Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberian Obat Secara Oral


Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, obat adalah
bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian obat yang paling
umum dilakukan karena mudah, aman, dan murah. Pemberian oral adalah
pemberian obat melalui mulut. Kebanyakkan obat oral diserap dengan baik
disepanjang saluran cerna. Obat oral juga harus tahan terhadap lingkungan asam
dalam lambung dan harus menembus lapisan usus sebelum masuk kealiran darah.
Penggunaan obat melalui oral bertujuan terutama untuk mendapatkan efek
sistemik, yaitu obat beredar melalui pembuluh darah keseluruh tubuh. Dalam
pemberian obat oral, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat, yaitu
adanya alergi terhadap obat yang akan diberikan, kemampuan klien untuk
menelan obat, adanya muntah dan/atau diare yang dapat mengganggu obsorpsi
obat, efek samping obat, dan kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang
diberikan. Kemudian untuk pencapaian efek lokal diusus dilakukan pemberikan
oral, misalnya obat cacing atau antibiotika untuk mensterilkan lambung-usus pada
infeksi atau sebelum sebelum pembedahan.
Namun, tidak semua obat dapat diberikan secara oral, misalnya obat yang
bersifat merangsang atau yang diuraikan oleh getah lambung, seperti
benzilpenisilin, insulin, oksitoksin dan hormone steroida.

B. Keuntungan Dan Kerugian Dalam Pemberian Obat Secara Oral


1. Keuntungan Dalam Pemberian Obat Secara Oral
a. Pemberiannya mudah dan praktis
b. Aman pemakaiannya

4
c. Murah
d. Cara yang paling umum digunakan
2. Kerugian Dalam Pemberian Obat Secara Oral
a. Rasa dari obat yang tidak enak atau berbau menyengat membuat beberapa
pasien menjadi sulit menelan obat, terutama pada anak-anak.
b. Absorpsi obat melalui bentuk sediaan tablet khususnya menjadi lebih lama
karena harus melewati proses penghancuran tablet (jika bentuk sediaan
obat tablet) terlebih dahulu.
c. Reaksinya yang lambat sehingga cara pemberian obat secara oral tidak
dipakai pada keaadaan gawat darurat (30-45 menit sebelum diabsorbsi dan
efek puncaknya dicapai setelah 1 - 1,5 jam)
d. Cara pemberian obat oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami
mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan
cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.

C. Jenis Sediaan Obat yang Dapat Diberikan Dengan Cara Oral


Bentuk atau jenis sediaan obat yang biasanya diberikan dengan cara oral,
diantaranya :
1. Tablet

Gambar 2.1 Contoh Obat Tablet

Obat tablet adalah obat serbuk yang dipadatkan atau dicetak dalam
bentuk padat. Obat tablet merupakan obat yang biasa diberikan secara oral,
sediaan obat ini dapat dihanurkan apabila pasien mengalami kesulitan menelan.

5
Beberapa tablet memiliki tanda berupa garis pada bagian tengah yang
dapat mempermudah pada saat tablet dipatahkan menjadi setengah bagian.
Tablet tidak bertanda tidak disarankan untuk dipatahkan karena pembagian
dosis dapat tidak rata.

Ada pun keuntungan dari bentuk sediaan tablet, diantaranya :


a. Volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut
b. Memiliki variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih baik
c. Dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk volume yang lebih
kecil
d. Tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga
e. Dapat dijadikan produk dengan pelepasan yang bisa diatur
f. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
g. Merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan pengemasan
yang mudah dan murah
h. Dapat disalut untuk melindungi rasa yang tidak enak dari sediaan.

Selain itu, ada beberapa kekurangan dari bentuk sediaan tablet, yakni :
a. Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet
b. Formulasi tablet cukup rumit
c. Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak
d. Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak
enak dari obat

6
2. Tablet Salut

Gambar 2.2 Contoh Obat Tablet Salut

Tablet salut merupakan tablet yang biasanya dilapisi gula sehingga


rasa obat yang pahit tidak terasa dan obat lebih mudah ditelan karena
lapisannya lebih licin.

3. Kapsul

Gambar 2.3 Contoh Obat Kapsul

Obat kapsul merupakan sediaan obat padat yang terdiri dari bahan
obat dalam cangkang atau wadah yang keras atau lunak yang dapat larut
dan igunakan pada pemakaian oral. Kapsul berfungsi untuk memudahkan
pasien meminum obat dan menjaga kestabilan obat. Jika pasien kesulitan
menelan obat kapsul, perawat atau tenaga kesehatan lainnya dapat
membuka kapsul dan meberikannya bersama cairan pelarut.

