Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT

Nama : Kiki Dwi Rahayu


NPM : 12161020
Kelas : 3FA5

Soal :
1. Jelaskan pengertian dari setiap jenis tablet
2. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari setiap jenis tablet
3. Jelaskan komponen Dri setiap jenis tablet

Jawaban :

1. Pengertian tablet

Menurut farmakope edisi V Tablet


adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
1. Penggolongan tablet
A. Berdasarkan metode pembuatan
1. Tablet cetak
Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung laktosa dan serbuk
sukrosa salam berbagai perbandingan.
2. Tablet kempa
Tablet kempa didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat yang dibuat dengan
cara
pengempaan dari sebuah formula dengan memberikan tekanan tinggi (tekanan
di bawah beberapa ratus kg/cm2) pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan
baja.
B. Berdasarkan Distribusi Obat dalam tubuh
1. Untuk pengobatan local
a. Tablet untuk vagina (ovula), digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi, hormon
local.
b. Tablet untuk penis (basila), di gunakan sebagai anti infeksi
c. Tablet hisap (lozenges) untuk mulut dan tenggorokan
2. Untuk pengobatan sistemik, per oral . tablet yang bekerja secara sistemik dapat
dibedakan menjadi ;
a. Short acting/ jangka pendek : dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan
obat. Obat bekerja tidak lebih dari 8 jam
b. Long acting/ jangka panjang : dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Obat
bekerja tidak lebih dari 8 jam.
C. Berdasarkan jenis bahan penyalut
1. Tablet salut biasa / salut gula /dragee
Tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan baik berwarna maupun tidak .
2. Tablet salut selaput /film- coated tablet
Tablet yang dislaut dengan salut tipis , berwarna atau tidak bersalh dari bahan polimer
yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.
3. Tablet salut kempa
Adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri
atas laktosa , kalsium fosfat , dan zat lain yang cocok .
4. Tablet salut enteric /enteric – coated tablet /tablet lepas tunda
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan
lambung, reaksi asam , tetapi terlarut dalam usus halus . maka diperlukan penyalut
enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati
lambung. Bahan yang sering digunakan adalah alol, keratin, selulosa acetat phtalat.
5. Tablet lepas lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan
dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis
pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup
untuk beberapa waktu tertentu.
6. Tablet berlapis
Tablet yang disiapkan dengan pengempaan granuler tablet pada granulasi yang baru
dikempa .
D. Berdasarkan cara pemakaian
1. Tablet biasa / tablet telan
Dibuat tanpa penyalut ,digunakan peroral dengan cara ditelan ,pecah di lambung .
2. Tablet kunyah /chewable tablet
Bentuknya seperti tablet biasa ,cara pakainya dikunyah terlebih dahulu kemudian
ditelan , umumnya tidak pahit.
3. Tablet hisap / lozenges
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan
dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahanlahan
dalam mulut.
4. Tablet larut /effervescent tablet
Dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran zat asam
dan
natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dengan air akan menghasilkan CO 2. Diberi
wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari lembab, di etiket diberi tanda “bukan
untuk ditelan”. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.Contohnya Ca-D-
Redoxon, tablet efervesen Supradin.
5. Tablet hypodermic
ablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air.
6. Tablet bukal
Digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
7. Tablet sublingual
Digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat aktif
secara
langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral.
8. Tablet vaginal / ovula
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di
dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya.
9. Tablet rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang
tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
- Pulvis / serbuk bagi
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
MACAM MACAM SERBUK
 Serbuk terbagi
 Serbuk tak terbagI
a. Serbuk oral tidak terbagi
b. Pulveres adspersorium (serbuk tabur)
c. Powder for injection (serbuk injeksi)
- Kapsul
Menurut FI III tahun 1979 kapsul merupakan bentuk sediaan obat terbungkus
cangkang kapsul ,keras atau lunak . cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan
atau tanpa zat tambahan lain .

2. Keuntungan dan kerugian dari sediaan padat


Menurut Lachman : 644-646

- Keuntungan tablet
a. Tablet merupakan sediaan yang tahan terhadap pemasukan (tamperproop).
b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik
dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan
yang paling rendah.
c. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
d. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
e. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan mudah untuk dikemas
serta dikirim.
f. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan yang
bermonogram atau berhiasan timbul.
g. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah / hancurnya tablet
tidak segera terjadi.
h. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti penglepasan
di usus atau produk lepas lambat.
i. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara
besar-besaran
j. Tablet merupakann bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik, dan stabilitas mikrobiologi.

- Kerugian tablet
a. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak pada keadaan amorfnya,
flakulasi, atau rendahnya berat jenis.

b. Obat yang sukar dipisahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas, akan
sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih
menghasilkan biovailabilitas obat cukup.
c. Obat yang rasanya pahit, oabt dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau obat yang
beku terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pegapsulan atau penyelubungan atau
sebelum dikempa bila mungkin atau memerlukan penyalutan dulu.
- keuntungn sediaan pulvis
- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si
penderita.

- Lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air.


- Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna dibanding , sediaan padat lainnya.
- Cocok digunakan untik anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul
atau tablet.
- Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
- kekurrangan sediaan pulvis
- Tidak tertutupnya rasa tidak enak seperti pahit, sepat, lengket di lidah (bisa diatasi
dengan corrigens saporis)

- Pada penyimpanan menjadi lembab


- keuntungan kapsul

1.Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi


2.Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak
3.Tepat untuk obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang tidak enak
4.Bentuk kapsul mudah ditelan dibanding bentuk tablet
5.Bentuknya lebih praktis dan menarik.
6.Bahan obat dapat cepat hancur dan larut di dalam perut sehingga dapat segera
diabsorpsi
7.Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
8.Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda
sesuai kebutuhan pasien.
9. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan tambahan/pembantu
seperti pada pembuatan pil dan tablet.
- kekurangan kapsul
1. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak bisa dibagi-bagi.
IV. komponen tablet
a. Tablet salut enteric
Diperlukan penyalut enteric yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet
melewati lambung. Bahan yang sering digunakan adalah alol,keratin,selulosa acetat
pthalat.
b. Tablet kunyah
Diformulasikan untuk anak ,antasida dan antibiotic tertentu .dibuat dengan cara dikempa
.biasanya digunakan manitol,sorbitol dan sukrosa sebagai pengisi dan pengikat .
Tablet pada umumnya mengandung ;
1. Zat aktif
Secara luas obat atau bahan aktif yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet
dikelompokkan menjadi :
- Zat aktif tidak larut air / insoluble drugs
Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran pencernaan
(seperti antasida dan adsorben).
- Zat aktif larut air / soluble drugs
Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan terdisolusi dan
terabsorpsi pada usus.
2. Eksipien atau bahan tambahan
Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan sebagai zat
pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif, membentuk
tablet dan mempermudah teknologi pembuatan tablet.
3. Bahan pengisi / diluent
Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah di cetak atau di buat. Bahan
pengisi di tambahkan jika zat aktif sedikit sulit dikempa biasanya digunakan Saccharum
lactis, Amylum manihot, calcii phospas, calcii carbonas dan zat lain yang cocok.
4. Bahan pengikat / binder
Dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.Biasanya yang digunakan
adalah mucilago Gummi Arabici 10 -20 % (panas solutio Mythylcellulosum 5%).
5. Bahan penghancur/ pengembang
Dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.Biasanya yang digunakan adalah
amilum manihot kering, gelatinum, agar – agar, natrium alginat.
6. Bahan pelicin / lubrikan
Berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk
mencegah massa tablet melekat pada cetakan(matrys). Biasanya digunakan talkum
5%,Magnesium stearas,Acidum Stearicum.
7. Perbaikan aliran atau glidan
Bahan yang dapat meningkatkan kemampuan, mengalir serbuk, umumnya di gunakan
dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. misal: silika pirogenik koloidal.
8. Bahan penyalut
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang cocok,biasanya
berwarna atau tidak.
9. Adjuvant
Adjuvant adalah zat tambahan dalam formula sediaan obat yang ditambahkan dalam
jumlah kecil untuk maksud pemberian warna, penawar bau, dan rasa.
10. Bahan pewarna / coloris agent
Berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi produk, dan untuk
membuat suatu produk lebih menarik.

PUSTAKA
- Departemen kesehatan republic inconesia .1979. farmakope edisi ke III; Jakarta
- Departemen kesehatan republic Indonesia .1995.farmakope edisi ke IV ;Jakarta
- Departemen kesehatan republic Indonesia. 2014.farmakope ediisi V;Jakarta
Tugas sesi 2 TFSP

Nama : Kiki Dwi Rahayu


Npm : 12161020
Kelas : 3Fa5

1. Berbagai Bentuk Sediaan Padat Untuk Kuratif-Preventif-Promotif


a) Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk
lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau
orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam
bentuk serbuk. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dalam ukuran
yang lazim, dapat dibuat dalam bentuk serbuk. Sebelum digunakan, biasanya serbuk oral dapat
dicampur dengan air minum.
b) Supositoria
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal,
vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat
bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal
atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin
tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul
dan ester asam lemak polietilen glikol.
c) Tablet
Tablet adalah sediaan adat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
d) Implant
Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan
kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan.
Implan atau pelet dimasuksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (biasanya secara subkutan)
dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu
lama. Implan ditambahkan dengan bantuan injektor khusus yang sesuai atau dengan sayatan
bedah. Bentuk sediaan ini digunakan untuk pemberian hormon seperti testosteron atau estradiol.
Sediaan ini dikemas masing-masing dalam vial atau lembaran kertas timah steril.

e) Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain
yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor
paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran nomor 00 adalah
ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0
dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang memberikan kapasitas isi lebih
besar tanpa peningkatan diameter. Kapsul gelatin keras terdiri atas dua bagian, bagian tutup dan
induk. Umumnya, ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk, untuk memberikan penutupan
yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya diletakkan sepenuhnya, yang mencegah
terbukanya cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan penanganan. Penutupan
sempurna juga dapat dicapai dengan penggabungan bagian tutup dan induk dengan cara
pemanasan langsung atau penggunaan energy ultrasonik. Kapsul gelatin keras yang diisi dipabrik
dapat ditutup secara sempurna dengan cara dilekatkan, suatu proses dimana lapisan gelatin
dioleskan satu kali atau lebih di seluruh bagian pelekatan bagian tutup dan induk; atau dengan
proses pelekatan menggunakan cairan, yaitu kapsul yang telah diisi dibasahi dengan air-alkohol
yang akan merembes ke dalam rongga bagian kapsul tutup dan induk yang saling tumpang tindih,
kemudian dikeringkan. Kapsul cangkang keras terbuat dari pati terdiri atas bagian tutup dan
induk. Karena kedua bagian tersebut tidak melekat dengan dengan baik, maka bagian-bagian
tersebut dilekatkan menjadi satu pada saat pengisian, untuk menghindari pemisahan. Kapsul pati
dilekatkan dengan mengoleskan camp
uran air-alkohol pada rongga cangkang tutup, segera sebelum dilekatkan kecangkang induk.
2. Sediaan : Tablet Diltiazem

3. a. Preformulasi

- Diltiazem
- pemerian : berupa serbuk hablur putih ;tidak berbau;melebur
pada suhu 210° disertai peruraian.
- Kelarutan : mudah larut dalam kloroform, dalam metanol, dalam
asam format dan dalam air;agak sukar larut dalam etanol
mutlak;tidak larut dalam eter.
- Wadah penyimpanan dam wadah tertutup rapat, tidak tembus
cahaya

- Magnesium stearate
 Pemerian : serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada kulit; bau lemah khas.
 Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.
- Laktosa [63-42-3]
 C12H22O11
 BM 342,30
 Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
 Kelarutan Mudah larut dalam air; praktis tidak larut
dalam etanol.

b.Formulasi

Scale (mg) Item Material name Quantity


60.00 1 Diltiazem 60.00
hydrochloride
100.00 2 Lactose monohydrates 100.00
66.00 3 Oil castor 66.00
hydrogenated(cutina
HR)
20.00 4 PEG 8000 20.00
0.06 mL 5 Alcohol isopropyl 60.00 Ml
anhydrous
4.00 6 Magnesium stearate 4.00

c. Karakteristik

Tablet diltiazem HCl diabsorbsi baik di dalam lambung dan


mengalami first pass metabolism di hati. Diltiazem HCl memiliki
waktu paruh yang pendek yakni 3-4 jam dan perlu dikonsumsi 3-
4x sehari untuk tetap mempertahankan tekanan darah normal
dan mencegah serangan angina pektoris. Bioavailabilitas diltiazem
HCl pada pemberian oral sekitar 40% dengan konsentrasi plasma
yang bervariasi antar individu (Sweetman, 2009). Ini karena
diltiazem merupakan substrat enzim CYP 3A4 dan P- glikoprotein
(P- gp) yang keduanya terdapat pada usus halus.Selain itu
absorbsi diltiazem lebih efektif pada bagian atas saluran cerna
(Rauge et al., 1996).
Salah satu alternatif mengatasi keterbatasan absorbsi diltiazem
tersebut adalah dengan sistem penghantaran obat tertahan di
lambung sehingga diltiazem dapat diabsorbsi tanpa terpengaruh
dengan keadaan enzim CYP 3A4 dan P-glikoprotein (P- gp) pada
usus halus (Rauge et al, 1996).
Formulasi tentang tablet diltiazem HCl telah dilakukan
sebelumnya dengan menggunakan sistem mukoadhesif yang
hasilnya dapat menahan pelepasan obat di dalam lambung
(Faizatun et al., 2007). Penggunaan sistem mengapung karena
diltiazem HCl diabsorbsi baik di dalam lambung, memiliki
kelarutan yang baik dalam pH lambung, dan memperkecil luas
area yang dibasahi oleh cairan lambung. Metode pengapunga
merupakan salah satu metode yang efektif dalam mengatasi
masalah bioavaibilitas.
Jenis penghantaran obat tertahan di lambung antara lain
sistem mengapung (floating), sistem mengembang (swelling),
sistem pengendapan(sedimentation), dan sistem mukoadhesif
(Rathod et al., 2010)
d. Prosedur pembuatan

