PEMBAHASAN
4
c. Murah
d. Cara yang paling umum digunakan
2. Kerugian Dalam Pemberian Obat Secara Oral
a. Rasa dari obat yang tidak enak atau berbau menyengat membuat beberapa
pasien menjadi sulit menelan obat, terutama pada anak-anak.
b. Absorpsi obat melalui bentuk sediaan tablet khususnya menjadi lebih lama
karena harus melewati proses penghancuran tablet (jika bentuk sediaan
obat tablet) terlebih dahulu.
c. Reaksinya yang lambat sehingga cara pemberian obat secara oral tidak
dipakai pada keaadaan gawat darurat (30-45 menit sebelum diabsorbsi dan
efek puncaknya dicapai setelah 1 - 1,5 jam)
d. Cara pemberian obat oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami
mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan
cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
Obat tablet adalah obat serbuk yang dipadatkan atau dicetak dalam
bentuk padat. Obat tablet merupakan obat yang biasa diberikan secara oral,
sediaan obat ini dapat dihanurkan apabila pasien mengalami kesulitan menelan.
5
Beberapa tablet memiliki tanda berupa garis pada bagian tengah yang
dapat mempermudah pada saat tablet dipatahkan menjadi setengah bagian.
Tablet tidak bertanda tidak disarankan untuk dipatahkan karena pembagian
dosis dapat tidak rata.
Selain itu, ada beberapa kekurangan dari bentuk sediaan tablet, yakni :
a. Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet
b. Formulasi tablet cukup rumit
c. Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak
d. Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak
enak dari obat
6
2. Tablet Salut
3. Kapsul
Obat kapsul merupakan sediaan obat padat yang terdiri dari bahan
obat dalam cangkang atau wadah yang keras atau lunak yang dapat larut
dan igunakan pada pemakaian oral. Kapsul berfungsi untuk memudahkan
pasien meminum obat dan menjaga kestabilan obat. Jika pasien kesulitan
menelan obat kapsul, perawat atau tenaga kesehatan lainnya dapat
membuka kapsul dan meberikannya bersama cairan pelarut.
7
1. Bentuknya menarik dan praktis
2. Tidak berasa sehingga dapat menutupi rasa dan bau dari obat yang kurang
enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut didalam perut sehingga bahan
cepat segera diabsorbsi.
4. Sirup
8
Adapun kekurangan dari sedian obat sirup adalah sebagai berikut :
1. Merupakan campuran yang homogeny.
2. Dosisnya dapat diubah-ubah dalam skla pembuatan.
3. Obat lebih mudah diabsorbsi.
4. Mempunyai rasa yang agak manis.
5. Mebantu pasien yang tidak dapat menelan obat tablet.
6. Sediaan larutan mudah diberi perasa, pemanis dan pewarna.
1. Kurang stabil dari segi mikrobiologi dan kimia daripada sediaan padat.
2. Beberapa obat untuk penggunaan oral tidak cocok sebagai sediaan larutan
jika rasanya pahit.
3. Harus menggunakan pengawet.
4. Kemasan obat dapat mudah pecah atau tidak mudah dibawa kemana-
kemana.
5. Penggunaannya tidak efisien.
5. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar.
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih
mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padatan
9
lainnya (seperti kapsul, tablet, pil). Biasanya serbuk oral dapat dicampur
dengan air minum.
10
6. Suspensi
Fase kontinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi
padat, dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil
yang pada dasarnya tidak larut, Dengan kata lain, suspensi merupakan
campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut (pendispersi) dan zat
yang dilarutkan (terdispersi).tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase
kontinu.
11
menelan obat, pemberian dosis takaran obat dalam bentuk cair lebih mudah
dari pada bentuk padat terutama untuk pasien anak-anak, dan
menghilangkan atau menutupi rasa tidak enak (pahit) dari jenis-jenis obat
tertentu, misalnya kloramfenikol yang rasanya sangat pahit, bila dalam
bentuk suspensi ada tambahan zat pemanis lainnya sehingga disukai anak-
anak.
12
7. Emulsi
Tipe emulsi ada dua yaitu tipe M/A atau minya dalam air
contohnya susu dan tipe A/M atau air dalam minyak contohnya
Margarin. Tujuan pembuatan emulsi yaitu menutupi rasa yang tidak
enak pada obat, memudahkan proses pencernaan, dan memudahkan
dalam pemakaian.
13
c. Absorpsi dan penetrasi lebih muda dikontrol
14
4. Prosedur atau Pelaksanaan
a. Tahap Pra-Interaksi
1) Persiapan alat.
2) Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis
obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila
ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan
yang berwenang atau dokter yang meminta.
3) Mencuci tangan .
b. Tahap Orientasi
1) Memberi salam sebagai pendekatan therapeutic.
2) Memperkenalkan diri (nama)
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur dari tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien atau keluarga pasien.
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tundakan
dilakukan.
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privasi pasien.
2) Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral.
Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah
aspirasi
3) Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan,
mual, muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan
dilakukan pengisapan lambung dll)
4) Ambil obat sesuai yang diperlukan. Kemudian baca perintah
pengobatan dan ambil obat yang diperlukan.
5) Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang
sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat
dengan menggunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat.
6) Apabila bentuk sediaan obat dalam bentuk :
15
a) Tablet atau Kapsul
1. Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa
menyentuh obat.
2. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi
obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
3. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan
anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang,
kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan
dan mencegah aspirasi.
4. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi
bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus,
kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan
bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat
tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.
b) Obat dalam bentuk cair
1. Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata
sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau
menjadi lebih keruh.
2. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk
menghindari kontaminasi padatutup botol bagian dalam.
3. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak
tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat
menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak
bisa dibaca dengan tepat.
4. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat
berskala.
5. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan
menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka
kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
6. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml
maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
16
d. Tahap Terminasi
1) Menyimpan kembali obat-obat persediaan milik pasien ke tempatnya
2) Mengobservasi keadaan umum pasien atau efek dari obat yang telah
diberikan kepada pasien.
3) Cuci tangan.
4) Dokumentasi. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis
obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat
masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
17