Adapun beberapa keuntungan dari bentuk sediaan obat kapsul,


diantaranya :

7
1. Bentuknya menarik dan praktis
2. Tidak berasa sehingga dapat menutupi rasa dan bau dari obat yang kurang
enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut didalam perut sehingga bahan
cepat segera diabsorbsi.

Selain keuntungan dari bentuk sediaan obat kapsul, terdapat kekurangan


dari sediaan obat kapsul, yaitu :

1. Tidak dapat dibagi


2. Tidak dapat digunakan untuk balita.
3. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-
pori cangkang tidak dapat mendapatkan penguapan.
4. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab)
5. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang berinteraksi dengan cangkang
kapsul.

4. Sirup

Gambar 2.4 Contoh Obat Sirup

Obat sirup merupakan jenis larutan gula air yang dapat


menyembunyikan rasa obat. Beberapa obat sirup untuk anak-anak
biasanya ditambahkan perasa, hal ini bertujuan agar anak-anak lebih
mudah dalam meminum obat.

8
Adapun kekurangan dari sedian obat sirup adalah sebagai berikut :
1. Merupakan campuran yang homogeny.
2. Dosisnya dapat diubah-ubah dalam skla pembuatan.
3. Obat lebih mudah diabsorbsi.
4. Mempunyai rasa yang agak manis.
5. Mebantu pasien yang tidak dapat menelan obat tablet.
6. Sediaan larutan mudah diberi perasa, pemanis dan pewarna.

Kekurangan dari sediaan obat sirup, diantaranya :

1. Kurang stabil dari segi mikrobiologi dan kimia daripada sediaan padat.
2. Beberapa obat untuk penggunaan oral tidak cocok sebagai sediaan larutan
jika rasanya pahit.
3. Harus menggunakan pengawet.
4. Kemasan obat dapat mudah pecah atau tidak mudah dibawa kemana-
kemana.
5. Penggunaannya tidak efisien.

5. Serbuk

Gambar 2.5 Contoh Obat Serbuk

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar.
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih
mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padatan

9
lainnya (seperti kapsul, tablet, pil). Biasanya serbuk oral dapat dicampur
dengan air minum.

Adapun beberapa keuntungan sediaan bentuk pulvis (serbuk),


antara lain :
a. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
b. Anak anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam dalam bentuk serbuk.
c. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk.
d. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
e. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
f. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita

Selain keuntungan, terdapat juga kerugian bentuk sediaan pulvis


(serbuk), antara lain :
a. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di
lidah, amis, dan lain lain).
b. Pada penyimpanan kadang terjadi lembap atau basah.
c. Peracikkannya membutuhkan waktu yang lama.
d. Kurang baik untuk obat dengan suatu zat yang mudah terurai.

10
6. Suspensi

Gambar 2.6 Contoh Obat Suspensi

Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat


padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
dan merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase.

Fase kontinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi
padat, dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil
yang pada dasarnya tidak larut, Dengan kata lain, suspensi merupakan
campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut (pendispersi) dan zat
yang dilarutkan (terdispersi).tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase
kontinu.

Contoh suspensi oral adalah obat-obat antasida cair seperti Alumina


dan Mangnesida (Aludrox Oral Suspension), Alumina dan Magnesium
Trisilikat(Alma-Mag liquid), Magaldrat(Riopan oral suspension) , Aluminia
Magnesia dan Kalsium karbonat(Camalox), Obat cacing/Antelmintik.

Alasan mengapa dibuat dalam bentuk suspensi ialah karena ada


beberapa jenis obat-obatan tertentu yang tidak stabil secara kimia bila ada
dalam larutan tapi stabil dalam disuspensi sehingga dibuat suspensi oral
untuk menjamin stabilitas obat, beberapa pasien (pasien anak) lebih suka
obat bentuk cair (sirup,suspensi, atau emulsi) dari pada bentuk padat (tablet
atau kapsul dari obat yang sama), bentuk cair memudahkan pasien untuk

11
menelan obat, pemberian dosis takaran obat dalam bentuk cair lebih mudah
dari pada bentuk padat terutama untuk pasien anak-anak, dan
menghilangkan atau menutupi rasa tidak enak (pahit) dari jenis-jenis obat
tertentu, misalnya kloramfenikol yang rasanya sangat pahit, bila dalam
bentuk suspensi ada tambahan zat pemanis lainnya sehingga disukai anak-
anak.