1. Minyak jarak dihidrogenasi melalui layar ( 125 mikro liter) 120


mesh pada kecepatan sedang dengan pisau kedepan
2. Giling minyak jarak yang sudah terhidrogenasi, laktosa, dan
diltiazem hcl ke suitableplanetary mixer sampai campuran
kering selama 10 sampai 15 menit
3. Larutkan PEG dalam isopropyl alkohol (jika perlu dalam suhu
40-45°c)
4. Secara bertahap tambahkan campuran no 3 dengan keadaan
hangat untuk menjadi serbuk dan campurkan hingga
memperoleh massa yang cocok
5. Lulus massa melalui a#4 mesh dan menyebar pada paper lined
oven nampan
6. Granulasi kering pada suhu 45°c sampai 50°c untuk LOD TIDAK
1% (PADA SUHU 60° DIBAWAH VACCUM SELAMA 3 jam)
memungkinkan untuk dingin
7. Granul kering melalui #16 mesh dengan pisau maju dengan
kecepatan media, alternatif melewati granul kering aperture
layar dilengkapi dengan sebuah oscillating granul lator
8. Granul disaring dalam blender yang cocok, tambahkan
magnesium stearat dan campuran selama 5 sampai 10 menit
9. Kemudian kompres pada rotary mesin yang cocok
menggunakan 3/8 standar cekungan pukulan. Berat teoritis 10
tablet adalah 250mg/tablet tidak kurang dari 4 kPa.
e. Uji Disolusi

Media disolusi: 900 ml air


Alat tipe 2 : 75 rpm
Waktu: 30 menit dan 3 jam.

 Prosedur Lakukan penetapan jumlah


C22H25N2O4S.HCl, yang terlarut dengan mengukur
serapan alikuot, jika perlu encerkan dengan Media
disolusi dan serapan larutan baku Diltiazem Hidroklorida
BPFI dalam media yang sama pada bilangan gelombang
serapan maksimum lebih kurang 240 nm.
 Toleransi Gunakan kriteria penerimaan untuk waktu
disolusi 30 menit: Pada L1 tidak satu unit pun yang lebih
besar dari Q; pada L2 harga rata-rata adalah sama atau
lebih kecil dari Q dan tidak satu unit pun lebih besar dari
Q + 10%; pada L3 harga rata-rata adalah sama atau lebih
kecil dari Q dan tidak lebih dari 2 unit yang lebih besar
dari Q + 10% dan tidak satu unit pun yang lebih besar
dari Q + 25%. Gunakan kriteria dalam Tabel penerimaan
pada Uji Disolusi <1231> untuk waktu disolusi 3 jam.
Dalam waktu 30 menit harus larut tidak lebih dari 60%
(Q) dan dalam waktu 3 jam harus larut tidak kurang dari
75% (Q), C22H26N2O4S.HCl, dari jumlah yang tertera
pada etiket
f. Profil Disolusi

Uji disolusi tablet matrik diltiazem HCl dilakukan dalam medium


larutan dapar HCl 0,1 N pH 1,2 dan menggunakan peralatan tipe
II (konstruksi dayung, 50 rpm). Prosedur yang dilakukan adalah
sebagai berikut: air dimasukkan ke dalam bak alat uji disolusi
sampai tanda, labu disolusi dipasang dan diisi dengan 900 mL
larutan dapar HCl pH 1,2. Temperatur dan waktu untuk uji
disolusi yaitu 37 0,5°C selama 12 jam. Setelah temperatur
stabil, tablet matrik dimasukkan pada labu disolusi, dan alat uji
disolusi dijalankan dengan kecepatan 50 rpm sampling dilakukan
pada waktu 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360,
420,480, 540, 600, 660, dan 720 menit dengan cara mengambil 5
mL larutan media disolusi. Pengujian disolusi yang dilakukan
selama 12 jam diharapkan dapat menunjukkan dissolution
efficiency pada waktu 720 menit (DE720). Setiap kali selesai

sampling dilakukan penambahan larutan media dapar HCL


0,1 N pH 1,2 baru sebanyak 5 mL. Sampel disaring dengan kertas
saring, kemudian diencerkan secara teknis agar kadar berada
dalam rentang kurva linieritas. Kadar diltiazem HCl
ditentukan dengan mengukur serapannya pada
spektrofotometer dan
membandingkannya dengan kurva baku. Profil pelepasan
diltiazem HCl dari tablet
matrik dengan memplotkan jumlah diltiazem HCl yang
dilepaskan (%) terhadap
waktu. Dari kurva profil disolusi dihitung AUC (Area Under
Curve) untuk
menentukan efisiensi disolusi (Dissolution Efficiency) pada menit
ke-720 (DE720). (Suresh et,al 2013)

Anda mungkin juga menyukai