakan spinder. Bubuk teh yang telah diatur ketebalannya kemudian
dibawa oleh trays paling atas. Trays akan berjalan kedepan dan berputar
kembali. Dengan adanya perputaran trays ini maka bubuk dari trays paling atas
akan jatuh ke trays dibawahnya. Bersamaan dengan itu, udara panas yang
berasal dari heat exchanger dihembuskan dari bagian bawah trays dan
mengenai bubuk. Udara panas ini akan menguapkan air dari bubuk teh. Proses
pengeringan ini akan terus berjalan hingga bubuk teh melewati empat tingkat
trays. Setelah bubuk teh berada pada tingkatan terakhir, bubuk teh akan
dikeluarkan melalui pintu keluaran.
5. Tahap Sortasi
A. Hopper, berfungsi untuk menampung bubuk I sebelum dilakukan proses sortasi
kering.
17
Gambar 12. Bubble Tray
C. Chota Shifter berfungsi untuk menggradekan atau menjeniskan teh. Alat ini
terdiri dari enam tingkat dengan ukuran mesh yang berbeda-beda, yaitu 12, 14,
18, 24, dan 60. Prinsip kerja Chota Shifter adalah mengayak bubuk teh kering
dengan sistem ayakan bertingkat.
18
Tabel 10. Spesifikasi Chota Shifter
Spesifikai Keterangan
Pabrik pembuat Fa. Teha Bandung
Merk TEHA
Tahun pembuatan 1980
Kapasitas 75 kg
Elektromotor
Merk INDUCTION MOTOR 3
Daya HP
Putaran 1430 rpm
Tegangan 220/380 volt
D. Vibro Mesh berfungsi membersihkan bubuk teh kering dari serat-serat dan
kotoran.
19
6. Pengepakan
A. Tea Bag Packaging Machine
20
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, E. D. 2012. Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen terhadap Teh Celup
Merek Sarimurni (Studi Kasus Giant Hypermart-Botani Square, Bogor).
Skripsi. Bogor. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Balitri. 2013. Kandungan Senyawa Kimia pada Daun Teh (Camellia sinensis).
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol. 19, No.
3, Hal. 143-147.
Danang, K. 2011. Hasil Pengolahan Teh. Fakultas teknologi pertanian, Jember.
Handayani, Y. 2010. Kajian Pembuatan Teh Celup dengan Daun Pegagan
(Centella asiatica L. Urban). Skripsi. Bogor. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Penerbit Kanisius,
Jakarta.
Nazaruddin, F dan B. Paimin 1993. Pembudidayaan dan pengolahan teh. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Statistik Konsumsi Pangan
Tahun 2015. Pusdatin, Jakarta.
Wijana, S., Sucipto., dan M. Wulandari. 2107. Formulasi Teh Celup Fungsional,
Pengaruh Jenis Teh (Hitam dan Hijau) dan Penambahan Bubuk Kulit
Buah Manggis. J. Science Tecnology. Vol. 26, No. 3, Hal. 211-219.
22