Menurut Parrot, 1971 sediaan obat suspensi memiliki keuntungan


juga kekurangan. Keuntungan dari sediaan obat suspensi diantaranya :
a. Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil,
kapsul, terutama pada anak-anak.
b. Memiliki homogenitas yang cukup tinggi
c. Lebih mudah di absorpsi, karena luas permukaan kontak dengan
permukaan saluran cerna tinggi.
d. Dapat mengurangi zat aktif yang tidak stabil dalam air.

Sedangkan, kekurangan yang ditimbulkan dari sediaan obat suspensi,


yakni :

a. Memiliki kestabilan yang rendah


b. Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan yang lain.
c. Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi
akan meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat
penyimpanan.
d. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk
dituang.

12
7. Emulsi

Gambar 2.7 Contoh Obat Emulsi

 Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya


terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang
ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent). Beberapa
sediaan emulsi yang beredar di pasaran seperti Curvit, Curcuma Plus
dan Scott’s Emultion.

Tipe emulsi ada dua yaitu tipe M/A atau minya dalam air
contohnya susu dan tipe A/M atau air dalam minyak contohnya
Margarin. Tujuan pembuatan emulsi yaitu menutupi rasa yang tidak
enak pada obat, memudahkan proses pencernaan, dan memudahkan
dalam pemakaian.

Menurut Lachman, 1994, sediaan emulsi memiliki beberani


keuntungan dan kekurangan. Adapaun dari aspek keuntungan :

a. Sifat terapeutik dan kemampuan menyebar konstituen lebih


meningkat.
b. Rasa dan bau minyak bias ditutupi.

13
c. Absorpsi dan penetrasi lebih muda dikontrol

Sedangkan, kekurangan yang ditimbulkan dari sediaan obat


emulsi, diantaranya :
a. Sediaan kurang praktis
b. Mempunyai stabilitas yang rendah

D. Prosedur Pemberian Obat Secara Oral


Adapun prosedur yang dilakukan pada saat pemberian obat oral, yakni :
1. Definisi
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan
melalui mulut.
2. Tujuan Pemberian
a. Untuk memudahkan dalam pemberian
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat
tersebut dapat segera diatasi.
c. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri.
d. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan.
3. Persiapan Alat
a. Baki berisi obat
b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c. Pemotong obat (bila diperlukan)
d. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e. Gelas pengukur (bila diperlukan)
f. Gelas dan air minum
g. Sedotan
h. Sendok
i. Pipet
j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak

14
4. Prosedur atau Pelaksanaan
a. Tahap Pra-Interaksi
1) Persiapan alat.
2) Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis
obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila
ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan
yang berwenang atau dokter yang meminta.
3) Mencuci tangan .
b. Tahap Orientasi
1) Memberi salam sebagai pendekatan therapeutic.
2) Memperkenalkan diri (nama)
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur dari tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien atau keluarga pasien.
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tundakan
dilakukan.
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privasi pasien.
2) Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral.
Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah
aspirasi
3) Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan,
mual, muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan
dilakukan pengisapan lambung dll)
4) Ambil obat sesuai yang diperlukan. Kemudian baca perintah
pengobatan dan ambil obat yang diperlukan.
5) Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang
sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat
dengan menggunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat.
6) Apabila bentuk sediaan obat dalam bentuk :

15
a) Tablet atau Kapsul
1. Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa
menyentuh obat.
2. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi
obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
3. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan
anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang,
kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan
dan mencegah aspirasi.
4. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi
bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus,
kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan
bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat
tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.
b) Obat dalam bentuk cair
1. Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata
sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau
menjadi lebih keruh.
2. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk
menghindari kontaminasi padatutup botol bagian dalam.
3. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak
tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat
menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak
bisa dibaca dengan tepat.
4. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat
berskala.
5. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan
menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka
kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
6. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml
maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.

16
d. Tahap Terminasi
1) Menyimpan kembali obat-obat persediaan milik pasien ke tempatnya
2) Mengobservasi keadaan umum pasien atau efek dari obat yang telah
diberikan kepada pasien.
3) Cuci tangan.
4) Dokumentasi. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis
obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat
masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.

17

Anda mungkin juga menyukai